Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Tumor otak atau tumor intrakranial adalah neoplasma atau proses desak ruang (space
occupying lesion) yang timbul di dalam rongga tengkorak baik di dalam kompartemen
supratentorial maupun infratentorial, mencakup tumor-tumor primer pada korteks, meningen,
vaskuler, kelenjar hipofise, epifise, saraf otak, jaringan penyangga, serta tumor metastasis dari
bagian tubuh lainnya.
Tumor otak primer menunjukkan kira-kira 20% dari semua penyebab kematian karena kanker,
dimana sekitar 20% sampai 40% dari semua kanker pasien mengalami metastase ke otak dari
tempat-tempat lain. Tumor-tumor otak jarang bermetastase keluar sistem saraf pusat tetapi jejas
metastase ke otak biasanya dari paru-paru, payudara, saluran gastrointestinal bagian bawah,
pankreas, ginjal dan kulit (melanoma). Insiden tertinggi pada tumor otak dewasa terjadi pada
dekade kelima, keenam dan ketujuh, dengan tingginya insiden pada pria. Pada usia dewasa,
tumor otak banyak dimulai dari sel glia (sel glia membuat struktur dan mendukung sistem otak
dan medula spinalis) dan merupakan supratentorial (terletak diatas penutup cerebellum). Jejas
neoplastik di dalam otak akhirnya menyebabkan kematian yang mengganggu fungsi vital,
seperti pernafasan dan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
Peningkatan intra kranial ( PTIK ) dapat terjadi bila kenaikan yang relatif kecil dari volume
otak, keadaan ini tidak akan cepat menyebabkan tekanan tinggi intrakranial, sebab volume
yang meninggi ini dapat dikompensasi dengan memindahkan cairan serebrospinal dari rongga
tengkorak ke kanalis spinalis dan volume darah intrakranial akan menurun oleh karena
berkurangnya peregangan durameter. Hubungan antara tekanan dan volume ini dikenal dengan
complience. Jadi jika otak, darah dan cairan serebrospinal volumenya terus menerus meninggi,
maka mekanisme penyesuaian ini akan gagal dan terjadi peningkatan intrakranial yang
mengakibatkan herniasi dengan gagal pernapasan dan gagal jantung serta kematian.

2. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Setelah membahas makalah “Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Tumor Otak”,
mahasiswa mampu menerapkan pengetahuan mereka tentang cara – cara menangani pasien
dengan tumor otak sesuai Asuhan Keperawatan yang telah ditegakkan.
b. Tujuan Khusus
Setelah membahas makalah “Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Tumor Otak”,
mahasiswa mampu :
- Memahami Konsep Penyakit Tumor Otak
- Memahami masalah kesehatan pada pasien tumor otak
- Memahami dan mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan untuk pasien pengidap penyakit
tumor otak.
- Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien pengidap penyakit tumor otak
3. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode deskriptif yang menjelaskan tentang
konsep penyakit tumor otak serta asuhan keperawatan yang bisa dilakukan pada pasien
pengidap penyakit tumor otak.
4. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN. Terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode
Penulisan, dan Sistematika Penulisan
BAB II : TINJAUAN TEORI, Terdiri dari Konsep tumbang, Masalah pada Neonatus, dan
Asuhan keperawatan Neonatus
BAB III : PENUTUP. Terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP PENYAKIT TUMOR OTAK


1. Definisi
Sebuah tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakarnial yang
menempati ruang didalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai sebuah massa
yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk kedalam jaringan. Neoplasma
terjadi akibat dari kompresi dan infiltrasi jaringan. Akibat perubahan fisik bervariasi, yang
menyebabkan beberapa atau semua kejadian patofisiologis sebagai berikut:
Peningkatan tekanan intrakranial dan edema cerebral Aktivitas kejang dan tanda-tanda
neurologis fokal Hidrosefalus Gangguan fungsi hipofisis
Tumor otak primer menunjukkan kira-kira 20% dari semua penyebab kematian karena kanker,
dimana sekitar 20% sampai 40% dari semua kanker pasien mengalami metastase ke otak dari
tempat-tempat lain. Tumor-tumor otak jarang bermetastase keluar sistem saraf pusat tetapi jejas
metastase ke otak biasanya dari paru-paru, payudara, saluran gastrointestinal bagian bawah,
pankreas, ginjal dan kulit (melanoma).
Insiden tertinggi pada tumor otak dewasa terjadi pada dekade kelima, keenam dan ketujuh,
dengan tingginya insiden pada pria. Pada usia dewasa, tumor otak banyak dimulai dari sel glia
(sel glia membuat struktur dan mendukung sistem otak dan medula spinalis) dan merupakan
supratentorial (terletak diatas penutup cerebellum). Jejas neoplastik di dalam otak akhirnya
menyebabkan kematian yang mengganggu fungsi vital, seperti pernafasan dan adanya
peningkatan tekanan intrakranial.
