Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sakit kepala (Headache) merupakan keluhan yang sering diutarakan oleh orang dewasa.
Headache dapat menimbulkan dampak negatif dalam kehidupan, aktivitas sosial dan kapasitas
kerja. Hal ini berakibat pada penurunan derajat kualitas hidup.1
Tension Type Headache (TTH) adalah nyeri kepala bilateral yang menekan
(pressing/sequeezing), mengikat, tidak berdenyut, tidak dipengaruhi dan tidak diperburuk oleh
aktivitas fisik, bersifat ringan hingga sedang, tidak disertai (atau minimal) mual dan/atau muntah,
serta disertai fotofobia atau fonofobia.2
TTH adalah bentuk paling umum nyeri kepala primer yang mempengaruhi hingga dua
pertiga populasi. Sekitar 78% orang dewasa pernah mengalami TTH setidaknya sekali dalam
hidupnya. TTH dapat menyerang segala usia. Usia terbanyak adalah 25-30 tahun, namun puncak
prevalensi meningkat di usia 30-39 tahun. Sekitar 40% penderita TTH memiliki riwayat keluarga
dengan TTH. Prevalensi seumur hidup pada perempuan mencapai 88%, sedangkan pada laki-
laki mencapai 69%. Onset usia penderita adalah pada dekade ke-dua atau ke-tiga kehidupan yaitu
antara 25-30 tahun.3
Kedokteran keluarga merupakan suatu disiplin akademik yang diimplementasikan pada
komunitas keluarga. Penanganan dalam kedokteran keluarga meliputi seluruh fungsi keluarga,
bukan hanya mengenai fungsi biologis individu yang sakit saja. Upaya pelayanan yang dilakukan
dalam kedokteran keluarga dilakukan secara komprehensif yaitu meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehablitatif. Dengan diterapkannya kedokteran keluarga dalam penanganan
pasien faringitis akut. Selain itu, dengan mengidentifikasi fungsi keluarga, keluarga dapat
terhindar dari penyakit lain yang dapat terjadi pada keluarga.8 Seorang dokter dalam kedokteran
keluarga diperlukan dalam mengenali kondisi klinis penderita dan memberikan terapi yang tepat,
serta memberikan pembinaan pada penderita dan keluarga. Upaya untuk memiliki keterampilan
yang baik pada kondisi tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan melakukan tinjauan kasus
kedokteran keluarga melalui kunjungan rumah seperti yang dilakukan dalam laporan kasus ini.

1
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah:
1.2.1 Tujuan umum
Untuk memahami dan melaksanakan diagnosis holistik serta penanganan
komprehensif pasien berdasarkan pendekatan keluarga.
1.2.2 Tujuan khusus
 Terlaksananya kunjungan ke rumah pasien
 Mengetahui diagnosis holistik pasien dan keluarga pasien
 Terlaksananya penatalaksanaan pasien secara komprehensif

1.3 Manfaat
Penulisan laporan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai media belajar agar
dapat melaksanakan praktek kedokteran keluarga termasuk diagnosis holistik dan
penanganan komprehensif secara langsung kepada pasien.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Tension type headache disebut juga nyeri kepala tegang, nyeri kepala kontraksi otot, nyeri
kepala psikomiogenik, nyeri stres, nyeri kepala esensial, nyeri kepala idiopatik, nyeri kepala
psikogenik.1
Tension type headache merupakan suatu keadaan yang melibatkan sensasi nyeri atau rasa
tidak nyaman didaerah kepala, kulit kepala atau leher yang biasanya berhubungan dengan
ketegangan otot didaerah ini. 2
2.2 Klasifikasi 3,4
a. Tension Type Headache Episodik
Tension Type Headache Episodik diklasifikasikan menjadi 2 yaitu 3,4
1) Tension Type Headache Episodik yang infrequent
2) Tension Type Headache Episodik yang frequent

Tension Type Headache Episodik yang infrequent


Deskripsi : 3
Nyeri kepala episodik yang infrequent berlangsung beberapa menit sampai beberapa hari,
nyeri bilateral, rasa menekan atau mengikat dengan intensitas ringan sampai sedang. Nyeri
tidak bertambah pada aktifitas fisik rutin, tidak didapatkan mual, tetapi bisa terdapat
fotofobia atau fonofobia.
Tension Type Headache Episodik yang infrequent diklasifikasikan menjadi 2 yaitu : 4
1) Tension Type Headache Episodik yang infrequent yang berhubungan dengan nyeri
tekan perikranial. Hal ini ditandai dengan meningkatnya nyeri tekan perikranial pada
palpasi manual.
2) Tension Type Headache Episodik yang infrequent yang tidak berhubungan dengan
nyeri tekan perikranial.

