Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TUMOR OTAK

Oleh :
Kelompok 3
1) Anna Maria Rongkonusa
2) Elsaday Princess Politon
3) Grace Eunike Salindeho
4) Muhammad Aditya Canon
5) Utari Dede Makasihi
6) Vity Killis
Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah I
Dosen : Ibu Ni Luh Djayanti, M.Kep.Ns.Sp.KMB

POLTEKKES KEMENKES MANADO


JURUSAN KEPERAWATAN
2021
I. TEORI PENYAKIT

1. Pengertian

Tumor otak adalah penyakit yang timbul akibat tumbuhnya jaringan abnormal di otak. Tergantung jenisnya,
tumor otak ada yang bersifat jinak maupun ganas.

Munculnya tumor di otak bisa berasal dari jaringan otak itu sendiri (atau disebut tumor otak primer), bisa juga
berasal dari kanker pada organ lain yang menyebar ke otak (tumor otak sekunder)

2. Etiologi

Tumbuhnya tumor otak disebabkan oleh perubahan atau mutasi genetik di dalam sel otak. Penyebab perubahan
genetik ini masih belum diketahui. Namun, terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang
terkena tumor otak, yaitu: Usia,Keturunan,Pernah menjalani radioterapi

Sebagian besar kanker otak disebabkan oleh kanker yang dimulai dari bagian tubuh lain dan menyebar ke otak
melalui pembuluh darah (metastasis). Kanker yang dapat menyebar ke otak meliputi kanker paru, kanker
payudara, kanker usus besar, dan kanker kulit tipe melanoma. 

Sementara itu, kanker otak ganas yang berawal dari sel-sel otak dapat disebabkan oleh tumor otak jinak yang
berkembang menjadi ganas. Penyebab dari perkembangan tumor ini belum diketahui secara pasti hingga saat
ini.

3. Patofisiologi

1) Instabilitas Genetik Sel

Perubahan yang terjadi antara lain aktivasi gen yang berperan dalam proliferasi sel dan terganggunya fungsi gen
yang mengendalikan stabilitas genetik.

Akibatnya, sel tersebut melakukan pembelahan yang tidak terkendali dan menghasilkan mutasi. Perubahan
genetik yang dapat ditemukan pada tumor otak berupa mutasi, delesi, overekspresi, dan translokasi.

Perubahan epigenetik meliputi metilasi DNA pada regio promoter gen supresor tumor yang menyebabkan
inaktivasi gen-gen tersebut dan kegagalan supresi tumor. Kebanyakan kanker tumbuh dari sel tunggal. Namun,
karena karakteristik pertumbuhan, tumor tersebut dapat menjadi heterogen.

Instabilitas genetik dan epigenetik tersebut menyebabkan sel berproliferasi tidak terkendali dan membentuk
suatu massa tumor.

2) Angiogenesis

Tumor tidak dapat bertumbuh >2 mm bila tidak memiliki suplai vaskular sendiri. Angiogenesis adalah proses
pembentukan vaskular baru yang berfungsi menunjang pertumbuhan tumor. Salah satu agen yang mencetuskan
angiogenesis adalah vascular endothelial growth factor (VEGF).

3) Metastasis

Metastasis sebuah kanker primer, misalnya kanker payudara atau kanker paru, didahului oleh masuknya sel
kanker ke dalam vaskular atau saluran limfe. Hanya sekitar 0,01% sel kanker yang dapat mencapai sirkulasi
darah dan melakukan metastasis.

Sel kanker masuk ke jantung sisi kanan melalui sirkulasi vena. Sel kanker tersebut diteruskan melalui arteri
pulmonalis ke kapiler paru. Di paru, sel-sel tersebut dapat bermetastasis atau kembali lagi ke sisi kiri jantung dan
masuk ke sirkulasi arteri untuk mencapai sirkulasi otak. Tumor pada awalnya akan dorman dalam sistem saraf
pusat, namun setelah beberapa waktu, tumor akan bertumbuh dan melakukan invasi bila jaringan mendukung.

Tumor otak menimbulkan manifestasi klinis melalui berbagai mekanisme. Walaupun berukuran kecil, tumor otak
dapat menimbulkan kerusakan transfer impuls saraf otak. Tumor memiliki sifat dapat melakukan invasi,
infiltrasi.dan menggantikan jaringan parenkim otak normal sehingga mengganggu fungsi normal jaringan
tersebut dan menimbulkan defisit neurologis fokal.