(Keperawatan Medikal Bedah, Brunner & Suddarth, 2001, Jakarta : EGC. Hal: 2167)

2. Etiologi
Tumor disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-mutasi tersebut
menyebabkan munculnya tumor. Sebenarnya sel manusia memiliki mekanisme perbaikan
DNA (DNA repair) dan mekanisme lainnya yang menyebabkan sel merusak dirinya dengan
apoptosis jika kerusakan DNA sudah terlalu berat. Apoptosis adalah proses aktif kematian sel
yang ditandai dengan pembelahan DNA kromosom, kondensasi kromatin, serta fragmentasi
nukleus dan sel itu sendiri. Mutasi yang menekan gen untuk mekanisme tersebut biasanya dapat
memicu terjadinya kanker.
Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
• Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma,
astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis
tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan
baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak
ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada
neoplasma.
• Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai
morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan
embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya.
Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan
kordoma.
• Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan
degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Pernah
dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
• Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan dengan
maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga
saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada
sistem saraf pusat.
• Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui
bahwa ada substansi yang karsinogenik sepertimethylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini
berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
3. Jenis – jenis Tumor
Tumor yang jinak atau yang tidak ganas (non malignant) lambat tumbuhnya, tidak
menyebar, dan biasanya dikelilingi oleh penutup atau kapsul. Pertumbuhan yang seperti itu
bisa disebut sebagai enkapsuleted tumor atau tumor terbungkus. Tumor yang tidak ganas bisa
dicabut dengan cara pembedahan, terutama bila tumor itu menyebabkan organ – organ tubuh
yang
vital terdesak atau tertekan. Jika tumor yang tidak ganas dicabut, tidak ada kemungkinan
baginya tubuh untuk tumbuh lagi.
Tumor ganas disebut sebagai kanker atau malignancy (cepat menjalar ke bagian tubuh yang
lain). Tumbuhnya cepat, tidak dikelillingi oleh penutup, dan menyebar ke bagian – bagian
tubuh yang lain. Sel – sel yang abnormal ini menyerang jaringan – jaringan yang berdekatan.
Kanker ganas itu dibawa pula ke bagian – bagian tubuh yang lain oleh getah bening dan darah.
Pemindahan sel – sel ganas ke bagian – bagian tubuh yang lain ini disebut metastasis.
Tumbuhan baru yang dimulai dari sel – sel bawaan ini disebut sebagai pertumbuhan metastasis
atau tumbuhan kedua (tumor kedua anak tumor). Pertumbuhan sel – sel tubuh yang cepat dan
tak terkendali ini pada akhirnya mengancam keselamatan jiwa orang itu sendiri.
(dr. H. Mohamad Isa. Perawatan Penyakit Dalam & Bedah. Pusat Pendidikan Pegawai
Departemen Kesehatan R.I. : Jakarta. Hal. 41)
a. Tumor benigna
Tumor ini dapat timbul dari sebagian besar jaringan tubuh.
1. Sel-sel epitel atau endotel
Papiloma timbul dari sel-sel ini, misalnya kulit, kandung kemih, kolon. Tumor ini bisa
menjadi ganas.
2. Sel-sel pigmen kulit naevus (tahi lalat)
3. Kelenjar adenoma : payudara, parotis, tiroid.
4. Pembuluh darah-hemamioma : dua tipe.
a. Kapiler : tanda lahir ; “portwine stain”
b. Kavernosus : nodulus berwarna ungu yang memucat bila ditekan
5. Jaringan fibrosis – fibroma : terlihat sebagai nodulus. Pada sebagian besar keadaan
dapat timbul.
6. Lemak – glikoma : benjolan lunak, paling sering subkutan.
7. Osteoma tumor pada tulang rawan dan tulang biasa
8. Chondroma
9. Myoma : tumor otot biasa, tempat yang paling sering terkena adalah uterus
b. Tumor maligna
1. Sel sel epitel atau endotel.
a. Karsinoma : karsinoma diberi nama menurut jaringan asalnya, misalnya
karsinoma skuamosa kulit. Transitional sel karsinoma pada kandung kemih.
b. Melanoma : tumor maligna sel – sel pigmen kulit
2. Jaringan kelenjar : adenokarsinoma, misalnya payudara atau lambung.
3. Jaringan ikat : sarkoma – keadaan ini lebih jarang ditemukan. Fibrosarkoma dari
jaringan fibrosus, sarkoma osteogenik dari tulang, myosarkoma dari otot.
4. Kelenjar limfe. Ragam penyakit keganasan (maligna) ditemukan pada jaringan limfoit
(jaringan retikulo endotelial) dengan berbagai derajat keganasan, misalnya limfoma,
retikulo sarkoma, penyakit Hodgkin.
5. Leukimia. Penyakit maligna pada sel – sel induk yang menghasilkan sel – sel darah
putih.
4. Patofisiologi
Tumor intrakranial menyebabkan gangguan neurologis progresif. Gangguan neurologis
pada tumor intrakranial biasanya dianggap disebabkan karena 2 faktor, yaitu gangguan vokal
olah tumor dan peningkatan intrakranial.