3
Tension Type Headache Episodik yang frequent
Deskripsi : 3,4
Nyeri kepala episodik yang frequent berlangsung beberapa menit sampai beberapa hari,
nyeri bilateral, rasa menekan atau mengikat (tidak berdenyut), intensitas ringan sampai
sedang, nyeri tidak bertambah pada aktifitas fisik rutin, tidak didapatkan mual / muntah,
tetapi mungkin terdapat fotofobia atau fonofobia.
Tension Type Headache Episodik yang frequent diklasifikasikan menjadi 2 yaitu : 3,4
1) Tension Type Headache Episodik yang frequent yang berhubungan dengan nyeri tekan
perikranial. Hal ini ditandai dengan meningkatnya nyeri tekan perikranial pada palpasi
manual.
2) Tension Type Headache Episodik yang frequent yang tidak berhubungan dengan nyeri
tekan perikranial.
b. Tension Type Headache Kronik (CTTH)
Deskripsi : 3,4
Nyeri kepala yang berasal dari Tension Type Headache Episodik (ETTH) dengan serangan
tiap hari atau serangan episodik nyeri kepala lebih sering yang berlangsung beberapa menit
sampai beberapa hari, nyeri kepala bersifat bilateral, menekan atau mengikat (tidak
berdenyut) dengan intensitas ringan sampai sedang, dan nyeri tidak bertambah pada
aktifitas fisik rutin, kemungkinan terdapat mual fotofobia atau fonofobia ringan.
Tension Type Headache Kronik (CTTH) diklasifikasikan menjadi 2 yaitu : 3
1) Tension Type Headache Kronik yang berhubungan dengan nyeri tekan perikranial. Hal
ini ditandai dengan meningkatnya nyeri tekan perikranial pada palpasi manual.
2) Tension Type Headache Kronik yang tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial

2.3 Kriteria Diagnostik


a. Nyeri kepala dalam rata-rata > 15 hari/bulan selama > 3 bulan (> 180 hari/tahun) dan
memenuhi kriteria B-D.
b. Nyeri kepala berlangsung beberapa jam atau terus-menerus.
c. Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas:
 Lokasi bilateral.
 Menekan/mengikat (tidak berdenyut).
 Intensitas ringan atau sedang
 Tidak diperberat oleh aktifitas rutins eperti berjalan atau naik tangga.

4
d. Tidak didapatkan:
 Lebih dari satu: fotofobia atau fonofobia atau mual yang ringan.
 Mual yang sedang atau berat, maupun muntah (bisa anoreksia).
e. Tidak berkaitan dengan kelainan lain tetapi ada atau telah ada dalam dua bulan terakhir
penggunaan obat yang berlebihan yang memenuhi kriteria Medication overuse headache.
2.4 Penatalaksanaan 2,3
a. Terapi Farmakologis 2,3
Terapi farmakologis dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Terapi abortif
Terapi ini digunakan untuk menghentikan atau mengurangi intensitas serangan. Terapi
abortif tersebut antara lain : aspirin 1000 mg/hari, acetaminophen 1000 mg/hari, NSAID
(Naproxen 660-750 mg/hari, ketoprofen 25-50 mg/hari, tolfenamic 200-400 mg/hari,
ibu profen 800 mg/hari, diclofenac 50-100 mg/hari).
2) Terapi preventif
terapi preventif tersebut antara lain : Amitriptilin (dosis 10-50 mg sebelum tidur) dan
nortriptilin (dosis 25-75 mg sebelum tidur) yang merupakan antidepresan golongan
trisiklik yang paling sering dipakai. selain itu juga, selective serotonin uptake inhibitor
(SSRI) juga sering digunakan seperti fluoksetin, paroksetin, sertralin.
b. Terapi Non-Farmakologis 4,5
Disamping mengkonsumsi obat, terapi non farmakologis yang dapat dilakukan
untuk meringankan nyeri tension type headache antara lain :
1) Kompres hangat atau dingin pada dahi
2) Mandi air hangat
3) Tidur dan istirahat.

2.5 Pencegahan 6
Cara untuk mencegah terjadinya tension type headache adalah dengan menghindari
faktor pencetus seperti menghindari kafein dan nikotin, situasi yang menyebabkan stres,
kecemasan, kelelahan, rasa lapar, rasa marah, dan posisi tubuh yang tidak baik. Perubahan
gaya hidup yang diperlukan untuk menghindari tension type headache kronis dapat
dilakukan dengan beristirahat dan berolahraga secara teratur, berekreasi, atau merubah
situasi kerja.

5
2.6 Kedokteran Keluarga
Kedokteran keluarga merupakan disiplin akademik profesional, yaitu pengetahuan
klinik yang dimplementasikan pada komunitas keluarga. Dokter harus mmahami manusia
bukan hanya sebagai makhluk biologik, tetapi juga makhluk sosial. Dalam hal ini harus
7
memahami hakikat biologik, psikologik, sosiologik, ekologik, dan medik.
a. Hakikat biologic
Kedokteran keluarga memperhatikan pula perihal dinamika kehidupan keluarga sebagai
makhluk biologis, yaitu masuk keluarnya seseorang anggota keluarga dalam organisasi
keluarga. Mulai dari proses pra-konsepsi/ pra-nikah sampai lahirnya anak, atau
bertambahnya jumlah anggota keluarga. Bertambahnya usia kemudian meninggal, atau
anggota keluarga yang pindah tempat, sehingga berkurang jumlah anggota keluarga. Untuk
lebih terinci menilai permasalahan keluarga, dinilai dari kualitas hidup keluarga serta fungsi
keluarga, yaitu peranan fungsi biologis keluarga perihal yang berkenaan dengan organ
sistem terpadu dari individu dan anggota keluarga lainnya yang mempunyai risiko, meliputi
adanya faktor keturunan, kesehatan keluarga, dan reproduksi keluarga; yang semuanya
berpengaruh terhadap kualitas hidup keluarga.

b. Hakikat psikologik
Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai aktivitas dan tingkah laku
yang meerupakan gambaran sikap manusia yang menentukan penampilan dan pola
perilakuk dan kebiasaannya.

c. Hakikat sosiologik
Dalam kehidupannya manusia berhubungan dengan sesama baik lingkup
keluarga, pekerjaan, budaya, dan geografis, yang menimbulkan berbagai proses dan
gejolak. Kebijaksanaan yang digunakan dokter keluarga adalah yang
berorientasikan penyakit/ permasalahan yang berhubungan dengan proses dinamika
dalam keluarga, potensi keluarga, kualitas hidup yang dipengaruhi oleh budaya
positif, serta pendidikan dan lingkungannya.

d. Hakikat ekologik
Ekologi dalam kedokteran keluarga membahas manusia seutuhnya dalam
interaksinya dengan sesamanya dan spesies lainnnya juga hubungannya dengan
lingkungan fisik dalam rumah tangganya.