4) Edema Otak dan Peningkatan Tekanan Intrakranial

Massa tumor dapat menghambat vaskularisasi otak sehingga menimbulkan edema dan juga hipoksia jaringan.
Ketika otak mengalami pembengkakan, terdapat kranium yang membatasi volume otak sehingga lambat laun
edema otak tersebut menimbulkan peningkatan tekanan intrakranial.

Tumor yang terletak di ventrikel tiga dan empat dapat mengobstruksi aliran cairan serebrospinal dan
menyebabkan hidrosefalus. Tekanan intrakranial juga dapat meningkat oleh karena hidrosefalus. Akibat
peningkatan tekanan intrakranial, akan timbul gejala-gejala klinis tumor otak seperti nyeri kepala, mual, muntah,
dan defisit neurologis.

Peningkatan tekanan intrakranial kemudian akan semakin mengganggu perfusi darah ke otak dan juga dapat
menimbulkan herniasi jaringan otak di bawah falx serebri melalui tentorium serebelum atau foramen magnum.

4. Gejala

 Sakit kepala. Sakit kepala adalah gejala awal tumor otak yang dialami sekitar 50 persen penderitanya.
 Kejang.
 Perubahan suasana hati.
 Mudah lupa dan sering bingung.
 Gampang lelah.
 Mual dan muntah.
 Kesemutan dan mati rasa.

Gejala tumor otak berbeda-beda tergantung jenisnya. Gejala yang muncul dipengaruhi oleh ukuran, kecepatan
pertumbuhan, dan lokasi tumor.

Tumor otak yang berukuran kecil sering kali tidak menimbulkan gejala. Seiring berkembangnya tumor otak,
dapat muncul gejala berupa sakit kepala, gangguan saraf, atau kejang.

5. Tata Pelaksanaan

 Pembedahan

Terapi pembedahan termasuk dalam terapi definitif tumor otak. Reseksi tumor direkomendasikan untuk seluruh
jenis tumor otak yang operabel. Pembedahan bertujuan untuk menegakkan diagnosis (biopsi), mengurangi
tekanan intrakranial, mengurangi kecacatan, serta meningkatkan efektivitas terapi lain.

Prinsip pembedahan tumor otak adalah membuang jaringan tumor sebanyak mungkin dengan keamanan yang
maksimal. Pada kasus tertentu pembedahan dapat ditambah dengan pemasangan shunt ventrikular dan
pemasangan implan radioaktif.

Setelah dilakukan pembedahan, beberapa kasus seperti glioma high grade harus dilanjutkan dengan radioterapi
dan kemoterapi. Namun pada jenis kanker otak tertentu dengan gejala klinis menghilang total setelah
pembedahan, maka cukup dilakukan follow up MRI setiap 3-6 bulan sekali selama 5 tahun dan selanjutnya setiap
tahun sekali.

 Kemoterapi
Kemoterapi merupakan terapi adjuvan yang hanya diberikan untuk kasus tumor otak tertentu. Pemberian
regimen kemoterapi dapat melalui rute intravena maupun intratekal. Pemberian intravena lebih mudah namun
obat yang sampai ke jaringan otak dan sel tumor terbatas karena adanya sawar darah otak.

Kemoterapi intratekal dapat dilakukan melalui prosedur seperti pungsi lumbal dengan cara obat disuntikkan ke
cairan serebrospinal. Selain intratekal, obat kemoterapi juga dapat disuntikkan ke cairan serebrospinal melalui
kateter intraventrikuler (reservoir Ommaya). Regimen kemoterapi yang digunakan antara lain carboplatin,
carmustine wafers (Gliadel), temozolomide (Temodar), procarbazine, lomustine, dan vincristine.

 Targeted Therapy

Targeted therapy adalah terapi yang menargetkan gen spesifik tumor atau jaringan yang mendukung
pertumbuhan tumor serta membatasi kerusakan terhadap jaringan yang sehat. Targeted therapy menghambat
kerja enzim, protein, dan faktor-faktor yang berperan dalam proliferasi dan penyebaran sel tumor.

Terapi ini masih terbatas penggunaannya pada kasus tertentu seperti glioblastoma rekuren dan astrositoma
sel giant subependidimal pada pasien sklerosis tuberosa. Regimen targeted therapy yang digunakan untuk
tumor otak adalah bevacizumab dan afinitor/everolimus.