Gangguan vokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau
invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja dispensi
yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat (misalnya, gliobastoma
multiform). Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan
gangguan cerebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan
kompresi, invasi dan perubahan suplai darah kejaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista
yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis
vokal. Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor:
1. Bertambahnya massa dalam tengkorak.
2. Terbentuknya edema sekitar tumor.
3. Perubahan sirkulasi cairan cerebrospinal.
Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan mengmbil tempat
dalam ruang yang relatif tetap dan ruangan kranial yang kaku.
Tumor ganas menimbulkan edema dalam jaringan otak di sekitrnya. Mekanisnya belum
sepenuhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang menyebabkan
penyerapan cairan tumor. Beberapa tumor menyebabkan pendarahan. Obstruksi vena dan
edema yang disebabkan oleh sawar darah otak, semuanya menimbulkan peningkatan volume
intrakranial dan menyebabkan tekanan intrakranial. Obstruksi sirkulasi cairan cerebrospinal
dari ventrikel lateral ke ruangan subarakhnoid menimbulkan hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah satu
penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu
berhari-hari atau berbulan-bulan unutk menjadi effektif oleh karen aitu tidak berguna apabila
tekanan itrakranial timbul dengan cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja
menurunkan volume darah intrakranial, volume cairan cerebrospinal, kandungan cairan intra
sel, dan mengurangi sel-sel parenkim.
Peningkatan tekanan yang tidak di obati mengakibatkan herniasi unkus atau cerebelum.
Herniasi unkus timbul bila girus medialis lobus temporalis tergeser ke inferior melalui insisura
tentorial oleh masa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesen sefalon, menyebabkan
hilangnya kesadaran dan menekan saraf kranial ketiga. Pada herniasi cerebelum, tonsil
cerebelum bergeser kebawah melalui foramen magnum oleh suatu masa posterior. Kompresi
medula oblongata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain yang
terjadi akibat peningkatan intrakranial yang cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi
sistemik (pelebran tekanan nadi), dan gangguan pernafasan.
(Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan, Muttaqin Ariff, 2008,
Jakarta: Salemba Medika. Halaman : 477-478)
5. Tanda dan Gejala
Gejala umum yang terjadi disebabkan karena gangguan fungsi serebral akibat edema otak dan
tekanan intrakranial yang meningkat. Gejala spesifik terjadi akibat destruksi dan kompresi
jaringan saraf, bisa berupa nyeri kepala, muntah, kejang, penurunan kesadaran, gangguan
mental, gangguan visual dan sebagainya. Edema papil dan defisit neurologis lain biasanya
ditemukan pada stadium yang lebih lanjut. Gejala-gejala tumor otak dapat meliputi, antara lain:
• Nyeri Kepala (Headache)
Nyeri kepala biasanya terlokalisir, tapi bisa juga menyeluruh. Biasanya muncul pada pagi hari
setelah bangun tidur dan berlangsung beberapa waktu, datang pergi (rekuren) dengan interval
tak teratur beberapa menit sampai beberapa jam. Serangan semakin lama semakin sering
dengan interval semakin pendek. Nyeri kepala ini bertambah hebat pada waktu penderita batuk,
bersin atau mengejan (misalnya waktu buang air besar atau koitus). Nyeri kepaia juga
bertambah berat waktu posisi berbaring, dan berkurang bila duduk. Penyebab nyeri kepala ini
diduga akibat tarikan (traksi) pada pain sensitive structure seperti dura, pembuluh darah atau
serabut saraf. Nyeri kepala merupakan gejala permulaan dari tumor otak yang berlokasi di
daerah lobus oksipitalis.
• Muntah
Lebih jarang dibanding dengan nyeri kepala. Muntah biasanya proyektil (menyemprot) tanpa
didahului rasa mual, dan jarang terjadi tanpa disertai nyeri kepala.
• Edema Papil
Keadaan ini bisa terlihat dengan pemeriksaan funduskopi menggunakan oftalmoskop.
Gambarannya berupa kaburnya batas papil, warna papil berubah menjadi lebih kemerahan dan
pucat, pembuluh darah melebar atau kadang-kadang tampak terputus-putus. Untuk mengetahui
gambaran edema papil seharusnya kita sudah mengetahui gambaran papil normal terlcbih
dahulu. Penyebab edema papil ini masih diperdebatkan, tapi diduga akibat penekanan terhadap
vena sentralis retinae. Biasanya terjadi bila tumor yang lokasi atau pembesarannya menckan
jalan aliran likuor sehingga mengakibatkan bendungan dan terjadi hidrocepallus.
• Kejang
Ini terjadi bila tumor berada di hemisfer serebri serta merangsang korteks motorik. Kejang yang
sifatnya lokal sukar dibedakan dengan kejang akibat lesi otak lainnya, sedang kejang yang
sifatnya umum atau general sukar dibedakan dengan kejang karena epilepsi. Tapi bila kejang
terjadi pertama kali pada usia dekade III dari kehidupan harus diwaspadai kemungkinan adanya
tumor otak.
