Anda di halaman 1dari 21

Referat

Farmakologi Nyeri Kepala


Dendri Yaneski
2007501010063
Dosen Pembimbing
Dr dr. Nova Dian Lestari, Sp. S(K)

Bagian/SMF Neurologi
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
BAB 1
Pendahuluan
Nyeri kepala merupakan gejala umum yang sering dialami oleh semua
orang dan mempunyai banyak sekali penyebab sehingga membutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut.

Internatonal Headache Society (HIS)

Nyeri kepala ke dalam dua


1.Nyeri kepala primer (tidak terdapat lesi organic yang menyertai,)
2.Nyeri kepala sekunder (terdapat kelainan organic yang menyertai).

Penting pemahaman fisiologi untuk melakukan tatalaksana secara farmakologi dan


non farmakologi
BAB 2
Tinjauan Pustaka
Definisi

Nyeri kepala adalah nyeri yang dirasakan di daerah kepala atau


merupakan suatu sensasi tidak nyaman yang dirasakan pada
daerah kepala

Nyeri Kepala

Primer nyeri kepala yang tidak terkait dengan kondisi patologi atau
penyebab lain yang mendasari

Sekunder Nyeri kepala yang dikaitkan dengan kondisi patologis


yang mendasari.
Epidemiologi

Studi prevalensi memperkirakan setengah Lebih dari 10% memiliki migrain, dan 1,7- Sampai dengan 10% populasi dunia
sampai tiga perempat dari orang dewasa 4% dari populasi orang dewasa berkonsultasi ke ahli saraf, meskipun
berusia 18 - 65 tahun di dunia telah dipengaruhi oleh nyeri kepala selama 15 hanya sedikit di negara Afrika dan Asia
memiliki nyeri kepala hari atau lebih pada setiap bulannya Tenggara
Klasifikasi Nyeri Kepala Primer

Migren
ETIOLOGI
nyeri kepala dengan serangan nyeri
yang berlansung 4 ± 72 jam. Nyeri
• 70 – 80 % penderita migren memiliki anggota keluarga dekat dengan
biasanya unilateral,sifatnya berdenyut, riwayat migren juga
intensitas nyerinya sedang sampai • Namun, dalam migren tanpa aura tidak ada keterkaitan genetik yang
berat dan diperhebat oleh aktivitas, dan mendasarinya
dapat disertai mual muntah, fotofobia • kelainan mitokondria seperti MELAS(mitochondrial myopathy,
dan fonofobia encephalopathy, lactic acidosis, and strokelike episodes)
• Pasien CADASIL (cerebral autosomal dominant arteriopathy with
subcortical infarcts and leukoencephalopathy)
Diagosis
Migren tanpa aura
A. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi kriteria B-D.
B. Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam (tidak diobati atau tidak berhasil diobati).
C. Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara karakteristik berikut :
1. Lokasi unilateral
2. Kualitas berdenyut
3. Intensitas nyeri sedang atau berat
4. Keadaan bertambah berat oleh aktifitas fisik atau penderita menghindari aktivitas fisik rutin (seperti berjalan atau naik
tangga).
D. Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini :
1. Mual dan/atau muntah
2. Fotofobia dan fonofobia
E. Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain.
Diagosis
Migren dengan aura
A. Sekurang-kurangnya terjadi 2 serangan yang memenuhi criteria B-D.
B. Adanya aura yang terdiri paling sedikit satu dari dibawah ini tetapi tidak dijumpai kelemahan motorik:
1. Gangguan visual yang reversibel seperti : positif (cahaya yang berkedip-kedip, bintik-bintik atau garis-garis) dan negatif
(hilangnya penglihatan).
2. Gangguan sensoris yang reversible termasuk positif (pins and needles), dan/atau negatif (hilang rasa/baal).
3. Gangguan bicara disfasia yang reversibel
C. Paling sedikit dua dari dibawah ini:
1. Gejala visual homonim dan/atau gejala sensoris unilateral 17
2. paling tidak timbul satu macam aura secara gradual > 5 menit dan /atau jenis aura yang lainnya > 5 menit.
3. masing-masing gejala berlangsung > 5 menit dan < 60 menit.
D. Nyeri kepala mulai sewaktu aura atau mengikuti aura dalam waktu 60 menit
E. Tidak berkaitan dengan kelainan lain.
Tata Laksana

Terapi Abortif1,6,7
1. Sumatriptan
Sumatriptan cukup efektif sebagai terapi abortif jika diberikan secara subkutan dengan dosis 4-6 mg. Dapat diulang sekali setelah 2 jam kemudian
jika dibutuhkan. Dosis maksimum 12 mg per 24 jam. Triptan merupakan serotonin 5-HT1B/1D–receptor agonists. Golongan obat ini ditemukan dalam
suatu penelitian mengenai serotonin dan migren yang mendapatkan adanya suatu atypical 5-HT receptor. Aktivasi reseptor ini menyebabkan
vasokontriksi dari arteri yang berdilatasi. Sumatriptan juga terlihat menurunkan aktivitas saraf trigeminal. Terdapat tujuh subkelas utama dari 5-HT
receptors. Semua triptan dapat mengaktivasi reseptor 5-HT1B/1D, serta dalam potensi yang lebih ringan dapat mengaktivasi reseptor 5-HT1A atau 5-

HT1F. Namun, aktivitas 5-HT1B/1D–agonist merupakan mekanisme utama dari efek terapeutik golongan triptan.