 Terapi Suportif
Terapi suportif tumor otak bertujuan untuk mengatasi gejala akut yang diakibatkan oleh edema otak dan
peningkatan tekanan intrakranial, mengurangi gejala lain seperti kejang, dan mengoptimalkan kualitas hidup
pasien.

 Medikamentosa

Pemberian medikamentosa dapat mengatasi gejala akut akibat peningkatan tekanan intrakranial maupun
kejang. Hampir semua pasien tumor otak mendapatkan kortikosteroid karena edema vasogenik peritumoral
atau edema serebri pasca pembedahan atau radioterapi.

Kortikosteroid seperti deksamethason dapat diberikan dalam dosis bolus 10 mg intravena, kemudian dilanjutkan


dengan dosis rumatan 16-20 mg/ hari intravena dalam dosis terbagi kemudian dilakukan tapering off 2-16
mg/hari dalam dosis terbagi tergantung keadaan klinis pasien.

Antiepilepsi diberikan sebagai terapi jangka panjang terutama bagi pasien-pasien glioma. Prinsip antiepilepsi
yang diberikan adalah monoterapi dengan dosis paling rendah untuk mengendalikan kejang. Bagi pasien tumor
otak tanpa kejang, antiepilepsi profilaksis hanya diberikan selama perioperatif dalam waktu penggunaan yang
singkat.

 Dukungan Nutrisi

Dukungan nutrisi bagi pasien tumor otak juga merupakan hal yang penting. Pasien tumor otak yang mengalami
kekurangan nutrisi sebaiknya mendapatkan terapi dukungan nutrisi sejak 7-14 hari sebelum pembedahan hingga
7 hari setelah pembedahan selesai.

Terapi nutrisi terutama nutrisi parenteral merupakan bagian dari terapi paliatif walaupun bukan termasuk terapi
rutin pada pasien grade akhir tumor otak. Nutrien spesifik yang dapat diberikan pada pasien tumor otak
adalah branched-chain amino acids (BCAA), asam lemak omega-3, arginin, glutamin, asam nukleat,
fruktooligosakarida, dan probiotik.

 Rehabilitasi Medis

Rehabilitasi medis diperlukan bagi pasien tumor otak untuk mengoptimalkan fungsi tubuh untuk dapat
beraktivitas sesuai dengan kemampuan yang ada serta meningkatkan kualitas hidup pasien.
Gangguan fungsi yang mungkin dialami pasien tumor otak adalah kelemahan anggota tubuh, gangguan kognitif,
gangguan visual, dan kelainan fokal neurologis lainnya. Program rehabilitasi medis pasien tumor otak memiliki
prinsip yang hampir sama dengan rehabilitasi pasien cedera kepala dan pasien stroke.

 Home Care

Home care/ hospice ditawarkan untuk pasien dengan angka harapan hidup <6 bulan atau bila keadaan umum
pasien buruk sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan pembedahan maupun kemoterapi. Home care juga
bisa dipertimbangkan untuk pasien dengan gangguan neurologis yang bertambah berat setelah terapi atau
pasien yang mengalami rekurensi.

II. TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

1. IDENTITAS PASIEN
 NAMA :
 TEMPAT,TANGGAL LAHIR :
 ALAMAT :
 UMUR :
 AGAMA :
 JENIS KELAMIN :
 PENDIDIKAN TERAKHIR :
 PEKERJAAN :
 STATUS PERNIKAHAN :
 TANGGAL MRS :
 TANGGAL PENGKAJIAN :

2. PENANGGUNG JAWAB
 NAMA :
 TANGGAL LAHIR :
 ALAMAT :
 NO. TELPON :
 JENIS KELAMIN :
 HUBUNGAN DENGAN PASIEN :

3. RIWAYAT PENYAKIT
 KELUHAN UTAMA :
 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :
 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :

4. PEMERIKSAAN FISIK
- KESADARAN UMUM
A. COMPOSMENTIS
B. GCS :
E:,M:,V:
- TTV
TD :
N:
S:
R:

- PEMERIKSAAN PENUNJANG

- AKTIVITAS SEHARI-HARI
1). POLA PERSEPSI DAN MANAJEMEN KESEHATAN

2). POLA NUTRISI METABOLIK

3). POLA ELIMINASI

4). POLA AKTIVITAS

5). POLA ISTIRAHAT DAN TIDUR

6). POLA KOGNITIF PERSEPTUAL

7). POLA KONSEP DIRI

8). POLA PERAN-HUBUNGAN

9). POLA SEKSUALITAS-REPRODUKSI

10). POLA KOPING-TOLERANSI STRES

11). POLA KEYAKINAN DAN KEPERCAYAAN

- KEPALA
RAMBUT :