6. Komplikasi
a. Ganguan Fungsi Luhur
• Komplikasi tumor otak yang paling ditakuti selain kematian adalah gangguan
fungsi luhur. Gangguan ini sering diistilahkan dengan gangguan kognitif dan
neurobehavior sehubungan dengan kerusakan fungsi pada area otak yang
ditumbuhi tumor atau terkena pembedahan maupun radioterapi.
• Neurobehavior adalah keterkaitan perilaku dengan fungsi kognitif dan lokasi /
lesi tertentu di otak. Pengaruh negatif tumor otak adalah gangguan fisik
neurologist, gangguan kognitif, gangguan tidur dan mood, disfungsi seksual
serta fatique.
• Gangguan kognitif yang dialami pasien tumor otak bisa dievaluasi dengan
berbagai tes. Di antaranya adalah Sickness Impact Profile, Minesota
Multiphasic Personality Inventory (MMPI), dan Mini mental State Examination
(MMSE). Komponen kognitif yang dievaluasi adalah kesadaran, orientasi
lingkungan, level aktivitas, kemampuan bicara dan bahasa, memori dan
kemampuan berpikir, emosional afeksi serta persepsi.
b. Ganguan Wicara
• Gangguan wicara sering menjadi komplikasi pasien tumor otak. Dalam hal ini
kita mengenal istilah disartria dan aphasia.
• Disartria adalah gangguan wicara karena kerusakan di otak atau neuromuscular
perifer yang bertanggung jawab dalam proses bicara. Tiga langkah yang
menjadi prinsip dalam terapi disartria adalah meningkatkan kemampuan verbal,
mengoptimalkan fonasi, serta memperbaiki suara normal.
• Afasia merupakan gangguan bahasa, bisa berbentuk afasia motorik atau sensorik
tergantung dari area pusat bahasa di otak yang mengalami kerusakan. Fungsi
bahasa yang terlibat adalah kelancaran (fluency), keterpaduan (komprehensi)
dan pengulangan (repetitif). Pendekatan terapi untuk afasia meliputi perbaikan
fungsi dalam berkomunikasi, mengurangi ketergantungan pada lingkungan dan
memastikan sinyal-sinyal komunikasi serta menyediakan peralatan yang
mendukung terapi dan metode alternatif. Terapi wicara terdiri atas dua
komponen yaitu bicara prefocal dan latihan menelan.
c. Ganguan Pola Makan
• Disfagi merupakan komplikasi lain dari penderita ini yaitu ketidakmampuan
menelan makanan karena hilangnya refleks menelan. Gangguan bisa terjadi di
fase oral, pharingeal atau oesophageal. Komplikasi ini akan menyebabkan
terhambatnya asupan nutrisi bagi penderita serta berisiko aspirasi pula karena
muntahnya makanan ke paru. Etiologi yang mungkin adalah parese nervus
glossopharynx dan nervus vagus. Bisa juga karena komplikasi radioterapi.
• Diagnosis ditegakkan dengan videofluoroscopy. Gejala ini sering bersamaan
dengan dispepsia karena space occupying process dan kemoterapi yang
menyebabkan hilangnya selera makan serta iritasi lambung. Terapi untuk gejala
ini adalah dengan sonde lambung untuk pemberian nutrisi enteral, stimulasi, dan
modifikasi kepadatan makanan (makanan yang dipilih lebih cair/lunak).
d. Kelemahan Otot
• Kelemahan otot pada pasien tumor otak umumnya dan yang mengenai saraf
khususnya ditandai dengan hemiparesis, paraparesis dan tetraparesis.
Pendekatan terapi yang dilakukan menggunakan prinsip stimulasi
neuromusculer dan inhibisi spastisitas. Cara lain adalah dengan EMG
biofeedback, latihan kekuatan otot, koordinasi endurasi dan pergerakan sendi.
e. Ganguan Penglihatan Dan Pendengaran
• Tumor otak yang merusak saraf yang terhubung ke mata atau bagian dari otak
yang memproses informasi visual (visual korteks) dapat menyebabkan masalah
penglihatan, seperti penglihatan ganda atau penurunan lapang pandang.
• Tumor otak yang mempengaruhi saraf pendengaran - terutama neuromas
akustik - dapat menyebabkan gangguan pendengaran di telinga pada sisi yang
terlibat otak.
f. Stroke
• Seseorang dengan stroke memiliki gangguan dalam suplai darah ke area otak,
yang menyebabkan otak tidak berfungsi. Otak sangat sensitif terhadap setiap
gangguan dalam aliran darah. Sel-sel otak mulai mati dalam beberapa menit
kehilangan pasokan oksigen dan glukosa.
