Anda di halaman 1dari 19

BAB 1 PEMDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Cephalgia atau nyeri kepala termasuk keluhan yang umum dan dapat terjadi akibat banyak sebab yang membuat pemeriksaan harus dilakukan dengan lengkap. Sakit kepala kronik biasanya disebabkan oleh migraine, ketegangan, atau depresi, namun dapat juga terkait dengan lesi intracranial, cedera kepala, dan spondilosis servikal, penyakit gigi atau mata, disfungdi sendi temporomandibular, hipertensi, sinusitis, dan berbagai macam gangguan medis umum lainnya. Walaupun lesi structural jarang ditemukan pada kebanyakan pasien yang mengalami cephalgia, keberadaan lesi tersebut tetap penting untuk diwaspadai. Sekitar satu pertiga pasien tumor otak, sebagai contoh, datang dengan keluhan utama sakit kepala. Intensitas, kualitas, dan lokasi nyeri terutama durasi dari cephalgia dan keberadaan gejala neurologik terkait- dapat memberikan tanda penyebab. Migraine atau nyeri kepala tipe tegang biasanya dijelaskan sebagai sensasi berdenyut; sensasi tekanan juga umum terdapat pada nyeri kepala tipe tegang. Nyeri seperti tertusuk-tusuk menandakan penyebab neuritik; nyeri okuler dan periorbital menandakan terjadinya migraine atau nyeri kepala kluster, dan nyeri kepala persisten merupakan gejala tipikal dari massa intracranial. Nyeri okuler dan periokuler menandakan gangguan ophtalmologik, nyeri dengan sensasi terikat umum pada nyeri kepala tipe tegang. Pada pasien dengan sinusitis, mungkin didapatkan rasa nyeri pada kulit dan tulang sekitar 1

BAB 11 PEMBAHASAN

2.1 SKENARIO TELAPAK TANGAN YANG ATROFI Seorang perempuan berumur 45 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan punggung tangan dan telapak tangan atrofi, mula-mula tangan terasa sakit dan kebas-kebas yang dialaminya sejak 6 bulan yang lalu, dan beberapa hari ini pasien selalu mengeluhkan kepalanya sakit, frekuensinya 2x per hari sifatnya berdenyut dan leher terasa tegang.

2.2 LEARNING OBJECTIVE 1) Mengetahui definisi dan klasifikasi nyeri kepala dan neuropati 2) Mengetahui etiologi nyeri kepala dan neuropati 3) Mengetahui patofisiologi nyeri kepala dan neuropati 4) Mengetahui diagnosis (gejala, tanda, dan pemeriksaan) nyeri kepala dan neuropati 5) Mengetahui pentalaksanaan nyeri kepala dan neuropati

2.3 NYERI KEPALA Nyeri kepala ialah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada daerah atas kepala memanjang dari orbita sampai ke daerah belakang kepala (area oksipital dan sebagian daerah tengkuk). Klasifikasi the International Headache Society pada tahun 1988 membagi nyeri kepala menjadi dua kategori utama: primer dan sekunder. Nyeri kepala primer mencakup migren, nyeri kepala karena ketegangan, dan nyeri kepala cluster. Nyeri kepala sekunder terjadi karena gangguan organik lain, seperti infeksi, trombosis, penyakit metabolisme, tumor atau penyakit sistemik lain. Beberapa mekanisme umum yang tampaknya bertanggungjawab memicu nyeri kepala adalah sebagai berikut: Peregangan atau pergeseran pembuluh darah intrakranium atau

ekstrakranium. Traksi pembuluh darah Kontraksi otot kepala dan leher Peregangan periostium Degenerasi spinal servikalis atas disertai kompresi pada akar nervus servikalis Defisiensi enkefalin.

2.3.1 MIGREN Nyeri kepala migren adalah suatu sinrom nyeri rekuren episodik yang sekarang diklasifikasikan menjadi tiga tipe: migren tanpa aura ( dahulu disebut migren biasa), migren dengan aura ( dahulu migren klasik), dan varian migren. Migren Tanpa Aura Migren tanpa aura adalah tipe yang jauh lebih sering dijumpai, ditemukan pada sekitar 80% dari semua pengidap migren. Migren tanpa aura mungkin dimulai di neuron-neuron nosiseptif di pembuluh darah. IHS mendefiniskan migren paling sedikit lima kali serangan nyeri kepala seumur hidup yang memenuhi kriteria berikut: Durasi 4 sampai 72 jam apabila tidak diobati Nyeri kepala dengan paling sedikit dua dari empat gambaran sebagai berikut: lokasi unilateral, kualitas berdenyut, intensitas nyeri sedang sampai berat, atau nyeri yang diperparah oleh aktivitas rutin. Selama nyeri kepala, paling sedikit satu dari dua hal tersebut: (a) mual dan muntah, (b) fotofobia dan fonofobia.

