Anda di halaman 1dari 25

Tension Type Headache

Afriade Yolanda (2040312100)


Ghina Muthmainnah (2040312078)

Preseptor :
dr. Restu Susanti, Sp.S, M.Biomed
DEFENISI
TTH : Nyeri kepala yang paling sering dijumpai

Dihubungkan dengan peningkatan stres

Karakteristik :
• Bilateral
• Rasa menekan atau mengikat
• Intensitas ringan sampai sedang
Nyeri tidak bertambah pada aktifitas fisik rutin, tidak didapatkan mual
tapi bisa ada fotofobia atau fonofobia.
KLASIFIKASI

Infrequent
  Frequent ETTH Chronic TTH
ETTH
Frekuensi <12 hari/tahun >12 hari namun
>180 hari/tahun
<180 hari/tahun
Minimal 10 Minimal 10
serangan lebih dari serangan lebih
1 hari namun kurang dari 15
dari 15 hari/bulan hari/bulan
dalam 3 bulan dalam 3 bulan
terakhir terakhir
EPIDEMIOLOGI
78% orang
Sekitar 93% laki-laki dewasa pernah populasi dewasa,
dan 99% perempuan mengalami TTH prevalensi TTH
pernah mengalami setidaknya 1 kali di dunia adalah
nyeri kepala seumur hidupnya sekitar 42%

Bentuk TTH yang paling sering terjadi : Episodic infrequent TTH (≤1 hari perbulan)
EPIDEMIOLOGI

20-40 th 40%
TTH dapat penderita memiliki
mengenai semua riwayat keluarga
usia dengan TTH

3:1 25%
Nyeri kepala ini lebih penderita juga
sering terjadi pada menderita
perempuan If you want to modify this graph, click on it, follow migren
dibandingkan laki- the link, change the data and replace it

laki
Laporan Kasus
1. Identitas
✢ Nama : Ny .A
✢ Usia : 47 tahun
✢ Keluhan utama : Sakit kepala konstan dan tumpul yang terus menerus sepanjang hari
selama 9 bulan
ANAMNESIS
Rasa sakitnya seperti diikat dan sering
01 mengenai sisi kanan.

02 Pasien jarang mengalami


mual dan muntah.
Riwayat Penyakit Sekarang

Normal MRI & Psychological


neurological findings, Normal consultation

MRI Findings Psychologist


1 month later

Physioterapy
Treatment of
Further blood test, her trigger points in cervical
Tricyclic Antidepressant (TCAs) muscles.
dan (NSAID) sebagai abortive
EMG/NCV
tablets dengan diagnosis TTH
Riwayat Penyakit Sekarang
03
Sakit kepala lebih parah selama aktivitas
Pasien menyatakan bahwa rasa
seperti memasak atau mengemudi di mana
kepala dan leher dipertahankan dalam posisi
01 sakitnya berawal dari bahu dan
leher kemudian menjalar ke
statis
kepala.
Dia mengeluhkan nyeri yang
02 relatif konstan di siang hari
sejak bangun di pagi hingga
malam hari.
Pemeriksaan Fisik

Inspeksi
Postur kifosis, bahu membulat, dan postur kepala ke
depan
Daerah serviks kaku dan ketika diminta untuk melihat ke satu sisi, pasien
tidak memutar lehernya dengan benar dan malah membalikkan
tubuhnya.

Pasien memiliki keterbatasan jangkauan gerak di leher, bahu atau tulang


belakang dada karena rasa sakit, yang membuat pengukuran jangkauan
gerak yang sebenarnya menjadi sulit.
Pemeriksaan Fisik

Palpasi
Ada bintik-bintik lembut yang menimbulkan nyeri radikuler di
kepala
Triggers active point :
• trapezius kanan
• sternokleidomastoid kiri,
• obliqus kapitis superior kiri & kanan
• rektus kapitis anterior kiri
• otot interspinalis segmen C4.

Adanya trigger point dipastikan jika ada positive jump sign dan
headache provocation dengan tekanan yang
dalam.
Pemeriksaan Fisik

Palpasi
Pericranial tenderness

: Nyeri tekan (+) pada muskulus frontalis, muskulus temporalis,


muskulus sternokleidomastoideus, dan muskulus trapezius.
DIAGNOSIS Nyeri kepala timbul > 15
hari per bulan,
:Tension Type Headache Kronik berlangsung > 3 bulan
(≥180 hari/tahun)
Kriteria diagnosis :
A B C
Paling tidak terdapat 10 Nyeri kepala Nyeri kepala paling tidak
episode serangan dengan berlangsung dari 30
rata rata<1 hari/ bulan atau terdapat 2 gejala khas:
menit sampai 7 hari • Lokasi bilateral.
<12 hari/ tahun, dan
memenuhi kriteria B-D • Menekan/mengikat (tidak
berdenyut).
D E • Intensitasnya ringan atau
Tidak didapatkan: sedang.
• Mual atau muntah Tidak ada yang lebih • Tidak diperberat oleh
(bisa anoreksia). sesuai dengan aktivitas rutin seperti berjalan
• Lebih dari satu diagnosis lain dari atau naik tangga.
keluhan: foto fobia ICHD-3
atau fonofobia
DIAGNOSIS BANDING
1. Migren
2. Nyeri Kepala Servikogenik
3. Psikosomatis
TATALAKSANA
Non Farmakologis Menghindari faktor
pencetus
Latihan relaksasi,
Penggunaan EMG biofeedback,
headache diary dan cognitive-
behavioral therapy
Terapeutik
maupun
diagnostik
Terapi fisik
Farmakologis TTH AKUT

Aspirin 1000 mg/hari,

Asetaminofen 1000 mg/hari,

NSAIDs (Naproxen 660-750 mg/hari, Ketoprofen 25-50 mg/hari,


asam mefenamat, ibuprofen 800 mg/hari, diklofenak 50-100
mg/hari).