• Para gangguan aliran darah dapat terjadi oleh salah satu dari dua mekanisme,
yaitu hemorrhagic stroke disebabkan oleh perdarahan dari pembuluh darah kecil
yang memasok darah ke otak dan Stroke iskemik disebabkan oleh bekuan darah
yang menghalangi aliran darah melalui arteri yang memasok darah ke otak. Ada
dua jenis stroke iskemik: Stroke trombotik stroke dan emboli. stroke trombotik
disebabkan oleh gumpalan darah yang terbentuk di dalam arteri otak. stroke
emboli disebabkan oleh gumpalan darah yang terbentuk di luar pembuluh darah
otak, kemudian gumpalan darah itu berjalan melaui aliran darah dan sampai
pada pembuluh darah otak, gumpalan darah ini selanjutnya menyumbat suplay
darah ke otak.
• Pada tumor otak, komplikasi stroke yang timbul dapat berupa Hemorrhagic
stroke yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah otak yang tertekan akibat
pembesaran tumor.
g. Epilepsi
• Kejadian sekitar 30% dari tumor otak. Alasannya sebagian besar disebabkan
karena rangsangan langsung atau represi dari tumor yang menyebabkan
ganguan listrik pada otak dan juga tumor otak dapat menyebabkan iritasi pada
otak yang dapat menyebabkan kejang
h. Depresi
• Depresi dapat disebabkan karena tumor pada pusat emosi (system limbic) atau
karena keadaan klinis yang disebabkan oleh tumor tersebut, Gejala yang timbul
dapat berupa menangis terus-menerus, kesedihan yang mendalam, social
withdrawal, Mudah marah, kecemasan, penurunan libido, gangguan tidur,
tingkah laku yang tidak wajar. Dapat juga karena efek steroid : mood and sleep
changes, ganguan bipolar (manicdepression).
i. Hidrosephalus
• Hidrosephalus terjadi apabila tumor yang terbentuk menghalangi aliran LCS,
akibatnya aliran LCS akan terhambat dan mengakibatkan terbentuknya
hidrosephalus. Selain itu peningkatan tekanan intrakranial juga dapat
menghambat aliran LCS.
j. Cerebral Hernia
• Cerebral hernia adalah kondisi, progresif fatal di mana otak terpaksa melalui
pembukaan dalam tengkorak.
• Tumor otak akan menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, yang
kemudian menyebabkan penggeseran parenkim otak ke foramen Magnum atau
transtentorial
k. Ganguan Seksualitas
• Tumor otak sendiri dapat mempengaruhi seksualitas, terutama jika tumor
melibatkan daerah otak yang mengontrol pelepasan hormon yang
mempengaruhi libido, termasuk estrogen, progesteron testosteron, dan. Daerah-
daerah yang sama dari otak dapat rusak oleh terapi radiasi, yang yang dapat juga
mengurangi kesuburan dan libido selain itu dapat pula menyababkan
menopouse dini.
l. Terbentuknya Gumpalan Darah
• Adanya Tumor otak mempunyai resiko tinggi terjadinya pembekuan darah.
Pembekuan ini disebut "trombosis vena dalam" (DVT) dan terjadi di pembuluh
darah kaki. Gejala yang DVT meliputi nyeri betis, bengkak, dan perubahan
warna kaki, meskipun itu DVT juga bisa terjadi tanpa gejala. Bahaya itu DVT
adalah bahwa mereka dapat pecah dan dibawa oleh aliran darah ke paru-paru,
di mana mereka menyebabkan "thromboemboli paru" (PTE) pembekuan darah
di arteri paru.
7. Pemeriksaan Penunjang
Adapun beberapa pemeriksaan penunjang untuk penyakit tumor otak antara lain :
• Computer Tomografik Scaning (CT SCAN) : CT SCAN digunakan lebih baik
dari pada X- Ray, CT SCAN dapat memberikan informasi tentang jumlah,
ukuran, dan densitas (warna gelap/terang) tumor, dapat memberikan informasi
sistem ventrikuler.• Magnetic Resonance Imaging (MRI) : MRI sangat
penting untuk mendiagnosa tumor sampai lesi terkecil dan tumor pada batang
otak dan pituitary.
• Elektroensefalogram (EEG) : dapat mendeteksi gelombang abnormal pada otak
yang disebabkan tumor hal ini dapat mengevaluasi kajang yang ditimbulkan
karena gangguan pada lobus temporal.
• Stereotatic Radiosurgery : meliputi penggunaan kerangka tiga dimensi yang
meliputi lokasi tumor yang sangat tepat, kerangka Stereotatic dan dan study
pencitraan multipel (sinar – x) cara yang digunakan untuk menemukam tumor
dan lokasinya.
• Pemeriksaan cytologi : dapat mendeteksi keganasan pada sel yang disebabkan
tumor sistem saraf pusat.
• Foto polos dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis
yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
• Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi
pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di
otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui
pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan
tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).
• Biopsi stereotaktik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
• Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
8. Penatalaksanaan Medis
Orang dengan tumor otak memiliki beberapa pilihan pengobatan. Tergantung
pada jenis dan stadium tumor, pasien dapat diobati dengan operasi pembedahan,
radioterapi, atau kemoterapi. Beberapa pasien menerima kombinasi dari
perawatan diatas.