Migren dengan aura Pasien yang mengalami migren dengan didahului oleh aura lebih besar kemungkinan mengalami rangkaian perubahan neurobiolgik 24 sampai 48 jam sebelum awitan nyeri kepala. Kriteria diagnostik IHS untuk migren dengan aura mensyaratkan bahwa harus terdapat paling tidak tiga dari empat karakteristik berikut: 4

Satu atau lebih gejala aura reversibel yang mengisyaratkan disfungsi korteks serebrum atau batang otak atau keduanya.

paling tidak satu gejala aura timbul secara bertahap selama lebih dari 4 menit

Tidak ada gejala aura yang menetap lebih dari 60 menit nyeri kepala mengikuti aura dengan interval bebas kurang dari 60 menit dan dapat muncul sebelaum atau bersama aura

Pemicu Migren Pemicu yang sering adalah anggur merah, coklat, bau yang tajam, cahaya berkedip-kedip, alkohol, kafein, nikotin, dan makanan yang banyak mengandung gula murni. Stres emosi dan daur tidur yang tidak teratur juga diketahui merupakan pemicu migren yang kuat pada sebagian orang.

Penatalaksanaan Farmakoterapeutik Secara umum, metode-metode ini diklasifikasikan sebagai terapi abortif atau terapi profilaktif. Terapi profilaktif diindikasikan apabila nyeri kepala lebih sering empat kali per bulan, berlangsung lebih lama dari 12 jam, atau menimbulkan hendaya yang cukup signifikan per bulannya.

Terapi Akut Obat pada terapi akut mencakup produk-produk tanpa resep seperti Excedrin Migraine atau aspirin, OAINS dosis penuh, dan agonis 55

dihidroksitriptamin dapat menhentikan nyeri kepala apabila diberikan secara cukup dini. Obat-obat lini pertama lainnya adalah obat vasokonstriktor seperti alkaloid ergot dan Cafergot. Obat-obat triptan adalah agonis selektif serotoni 1b/1d. Siproheptadin, suatu antagonis serotonin dan histamin, kadang-kadang sangat berguna untu kemngurangi nyeri dan frekuensi nyeri kepala.

Terapi Profilaktif Terapi profilaktif umumnya diindikasikan apabila pasien mengalami lebih dari dua kali serangan migren per bulan atau yang aktivitas sehari-harinya sangat terganggu akibat nyeri kepala. Obat-obat ini mencakup antidepresan trisiklik dan inhibitor penyerapan ulang spesifik serotonin, penyekat beta, pemyekat saluran kalsium, dan natrium divalproeks. Dosis untuk profilaksis migren jauh lebih rendah daripada dosis yang biasanya.

2.3.2 NYERI KEPALA KLASTER Nyeri kepala cluster merupakan sindroma nyeri kepala yang lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita. Nyeri kepala cluster ini pada umumnya terjadi pada usia yang lebih tua dibanding dengan migraine. Nyeri pada sindrom ini terjadi hemikranial pada daerah yang lebih kecil dibanding migraine, sering kali pada daerah orbital, sehingga dikatakan sebagai klaster. Jika serangan terjadi, nyeri ini dirasakan sangat berat, nyeri tidak berdenyut konstan selama beberapa menit hingga 2 jam. Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Donnet, kebanyakan pasien 6