 Indikasi: serangan migren akut dengan atau tanpa aura

 Dosis & Cara Pemberian: dapat diberikan secara subkutan dengan dosis 4-6 mg. Dapat diulang sekali setelah 2 jam kemudian jika dibutuhkan.
Dosis maksimum 12 mg per 24 jam.
Tata Laksana
Terapi Abortif

2. Zolmitriptan
Zolmitriptan efektif untuk pengobatan akut. Dosis awal oral 5 mg. Gejala-gejala akan berkurang dalam 1 jam. Obat ini dapat diulang sekali lagi setelah 2 jam jika
diperlukan. Dosis maksimal adalah 10 mg untuk 24 jam. Zolmitriptan juga dapat digunakan melalui nasal spray.
Dosis & Cara Pemberian : Pada uji klinis, dosis tunggal 1; 2,5 dan 5 mg efektif mengatasi serangan akut. Pada perbandingan dosis 2,5 dan 5 mg, hanya terjadi sedikit
penambahan manfaat dari dosis lebih besar, namun efek samping meningkat. Oleh karena itu, pasien sebaiknya mulai dengan doss 2,5 atau lebih rendah. Jika sakit
terasa lagi, dosis bisa diulang setelah 2 jam, dan tidak lebih dari 10 mg dalam periode 24 jam.
Efek Samping: hiperestesia, parestesia, sensasi hangat dan dingin, nyeri dada, mulut kering, dispepsia, disfagia, nausea, mengantuk, vertigo, astenia, mialgia, miastenia,
berkeringat.
Kontraindikasi: Pasien dengan penyakit jantung iskemik (angina pectoris, riwayat infark miokard, coronary artery vasospasm, Prinzmetal's angina), dan pasien
hipersensitif.
3. Eletriptan
Farmakologi: Eletriptan terikat dengan afinitas tinggi terhadap reseptor 5-HT1B, 5-HT1D dan 5-HT1F. Aktivasi reseptor 5-HT1 pada pembuluh darah intrakranial

menimbulkan vasokontriksi yang berkorelasi dengan meredanya nyeri kepala migren. Selain itu, aktivasi reseptor 5-HT1 pada ujung saraf sensoris pada sistem
trigeminal menghambat pelepasan pro-inflammatory neuropeptida.
 Indikasi: Penanganan migren akut dengan atau tanpa aura.
 Dosis & Cara Pemberian: 20–40 mg po saat onset berlangsung, dapat diulang 2 jam kemudian sebanyak 1 kali. Dosis maksimum tidak melebihi 80 mg/24 jam.
 Efek Samping: parestesia, flushing, hangat, nyeri dada, rasa tidak enak pada perut, mulut kering, dispepsia, disfagia, nausea, pusing, nyeri kepala, mengantuk.
Tata Laksana
Terapi Profilaksis
2. Zolmitriptan
a. Beta-blocker:
- propanolol yang dimulai dengan dosis 10-20 mg 2-3x1 dan dapat ditingkatkan secara gradual menjadi 240 mg/hari.
- atenolol 40-160 mg/hari
- timolol 20-40 mg/hari
- metoprolol 100-200 mg/hari
b. Calcium Channel Blocker:
- verapamil 320-480 mg/hari
- nifedipin 90-360 mg/hari
c. Antidepresan, misalnya amitriptilin 25-125 mg, antidepresan trisiklik, yang terbukti efektif untuk mencegah timbulnya migren.
d. Antikonvulsan:
- asam valproat 250 mg 3-4x1
- topiramat
e. Methysergid, derivatif ergot 2-6 mg/hari untuk beberapa minggu sampai bulan efektif untuk mencegah serangan migren.
Tension Type Headeche
a. Definisi
Nyeri kepala berulang yang berlangsung dalam hitungan menit sampai hari, dengan sifat nyeri yang biasanya berupa
rasa tertekan atau diikat, dari ringan sampai berat, dirasakan di seluruh kepala, tidak dipicu oleh aktifitas fisik dan gejala
penyerta nya tidak menonjol.
Klasifikasi TTH adalah :
1. Tension Type Headache episodik.
Tension Type Headache episodik, apabila frekuensi serangan tidak mencapai 15 hari setiap bulan. Tension Type
Headache episodik (ETTH) dapat berlangsung selama 30 menit – 7 hari.
2. Tension Type Headache kronik
Tension Type Headache kronik (CTTH) apabila frekuensi serangan lebih dari 15 hari setiap bulan dan berlangsung
lebih dari 6 bulan.
Diagnosa TTH
Tension Type Headache harus memenuhi syarat yaitu sekurang –
kurangnya dua dari berikut ini :
(1) adanya sensasi tertekan/terjepit,
(2) intensitas ringan – sedang,
(3) lokasi bilateral,
(4) tidak diperburuk aktivitas. Selain itu, tidak dijumpai mual muntah,
tidak ada salah satu dari fotofobia dan fonofobia.
Terapi TTH
1. Obat anti depresan
2. Muscle relaxan
3. Valproat
4. Obat NSAID
5. Toksin botulinum
Cluster Headache