Selain itu, pada setiap tahapan penyakit, pasien mungkin menjalani pengobatan
untuk mengendalikan rasa nyeri dari kanker, untuk meringankan efek samping
dari terapi, dan untuk meringankan masalah emosional. Jenis pengobatan ini
disebut perawatan paliatif.
a. Pembedahan
Pembedahan adalah pengobatan yang paling umum untuk tumor otak.
Tujuannya adalah untuk mengangkat sebanyak tumor dan meminimalisir sebisa
mungkin peluang kehilangan fungsi otak.
Operasi untuk membuka tulang tengkorak disebut kraniotomi. Hal ini dilakukan
dengan anestesi umum. Sebelum operasi dimulai, rambut kepala dicukur. Ahli
bedah kemudian membuat sayatan di kulit kepala menggunakan sejenis gergaji
khusus untuk mengangkat sepotong tulang dari tengkorak. Setelah menghapus
sebagian atau seluruh tumor, ahli bedah menutup kembali bukaan tersebut
dengan potongan tulang tadi, sepotong metal atau bahan. Ahli bedah kemudian
menutup sayatan di kulit kepala. Beberapa ahli bedah dapat menggunakan
saluran yang ditempatkan di bawah kulit kepala selama satu atau dua hari setelah
operasi untuk meminimalkan akumulasi darah atau cairan.
Efek samping yang mungkin timbul pasca operasi pembedahan tumor otak
adalah sakit kepala atau rasa tidak nyaman selama beberapa hari pertama setelah
operasi. Dalam hal ini dapat diberikan obat sakit kepala. Masalah lain yang
kurang umum yang dapat terjadi adalah menumpuknya cairan cerebrospinal di
otak yang mengakibatkan pembengkakan otak (edema). Biasanya pasien
diberikan steroid untuk meringankan pembengkakan. Sebuah operasi kedua
mungkin diperlukan untuk mengalirkan cairan. Dokter bedah dapat
menempatkan sebuah tabung, panjang dan tipis (shunt) dalam ventrikel otak.
Tabung ini diletakkan di bawah kulit ke bagian lain dari tubuh, biasanya perut.
Kelebihan cairan dari otak dialirkan ke perut. Kadang-kadang cairan dialirkan
ke jantung sebagai gantinya.
Infeksi adalah masalah lain yang dapat berkembang setelah operasi (diobati
dengan antibiotic). Operasi otak dapat merusak jaringan normal. kerusakan otak
bisa menjadi masalah serius. Pasien mungkin memiliki masalah berpikir,
melihat, atau berbicara. Pasien juga mungkin mengalami perubahan kepribadian
atau kejang. Sebagian besar masalah ini berkurang dengan berlalunya waktu.
Tetapi kadang-kadang kerusakan otak bisa permanen.
Pasien mungkin memerlukan terapi fisik, terapi bicara, atau terapi kerja.
b. Radiosurgery stereotactic
Radiosurgery stereotactic adalah tehnik "knifeless" yang lebih baru untuk
menghancurkan tumor otak tanpa membuka tengkorak. CT scan atau MRI
digunakan untuk menentukan lokasi yang tepat dari tumor di otak. Energi radiasi
tingkat tinggi diarahkan ke tumornya dari berbagai sudut untuk menghancurkan
tumornya. Alatnya bervariasi, mulai dari penggunaan pisau gamma, atau
akselerator linier dengan foton, ataupun sinar proton.
Kelebihan dari prosedur knifeless ini adalah memperkecil kemungkinan
komplikasi pada pasien dan memperpendek waktu pemulihan. Kekurangannya
adalah tidak adanya sample jaringan tumor yang dapat diteliti lebih lanjut oleh
ahli patologi, serta pembengkakan otak yang dapat terjadi setelah radioterapi.
Kadang-kadang operasi tidak dimungkinkan. Jika tumor terjadi di batang otak
(brainstem) atau daerah-daerah tertentu lainnya, ahli bedah tidak mungkin dapat
mengangkat tumor tanpa merusak jaringan otak normal. Dalam hal ini pasien
dapat menerima radioterapi atau perawatan lainnya.
c. Radioterapi
Radioterapi menggunakan X-ray untuk membunuh sel-sel tumor. Sebuah mesin
besar diarahkan pada tumor dan jaringan di dekatnya. Mungkin kadang radiasi
diarahkan ke seluruh otak atau ke syaraf tulang belakang.
Radioterapi biasanya dilakukan sesudah operasi. Radiasi membunuh sel-sel
tumor (sisa) yang mungkin tidak dapat diangkat melalui operasi. Radiasi juga
dapat dilakukan sebagai terapi pengganti operasi. Jadwal pengobatan tergantung
pada jenis dan ukuran tumor serta usia pasien. Setiap sesi radioterapi biasanya
hanya berlangsung beberapa menit.
d. Kemoterapi
Kemoterapi yaitu penggunaan satu atau lebih obat-obatan untuk membunuh sel-
sel kanker. Kemoterapi diberikan secara oral atau dengan infus intravena ke
seluruh tubuh. Obat-obatan biasanya diberikan dalam 2-4 siklus yang meliputi
periode pengobatan dan periode pemulihan.
