Klasifikasi TTH
TTH episodik yang infrekuen
A.TTH infrekuen yg berhubungan dgn nyeri tekan perikranial
B.TTH infrekuen yg tidak berhubungan dgn nyeri tekan perikranial
2.
TTH episodik yang frekuen
A. TTH episodik yg frekuen berhubungan dgn nyeri tekan perikranial
B. TTH episodik yg frekuen tidak berhubungan dgn nyeri tekan perikranial
3. Chronic TTH (CTTH)
A. CTTH yg berhubungan dgn nyeri tekan perikranial
b. CTTH yg tidak berhubungan dgn nyeri tekan perikrabial
4.
Probable TTH
A. Probable TTH episodik yang infrekuen
B. Probable TTH yang frekuen
C. Probable CTTH
1.
Episodik infrekuen
Episodik frekuen
Sifat :
PATOFISIOLOGI
Gejala menonjol TTH ; nyeri tekan yg bertambah pada palpasi jeringan
miofasial perikranial.
Impuls nosiseptif dari otot perikranial menjalar ke kepala timbul nyeri
kepala dan nyeri yg bertambah pada tempat otot maupun tendon tempat
insersinya
Mekanisme timbulnya nyeri miofascial dan nyeri tekan sbb:
1. Sensititasi nosiseptor miofasial perifer
2. Sensitisasi 2nd order neuron pada level kornu dorsaalis medula
spinalis/nc.trigeminal
3. Sensitisasi neuron supraspinal
4. Berkurangnya aktivitas antinosiseptif dari struktur supraspinal
KRITERIA DIAGNOSTIK
1.
Catatan :
Pericranial tenderness = nyeri tekan pada otot perikranial (otot frontal, temporal,
masseter, strenokleidomastoid, splenius dan trapezius) pada waktu palpasi
manual : yaitu dengan menekan secara keras dengan gerakan kecil memutar
oleh jari-jari tangan kedua dan ketiga pemeriksa.
Hal ini merupakan tanda paling signifikan pada pasien TTH
7. CTTH
A.Nyeri kepala timbul >= 15 hari/bulan. Berlangsung > 3 bulan (<= 180
hari/tahun) dan juga memenuhi kriteria B D
B.Nyeri kepala berlangsung beberapa jam atau terus menerus
C.Nyeri kepala memiliki paling tidak 2 karakteristik berikut :
1.Lokasi bilateral
2.Menekan/mengikat/tidak berdenyut
3.Intensitasnya ringan atau sedang
4.Tidak bertambah berat dengan aktifitas fisik rutin (berjalan/naik tangga)
D. Tidak didapatkan :
1.Lebih dari satu : fototofobia, fonofobia atau mual yang ringan
2.Mual yang sedang atau berat, maupun muntah
E.Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain
Terapi TTH
Strategi pokok penanganan TTH :
A. Terapi farmakologi
A. I. Pada serangan akut tidak boleh melebihi 2 x/mg
1. analgetik :
Ibuprofen 800 mg/hr, acetaminofen 1000mg/hr, aspirin 1000mg/hr,
naproxen 660-760 mg/hr, diclofenac 50-100 mg/hr
2. Coffein (analgetik ajuvan) 65 mg
3. Kombinasi ; 325 mg aspirin,acetaminofen + 40 mg caffein
4. Muscle relaxant :
eperisonhidrochlorid, metaxolone,cyclobenzapine,chlorzoxazone.
(diazepam kurang direkomendasikan karena sifat potensial
habituasinya
terhadap kondiso penyakit CTTH)
MIGRAINE
Penyebab nyeri
Klasifikasi migren
Migraine without aura
Migraine
with aura
(typical aura with/wo
non/migraine headache, Fam/sporadic HM, basilartype M)
Childhood periodic syndrome (cyclical vomiting,
abdominal M,BPV of childhood)
Retinal Migraine
Complications of migraine (chronic M,Status M,
persistent aura wo infarction, migranous infarction),
M triggered seizure)
Probable migraine
4. Teori Vaskuler
Migren:
5. Hipotesis Neurovaskuler
CSD maupun aktivator kimiaei (perubahan
platelet) aktivasi akson N. Trigeminus
melepaskan
neuropeptida
(neurokinin,
CGRP) dari terminal akson yg berdekatan
dengan meningen dan p.d.
Serangan migren : kadar kalsitonin yg
berkaitan dengan peptide (CGRP) dan
neurokinin
Phases of Migraine
HAS/NEURO
- ERGOT ALKALOIDS
( ERGOTAMINE T,
- TRIPTAN
(C.I! )
METOCLOPRAMIDE, DOMPERIDONE
- ANTIDEPRESSANTS
(amitriptyline)
Trigeminal neuralgia
Neuralgia:
Nyeri membakar, tajam atau
ditusuk iritasi / kerusakan
saraf
Nyeri terbatas pada inervasi
serabut saraf tertentu
neuralgia tipikal
Neuralgia
tipikal
tersering
neuralgia trigeminal
Etiologi
Kebanyakan tidak diketahui
penyebabnya penekanan
oleh pembuluh darah.
Penyebab lain :
- Tumor
- Inflamasi
- Proses demielinisasi
- Trauma
Patofisiologi
Masih kontroversial mekanisme sentral dan
perifer
Perifer aktivitas fokus ektopik pada saraf tepi,
sensitisasi nosiseptor, interaksi abnormal antar
serabut saraf dan sensitisasi terhadap katekolamin.
Sentral gangguan inhibisi di otak.
Ditemukan etiologi
Dibawah 40 tahun.
Nyeri :
- berat
- rasa terbakar tumpah tindih dengan nyeri tipikal
- Menyebar
B.
Neuralgia trigeminal simptomatik
- Menetap
- tidak ditemukan trigger point.
Pendekatan diagnosa
Ananmnesa yang baik
Pemeriksaan fisik dan neurologis
Pemeriksaan penunjang
Penatalaksanaan
Farmakoterapi
Operatif
Carbamazepin
Phenitoin
Lamotrigine
Gabapentin
Baclofen
Percutaneus procedure
Pheripheral nerve techniques
Microvasculer decompresion
Gamma knife radiosurgery
PROGNOSIS
Angka harapan tidak menurun
Angka mortalitas dan morbiditas berhubungan dengan
CLUSTER HEADACHE
( Nyeri kepala klaster)
Patofisiologi
Paroxysmal parasympathetic discharge dari :
Ganglion sphenopalatine
Lakrimasi
Berteriak kesakitan
Gejala neurologik
Penegakan diganosa
Umumnya berdasarkan gejala klinis :
anamnesa : bentuk serangan, sifat nyeri,
ABORTIVE :
100% O2 INHALATION
TRIPTANS SC
ERGOT ALKALOIDS
ANALGESICS?
PREVENTIVE : SHORT/LONG-TERM
Short-term : triptan, ergot, corticosteroid
Long-term :
VERAPAMIL
LITHIUM
CHLORPROMAZINE
ERGOT ALKALOIDS
TOPIRAMATE
CORTICOSTEROID
Tindakan preventif :
Menghindari pencetus
Membuat siklus tidur normal/tidak terganggu
Menghindari emosi tinggi dan kerja fisik yang berat
Stop merokok dan narkotika
Arteritis Temporalis
Manifestasi klinis :
-
Terapi efektif :
steroid : kortison 100 300 mg/hari lalu tapp off
prednison : 20 50 mg/hari/ lalu di tapp off
Goodwin : prednison dosis tinggi : 40 80 mg/hari
selama 3 4 minggu tapp off dalam beberapa
minggu/bulan