MATA :
HIDUNG :
MULUT :
TELINGA :
LEHER :
THORAKS :
ABDOMEN :

- PENILAIAN NYERI
SKALA NYERI :
KATEGORI NYERI :
FREKUENSI :
DURASI : LOKASI :
KUALITAS :

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
B. PERENCANAAN

NO DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN


KEPERAWATAN TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI

1 Perubahan Kebutuhan nutrisi pasien  Monitor intake dan output


nutrisi kurang terpengaruhi, tidak adanya mual cairan
dari kebutuhan muntah dan nafsu makan kembali  Identifikasi makanan kesukaan
tubuh b/d mual normal. pasien
dan muntah, Hasil:  Monitor adanya alergi
tidak nafsu  Menghabiskan makanan 1 makanan
makan dan porsi  Memberikan edukasi kepada
pertumbuhan  Makan 3 kali sehari pasien tentang kebutuhan
sel-sel kanker nutrisi yang harus dipenuhi

Risiko tinggi Tujuan : tidak terjadi


2 peningkatan peningkatan TIK pada klien 1. Kaji factor penyebab dari
tekanan situasi /keadaan dari
intrakranial Kriteria hasil : klien tidak
individu / penyebab
berhubungan gelisah , klien tidak mengeluh
koma / penurunan perfusi
dengandesak nyeri kepala, mual-muntah, dan
jaringan
ruang oleh muntah GCS :4,5,6, tidak
2. Monitor ttv tiap 4 jam
massa tumor
terdapat papilidema,TTV dalam
3. Evaluasi pupil
intrakranial dan
batas normal
edema serebral. 4. Monitor temperature dan
pengaturan suhu lingkungan
5. Berikan periode istirahat
antara tindakan perawatan
dan batasi lamanya prosedur
6. Kurangi rangsangan ekstra
dan berikanrasa nyaman
seperti massage
punggung,lingkungan ,
lingkungan yang
tenang,sentuhan yang
ramah, dan suasana
yangtidk gaduh
7. Cegah / hindarkan
terjadinya valsavamaneuver.
8. Bantu klien jika
batuk,muntah
9. Kaji peningkatan istirahat
dan tingkahlaku pada pagi
hari.
10. Palpasi pada pembesaran
atau pelebaran bladder ,
pertahankan drainase
urinesecara paten jika
digunakan dan jugamonitor
terdapatnya konstipasi
11. Berikan penjelasan pada
pasien dankeluarga tentang
sebab akibat peningkatan
TIK
12. Observasi tingkat kesadaran
GCS
13. Kolaborasi pemberian O2
sesuai indikasi
14. Berikan obat deuritik
osmoticcontohnyadexameta
son, metal prednisolon
15. Berikan analgesic narkotik
contoh kodein

3 Deficit Tujuan: setelah diberikan 1. Kaji kemampuan dan


perawatan diri asuhan keperawatan diharapkan tingkat penurunan dalam
yang personal hygieneterpenuhi melakukan ADL
berhubungan 2. Menyadarkan tingkah laku /
dengan Kriteria hasil : klien dapat sugesti tindakan pada
ketidakmampu menunjukkan gaya hidup untuk penindungan kelemahan.
an untuk kebutuhan merawatdiriKlien Pertahankan support
melakukan/ mampu melakukan aktivitas pola pikir, izinkan klien
kesulitan dalam perawatan diri sesuaidengan melakukan tugas, beri
pelaksanaan tingkat kemampuan umpan balik positif
aktivitas hidup untuk usahanya
sehari- 3. Rencanakan tindakan
harisekunder untuk menangani defisit
akibat penglihatan
kerusakan 4. Beri kesempatan untuk
sensorik menolong diriseperti
motorik. ekstensi untuk berpijak
padalantai atau ke toilet
5. Kaji kemampuan
komunikasi untuk BAK
6. Identifikasi kebiasaan BAB.
Anjurkanminum dan
meningkatkan istirahat
7. Konsul ke dokter terapi
okupasi

Anda mungkin juga menyukai