Dua jenis obat kemoterapi, yaitu: temozolomide (Temodar) dan bevacizumab
(Avastin), baru- baru ini telah mendapat persetujuan untuk pengobatan glioma
ganas. Mereka lebih efektif, dan memiliki efek samping lebih sedikit jika
dibandingkan dengan obat-obatan kemo versi lama. Temozolomide memiliki
keunggulan lain, yaitu bisa secara oral.
Untuk beberapa pasien dengan kasus kanker otak kambuhan, ahli bedah biasanya melakukan
operasi pengangkatan tumor dan kemudian melakukan implantasi wafer yang mengandung
obat kemoterapi. Selama beberapa minggu, wafer larut, melepaskan obat ke otak. Obat tersebut
kemudian membunuh sel kankernya.

B. Asuhan Keperawatan Teoritis Tumor Otak


1. Pemeriksaan fisik
a. BI (Breathing)
Inspeksi : pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula oblongata
didapatkan adanya kegagalan pernapasan.
Pada klien tanpa kompresi medula oblongata pada pengkajian inspeksi pernapasan tidak ada
kelainan. Palpasi toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak
di dapatkan bunyi napas tambahan.
b. B2 (Blood)
Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula oblongata didapatkan
adanya kegagalan sirkulasi. Pada klien tanpa kompresi medula oblongata pada pengkajian tidak
ada kelainan. Tekanan darah biasanya normal, dan tidak ada peningkatan heart rate.
c. B3 (Brain)
Tumor intrakranial sering menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada
gangguan fokal dan adanya peningkatan intrakranial . pengkajian B3 (Brain) merupakan
pemeriksaan fokus dan lebih lengkap di bandingkan pengkajian pada sistem lainnya. Trias
Klasik tumor otak adalan nyeri kepala, muntah, dan papiledema. Pengkajian tingkat kesadaran.
Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar dan parameter yang
paling penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkat keterjagaan klien dan respon terhadap
lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem persarafan. Beberapa sistem
digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan.
Pada keadaan lanjut tingkat kesadarn klien tmor intrakranial biasanya berkisar pada tingkat
letargi, stupor, dann semikomatosa. Jika klien sudah mengalami koma, penilaian GCS sangat
penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk pemantauan pemberian
asuhan.
Pengkajian fungsi serebral. Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, dan lobus
frontal.
• Status mental. Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah, dan
aktivitas motorik klien. Pada klien tumor intarkranial tahap lanjut biasanya status mental
klien menglami perubahan.
• Fungsi intelektual. Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi. Pada
beberapa kasus klien mengalami ‘brain damage’ yaitu kesulitan untuk mengenal
persamaan dan perbedaan yang tidak begitu nyata.
• Lobus Frontal. Tumor lobus frontalis memberi gejala perubahan menta, hemiparesis,
ataksia, dan gangguan bicara.
Perubahan mental bermanifestasi sebagai perubahan ringan daam kepribadian. Beberapa
klien mengalami periode depresi, bingung, atau periode ketika tingkah laku klien menjadi
aneh.
Perubahan yang paling sering adalah perubahan dalam memberi argumentasi yang sulit
dari perubahan dalam memberi penilaian tentang benar dan salah. Hemiparesis
disebabkan oleh tekanan pada area dan lintasan motorik di dekat tumor.
Jika area motorik terlibat, akan terjadi epilepsi Jackson dan kelemahan motorik yang
jelas. Tumor yang menyerang ujung bawah korteks prasentalis menyebabka kelemahan
pada wajah, lidah, dan ibu jari, sedangkan tumor pada lobulus parasentralis menyebabkan
kelemahan pada kaki dan ekstermitas bawah.
Tumor pada lobus frontalis dapat mengakibatkan gaya berjalan yang tidak mantap, sering
menyerupai ataksia serebelum. Jika lobus frontalis kiri atau yang dominan terkena, akan
terihat adanya afasia dan aparaksia.
Pengkajian saraf kranial. Pengkajian ini meliputi pengkajian saraf kranial I-XII.
• Saraf I. Pada klien dengan tumor intrakranial yang tidak mengalami kompresi saraf ini
tidak memiliki kelainan pada fungsi penciuman.
• Saraf II. Gangguan lapang pandang disebabkan lesi pada bagian tertentu dari lintasan
visual. Papiledema disebabkan oleh stasis vena yang menimbulkan pembengkakan papila
saraf optikus.
• Saraf III, IV, dan VI. Adanya kelumpuhan unilateral atau b V. Pada ilateral dari saraf VI
memberikan manifestasi pada suatu tanda adanya glioblastoma multiformis.
• Saraf V. Pada keadaan tumor intrakranial yang tidak menekan saraf trigeminus, tidak ada
kelainan pada fungsi saraf ini. Pada neorolema yang menekan saraf ini akan di dapatkan
adanya paralisis wajah ulilateral.
• Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan otot wajah
tertarik ke bagian sisi sehat.
