Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam literatur kedokteran, tension-type headache (TTH)
memiliki multisinonimi, seperti: tension headaches, muscle contraction
headache, sakit kepala tegang otot, nyeri kepala tegang otot. Dahulu, TTH
pernah dinamai stress headache. Tension type headache (TTH), atau
disebut juga sakit kepala tegang, adalah tipe nyeri kepala yang paling
sering terjadi pada populasi umum. Ditandai dengan episode berulang dari
nyeri kepala dengan manifestasi berupa nyeri kepala yang menekan atau
menyempit, intensitas ringan hingga sedang pada kedua sisi kepala, dan
tidak dipengaruhi aktivitas.
TTH memiliki prevalensi seumur hidup sebesar 88% pada wanita
dan 69% pada pria . Meskipun merupakan jenis sakit kepala primer yang
paling umum pada populasi umum, itu juga merupakan salah satu
gangguan sakit kepala yang paling sering terlewatkan. Sekitar 93% laki-
laki dan 99% perempuan pernah mengalami nyeri kepala. TTH dan nyeri
kepala servikogenik adalah dua tipe nyeri kepala yang paling sering
dijumpai. Sekitar 78% orang dewasa pernah mengalami TTH setidaknya
sekali dalam hidupnya TTH dapat menyerang segala usia. Usia terbanyak
adalah 25-30 tahun, namun puncak prevalensi meningkat di usia 30-39
tahun. Sekitar 40% penderita TTH memiliki riwayat keluarga dengan
TTH.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui lebih jauh
tentang morbus hansen mengenai definisi, klasifikasi, faktor resiko,
manifestasi klinis, diagnosis, dan penatalaksanaannya.

1.3 Manfaat
Penulisan referat ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan
pemahaman penulis maupun pembaca mengenai morbus hansen beserta
patofisiologi dan penangananannya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Tension type headache (TTH), atau disebut juga sakit kepala tegang,


adalah tipe nyeri kepala yang paling sering terjadi pada populasi umum.
Ditandai dengan episode berulang dari nyeri kepala dengan manifestasi
berupa nyeri kepala yang menekan atau menyempit, intensitas ringan
hingga sedang pada kedua sisi kepala, dan tidak dipengaruhi aktivitas.

Menurut International Headache Society Classification, TTH


dibedakan menjadi tiga:

 Infrequent episodic tension-type headache: 1 serangan per bulan


atau kurang dari 12 sakit kepala per tahun.
 Frequent episodic tension-type headache: 1-14 serangan per bulan
atau antara 12 dan 180 hari per tahun.
 Chronic tension-type headache: lebih dari 15 serangan atau
sekurangnya 180 hari pertahun.
2.2 Etiologi
a) Tension (keteganggan) dan stress.
b) Tiredness (Kelelahan).
c) Ansietas (kecemasan).
d) Lama membaca, mengetik atau konsentrasi (eye strain)
e) Posture yang buruk.
f) Jejas pada leher dan spine.
g) Tekanan darah yang tinggi.
h) Physical dan stress emotional
2.3 Patofisiologi
TTH sering diasosiasikan dengan kelainan psychological stress
psikopatologi, terutama ansietas dan depresi. Depresi yaitu suatu keadaan
yang dicirikan oleh suasana hati tidak menyenangkan yang meresap
disertai kehilangan seluruh minat dan ketidak mampuan merasakan
kesenangan. Pada penderita depresi, stress, dan gangguan kecemasan
(ansietas) di jumpain adanya deficit kadar serotonin, dan noradrenalin di
otaknya. Serotonin dan nor-adrenalin adalah neurotransmitter yang
berperan dalam proses nyeri maupun depresi, yang mengurus mood.
Adanya deficit kadar serotonin, sehingga terjadi vasokontriksi pada
pembuluh darah dan membawanya ke ambang nyeri kepala (pain
threshold). Serotonin didegradasi oleh kerja enzymatic monoamine
oxidase dan dikeluarkan melalui urin berbentuk 5- hydroxyindoleacetic
acid.
TTH dapat disebabkan karena stress, alkohol,dan hormonal yang akan
menstimulasi simpatis nervous system sehingga terjadi peningkatan nor-
epinefrine yang di sebarkan ke spindles muscle dan menyebabkan
vasokontriksi . Nor-epinefrine juga di sebarkan ke pembuluh darah
sehingga terstimulus cervical simpatis ganglia dan merasa nyeri disekitar
leher

2.4 Manifestasi Klinik


 Nyeri di kedua sisi kepala yang menetap atau konstan, juga
melibatkan nyeri leher. Kualitas nyerinya khas, yaitu: menekan
(pressing), mengikat (tightening), tidak berdenyut (nonpulsating).
 Dapat disertai anorexia, tanpa mual dan muntah.
 Photophobia (sensasi nyeri/tidak nyaman di mata saat terpapar
cahaya)
 Phonophobia (sensasi tak nyaman karena rangsang suara).
TTH episodik : Terjadi dalam waktu relatif singkat, dengan durasi
berubah ubah, nyeri kepala berlangsung selama 30 menit hingga 7 hari,
minimal 10 kali, dan kurang dari 180 kali dalam setahun
TTH kronis : Terjadi terus-menerus, nyeri kepala 15 hari dalam sebulan
(atau 180 hari dalam satu tahun), selama 6 bulan dan sangat sensitif
terhadap rangsang.
2.5 Diagnosis