Kafein (analgetik ajuvan) 65 mg.

Kombinasi: 325 aspirin, asetaminofen + 40 mg kafein


FARMAKOLOGIS TTH KRONIS
Antidepresan
01 Amytriptiline : low dose 10
mg-25 mg/hari

Antiansietas
02 Benzodiazepin
Phisyotherapy : POSITIONAL RELEASE THERAPY (PRT)
Otot obliqus capitis
Otot trapezius
: kepala pasien ditekuk ke arah
superior
lateral menuju titik pemicu dan : oksiput pasien diekstensikan
bahunya diabduksikan hingga pada C 1.
kira-kira 90 o.

Otot rectus capitis


Otot sternokleidomastoid anterior
: the patient’s occiput
was flexed.
: the patient’s mid cervical area was
markedly flexed and laterally flexed
toward the trigger point
Otot interspinalis
: the patient’s head was extended moderately
and laterally flexed & rotated away from the
trigger point.
POSITIONAL RELEASE THERAPY (PRT)

#1 #2 #3
Di setiap posisi, terapis memantau Pada sesi pertama, pasien Di akhir sesi kedua, rasa
trigger point dengan jari diminta untuk menilai sakitnya berkurang dari 10
telunjuknya dan mempertahankan intensitas sakit kepalanya menjadi 8. Setelah 3 sesi
posisi itu sampai terasa kendor. Ini dalam Numeric Pain Index pengobatan, sakit kepala
bisa memakan waktu dari 5 hingga (NPI). Pemeriksa menilai pasien berhenti total. Selama 8
20 menit. Setiap titik pemicu intensitas nyeri di setiap sesi. bulan berikutnya, pasien tidak
ditangani sekali dalam satu sesi Di akhir sesi pengobatan merasakan sakit dan tidak
pertama, tidak ada perubahan menggunakan obat apa pun
NPI.
Diskusi

Titik pemicu memiliki peran dasar dalam banyak sindrom nyeri.


Harden dkk. (2009) menyatakan bahwa trigger point
berhubungan dengan gangguan end-plate dan peningkatan
pelepasan asetilkolin yang mengakibatkan iskemia lokal dan
akhirnya sensitisasi nosiseptor.
Terjadi peningkatan pelepasan zat kimia inflamasi seperti histamin, prostaglandin, bradikinin
dan serotonin di lokasi trigger point. Zat ini dapat mempengaruhi membran reseptor polimodal
nosiseptif dan menyebabkan sensitisasi perifer yang mengakibatkan sensitisasi sentral dan nyeri
kronik.

Di sisi lain, terbukti bahwa sensitisasi sentral merupakan dasar dari sakit kepala primer seperti
TTH. Sensitisasi saraf trigeminal dapat menyebabkan sakit kepala migrain dan sensitisasi sentral
dari trigger point menghasilkan TTH. Calandre dkk. (2006) menyatakan bahwa sensasi perifer
dapat efektif dalam patofisiologi sakit kepala cluster
Diskusi
Dalam PRT, otot ditempatkan pada posisi paling nyaman. relaksasi yang dihasilkan dari
jaringan mengarah pada peningkatan sirkulasi vaskular dan pengangkatan mediator
kimiawi peradangan. Jadi, PRT dapat menghilangkan sensitisasi perifer & sentral. Teknik ini
juga dapat mengurangi sensitisasi sentral secara langsung dengan pengaruh redaman
pada segmen yang difasilitasi di sumsum tulang belakang.

Oleh karena itu, ada hipotesis bahwa PRT mempengaruhi patogenesis TTH, dan ini bisa
menjadi penjelasan yang masuk akal untuk perbaikan pada pasien ini. Sakit kepala pasien
yang berulang setelah konflik keluarga menegaskan bahwa "stres mental dapat
mengaktifkan titik pemicu“.
KESIMPULAN

Para penulis mengusulkan bahwa PRT mungkin merupakan


pengobatan yang efektif untuk pasien TTH dengan trigger point
pada otot serviks. Teknik ini dapat digunakan sebagai alternatif
atau terapi lainnya. Efektivitas bentuk pengobatan ini harus
dikonfirmasi dengan penelitian klinis lebih lanjut
Daftar Pustaka
• Mohamadi M, Ghanbari A, Rahimi jaberi A. Tension - Type - Headache treated by Positional
Release Therapy: A case report. Man Ther [Internet]. 2012;17(5):456–8.

• Kurniawan M, Suharjanti I, Pinzon RT. Tension Type Headache. Panduan Praktik Klinis
Neurologi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2016:8-12.

• Anurogo D. Tension Type Headache. CDK. 2014:42(3):186-91.

• Magazi D, Manyane D. Tension type headaches: a review. South African Family Practice.
2015;57(1):23-28.

• Bendtsen L, Evers S, Linde M, Mitsikostas DD, Sandrini G, Schoenen J. EFNS guideline on the
treatment of tension-type headache : Report of an EFNS task force. European Journal of
Neurology. 2010; 17:1318-1325.

• Chowdhury D. Tension type headache. Annals of Indian Academy of Neurology. 2012;15(5):83-


87.
THANK
YOU

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai