Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

ASKEP KLIEN DENGAN ANGINA PEKTORIS DI RUANG IGD


RS K.R.M.T WONGSONEGORO KOTA SEMARANG

Persiapan Praktek Ruang : Instalasi Gawat Darurat


Tanggal Praktek : 18 – 23 Agustus 2022
Nama Mahasiswa : Deasy Permata Haki
NIM :G2A019075
Nama Pembingbing :
Saran Pembimbing :
Tanda Tangan Pembimbing:

PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2022
A. Pengertian
Angina Pektoris adalah suatu sindroma klinis dimana klien mendapat serangan sakit
dada di daerah sternum atau dibawah sternum (substernal) atau pada dada sebelah kiri
yang khas yaitu seperti ditekan atau serasa berat didada yang sering kali menjalar ke
lengan kiri, kadang-kadang menjalar ke punggung rahang, leher atau ke lengan kanan.
Sakit pada dada tersebut biasanya timbul pada waktu pasien melakukan aktivitas.
(Kasron, 2017)
Coronary Artery Disease adalah penyakit kerusakan pada bagian arteri koroner
angina pektoris serta infark miokard, disebut ACS ( Acute Coronary Syndrome ) atau
sindrom koroner akut. Pengertian Angina secara klinis adalah keadaan iskemia
miokard yang disebabkan oleh kurangnya suplai oksigen ke sel-sel otot jantung
( miokard ) karena adanya penyumbatan atau penyempitan arteri koroner, peningkatan
beban kerja jantung, dan menurunnya kemampuan darah mengikat oksigen.

B. Etiologi
Penyebab paling umum Angina pektoris adalah Aterosklerosis atau penyakit arteri
koroner yang digolongkan sebagai akumilasi sel-sel otot halus, lemak dan jaringan
konektif disekitar lapisan intima arteri. Suatu plak fibrous adalah lesi khas dari
aterosklerosis, lesi ini dapat bervariasi ukurannya dalam dinding pembuluh darah,
yang dapat meningkatkan obstruksi aliran darah persial maupun komplit. Komplikasi
lebih lanjut dari lesi tersebut terdiri atas plak fibrous dengan deposit kalsium, disertai
dengan pembentukan thrombus. Obstruksi pada lumen akan mengurangi atau
menghentikan aliran darah kepada jaringan disekitarnya. Penyebab lainnya yaitu
karena spasme arteri koroner, penyempitan dari lumen pembuluh darah terjadi bila
serat otot halus dalam dinding pembuluh darah berkontraksi (vasokontraksi).
(Udjianti, 2017) Meskipun dipengaruhi oleh banyak faktor, kelaianan degeneratife ini
akan menyebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan O2 miokardium dengan
masukan (suplay) nya, sehingga bisa menyebabkan iskemia dan anoksia yang
ditimbulkan oleh kelaianan vaskuler dan 10 kekurangan O2 dalam darah. (Wijaya et
al., 2019) Penyebab dari angina pektoris ini dapat menimbukan Intoleransi aktivitas
yang menitik beratkan pada pada respon tubuh yang tidak mampu bergerak karena
tubuh tidak mampu memproduski energi yang cukup untuk aktivitas sehari-hari, hal
tersebut berdampak pada suplai ke jaringan, sehingga terjadi hambatan pada proses
metabolisme untuk menghasilkan energi. Sehingga kebutuhan energi yang dibutuhkan
pasien tidak dapat terpenuhi dan mengalami kelelahan serta lemas. (Nurachmah et al.,
2019)