6
e. Hakikat medik
Temuan-tmuan di bidang teknologi kedokteran akan juga mempengaruhi
ilmu kedokteran keluarga. Pergeseran pola perilaku dan pola penyakit, akan
mempengaruhi pola pelayanan kedokteran. Karena itu, kedokteran keluarga sebagai
ilmu akan berkembanga dalam bidang yang mempengaruhi kesehatan,
kesejahteraan, dan kebahagiaan keluarga.
2.7 Pendekatan Kedokteran Keluarga
Prinsip dalam kedokteran keluarga adalah pendekatan keluarga. Pendekatan
keluarga merupaka serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang terencana,
terarah, untuk menggali, meningkatkan, dan mengarahkan peran serta keluarga agar
dapat memanfaatkan potensi yang ada guna menyembukan anggota keluarga dan
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga yang mereka hadapi. Dalam
pendekatan ini diberdayakan apa yang dimiliki oleh keluarga dan anggota keluarga
untuk menyembukan dan menyelesaikan masalah keluarga. Hal ini dapat dilakukan
bila memahami profil dan fungsi keluarga. Pelayanan kedokteran keluarga
merupakan pelayanan yang bersifat komprehensif, meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Materi kedokteran keluarga pada hakikatnya
merupakan kepedulian dunia kedokteran perihal masalah-masalah ekonomi dan
sosial, di samping masalah organobiologik, yaitu ditujukan terhadap pengguna jasa
sebagai bagian dalam lingkungan keluarga. Demikian pula pemanfaatan ilmunya
yang bersifat menyeluruh, yaitu pelayanan terhadap masalah organ, mental-
7
psikologikal dan sosial keluarga.

7
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. J

Jenis Kelamin : Laki-laki


Usia : 21 tahun
Tanggal lahir : 14 Desember 1998
Agama : Islam
Alamat : Jl. Gedongsongo Timur IV
Pendidikan : Tamat SMA
Suku Bangsa : Jawa
Pekerjaan : Penjaga koss

3.2 Resume Penyakit dan Penatalaksanaan yang Telah Diberikan


A. Data Subjektif
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 4 Desember 2019 pukul 10.00 WIB di
klinik Srikandi
Keluhan Utama : Nyeri Kepala

Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak ±4 bulan sebelum pemeriksaan, pasien mengeluh sering nyeri kepala. Pasien
merasakan nyeri kepala melingkar dari atas mata ke kepala belakang, nyeri dirasakan
seperti terikat dan menjalar hingga leher belakang dan kedua pundak, nyeri dirasakan
hilang timbul terutama dirasakan beraktivitas seharian, nyeri dirasakan membaik dengan
istirahat dalam 1 minggu terakhir nyeri kepala dirasakan hingga 3x serangan dengan durasi
45-60 menit. Pasien belum mengkonsumsi obat apapun untuk mengatasi keluhannya.
Keluhan kejang, silau saat melihat cahaya, mual, muntah, pandangan kabur, gangguan
pendengaran, berdengung, kelemahan anggota gerak, kebas, demam, batuk, pilek dan gatal
disangkal. BAK dan BAB masih dalam batas normal. Pasien berobat ke Klinik karena
keluhan tidak membaik.

8
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat kencing manis disangkal
- Riwayat hipertensi disangkal
- Riwayat alergi disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat anggota keluarga dengan keluhan serupa disangkal
- Riwayat anggota keluarga dengan kencing manis disangkal
- Riwayat anggota keluarga dengan hipertensi disangkal
- Riwayat anggota keluarga dengan alergi disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien seorang penjaga kost di sebuah daerah di Semarang. Pasien tinggal
bersama ibu, dan adik perempuanya. Pasien sehari- hari bekerja di Kost selama 24 jam
sebagai penjaga koss. Ayah pasien sudah meninggal, Ibu pasien sebagai penjaga toko,
dan adik pasien bekerja sebagai karyawan swasta di perusahaan bidang kosmetik.
Penghasilan per bulan pasien kurang lebih Rp. 2.500.000,00, cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Pembiayaan kesehatan dengan JKN non PBI .

Kesan sosial ekonomi cukup.