Nyeri kepala klaster (cluster headache) merupakan nyeri kepala vaskular yang juga
dikenal sebagai nyeri kepala Horton, sfenopalatina neuralgia, nyeri kepala histamine,
sindrom Bing, erythrosophalgia, neuralgia migrenosa, atau migren merah (red migren)
karena pada waktu serangan akan tampak merah pada sisi wajah yang mengalami nyeri.
Diagnosis
a. Paling sedikit 5 kali serangan dengan kriteria seperti di bawah
b. Berat atau sangat berat unilateral orbital, supraorbital, dan atau nyeri temporal selama 15 – 180 menit bila tidak
ditatalaksana.
c. Nyeri kepala disertai satu dari kriteria dibawah ini :
• Injeksi konjungtiva ipsilateral dan atau lakrsimasi
• Kongesti nasal ipsilateral dan atau rhinorrhea
• Edema kelopak mata ipsilateral
• Berkeringat pada bagian dahi dan wajah ipsilateral
• Miosis dan atau ptosis ipsilateral
• Kesadaran gelisah atau agitasi
d. Serangan mempunyai frekuensi 1 kali hingga 8 kali perhari
e. Tidak berhubungan dengan kelainan yang lain.
Tatalaksana
 Oksigen: inhalasi oksigen, kadar 100% sebanyak 10-12 liter/menit selama 15 menit sangat efektif, dan merupakan
pengobatan yang aman untuk cluster headache akut.
 Triptan: Sumatriptan 6 mg subkutan, sumatriptan 20 mg intranasal, dan zolmitriptan 5 mg intranasal efektif pada
pengobatan akut cluster headache. Tiga dosis zolmitriptan dalam dua puluh empat jam bisa diterima. Tidak terdapat
bukti yang mendukung penggunaan triptan oral pada cluster headache.
 Dihidroergotamin 1 mg intramuskular efektif dalam menghilangkan serangan akut cluster headache. Cara intranasal
terlihat kurang efektif, walaupun beberapa pasien bermanfaat menggunakan cara tersebut.
 Lidokain: tetes hidung topikal lidokain dapat digunakan untuk mengobati serangan akut cluster headache.
Pasien tidur telentang dengan kepala dimiringkan ke belakang ke arah lantai 30° dan beralih ke sisi nyeri kepala.
Tetes nasal dapat digunakan dan dosisnya 1 ml lidokain 4% yang dapat diulang setekah 15 menit
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan

Nyeri kepala dapat dikatakan sebagai rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada daerah atas
kepala memanjang dari orbital sampai ke daerah belakang kepala (area oksipital dan sebagian daerah
tengkuk). Beberapa mekanisme umum yang memicu nyeri kepala yaitu peregangan atau pergeseran
pembuluh darah; intrakranium atau ekstrakranium, tNyeri kepala dapat diklasifikasikan menjadi nyeri
kepala primer dan nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer dapat dibagi menjadi migren, tension type
headache, cluster headache dengan sefalgia trigeminal/autonomik, dan nyeri kepala primer lainnya. Nyeri
kepala sekunder dapat dibagi menjadi nyeri kepala yang disebabkan oleh karena trauma pada kepala dan
leher, nyeri kepala akibat kelainan vaskular kranial dan servikal, nyeri kepala yang bukan disebabkan
kelainan vaskular intrakranial, nyeri kepala akibat adanya zat atau withdrawal, nyeri kepala akibat infeksi,
nyeri kepala akibat gangguan homeostasis, nyeri kepala atau nyeri pada wajah akibat kelainan kranium,
leher,telinga, hidung, sinus, gigi, mulut atau struktur lain di kepala dan wajah, nyeri kepala akibat
kelainan psikiatri.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai