STATUS PASIEN
I. PASIEN
1. Identitas pasien
a. Nama : Tn. M
b. Umur : 46 Tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Pekerjaan : Swasta
e. Pendidikan : SMA
f. Alamat : RT 32 Kel. Payo Lebar
1
2
3. Aspek Psikologis keluarga :
Hubungan dengan anggota keluarga baik. Namun pasien belum punya anak
dan menikah sudah dua kali
3
Keluhan tidak disetai mual, muntah, demam, pelo, maupun
kelemahan setengah anggota badan. Nafsu makan menurun (+), BAB dan
BAK lancar, tidak ada keluhan.
7. Pemeriksaan Fisik
Status General:
4
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : vesikuler +/+, rhonki -/-wheezing -/-.
Abdomen
Inspeksi : distensi (-), denyut epigastrium (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-) ,
ballottement -/-
Perkusi : shifting dullness (-)
nyeri ketok CVA( )
Ekstremitas : akral hangat +/+,edema -/-
8. Diagnosa Kerja
Tension Headache(G44.2)
9. Diagnosa Banding
- Cluster headache (G44.0)
- Migren tanpa aura (G43.0)
- Mgrain dengan aura (G43.1)
- Vascular headache, not elsewhere classified (G44.1)
10. Manajemen :
a. Promotif
- Memberikan informasi kepada pasien tentang penyakitnya,
pencegahan dan pengobatannya.
- Memberikan informasi kepada pasien mengenai faktor-faktor
yang menjadi faktor risiko terjadinya penyakit yang dialami
pasien.
b. Preventif
- Menganjurkan pasien untuk istirahat yang cukup
- Menganjurkan pasien untuk mengurangi aktifitas fisik yang
berat
- Menganjurkan pasien untuk menghindari faktor pemicu stress
- Menganjurkan pasien untuk olahraga teratur
- Menghindari kontraksi otot yang berlebihan
c. Kuratif
- Non farmakologi
- Istirahat yang cukup
- Latihan peregangan dan relaksasi otot
- Manajemen stress
- Farmakologi
Obat yang diberikan di puskesmas :
- Ibuprofen tablet 400 mg diberikan 3 x 1 tablet selama 3 hari
5
- Vitamin B 12 tablet 100 mcg diberikan 2 x 1 tablet selama 3 hari
d. Rehabilitasi
- Latihan peregangan dan relaksasi otot
- Istirahat yang cukup
- Manajemen stress dengan baik
Resep
Pro : Tn. K
Umur : 48 tahun
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Tension Type headache atau nyeri kepala tipe tegang didefinisikan sebagai
rasa berat atau tertekan yang menetap, pada kedua sisi kepala yang timbul
episodik dan berkaitan dengan stres, tetapi dapat berulang hampir setiap hari tanpa
adanya faktor psikologis. Nyeri ini timbul karena kontraksi terus-menerus otot-
otot kepala dan tengkuk yaitu m. splenius kapitis, m. temporalis, m.maseter, m.
sternokleidomastoideus, m. trapezius, m. servikalis posterior, dan m. levator
skapula. Sifat nyerinya biasanya berupa rasa tertekan atau diikat, dari ringan-
berat, bilateral, tidak dipicu oleh aktivitas fisik dan gejala penyertanya tidak
menonjol. Tension headache ini juga dikenal sebagai stres headache, muscle
7
contraction headache, psychomiogenic headache, ordinary headache, dan
psikogenik headache.1,2
2.2. Epidemiologi
2.3. Etiologi
Etiologi dari tension headache ini belum diketahui secara pasti, namun
diduga disebabkan oleh beberapa faktor pencetus antara lain adalah cahaya yang
menyilaukan, stres psikososial, kecemasan, depresi, stres otot, marah, terkejut,
serta penggunaaan obat untuk tension headache yang berlebihan.2
2.4. Klasifikasi
- Lokasi bilateral
8
d. Tidak ada mual atau muntah, tidak ada fotofobia dan fonofobia
c. Tidak ada muntah, dan tidak lebih satu hal berikut : mual, fotofobia atau
fonofobia
2.5. Patofisiologi
Nyeri miofascial adalah suatu nyeri pada otot bergaris termasuk juga
struktur fascia dan tendonnya. Dalam keadaan normal nyeri miofascial di mediasi
oleh serabut kecil bermyelin (Aoc) dan serabut tak bermyelin (C), sedangkan
serabut tebal yang bermyelin (A dan AB) dalam keadaan normal mengantarkan
sensasi yang ringan/ tidak merusak (inocuous). Pada rangsang noxious dan
9
inocuous, seperti misalnya proses iskemik, stimuli mekanik, maka mediator
kimiawi terangsang dan timbul proses sensitisasi serabut Aoc dan serabut C yang
Dulu dianggap bahwa kontraksi dari otot kepala dan leher yang dapat
headache sehingga pada masa itu sering juga disebut muscle contraction
headache. Akan tetapi pada akhir-akhir ini pada beberapa penelitian yang
ternyata hanya menunjukkan sedikit sekali terjadi aktifitas otot, yang tidak
mengakibatkan iskemik otot, jika meskipun terjadi kenaikan aktifitas otot maka
akan terjadi pula adaptasi protektif terhadap nyeri. Peninggian aktifitas otot itupun
trigger point yang berukuran kecil, hanya beberapa milimeter saja (tidak terdapat
pada semua otot). Mediator kimiawi substansi endogen seperti serotonin( dilepas
dari platelet), bradikinin( dilepas dari belahan precursor plasma molekul kallin)
dan kalium (yang dilepas dari sel otot), substance P dan Calcitonin Gene Related
Peptide dari aferens otot berperan sebagai stimulan sensitisasi terhadap nosiseptor
otot skelet. Jadi pada saat ini yang dianggap lebih berperan adalah nyeri
nosiseptor, sedang yang jenis kronik berlaku sensitisasi sentral. Proses kontraksi
10
amat berperan terhadap timbulnya nyeri pada tension headache. Semua nilai
ambang pressure pain detection, thermal & electrical detection stimuli akan
Selain itu juga ada gelaja lain pada nyeri kepala tegang otot ini yaitu: 2
11
- Hiperventilitas, gangguan konsentrasi, kurang minat dalam bekerja dan
melakukan hobi, Gejala-gejala ini dapat ditafsirkan sebagai sindrom cemas
(anxietas).
- Rasa nyeri di dada kiri, di punggung dan region koksigeus. Rasa nyeri ini
bersamaan gejala GI dan Gejala psikosomatik lainnya dapat ditafsirkan sebagai
sindrom depresi.
2.7. Diagnosis
Tidak ada tes khusus untuk menegakkan diagnosis TTH. Penderita yang
mempunyai riwayat pengobatan dan melakukan pemeriksaan fisik termasuk
evaluasi neurological yang cermat dapat membantu menegakkan diagnosis.
Diagnosis pasti dapat ditentukan dari anamnesa, riwayat medis dan pemeriksaan
fisik.2
2.8. Penatalaksanaan
Pada nyeri kepala tension headache penatalaksanaan yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Terapi psikofisiologis
Terapi ini dapat berupa terapi relaksasi, program untuk mengatasi stres,
serta tehnik ayap balik hayati (biofeedback). Dengan modalitas terapi tersebut,
frekuensi tension headache serta beratnya penyakit dapat berkurang. Strategi
pengelolaan stress mungkin sangat menolong pada tension headache. Perubahan
cara hidup mungkin diperlukan untuk nyeri kepala tension headache kronik. Cara
tersebut meliputi istirahat yang cukup dan latihan, perubahan dalam pekerjaan
atau kebiasaan relaksasi ataupun perubahan yang lain.2
2. Fisioterapi
12
3. Farmakoterapi
13
Amitriptilin 10/25 mg tablet dengan dosis 150-300mg/hr
Maprotiline 25/50/75 mg tablet dengan dosis 25-75 mg/hr
Amineptine 100 mg tablet dengan dosis 200 mg/hr
d. Antagonis serotonin, sebaiknya diberikan dalam bentuk sediaan injeksi atau
spray nasal, jika pemberian oral tidak memungkinan saat ada gejala mual atau
muntah. Golongan obat ini bekerja dengan cara meningkatkan kadar
neurotransmitter serotonin di otak. Obat yang digunakan yaitu :
Metysergid 2 mg tablet dengan dosis 4-6 mg/hr
Sumatriptan 100 mg tablet dengan dosis 300 mg/hr
Fluoksetin 10 mg tablet dengan dosis maksimal 60 mg/hr
e. Agonis selektif reseptor 2, obat yang digunakan yaitu tizanidin. Cara kerjanya
adalah dengan mencegah mengecilnya dan melebarnya pembuluh darah secara
abnormal. Bekerja pada rangsangan sentral neuron-neuron penghambat. Efek
sampingnya adalah mengantuk, mulut kering dan depresi. Beberapa penelitian
menyatakan bahwa tizanidin ternyata efikasius, aman dan dapat ditoleransi pada
terapi profilaksis nyeri kepala harian.
Serangan akut berespon terhadap aspirin dan obat AINS lainnya seperti
asam asetilsalisilat, metampiron maupun asam mefenamat. Untuk tindakan
profilaksis diberikan pengobatan amitriptilin, atau pemberian kembali inhibitor
selektif serotonin dan tizanidin sangat berguna dalam beberapa kasus. Meski
banyak pasien berespon terhadap benzodiazepin seperti diazepam, obat-obat ini
harus dibatasi penggunaannya karena memiliki potensi adiktif.
Selain ketiga jenis terapi diatas adapula cara-cara lain yang bisa digunakan
untuk meredakan nyeri pada tension headache, diantaranya yaitu:5
1. Botulinum toksin A (BTX A), adalah obat yang poten untuk beberapa penyakit
berat yang berhubungan dengan kenaikan tonus otot. Meskipun mekanismenya
belum diketahui secara pasti, diduga BTX A mempunyai target menurunkan
Substance P, dan sebagai relaksan otot.
14
2. Injeksi dengan anastesi lokal, misalnya injeksi prokain, prokain-kofein
kompleks, lidokain dan lain-lain, atau yang lebih dikenal dengan istilah injeksi
trigger point, yang juga membantu mempercepat penyembuhan.
2.9. Prognosis
Prognosis dari Tension Headache umumnya memberikan respon yang baik
terhadap pengobatan tanpa pengaruh efek sisa.1
BAB III
ANALISA KASUS
15
b Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga
Berhubungan dengan keadaan pasien belum memiliki anak sehingga memicu
stress.
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien,
hubungan pasien dengan keluarga baik. Tidak terdapat hubungan antara
diagnosa penyakit yang dialami pasien karena bukan penyakit dengan factor
risiko genetik.
e Analisis untuk mengurangi paparan dengan faktor resiko atau etiologi pada
pasien ini
Menganjurkan pasien untuk istirahat yang cukup
Menjalankan manajemen stress dengan baik
Latihan peregangan dan relaksasi otot
16
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN
18
19