mengalami serangan dengan durasi 30 hingga 60 menit. Tidak seperti migraine, nyeri kepala cluster selalu unilateral dan biasanya terjadi pada region yang sama secara berulang-ulang. Nyeri kepala ini umumnya terjadi pada malam hari, membangunkan pasien dari tidur, terjadi tiap hari, seringkali terjadi lebih dari sekali dalam satu hari. Nyeri kepala ini bermulai sebagai sensasi terbakar (burning sensastion) pada aspek lateral dari hidung atau sebagai sensasi tekanan pada mata. Injeksi konjunctiva dan lakrimasi ipsilateral, kongesti nasal, ptosis, photophobia, sindrom Horner, bahkan ditemukan pula pasien dengan gejala gastrointestinal. Serangan nyeri kepala cluster nokturnal dapat ditangani dengan dosis ergotamine sebelum tidur untuk mencegah serangan. Pemberian lidocaine intranasal atau sumatriptan dapat pula digunakan pada serangan akut. Pada beberapa pasien, ergotamine diberikan satu kali atau dua kali perhari juga terbukti bermanfaat. Jika ergotamine dan sumatriptan tidak efektif mengatasi serangan, beberapa neurolog pakar nyeri kepala menyarankan penggunaan verapamil dengan dosis hingga 480 mg per hari. Ekbom memperkenalkan terapi lithium untuk nyeri kepala cluster dan Kudrow telah membuktikan efektivitas lithium pada kasus kronik. Indomethacin dengan dosis 75 mg hingga 200 mg/hari telah dilaporkan berhasil pada kasus kronik akan tetapi beberapa pasien juga tidak mengalami perbaikan. Beberapa kasus nyeri kepala cluster tidak dapat diatasi dengan terapi farmakoterapi dan membutuhkan pemotongan nervus trigerminus parsial.

2.3.4 NYERI KEPALA TEGANG Merupakan nyeri kepala tersering diantara variasi nyeri kepala dan biasanya bilateral. Nyeri kepala ini merupakan nyeri kepala dengan serangan nyeri yang berulang dan berlangsung dari menit sampai hari, dengan sifat nyeri berupa rasa tertekan atau diikat. Nyeri kepala ini adalah manifestasi dari reaksi tubuh terhadap stress, kecemasan, depresi, konflik emosional, kelelahan, dll.

Etiologi Patofisiologi Dari beberapa sumber, dikatakan bahwa salah satu respon tubuh terhadap keadaan stress dan kecemasan yang menyebabkan nyeri kepala tipe tegang adalah adanya reflex pelebaran pembuluh darah ekstrakranial serta kontraksi otot-otot rangka, kepala, leher, dan wajah. Namun, mekanisme ini juga belum begitu jelas. Sedangkan pada sumber lain dikatakan bahwa kebanyakan pasien dengan nyeri kepala tipe-tegang saat ini ditemukan bahwa otot-otot craniocervicalnya cukup relaks dan tidak menunjukkan adanya kontraksi persisten saat diukur dengan elektromiografi. Namun, Sakai et al melaporkan bahwa pada pasien nyeri kepala tipe tegang ditemukan kontraksi pada otot pericranial dan otot trapezius. Akhir-akhir ini, nitrit oksida dimasukkan dalam kejadian nyeri kepala tipe tegang, secara spesifik membuat sentrilisasi sentral pada stimulasi sensoris dari struktur cranial. Hipotesis lain yang baru juga mengatakan bahwa adanya keabnormalan sensitivitas terhadap nyeri pada trigeminal nuclear complex. Kompleks ini, berperan dalam menerima input dari struktur lain dalam otak, termasuk system limbik. 8

Manifestasi Klinis - Rasa kencang di daerah bitemporal, bioksipital, atau seperti diikat di sekeliling kepala, rasa berat, dan tertekan. Nyeri kepala tidak berdenyut. - Nyeri kepala dapat menjalar sampai leher atau bahu. - Dapat bersifat episodic (bila serangan selama <15 hari per bulan), atau kronik (bila serangan >15 hari per bulan). - Durasi serangan dapat berlangsung selama 30 menit hingga beberapa hari. - Tingkat keparahannya ringan sedang dan tidak memberat dengan aktivitas fisik. - Tidak berhubungan dengan adanya nausea, fotofobia, atau fonofobia, dan biasanya tidak menghentikan pasien dalam aktivitas hariannya.

Terapi Terapi lini pertama adalah pengaturan ulang gaya hidup penghilangan substansi yang menyebabkan nyeri kepala seperti alcohol dan nikotin, melakukan latihan fisik yang rutin, tidur cukup, mengurangi stress, dan jika diperlukan, perubahan lain pada situasi dan modehidup pasien. Jika dibutuhkan medikasi, agen pilihannya adalah antidepresan trisiklik, diikuti dengan beta bloker atau tizanidin. Nyeri kepala tipe tegang berespon baik terhadap beberapa obat yang menghilangkan ansietas atau depresi, terutama apabila ditemukan gejala ansietas dan depresi. Analgesic seperti aspirin dan asetaminofen atau NSAID lainnya dapat membantu, namun hanya pada periode yang singkat

2.4 NYERI NEUROPATI Sistem saraf secara normal menyalurkan rangsangan-rangsangan yang merugikan dari SST ke SSP yang menimbulkan perasaan nyeri. Dengan demikian, lesi di SST atau SSP dapat menyebabkan gangguan atau hilangnya sensasi nyeri yang masing-masing disebut hipalgesia dan analgesia. Secara paradoks, kerusakan atau disfungsi SSP atau saraf perifer dapat mneyebabkan nyeri. Jenis nyeri ini disebut nyeri neuropatik. Nyeri neuropatik berasal dari saraf perifer di sepanjang perjalanannya atau dari SSP karena gangguan fungsi, tanpa melibatkan eksitasi reseptor nyeri spesifik. Nyeri neuropatik sering memiliki kualitas seperti terbakar, perih, atau seperti tersengat listrik. Nyeri neuropatik dapat terjadi akibat lesi di SSP atau kerusakan saraf perifer. Nyeri sentral neuropatik adalah suatu konsep yang berkembang, akibat bertambahnya bukti bahwa kerusakan ujung-ujung saraf nosiseptif perifer di jaringan lubak, pleksus saraf, atau saraf itu sendiri dapat menyebabkan nyeri sentral nosiseptif melalui proses sensitisasi. Nyeri neuropatik perifer terjadi akibat kerusakan saraf perifer. Kerusakan yang berasal dari perifer tidak saja melepaskan muatan spontan serat saraf perifer yang terkena tetapi juga lepas muatan spontan sel-sel ganglion akar dorsal saraf yag rusak. Contoh-contoh sindrom yang mungkin dijumpai adalah neuralgia pascaherpes, neuropati diabets, neuralgia trigeminus, dan phantom limb pain. Neuralgia pascaherpes adalah nyeri deaferentasi dermatomal yang terjadi akibat sekuele dari herpes zoster. Pada sekitar 50% pasien berusia lanjut, nyeri 10

rekalsitran menetap timbul di deramtom yang terkena beberapa bulan setelah lesi kulit sembuh. Penyebab pasti tidak diketahui, tetapi pembentukan jaringan parut dan perubahan degeneratif di medula spinalis, ganglion, dan trunkus saraf mungkin merupakan faktor penting. Neuropati diabetes adalah penyulit umum terjadi pada diabetes, terutama seteleh hiperglikemia kronik. Gambaran klinik tersering adalah poli neuropati perifer bilateral yang terutama sensorik. Pada neuropati sensorik diabetes, yang terutama terkena adalah serat saraf kecil, dan neuropati ini umumnya nyeri. Gejala meliputi rasa baal, parestesia, hiperalgesia berat, dan nyeri yang biasanya dirasakan seperti terbakar. Neuralgia trigeminus adalah suatu penyakit yang terutama mengenai orang dewasa usia pertengahan dan lanjut; penyakit ini menimbulkan myeri seperti ditusuk yang intens dan paroksismal dengan distribusi divisi mandibular dan maksilaris saraf trigeminus. Nyeri mungkin dipicu oleh rangsangan tidak berbahaya didaerah-daerah spesifik di wajah, bibir, atau gusi. Walaupun berlangsung singkat, nyeri dapat sedemikian kuat sehingga pasien menyeringai/berkedip secara refleks atau involunter. Pasien juga mungkin mengeluhkan rasa tidak nyaman yang terusmenerus, gatal, dan sensitivitas di wajah. Walaupun sebagian besar kasus idiopatik, sebagian kasus disebabkan oleh kelainan neurologis lain, misalnya sklerosis multipel, aneurisma arteria basilaris, tumor atau penekanan akar trigeminus oleh pembuluuh darah yang melebar berkelok-kelok. Kausalgia adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan rasa seperti terbakar yang hebat di ektremitas yang mungkin terjadi setelah kerusakan parsial 11

trunkus saraf, biasanya nervus medianus di atas siku atau nervus iskiadikus di atas lutut. Terdapat banyak penyebab yang dapat menyebabkan gangguan fungsi saraf. Pada beberapa kasus, penyebab terjadinya neuropati tidak dapat diketahui. Neuropati dapat diakibatkan oleh penyakit, tekanan pada sistem saraf, laserasi, terpapar racun, inflamasi, pada beberapa kasus neuropati banyak mengenai orang diatas usia 60 tahun. Kerusakan saraf yang dapat menyebabkan neuropati, antara lain: Herediter Penyakit Charcot-marie-Tooth Friedreichs ataxia