Riwayat Makan dan Minum


Tabel 1. Food recall
I II III

Pagi Nasi goreng 1 porsi Gado-gado 1 porsi Nasi putih 1,5 centong
Es teh manis 1 gelas Es teh manis 1 gelas Ayam goreng 1 porsi
Siang Nasi putih 1,5 centong Nasi putih 1,5 Nasi putih 1,5 centong
Rendang 1 porsi centong Sup 1 porsi
Es the manis 1 gelas Soto ayam Es jeruk 1 gelas
Malam Nasi putih 1,5 centong Nasi putih 1,5 porsi Nasi goreng 1 porsi
soto ayam 1 porsi Ikan goreng 1 ekor Es teh manis 1 gelas

9
B. Data Objektif
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 4 Desember 2019 pukul 10.30 di Klinik
Srikandi
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Frekuensi nadi : 80x/menit, regular, isi dan tegangan cukup
Frekuensi nafas : 22x/menit, regular
Suhu : 36,5 oC (aksiler)
Nyeri : VAS 4-5

Antropometri
Berat badan : 56 kg
Tinggi badan : 157 cm
IMT : 22,67 kg/m2 (Normoweight)
Status Generalis
Kepala : mesosefal
Kulit : turgor kulit cukup
Mata : konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), cowong (-/-), pupil
bulat isokor (3 mm/3 mm), nystagmus (-/-)
Telinga : discharge (-/-), nyeri mastoid (-/-)
Hidung : discharge (-/-), napas cuping hidung (-)
Mulut : sianosis (-), bibir pucat (-)
Tenggorok: mukosa faring hiperemis (-), post nasal drip (-), T1-1
Leher : trakea di tengah, JVP R+0, pembesaran kelenjar getah bening leher (-)
Thoraks : Simetris, bentuk normal, retraksi (-)
Paru
Inspeksi : Hemithorax kanan dan kiri simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Stem fremitus kanan sama kuat dengan kiri
10
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi: Suara dasar vesikuler pada kedua lapangan paru, suara tambahan(-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba di SIC V 2 cm medial linea mid clavicularis sinistra,
kuat angkat (-)
Perkusi : konfigurasi jantung dbn
Auskultasi : BJ I-II murni, regular, bising (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, venektasi (-)
Auskultasi: Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas
Superior Inferior
Edema -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Capillary refill <2’’/<2’’ <2’’/<2’’

11
Status Neurologi
Rangsang meningeal
Kaku kuduk : tidak ada
Brudzinsky I : tidak ada
Brudzinsky II : tidak ada
Brudzinsky III : tidak ada
Brudzinsky IV : tidak ada
Nervi craniales
Dextra Sinistra
NI
Subjektif Dalam batas normal
Objektif Tidak dinilai

N II
Ketajaman > 3/60 > 3/60
penglihatan
Lapangan pandang Dalam Dalam
batas batas
normal normal
Sensus coloris Tidak dilakukan

N III
Pupil Bulat, Bulat,
3mm 3mm
Pergerakan bulbus Bebas Bebas
Exoftalmus - -
RC direk + +
RC indirek + +
RC konsensual + +
Diplopia -

N IV
Pergerakan bulbus Bebas Bebas
Diplopia -

NV
Membuka mulut +
Mengunyah +
Menggigit +
Refleks kornea + +
Sensibilitas muka Dalam batas normal
12
N VI
Pergerakan bulbus Bebas Bebas
Diplopia -

N VII
Menutup mata + +
Mengerutkan dahi + +
Senyum + +
Sensorik 2/3 depan Dalam batas normal
lidah

N VIII
Detik arloji Tidak dilakukan
Suara bisik Tidak dilakukan
Garpu tala Tidak dilakukan

N IX
Sensorik 1/3 Dalam batas normal
belakang lidah

NX
Menelan +

N XI
Mengangkat bahu + +
Memalingkan + +
kepala

N XII
Pergerakan lidah +
Fasikulasi lidah -
Deviasi lidah Tidak ada
Kesan: pemeriksaan nervi craniales dalam batas normal

13
Motorik
Dextra Sinistra
Ekstremitas superior
Pergerakan Bebas Bebas
Kekuatan 5 5
Tonus Normotonus Normotonus
Refleks fisiologis
Biceps +2 +2
Triceps +2 +2

Refleks patologis
Hoffmann - -
Trommer - -

Ekstremitas inferior
Pergerakan Bebas Bebas
Kekuatan 5 5
Tonus Normotonus Normotonus
Refleks fisiologis
Patella +2 +2
Refleks patologis
Babinsky - -
Chaddock - -
Klonus
Paha - -
Kaki - -

Sensorik
Ekstremitas superior :tidak dilakukan
Ekstremitas inferior :tidak dilakukan
Koordinasi, gait, dan keseimbangan
Cara berjalan : dalam batas normal
Romberg : dalam batas normal
Ataksia : tidak dilakukan
Disdiadokokinesia : dalam batas normal
Rebound phenomenon : dalam batas normal
Dix Hallpike :-

14
A. Diagnosis Kerja
DK :Cephalgia kronis
DT : Muskularis pericranii
DE : Tension Type headache

B. Rencana Penatalaksanaan
Medikamentosa :
Ibuprofen 400 mg tab/12 jam
Vit B complex 1 tab/ 12 jam
Nonmedikamentosa :
 Menjelaskan kepada pasien mengenai kondisi yang dialami pasien dan terapi yang
diberikan.
 Menjelaskan kepada pasien untuk melakukan relaksasi seperti aromaterapi dan pijat
 Edukasi hidup sehat dan modifikasi gaya hidup seperti:
– Istirahat diruangan yang gelap dan tenang
– Melakukan peregangan leher dan bahu selama 20-30 menit setiap pagi selama 1 minggu
– Tidur dengan posisi yang benar
– Perbanyak konsumsi makanan kaya serat dan vitamin untuk meningkatkan daya tahan
tubuh.
 Berolahraga secara teratur untuk meningkatkan kekebalan tubuh
 Edukasi tentang NAPZA dan rokok agar dapat menolak dan menghindari hal tersebut.

3.3 Data Tambahan


Tabel 2. Profil Anggota Keluarga Satu Rumah

Kedudukan L/
No. Nama Umur Pendidikan Pekerjaan
dalam keluarga P
1. Ny. S Istri P 46 th SMP Penjaga toko
2. Tn. J Anak L 21 th SMA Penjaga koss
3. Nn. N Anak P 20 th SMA Karyawan swasta

Bentuk keluarga: Single parent family

15
3.4 Dinamika Keluarga
A. Genogram

XX
TN. KS Ny. AR Ny. SR
TN.
B 1934 B 1935 B
PN
D 2002 D 2010 1948
B
68 th, 75 th, 71 th,
KLL DM

Ny. S
B 1973
46 th X Tn. SJ
B 1972
D 2017
47 th

Nn.
N
B
199

Tn. J
B 1998
21 th
TTH

Gambar 1. Genogram
Keterangan:
- Tanggal pembuatan : 4 Desember 2019, pukul 17.00
- Pemberi informasi : Tn. J
- Jenis keluarga : Extended family
- Keterangan genogram :

16
: Laki-laki : Pasien
: Perempuan : Satu rumah
: Hamil : Meninggal
: Abortus

B. Family Map

Tn. J

Nn.. N
Ny.S

Gambar 2. Family map

- Keterangan:
Tn. J : pasien
Ny. N : Ibu
Nn. N : adik
kandung

: Laki-laki
: Perempuan
: Hamil
: fungsional

Kesimpulan  Hubungan antara pasien, ibu, dan adik yang tinggal


serumah dalam keadaan yang fungsional.

17
C. Family Lifeline

Tabel 3. Family Lifeline

Tahun Usia Life Event Severity of Illness


1998 0 Lahir di Tegal
2005 7 th Masuk SD
2011 13 th Lulus SD, masuk SMP
2014 16 th Lulus SMP, masuk SMA
2015 17 th Ayah pasien meninggal dunia

2017 19 th Lulus SMA


2018 20 th Bekerja di Semarang
2019 21 th Pasien merasa nyeri kepala seperti terikat
yang menjalar ke leher dan pundak.

D. Family Life Cycle

Family life cycle melukiskan berbagai tahapan perkembangan dalam


status keluarga dan menjelaskan cara sebuah keluarga berfungsi. Pada setiap
tahapan keluarga memproyeksikan berbagai identitas dan peran, pemenuhan
yang akan memastikan kemajuan ke tahap berikutnya atau lebih tinggi.
Berdasarkan 8 tahap oleh Duvall 1967, keluarga Tn. J termasuk dalam tahap
ke 5 yaitu keluarga dengan anak pertama memasuki usia dewasa.

18
E. APGAR

Tabel 4. Penilaian skor APGAR


Hampir
Hampir Kadang-
tidak
KOMPONEN INDIKATOR selalu kadang
pernah
(2) (1)
(0)
Adaptation Saya puas bahwa saya
dapat kembali pada
keluarga (teman- teman)

saya, untuk membantu
saya pada waktu saya
mendapat kesusahan.
Partnership Saya puas dengan cara
keluarga (teman-teman)
saya, untuk membicarakan

sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah
dengan saya
Growth Saya puas bahwa keluarga
(teman-teman) saya,
menerima dan mendukung

keinginan saya untuk
melakukan aktifitas atau
arah baru.
Affection Saya puas dengan cara
keluarga (teman-teman)
saya, mengekpresikan afek
dan berespon terhadap √
emosi-emosi saya seperti
marah sedih atau
mencintai.
Resolve Saya puas dengan cara
keluarga (teman-teman)
saya, dan saya √
menyediakan waktu
bersama- sama.
TOTAL 10

Total Skor 8-10 : fungsi keluarga sehat


Skor 4-7 : fungsi keluarga kurang sehat
Skor 0-3 : fungsi keluarga sakit
Dari tabel di atas skor rerata total 10 menunjukkan bahwa fungsi dalam
keluarga ini sehat.

19
F. SCREEM
Tabel 5. Family SCREEM

Variabel Sumber Patologi


Social Komunikasi antar anggota Tidak ada
keluarga dalam keadaan baik
dan harmonis dan seimbang
dengan grup sosial di luar
keluarga seperti tetangga dan
lingkungan kerja.
Cultural Keluarga merupakan suku Jawa Tidak ada
dan lama hidup di Jawa. Keluarga
tidak percaya akan hal-hal berbau
mistis. Keluarga memiliki budaya
saling membantu sama lain di
lingkungan keluarga maupun
lingkungan tetangga.
Religion Keluarga menganut agama Islam. Tidak ada
dan taat beribadah.
Economic Keadaan ekonomi keluarga Tidak ada
pasien cukup untuk menyediakan
kebutuhan primer dan sekunder
serta tersier. Biaya kesehatan
keluarga ditanggung JKN PBI.
Education Pendidikan anggota keluarga Tidak ada
cukup untuk dapat memecahkan
atau memahami permasalahan
yang muncul dalam keluarga.
Medical Pasien mengetahui bahwa orang Tidak ada
yang sakit harus diperiksakan ke
fasilitas pelayanan medis namun
jarang periksa ketika dirasa
sakitnya ringan, apabila tidak
membaik kemudian datang ke
fasilitas pelayanan medis.