Kriteria diagnostik tension headache adalah sebagai berikut :


 Episodik
1. Setidaknya 10 nyeri kepala dengan rerata <1hari/bulan yang
memenuhi kriteria 2-4
2. Nyeri kepala berlangsung selama 30 menit-7 hari
3. Setidaknya ada 2 karakteristik nyeri berikut :
 Tidak berdenyut
 Intensitas ringan-sedang
 Bilateral
 Tidak diperberat rutinitas normal
4. Tidak ditemukan mual/muntah dan fotofobia/fonofobia
 Kronis
1. Nyeri kepala dengan frekuensi rata-rata lebih dari 15 hari/bulan
selama lebih dari 6 bulan dan memenuhi kriteria 2-4
2. Setidaknya ada 2 karakteristik nyeri berikut
 Sifat mengikat/menekan (tidak berdenyut)
 Intensitas ringan-sedang (mengganggu aktivitas, tapi tidak
samapi tidak dapat beraktivitas)
 Bilateral
 Tidak diperberat dengan aktivitas normal
3. Dua hal berikut :
 Tidak ada muntah
 Tidak lebih dari 1 gejala berikut : mual, fotofobia, atau
fonofobia.
4. Tidak ada gejala atau tanda nyeri kepala sekunder.
2.6 Tatalaksana
Beberapa obat yang terbukti efektif: ibuprofen (400 mg),
parasetamol (1000 mg), ketoprofen (25 mg). Ibuprofen lebih efektif
daripada parasetamol. Kafein dapat meningkatkan efek analgesik.
Analgesik sederhana, nonsteroidal anti-infl ammatory drugs (NSAIDs)
seperti ibuprofen (200-400 mg), naproxen sodium (375–550 mg),
ketoprofen (25-50 mg), dan kalium diklofenak (50-100 mg) , dan agen
kombinasi adalah yang paling umum direkomendasikan. Intervensi
nonfarmakologis misalnya: latihan relaksasi, relaksasi progresif, terapi
kognitif, biofeedback training, cognitive-behavioural therapy, atau
kombinasinya. Solusi lain adalah modifi kasi perilaku dan gaya hidup.
Misalnya: istirahat di tempat tenang atau ruangan gelap. Peregangan leher
dan otot bahu 20-30 menit,idealnya setiap pagi hari, selama minimal
seminggu. Hindari terlalu lama bekerja di depan komputer, beristirahat 15
menit setiap 1 jam bekerja, berselang-seling, iringi dengan instrumen
musik alam/klasik. Pendekatan multidisiplin adalah strategi efektif
mengatasi TTH. Edukasi baik untuk anak dan dewasa, disertai intervensi
nonfarmakologis dan dukungan psikososial amat diperlukan.
BAB III
KESIMPULAN

Tension-type Headache (TTH) adalah nyeri kepala bilateral yang menekan


(pressing squeezing), mengikat, tidak berdenyut, tidak dipengaruhi dan tidak
diperburuk oleh aktivitas fisik, bersifat ringan hingga sedang, tidak disertai (atau
minimal) mual dan/ atau muntah, serta disertai fotofobia atau fonofobia.
Sebagian besar pasien TTH tidak mencari perhatian medis. Hanya ketika
serangan ETTH menjadi sering atau sakit kepala berubah menjadi tipe kronis (CTTH),
pasien mencari pengobatan. Diagnosis TTH sulit karena karakteristik sakit kepala tidak
spesifik. Diagnosis pada dasarnya klinis dan berdasarkan pada asosiasi negatif dan
dengan pengecualian. Kasus khas atau mereka yang dengan pemeriksaan neurologis
abnormal harus diselidiki secara menyeluruh untuk menyingkirkan sakit kepala
sekunder. 
Migrain atau penyalahgunaan obat yang ada harus diidentifikasi. CTTH sulit
diobati tetapi dengan diagnosis dan pendekatan yang benar, pasien ini dapat diobati dan
sakit kepala mereka terkontrol. Komorbiditas psikologis yang signifikan ketika hadir
membutuhkan perhatian dokter. Penyalahgunaan obat-obatan (analgesik, opiods dan
triptan) harus diidentifikasi dan diperbaiki untuk mendapatkan hasil terapi yang
optimal. Perawatan non-farmakologis harus dikombinasikan dengan obat-obatan untuk
mendapatkan hasil yang optimal
DAFTAR PUSTAKA

1. Anurogo, Dito. (2014). Tension Type Headache. Medical Journal of


Indonesia. Volume 41 no. 3
2. Chowdhury, D. (2012). Tension Type Headache. Annals of Indian
Academy of Neurology. Supp 1, 83-88
3. Jensen, R. (2017). Tension-Type Headache – The Normal and Most
Prevalent Headache. Headache Currents. 1 – 7
4. Oentari, W & Menaldi, S. (2014). Kapita Selekta Kedokteran Ed IV Jilid
1. Jakarta : Media Aesculapius. 312 – 315

Anda mungkin juga menyukai