Penyakit sistemik atau metabolik Diabetes Melitus (neuropati diabetik) Kekurangan gizi, terutama akibat defesiensi vitamin B-12 Peminum alkohol (Alkoholik neuropati) Uremia (akibat gagal ginjal) Kanker

Akibat Infeksi atau inflamasi AIDS Hepatitis Colorado tick fever Difteri 12

Sindrom Guillain Barre Infeksi HIV yang tidak berkembang menjadi AIDS Lepra Poliartritis nodosa Reumathoid Artritis Sarkoidosis Sifilis Sistemik Lupus Eritematosus (SLE) Amiloid

Akibat terpapar toksin N2O Limbah pabrik, terutama yang bersifat cair Logam berat, seperti arsen, merkuri, dan lain-lain. Terhirup bahan perekat atau bahan toksik lainnya.

Neuropati akibat sekunder dari penggunaan obat (banyak obat yang dapat menyebabkan neuropati) Penyebab lain Iskemia (akibat kekurangan oksigen atau penurunan tekanan darah) Terpapar udara dingin dalam jangka waktu lama. Bells palsy Carpal Tunnel Syndrom Penekanan yang berlangsung lama pada saraf dapat menyebabkan kerusakan 13

saraf. Kerusakan saraf akibat penekanan dapat diakibatkan imobilisasi yang berlangsung cukup lama, contohnya pada pasien paska bedah yang memerlukan perawatan dalam waktu lama, atau penekanan oleh gips, bidai, dan alat-alat lainnya.

Sasaran pemeriksaan neuropati perifer adalah menetapkan diagnosis neuropati periferal, menentukan apakah proses aksonal atau demielinatif, serta mencari penyebabnya. Secara klinis, neuropati menyebabkan kelemahan serta atrofi otot, hilangnya sensasi atau perubahan sensasi (nyeri, parestesia), dan kelemahan atau hilangnya refleks tendon. Pemeriksaan konduksi saraf dapat membedakan neuropati demielinatif (perlambatan kecepatan konduksi atau blok konduksi) pada neuropati aksonal (amplitudo potensial aksi rendah). Elektromielografi (EMG) dapat membedakan atrofi denervasi dari kelainan otot primer. Pemeriksaan CSS membantu terutama pada neuropati demielinatif inflamatori. Karena akar kranial dan spinal terendam pada CSS, neuropati demielinatif yang mengenai akar akan menyebabkan peninggian protein CSS. Inflamasi akar saraf juga menyebabkan pleositosis CSS. Pengambilan riwayat teliti dengan penekanan pada riwayat keluarga, paparan lingkungan, serta penyakit sistemik, dikombinasi dengan pemeriksaan neurologis serta laboratorium dapat menentukan etiologi pada kebanyakan neuropati saraf tepi. Bila diagnosis meragukan, biopsi saraf dengan mikroskop cahaya, mikroskop elektron, morfometri, dan preparat berkas serabut dapat memberikan informasi definitif lebih banyak. Saraf sural biasanya dipilih 14

untuk biopsi karena letaknya superfisial serta mudah ditemukan dan merupakan saraf yang predominan sensori. Biopsi saraf sural meninggalkan bercak hipestesia pada aspek lateral kaki yang biasanya ditolerasi dengan baik. Neuropati diabetik dan lainnya mengenai terutama serabut kecil bermielin dan yang tidak bermielin yang menghantar sensasi nyeri dan suhu. Degenerasi pada neuropati serabut kecil ini mengenai serabut saraf bagian yang paling distal yang dijumpai pada berbagai organ dan jaringan (serabut somatik) dibanding serabut pada saraf utama. Pemeriksaan konduksi saraf serta EMG pada setiap kasus mungkin normal dan biopsi saraf sural bisa sulit diinterpretasikan. Diagnosis bisa ditegakkan dengan biopsi kulit. Sekitar 3-4 mm kulit diambil dengan punch dan dipotong dengan mikrotom. Potongan diuji dengan antibodi terhadap Protein Gene Product 9.5 yang menampilkan serabut saraf kecil yeng menembus epidermis. Kepadatan serabut ini berkurang pada neuropati serabut kecil. Perubahan patologis pada kebanyakan neuropati saraf tepi (degenerasi aksonal, demielinasi aksonal atau kombinasinya) tidak spesifik. Pada neuropati aktif makrofag membuang debris mielin dan akson. Kebanyakan neuropati aksonal lanjut memperlihatkan hilangnya akson yang bermielin serta bertambahnya kolagen endoneurial. Beberapa neuropati demielinatif kronik memperlihatkan perubahan hipertrofik. Karenanya pada kebanyakan neuropati, biopsi saraf sural hanya dapat menentukan diagnosis neuropati dan membedakan neuropati aksonal dari demielinatif serta neuropati akut dari yang kronis, namun tidak dapat menentukan penyebab neuropati. Hanya beberapa neuropati memperlihatkan perubahan patologis yang khas untuk kelainannya setelah diagnosis yang spesifik. Neuropati 15