• Saraf VIII. Pada neorolema di dapatkan adanya tuli persepsi. Tumor lobus temporalis
menyebabkan tinitus dan halusinasi pendengaran yang mungkiin diakibatkan iritasi
korteks pendengaran temporalis atau korteks yang berbatasan.
• Saraf XI dan X. Kemampuan menelan kurang baik, dan terdapat kesulitan membuka
mulut.
• Saraf XI. Tidk ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapesiuz.
• Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada suatu sisi dan fasikulasi. Indra pengecap
normal.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi peningkatan intra kranial b.d desak ruang oleh rasa tumor intrakranial.
Tujuan Tidak terjadi peningkatan tekanan intrakarnial pada klien dalam waktu 3x24
jam Kriteria Hasil Klien tidak gelisah, klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual-mual
dan muntah, GCS : 4,5,6, tidak terdapat papiledema, TTV dalam batas normal.
Intervensi :
1. Kaji faktor penyebab situasi atau keadaan individu atau penyebeb koma, atau
penurunan perkusi jaringan dan kemungkinan penyebab peningkatan tekanan
intrakarnial.
2. Memonitor TTV tiap 4 jam.
3. Berikan periode istirahat antara tindakan perawatan dan batasi lamanya prosedur.
Rasional :
1. Deteksi dini untuk memprioritaskan intervensi, mengkaji status neurologi atau
tanda- tanda kegagalan untuk munentukan perawatan kegawatan atau tindakan
pembedahan.
2. Suatu keadaan normal bila sirkulasi serebral terpelihara dengan baik atau
fluktuasi di tandai dengan tekanan darah sistemik penururnan dan autolegulator
kebanyakan tanda penurun difusilokal paskularisasi darah serebral.
3. Tindakan yang terus menerus dapat meningkatkan tekana intrakarnial oleh efek
rangsangan kumulatif.
b. Nyeri akut b.d traksi dan pegeseran sruktur peka nyeri dalam rongga intrakranial.
Tujuan Nyeri berkurang atau hilang atau beradaptasi Kriteria Hasil
Cara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat beradatasi. Dapat
mengidetifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri. Klien tidak
gelisah.
Intervensi :
1. Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan peredah nyeri non farmakologi dan non
infasif.
2. Ajarkan relaksasi, teknik-teknik untuk mnurunkan ketengan untuk otot rangka,
yang dapat menurunkan intesitas nyri dan juga tingkatkan relaksasi masase.
3. Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik Rasional :
1. Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya
telah menunjukan keefektifan mengurangi nyeri.
2. Akan menghasilkan peredaran darah sehingga kebutuhan oksigen oleh
jaringan akan terpenuhi sehingga akan mengurangi nyeri.
3. Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang
(Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan, Muttaqin Ariff, 2008,
Jakarta: Salemba Medika).

C. PATHWAY Tumor Intrakranial (Tumor Otak)


BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Tumor otak bisa mengenai segala usia. Tapi umumnya pada usia dewasa muda atau
pertengahan, jarang di bawah usia 10 tahun atau di alas 70 tahun. Sebagian ahli menyatakan
insidens pada laki-laki lebih banyak dibanding wanita, tapi sebagian lagi menyatakan tak ada
perbedaan insidens antara pria dan wanita.
Tumor otak atau tumor intrakranial adalah neoplasma atau proses desak ruang (space
occupying lesion) yang timbul di dalam rongga tengkorak baik di dalam kompartemen
supratentorial maupun infratentorial, mencakup tumor-tumor primer pada korteks, meningen,
vaskuler, kelenjar hipofise, epifise, saraf otak, jaringan penyangga, serta tumor metastasis dari
bagian tubuh lainnya.
Tumor otak menunjukkan manifestasi klinik yang tersebar. Tumor ini dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial (TIK) serta tanda dan gejala lokal sebagai
akibat dari tumor yang menggangu bagian spesifik dari otak. Gejala yang biasanya banyak
terjadi akibat tekanan ini adalah sakit kepala, muntah, papiledema (edema saraf optik),
perubahan kepribadian dan adanya variasi penurunan fokal motorik, sensori dan disfiungsi
saraf kranial.
2. Saran
Diharapkan perawat dapat menerapkan pengetahuan mereka tentang penyakit tumot otak
ini untuk diterapkan di tempat mereka bekerja. Dan juga diharapkan pula perawat dapat
menerapkan konsep asuhan keperawatan pada pasien tumor otak dengan semaksimal mungkin.
Dengan tujuan agar pasien – pasien pengidap penyakit tumor otak ini dapat segera sembuh dan
dapat menjalankan aktivitasnya kembali seperti saat sebelum sakit.
MAKALAH

TUMOR OTAK

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :

EGA FEBRINA BR TARIGAN


NIM : 2018.004
TINGKAT II AKPER

AKADEMI KEPERAWATAN ARTA KABANJAHE


TAHUN AJARAN 2019/2020

Anda mungkin juga menyukai