Anda di halaman 1dari 3

PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA NYERI KEPALA

Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah:


a. Spesimen darah bila ada indikasi kecurigaan kearah penyakit sistemik sebagai
penyebab nyeri kepala.
b. Spesimen CSS bila ada indikasi kecurigaan perdarahan subarachnoid atau
infeksi susunan saraf pusat.
c. Electroencephalography (EEG) dengan indikasi berupa:
1.
Adanya kecurigaan neoplasma intrakranial.
2.
Adanya nyeri kepala pada satu sisi yang menetap disertai kelainan
visual, motorik, atau sensabilitas sisi kontralateral.
Adanya defek lapang pandang, defisit motorik atau sensibilitas

3.

yang menetap.
4.
Adanya serangan migren disertai sinkope.
5.
Adanya perubahan intensitas, lamanya, dan sifat nyeri kepala.

d. Transcranial Doppler (TCD), memiliki peran:


1. Mendeteksi adanya gangguan aliran pembuluh darah otak.
2. Menilai faktor resiko terjadinya stroke pada pasien beresiko.
3. Mendeteksi adanya emboli.
4. Menilai respon hasil terapi post stroke.
5. Mendeteksi adanya vasospasme (spasme pembuluh darah), misal setelah
terjadinya pendarahan sub arrachnoid.
6. Sebagai penunjang terapi (sonotrombolisis).
7. Sebagai penunjang diagnosis bersama dengan pemeriksaan lain seperti CT
Scan dan MRI.
8. Untuk mendeteksi kematian otak (Brain Death)
e. Pemeriksaan radiologik berupa:
1. Rontgen polos kepala dengan indikasi bila nyeri kepala tidak termasuk
nyeri kepala seperti pada neoplasma intrakranial, hidrosefalus, perdarahan
intrakranial.

2. Rontgen vertebrae servikal dengan indikasi bila ada nyeri kepala oksipital
atau suboksipital yang bukan disebabkan oleh nyeri kepala tipe tegang.

3. Arteriografi dengan indikasi bila ada kecurigaan aneurisma, angioma, aau


perdahan pada proses desak ruang.

4. CT Scan (computed tomography scanner) kepala dengan indikasi bila ada


kecurigaan gangguan struktural otak seperti neoplasma, perdarahan
intrakranial, dan lain-lain. Namun pemeriksaan CT Scan tidak sensitif

untuk lesi di batang otak karena kecilnya struktur area yang cedera dan
dekatnya struktur tersebut dengan tulang disekitarnya.

5. MRI (Magnetic Resonance Imaging) mampu menunjukkan lesi di


substansia alba dan batang otak yang sering luput pada pemeriksaan CT
Scan. Ditemukan bahwa penderita dengan lesi yang luas pada hemisfer,
atau terdapat lesi batang otak pada pemeriksaan MRI, mempunyai
prognosa yang buruk untuk pemulihan kesadaran, walaupun hasil CT Scan
awal normal dan tekanan intrakranial terkontrol baik.

Anda mungkin juga menyukai