ini antaranya neuropati demielinatif inflamatori akut dan kronik, neuropati motor dan sensori herediter, vaskulitis, neuropati sarkoid, leprosi, neuropati amiloid, invasi neoplastik kesaraf tepi, leukodistrfi metakhromatik, adrenomieloneuropati, dan neuropati aksonal raksasa. Tujuan pengobatan untuk penanganan kondisi penyebab neuropati dan memperbaiki kerusakan seperti menghilangkan gejala. bila dokter tidak dapat menentukan penyebab neuropati, dokter akan memberikan beberapa obat untuk menghilangkan gejala dari penderita. Pengendalian penyakit kronik tidak dapat menghilangkan neuropati tetapi hal tersebut berperan dalam penatalaksanaannya. Dokter akan merekomendasikan pengobatan pada beberapa kondisi :

diabetes bila menderita diabetes, penderita dan dokter dapat bekerja sama untuk mempertahankan kadar gula darah senormal mungkin. Mempertahankan kadar gula darah yang normal dapat melindungi saraf. meskipun gejala awal sebelum diperbaiki jelek.

defisiensi vitamin bila neuropati disebabkan oleh defisiensi suatu vitamin, gejala tersebut akan membaik saat defiisensi dikoreksi. Dokter akan merekomendasikan untuk penyuntikan vitamin B12 untuk beberapa hari kemudian satu bulan sekali. Bila menderita anemia perniosa, penderita membutuhkan penyuntikan yang teratur dan 16

mungkin tambahan suplemen vitamin. Penderita juga membutuhkan diet makan yang sehat.

gangguan autoimmun bila neuropati disebabkan oleh suatu peradangan atau proses autoimun, pengobatan ditujukan pada pengontrolan respon immun

penekanan saraf pada beberapa kasus, neuropati disebabkan oleh penekanan pada saraf. Pengobatan utama dengan menghindari sumber penekanan. hal itu mungkin dengan membuat kursi,meja atau keyboard yang sesuai dirumah atau kantor, merubah cara memegang alat atau instruments atau beristirahat sebentar pada hobi atau olah raga tertentu. pada beberapa kasus penekanan saraf, penderita membutuhkan

pembedahan untuk perbaikan.

zat toksis atau obat obatan bila toksin atau obat - obatan penyebab neuropati, segera hentikan pemakaian obat obatan atau menghindari paparan toksin untuk mencegah neuropati yang progresif.

17

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN 1. Nyeri adalah suatu proses dinamik, yaitu hubungan fisiologik antara

rangsangan nyeri dan keluaran sensroik respons nyeri dapat mengalami modifikasi seiring dengan waktu. 2. Nyeri Neuropatik disebabkan oleh cedera atau kerusakan pada serat saraf di

SST atau SSP, sehingga kemampuan serat saraf menghantarkan informasi sensorik terganggu. 3. Terdapat dua jenis nyeri kepala migren : migren dengan aura dan migren

tanpa aura. 4. Nyeri kepala akibat ketegangan terjadi karena kontraksi menetap otot-otot

kulit kepala, dahi dan leher yang disertai oleh vasokontriksi ekstrakranium.

3.2 SARAN Kami sebagai penyusun makalah ini, sangat mengharap atas segala saran saran dan kritikan bagi para pembaca yang kami hormati guna untuk membangun pada masa yang akan datang untuk menjadi yang lebih baik dalam membenarkan aluralur yang semestinya kurang memuaskan bagi tugas yang kami laksanakan.

18

DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia anderson. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Ed 6. Jakarta:EGC, 2005

George dewanto. Panduan praktis diagnosis & tata laksana penyakit saraf. Jakarta: EGC, 2009

Mahar Mardjono, Neurologi klinis dasar. Jakarta: Dian Rakyat, 2009 Hasan Sjahrir, Nyeri kepala. Medan, USUpress, 2004

19

Anda mungkin juga menyukai