C. Patofisiologi
Mekanisme angina pektoris disebabkan oleh kurangnya suplay oksigen ke sel-sel
miokardium yang terjadi karena kekakuan arteri dan penyempitan lumen pada arteri
koroner. Ateriosklerosis adalah penyakit arteri koroner yang sering ditemukan. Jika
beban kerja suatu jaringan meningkat, maka oksigen yang dibutuhkan juga
meningkat. Jika kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka arteri koroner
berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke otot jantung. Apabila
terjadinya penyempitan arteri koroner akibat dari ateriosklerosis dan tidak dapat
berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka akan
terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium. (Kasron, 2017)
Athersoklerosis meliputi berbagai kondisi patologi yang mengahambat aliran darah
dalam arteri yang mensuplai jantung. (Wijaya et al., 2017) Dalam penyakit jantung
koroner, arteri koroner ini menjadi semakin sempit dan kadang-kadang terblokir. Hal
tersebut akan menyebabkan tidak dapat mengalirnya darah dengan baik ke otot-otot
jantung. Pada tahap awal penderita akan dapat bernafas dalam keadaan normal dan
darah yang mengalir ke jantung masih cukup, namun ketika penderita melakukan
aktivitas yang melelahkan arteri koroner yang menyempit tidak dapat mensuplai darah
dengan baik ke otot-otot jantung. Gejala untuk kelelahan ini bersifat ringan, sehingga
penderita dapat mengurangi aktivitas yang dilakukan secara bertahap. Namun jika
pada suatu kondisi tidak ada darah yang mengalir pada arteri koroner maka penderita
akan mengalami nyeri dada pada bagian kiri atau serangan jantung dan tidak sadarkan
diri. Pada saat inilah penderita tidak dapat melanjutkan aktivitas sebagaimana
mestinya dan penderita akan mengalami terjatuh lemas sehingga perlu secepatnya di
bawa ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan penangana lebih lanjut (Sumiati et
al., 2017).

D. Manifestasi Klinik
1. Angina pectoris stabil.
 Muncul ketika melakukan aktifitas berat
 Biasanya dapat diperkirakan dan rasa nyeri yang muncul biasanya sama
dengan rasa nyeri yang datang sebelumnya
 Hilang dalam waktu yang pendek sekitar 5 menit atau kurang
 Hilang dengan segera ketika anda beristirahat atau menggunakan
pengobatan terhadap angina
 Rasa sakitnya dapat menyebar ke lengan, punggung atau area lain
 Dapat dipicu oleh tekanan mental atau stres.
2. Angina pectoris tidak stabil.
 Angina yang baru pertama kali atau angina stabil dengan karakteristik
frekuensi berat dan lamanya meningkat.
 Timbul waktu istirahat/kerja ringan.
 Tidak dapat diperkirakan
 Biasanya lebih parah dan hilang dalam waktu yang lebih lama
 Dapat tidak akan hilang saat beristirahat ataupun pengobatan angina
 EKG: Deviasi segment ST depresi atau elevasi.
3. Angina variant.
 Angina yang terjadi spontan umumnya waktu istirahat dan pada waktu
aktifitas ringan. Biasanya terjadi karena spasme arteri koroner
 EKG deviasi segment ST depresi atau elevasi yang timbul pada waktu
serangan yang kemudian normal setelah serangan selesai.

E.Penatalaksanaan
Ada dua tujuan utama penatalaksanaan angina pectoris :
   Mencegah terjadinya infark miokard dan nekrosis, dengan demikian meningkatkan
kuantitas hidup.
   Mengurangi symptom dan frekwensi serta beratnya ischemia, dengan demikian  
meningkatkan kualitas hidup.
Prinsip penatalaksanaan angina pectoris adalah: meningkatkan pemberian oksigen (dengan
meningkatkan aliran darah koroner) dan menurunkan kebutuhan oksigen (dengan mengurangi
kerja jantung).