3.5 Identifikasi Fungsi Keluarga


 Fungsi Biologis

20
Hasil wawancara dengan pasien didapatkan pasien
mengeluhkan sering nyeri kepala sejak kurang lebih 4 bulan.
Pasien merasakan nyeri kepala melingkar dari atas mata ke kepala
belakang, nyeri dirasakan seperti terikat dan menjalar hingga
leher belakang dan kedua pundak, nyeri dirasakan hilang timbul
terutama dirasakan beraktivitas seharian, nyeri dirasakan
membaik dengan istirahat. Dalam 1 minggu terakhir nyeri kepala
dirasakan hingga 3x serangan dengan durasi 45-60 menit. Pasien
belum mengkonsumsi obat apapun untuk mengatasi keluhannya.
Keluhan kejang, silau saat melihat cahaya, mual, muntah,
pandangan kabur, gangguan pendengaran, berdengung,
kelemahan anggota gerak, kebas, demam, batuk, pilek dan gatal
disangkal. BAK dan BAB masih dalam batas normal. Tidak ada
riwayat diabetes, penyakit jantung, maupun hipertensi.

 Fungsi Psikologis
Pasien tinggal bersama Ibu dan adiknya. Hubungan antara
pasien dan keluarga baik. Pasien memiliki kepribadian yang
terbuka, tidak mudah tersinggung, dan ramah terhadap orang lain.
Apabila terdapat masalah dalam keluarga, pasien membicarakan
dan merundingkannya. Setiap hari keluarga inti menyediakan
waktu untuk berkumpul bersama.
 Fungsi Sosial dan Budaya
Pasien dan keluarga tinggal di daerah Gedongsongo,
Semarang. Komunikasi keluarga pasien dengan tetangga tampak
baik. Keluarga pasien cukup aktif dalam kegiatan di lingkungan
dengan tetangga.. Tidak ada mitos yang dipercayai dalam
keluarga.
 Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Biaya kebutuhan sehari-hari dipenuhi oleh pasien, Ibu dan
adik pasien. Pendapatan keluarga kurang lebih dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan primer. Biaya kesehatan keluarga
ditanggung oleh JKN NON PBI.

21
 Fungsi Pendidikan
Pasien merupakan seorang tamatan SMA. Ibu pasien adalah seorang
lulusan SMP. Sedangkan adik pasien juga merupakan tamatan SMA.
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang kesehatan baik.

 Fungsi Religius
Pasien sejak kecil menganut agama Islam, seluruh anggota
keluarga beragama Islam, taat dalam menjalankan ibadah.

3.6 Perilaku Hidup Sehat


Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan yang ditemukan:
1. Faktor Perilaku
Pasien seorang penjaga koss. Sehari-hari pasien menjaga koss
selama 24 jam/hari dan tinggal di samping koss tersebut . Pasien
menyadari pentingnya kesehatan dan menerapkan perilaku hidup
bersih dan sehat. Kebersihan pribadi pasien baik. Apabila menderita
suatu penyakit, keluarga pasien langsung berobat ke fasilitas
pelayanan kesehatan. Pasien memiliki pola makan yang teratur dan
sehat. Pasien merupakan seorang perokok. Pasien merokok 3-4
batang dalam sehari
2. Faktor Lingkungan
Pasien tinggal di dalam lingkungan yang bersih. Kebersihan
dalam rumah cukup. Pencahayaan di dalam rumah cukup dan
memungkinkan untuk membaca. Ventilasi secara umum belum
mencapai 10% luas rumah. Rumah memiliki kamar mandi dan
jamban sendiri. Keluarga pasien mandi dan buang air menggunakan
kamar mandi dan jamban sendiri. Sampah dibuang di tempat
pembuangan sampah di luar rumah.

22
3. Faktor Sarana Pelayanan Kesehatan
Terdapat Klinik pratama (klinik Srikandi) yang berjarak 10-15 menit,
Jarak dari rumah ke RSUD Tugu 15-20 menit dengan menggunakan mobil
atau motor,sedangkan Jarak dari rumah ke RSUP Kariadi sekitar 20 menit
menggunakan mobil atau motor.
4. Faktor Genetik
Tidak terdapat anggota keluarga yang menderita keluhan yang
sama, penyakit jantung, asma, maupun alergi dan penyakit
keturunan lain.

3.7 Lingkungan Rumah

Kunjungan rumah dilakukan pada Jumat 4 Desember 2019 pukul 17.00 WIB.
Tabel 6. Komponen Rumah
Komponen Keterangan
Langit-langit Ada
Dinding Pasangan bata, diplester, dicat
Lantai Ubin keramik
Jendela kamar tidur Ada, luas ventilasi >10% dari luas lantai
Jendela ruang Ada
keluarga
Lubang asap dapur Tidak ada
Pencahayaan Cukup, memungkinkan untuk membaca
Hewan ternak Tidak ada

Jendela rumah setiap hari dibuka baik jendela kamar maupun jendela
ruang tamu. Rumah dan halaman dibersihkan setiap hari. Kebiasaan memasak
dengan kompor gas.

23
Gambar 3. Denah rumah

Teras

Ruang Kamar
Dapur
Tamu Tidur

Kamar
Mandi

 Sarana sanitasi

Sarana pembuangan air limbah (SPAL) di rumah keluarga ini


dialirkan ke selokan tertutup. Pembuangan sampah pada keluarga ini
adalah tempat sampah dalam rumah kedap air dan tertutup. Sarana air
bersih didapat dari air PAM. Jamban keluarga ini adalah jamban leher
angsa. Tidak ada tempat penampungan air karena keluarga ini
menggunakan ember untuk mandi dan selalu habis sekali pakai,
barang-barang bekas biasanya dijual dan penampungan air ditutup.

 Akses ke Sarana Kesehatan

Klinik pratama (klinik Srikandi) dapat di akses 10-15 menit, Jarak


dari rumah ke RSUD Tugu 15-20 menit dengan menggunakan mobil
atau motor,sedangkan Jarak dari rumah ke RSUP Kariadi sekitar 20-
30 menit menggunakan mobil atau motor.

24
3.8 IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
Tabel 7. Perilaku Hidup Sehat
Indikator Suami Istri Balita bayi Keluarga
0-6 bl
Keluarga mengikuti KB NA Y 1
Ibu bersalin di faskes Y 1
Bayi mendapat imunisasi NA
dasar lengkap
Bayi diberi ASI eksklusif NA
selama 6 bulan
Pertumbuhan balita dipantau NA
tiap bulan
Penderita TB paru berobat NA N NA
sesuai standar A
Penderita hipertensi berobat NA N NA
Teratur A
Gangguan jiwa berat tidak NA N NA
Ditelantarkan A
Tidak ada anggota keluarga NA Y 1
yang merokok
Keluarga emiliki/memakai NA Y 1
air bersih
Keluarga emiliki/memakai NA Y 1
jamban sehat
Sekeluarga menjadi anggota NA Y 1
JKN/Askes
Indeks Keluarga Sadar Kesehatan 6/6
(KS)

3.9 Pengetahuan Kedokteran Wisata


Apabila hendak berwisata, keluarga pasien sudah
merencanakan dahuu dan diakomodasi oleh kendaraan bermotor
ataupun angkutan umum. Pasien dan keluarga sudah mengerti
pentingnya penggunaan helm, dan berkendara yang aman. Keluarga
memperhatikan makanan yang akan dibeli. Keluarga pasien juga
menjaga anak agar tidak hilang saat sedang berwisata. Keluarga tidak
ada yang memiliki penyakit risiko tinggi sehingga tidak membawa
obat-obat khusus namun tetap menyediakan obat umum seperti untuk
mabuk darat. Keluarga kurang mengetahui dan mencari tahu ada
tidaknya fasilitas kesehatan di tempat wisata yang dikunjungi.

25
3.1 Diagnosis Holistik
 Aspek I (Personal)
Keluhan : Nyeri Kepala
Kekhawatiran : Khawatir keluhannya mengganggu pekerjaannya
Harapan : Keluhan segera mereda
 Aspek II (Diagnosis Kerja)
Sefalgia dd/ TTH
 Aspek III (Faktor Internal)
Pasien merupakan seorang pria usia 21 tahun. Pasien bekerja sebagai penjaga
koss, dan biasa stand by 24 jam/hari. Pasien saat ini masih merokok dan sulit
menghentikan kebiasaannya itu. Frekuensi pasien meroko sebanyak 2-3 kali
sehari. Jenis makanan dalam keluarga cukup bervariasi. Pengetahuan pasien
mengenai bahaya NAPZA dan rokok masih kurang.
Lingkungan rumah dengan langit-langit, dinding rumah diplester dan dicat, lantai
rumah ubin keramik, ventilasi cukup. Interaksi pasien dengan keluarga cukup.
Stabilitas ekonomi keluarga cukup.
 Aspek IV (Faktor Eksternal)
-Kebiasaan keluarga :
Keluarga memiliki kesibukan masing-masing. Biasanya sering bertemu saat pagi
sebelum beraktivitas dan malam hari ketika pulang dari bekerja
-Edukasi dari keluarga :
Jika pasien sakit, keluarga akan merawat pasien dan membawa ke fasilitas kesehatan
terdekat.
 Aspek V
Derajat fungsional 1 (pasien beraktivitas mandiri)

26
3.2 Rencana Penatalaksanaan Komprehensif
A. Patient Centered
1. Promotif
- Edukasi mengenai pemberian makanan yang bergizi
- Memberikan edukasi mengenai NAPZA dan rokok
- Membiasakan melakukan relaksasi terutama pada otot leher dan punggung
sebelum memulai aktivitas dan setelah melakukan aktivitas seharian
- Membiasakan melakukan hal-hal yang dapat mengurangi stress.
2. Preventif
- Mengedukasi pada pasien untuk beristirahat dan melemaskan otot apabila
tidak ada yang harus dilakukan di koss
- Mengedukasi pada pasien untuk memberitahu majikan untuk dibuatkan jam
shift menjaga koss agar pasien bisa istirahat tanpa mempunyai tanggungan
- Menghindari stress berlebihan
- Mengedukasi untuk melakukan istirahat jika merasa sangat lelah.
3. Kuratif
- Ibuprofen 400 mg tab/12 jam
- Vit B complex 1 tab/ 12 jam
4. Rehabilitatif
- Mempraktekkan relaksasi seperti menggunakan aromaterapi, pijat, yoga dll
minimal seminggu sekali
- Melakukan hal-hal untuk mengurangi stress (melakukan managemen stress)

27
B. Family Focused
1. Promotif
- Menjelaskan pada keluarga pasien akan pentingnya pola makanan yang
bergizi dan seimbang.
- Membiasakan pola hidup bersih dan sehat pada keluarga.
- Memotivasi keluarga untuk memberikan edukasi dan memantau pasien terkait
rokok dan NAPZA.
2. Preventif
- Edukasi mengenai pentingnya mencari fasilitas kesehatan saat berwisata dan
perlunya mengetahui informasi kesehatan mengenai tempat wisata tersebut.
- Memotivasi keluarga untuk mengingatkan pasien untuk beristirahat setelah
menyetir lama.
3. Kuratif
- Memotivasi keluarga untuk memberikan obat secara teratur dan menyarankan
jika tidak kunjung sembuh maka diharapkan berkenan untuk dirujuk
4. Rehabilitatif
- Edukasi keluarga untuk mendukung pelaksanaan relaksasi otot leher, pundak
dan punggung yang dapat dilakukan dirumah melalui yoga, aroma terapi, pijat
dll
- Edukasi keluarga untuk mendukung pelaksanaan managemen stress yang
benar dan baik.

28
C. Community Oriented
1. Promotif
- Edukasi lingkungan sekitar untuk mempersiapkan makanan yang sehat dan
bergizi.
- Memberikan edukasi kepada tetangga dan lingkungan sekitar mengenai
NAPZA dan rokok guna mengingatkan dan memantau anak-anak dalam
keluarga.
2. Preventif
- Memotivasi tetangga dan lingkungan sekitar untuk saling mengingatkan
dalam beristirahat dan relaksasi setelah melakukan pekerjaan dalam waktu
yang lama seperti menyetir lintas kota.
3. Kuratif
- Memotivasi lingkungan sekitar pasien untuk mengingatkan keluarga supaya
memberikan obat sesuai anjuran pemakaian.
4. Rehabilitatif
- Memotivasi lingkungan sekitar dalam mendampingi pasien saat melakukan
kegiatan relaksasi seperti yoga, pijat, olahraga dll
- Memotivasi lingkungan sekitar dalam mendampingi dan mendukun pasien
dalam pelaksaan managemen stress yang dilakukan

29
3.3 Tindak Lanjut
Tabel 8. Intervensi dan follow-up
Risiko dan Masalah
Intervensi Follow-up
Kesehatan
Pasien merokok Edukasi mengenai bahaya rokok Pasien memahami jenis dan
kurang lebih 4-5 dan, cara berhenti merokok. bahaya dari rokok. Pasien
batang sehari. memahami cara berhenti
Pengetahuan mengenai merokok yang benar.
bahaya dan cara
berhenti merokok
masih kurang
TTH Edukasi mengenai TTH, Pasien mengerti tentang
penyebab, diagnosis, gejala, kondisinya dan mengatakan
tanda dan cara relaksasi yang akan mencoba relaksasi agar
dapat dilakukan dirumah agar terhindar dari nyeri kepala
tidak terjadi nyeri kepala

Kesimpulan tindak lanjut:


- Tingkat pemahaman : baik
- Faktor pendukung :
Pasien menerima informasi yang diberikan. Pasien bersifat kooperatif dan
memiliki kemauan untuk hidup sehat.
- Faktor penghambat :
Pasien masih susah berhenti merokok
Indikator keberhasilan :
Keluarga pasien mengetahui dan dapat mengulang edukasi yang diberikan dan
akan mengupayakan perubahan kebiasaan ke arah yang lebih sehat.

30
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan

Penatalaksanaan pasien pria dewasa 21 tahun dengan Tension Type


Headache yakni sebagai berikut:
A. Terapi medikamentosa
- Pemberian ibuprofen 400 mg 1 tab / 12 jam
- Pemberian vit B kompleks 1 tab/ 12 jam
B. Terapi edukasi
1. Edukasi mengenai TTH dan Relaksasi Otot leher dan managemen
stress
2. Edukasi mengenai bahaya merokok dan cara mengurangi
kebiasaan merokok
3. Edukasi hidup sehat dan modifikasi gaya hidup seperti:
– Istirahat diruangan yang gelap dan tenang
– Melakukan peregangan leher dan bahu selama 20-30 menit setiap
pagi selama 1 minggu
– Tidur dengan posisi yang benar
– Perbanyak konsumsi makanan kaya serat dan vitamin untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
C. Pembinaan terhadap pasien dan keluarga
1. Memotivasi keluarga untuk menjaga kebersihan dan membiasakan
perilaku hidup bersih dan sehat
2. Motivasi keluarga untuk memantau pasien terkait NAPZA dan
rokok
3. Motivasi keluarga untuk hidup sehat dan modifikasi gaya hidup
seperti:
– Istirahat diruangan yang gelap dan tenang
– Melakukan peregangan leher dan bahu selama 20-30 menit setiap
pagi selama 1 minggu
– Tidur dengan posisi yang benar

31
– Perbanyak konsumsi makanan kaya serat dan vitamin untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.

4.2 Saran
Diperlukan adanya pendekatan keluarga dalam menatalaksana pasien
secara komprehensif guna meningkatka derajat kesehatan.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjahrir, Hasan; Samino; Wenda, Ali. Konsensus Nasional penanganan Nyeri Kepala
Di Indonesia. PERDOSSI.
2. Dewanto, George; W.J.Suwono; B.Riyanto; Y.Turana. 2009. Panduan Praktis
Diagnosis Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta : EGC.
3. Sjahrir, Hasan. 2005. Konsensus Nasional II Diagnostik dan Penatalaksanaan Nyeri
Kepala. PERDOSSI.
4. Arif M. Kapita Selekta Kedokteran. 4th ed. Jakarta: Media Aesculapius FK UI; 2014.
5. Small SA, Mayeux R, Pedley TA, Ziegler DK, Rowland LP, Wazen JJ, et al. Merritt
Neurology. 2000;(June).
6. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. 6th ed. Jakarta: Balai Penerbit FK
UI; 2014.
7. Anies. Kedokteran Keluarga: Pelayanan Kedokteran yang Berprinsip
Pencegahan. Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2014.

28
LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto kunjungan rumah

29
Lampiran 2. Foto modul intervensi

30
31

Anda mungkin juga menyukai