            1.   Terapi Farmakologis untuk anti angina dan anti iskhemia


a.    Penyekat Beta
obat ini merupakan terapi utama pada angina. Penyekat beta dapat menurunkan kebutuhan
oksigen miokard dengan cara menurunkan frekwensi denyut jantung, kontraktilitas, tekanan
di arteri dan peregangan pada dinding ventrikel kiri. Efek samping biasanya muncul
bradikardi dan timbul blok atrioventrikuler. Obat penyekat beta antara lain: atenolol,
metoprolol, propranolol, nadolol.
b.    Nitrat dan Nitrit
Merupakan vasodilator endothelium yang sangat bermanfaat untuk mengurangi symptom
angina pectoris, disamping juga mempunyai efek antitrombotik dan antiplatelet. Nitrat
menurunkan kebutuhan oksigen miokard melalui pengurangan preload sehingga terjadi
pengurangan volume ventrikel dan tekanan arterial. Salah satu masalah penggunaan nitrat
jangka panjang adalah terjadinya toleransi terhadap nitrat. Untuk mencegah terjadinya
toleransi dianjurkan memakai nitrat dengan periode bebas nitrat yang cukup yaitu 8 – 12 jam.
Obat golongan nitrat dan nitrit adalah : amil nitrit, ISDN, isosorbid mononitrat, nitrogliserin.
c.     Kalsium Antagonis
obat ini bekerja dengan cara menghambat masuknya kalsium melalui saluran kalsium, yang
akan menyebabkan relaksasi otot polos pembulu darah sehingga terjadi vasodilatasi pada
pembuluh darah epikardial dan sistemik. Kalsium antagonis juga menurunkan kabutuhan
oksigen miokard dengan cara menurunkan resistensi vaskuler sistemik. Golongan obat
kalsium antagonis adalah amlodipin, bepridil, diltiazem, felodipin, isradipin, nikardipin,
nifedipin, nimodipin, verapamil.
d.    Terapi Farmakologis untuk mencegah Infark miokard akut
Terapi antiplatelet, obatnya adalah aspirin diberikan pada penderita PJK baik akut atau
kronik, kecuali ada kontra indikasi, maka penderita dapat diberikan tiiclopidin atau
clopidogrel.
Terapi Antitrombolitik, obatnya adalah heparin dan warfarin. Penggunaan antitrombolitik
dosis rendah akan menurunkan resiko terjadinya ischemia pada penderita dengan factor
resiko .
Terapi penurunan kolesterol, simvastatin akan menurunkan LDL (low density
lipoprotein) sehingga memperbaiki fungsi endotel pada daerah atheroskelerosis maka aliran
darah di arteria koronaria lebih baik.
           2.     Revaskularisasi Miokard
Angina pectoris dapat menetap sampai bertahun-tahun dalam bentuk serangan ringan yang
stabil. Namun bila menjadi tidak stabil maka dianggap serius, episode nyeri dada menjadi
lebih sering dan berat, terjadi tanpa penyebab yang jelas. Bila gejala tidak dapat dikontrol
dengan terapi farmakologis yang memadai, maka tindakan invasive seperti PTCA
(angioplasty coroner transluminal percutan) harus dipikirkan untuk memperbaiki sirkulasi
koronaria.
           3.    Terapi Non Farmakologis
Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan kebutuhan oksigen jantung antara
lain : pasien harus berhenti merokok, karena merokok mengakibatkan takikardia dan naiknya
tekanan darah, sehingga memaksa jantung bekerja keras. Orang obesitas dianjurkan
menurunkan berat badan untuk mengurangi kerja jantung. Mengurangi stress untuk
menurunkan kadar adrenalin yang dapat menimbulkan vasokontriksi pembulu darah.
Pengontrolan gula darah. Penggunaan kontra sepsi dan kepribadian seperti sangat kompetitif,
agresif atau ambisius.

F.Konsep Askep Angina Pektoris


1. Pengkajian Fokus
2.Pathways Keperawatan

3.Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut b.d. Iskemia miokardium


b. Penurunan curah jantung b.d. Gangguan kontraksi
c. Cemas b.d. Rasa takut akan kematian
d. Kurang pengetahuan tentang penyakit  b.d. Keterbatasan pengetahuan
penyakitnya, tindakan yang dilakukan, obat obatan yang diberikan,
komplikasi yang mungkin muncul dan perubahan gaya hidup.
4. Fokus Intervensi

Daftar Pustaka

Brunner & Suddarth. 2017. Keperawatan Medical-Bedah Vol 2. Jakarta : EGC


Carpenito, L.J. 2017. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2018. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Finarga. 2018. Angina. Dimuat dalam http://finarga.blogspot.com/ (diakses pada 11 Maret 2018)
Johnson, M., et all. 2017. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
Judith M. Wilkinson. 2005. Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC Interventions and
NOC Outcome. New Jersey : Horrisonburg.
Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni
Santosa
http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/11/angina-pectoris.html#.VHByameUXMw

Anda mungkin juga menyukai