Anda di halaman 1dari 25

Riwayat Pekerjaan /Penugasan :

. 1991– 1992 :
Dokter RS. Dr.Hasan Basry, Kandangan, HSS, Kalsel
. 1992-1996 :
Dokter Puskesmas Jambuhilir, Kandangan, HSS,Kalsel
. 1998- 2013 :
Dokter Konsultan PT.PLN Proyek Jaringan Jawa-Bali
. 2001- 2002 :
Psikiater Kesgab Penanggulangan TKI- Depkes RI,
Nunukan, Kaltim
. 2002- sekarang : Psikiater RS. Immanuel Bandung
. 2002- sekarang : Staf Pengajar FK.UK Maranatha Bandung
. 2009- sekarang : Ka.Bag/ Ka.KSM Psikiatri FK.UK Maranatha /
RS.Immanuel Bandung
Organisasi ( Profesi) :
IDI (1990-sekarang) : anggota
PDSKJI Bdg dan sekitarnya ( 2001 – sekarang ) : anggota / pengurus
API ( 2010- sekarang ) : anggota
Harry Tribowo Hadi dr.Sp.KJ
 Dokter T sedang betugas di puskesmas, tiba-
tiba datang serombongan orang dengan
mengendarai mobil bak terbuka membawa
pasien pria dewasa muda dalam keadaan
mengamuk, teriak- teriak, dipegangi oleh 6
orang laki- laki dewasa.......Petugas puskesmas
melaporkan kepada dokter :
“ Dok.., ada pasien ngamuk !
 Kegawatdaruratan psikiatri adalah suatu
kondisi yang ditandai oleh adanya gangguan
pada pikiran, perasaan dan perilaku
seseorang yang memerlukan perhatian dan
intervensi terapeutik segera.
 Termasuk didalamnya kondisi yang
berhubungan dengan gaduh gelisah ( agitasi,
agresif dan perilaku kekerasan ) dan
percobaan bunuh diri.
 Agitasi : perilaku patologis yang ditandai
dengan adanya peningkatan aktivitas verbal
atau motorik yang tak bertujuan
 Agresif : dapat berbentuk agresi verbal atau
fisik terhadap benda atau seseorang
 Kekerasan ( violence ) : bentuk agresi fisik oleh
seseorang yang bertujuan melukai orang lain.
 Percobaan Bunuh diri : segala bentuk tindakan
yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk
dengan segera mengakhiri kehidupannya.
 Aktivitas motorik yang berlebihan, tidak sesuai
dan tidak bertujuan
 Kontrol impuls yang buruk, marah- marah,
menyerang, merusak lingkungan
 Kontak mata melotot, tekanan suara keras dan
menuntut, mengancam,bisa isi pembicaraan
berlebihan dan bersifat menghina,kata- kata kotor
 Ketidakmampuan untuk menganalisis situasi
dengan baik
 Dendam
 Merasa tak aman ( curiga ),ketakutan dan atau
anxietas yang berat
 Buatlah alur pikir untuk menemukan diagnosis
secara cepat, dan memisahkan pasien yang
memerlukan penanganan segera. Diagnosis dibuat
secara hierarkis, dimulai dari diagnosis gangguan
jiwa akibat penyakit organik/ fisik ( GMO) yang
mengancam nyawa hingga ditegakkan gangguan
jiwa lainnya.( GM Fungsional Psikogen )
 Pada gaduh gelisah dan percobaan bunuh diri
selalu pikirkan apakah kondisi tersebut
disebabkan atau berkaitan dengan: (1) delirium, (2)
demensia,(3) penyalahguna zat,(4) gangguan
psikotik,( 5) efek samping obat yang berat, (6)
agitasi pada anxietas/depresi.
 Strategi umum. ( prinsip “ aman “ )
- Lakukan penilaian adanya bahaya melukai/
menyakiti diri sendiri atau orang lain
- Dapat didalam atau diluar gedung layanan
kesehatan
- Penting ! Keselamatan staf, anggota tim dan
pasien.
- Jangan menolong sendiri, minimal 4 orang dalam
1 tim
- Cegah perlukaan, cek benda- benda berbahaya
- Sadari semua pasien ada potensi melakukan
kekerasan
 Modifikasi lingkungan
- Ciptakan lingkungan yang tenang/
rangsangan minimal untuk mengurangi
kecemasan/ ketakutan pasien.
- Pencahayaan ruangan cukup untuk
mengurangi ilusi dan mispersepsi lingkungan
yang dapat meningkatkan risiko perilaku
kekerasan atau agresif
- Ciptakan lingkungan yang aman dan tidak
mengancam
 Prinsip Wawancara
- Privasi merupakan bagian penting u/ membentuk
interaksi yang terapeutik, tapi tetap
memperhatikan keamanan pribadi, atur jarak
- Ciptakan hubungan terapeutik, mengucap salam
dan memperkenalkan diri
- Yakinkan pasien berada ditempat aman, tenaga
kesehatan akan melindungi dan membantu pasien
- Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman dan
secara perlahan diminta meletakkan senjatanya
- Informasi lengkap didapatkan dari Allo/
Heteroanamnesa dan Autoanamnesa
- Informasi didapat dengan mempraktekkan
komunikasi terapeutik kepada pasien :
a. Bicara dengan tenang ajak pasien u/ tenang
b. Vokal yang jelas, nada suara tegas
c. Intonasi rendah
d. Gerakan tak tergesa- gesa
e. Pertahankan posisi tubuh
f. Hargai dan bicarakan dengan sopan pendapat
pasien , tak menentang walau berdeda ( hal
waham dan halusinasinya )
- Gunakan alur berpikir algoritma utama untuk
menyingkirkan masalah terkait penyakit fisik
(GMO ) yang mengancam nyawa atau
pertimbangkan gangguan jiwa lainnya ( GM
Fungsional Psikogen )
- Kaji riwayat penyakit dan riwayat pengobatan
medis dan psikiatrik sebelumnya
- Nilai juga derajat fungsi, berat ringannya gejala
psikiatrik, adanya penyakit penyerta (
komorbiditas ), kualitas dan ketersediaan sistem
pendukung serta sumber bantuan lainnya.
 DELIRIUM
 DEMENSIA
 PENYALAHGUNA NAPZA
 PSIKOTIK
 BUNUH DIRI
 Hal yang perlu dilakukan:
- Berpikir dan bersikap kritis, sadari
kegawatdaruratan bisa muncul dimana saja dan
kapan saja
- Tetap tenang, bersikap suportif
- Perlu kontrol terhadap perasaan bingung, aneh
atau depresi
- Jaga jarak aman, bila perlu difiksasi tawarkan
mau minum obat atau fiksasi
- Tegaskan perilaku kekerasan tidak dapat ditolelir
dan yakinkan pasien akan ditolong dan aman
- Lakukan dokumentasi/ pencatatan yang teliti.
 Hal yang perlu dihindari :
- Mengancam
- Mentertawakan pasien saat wawancara
- Merasa tak adekuat atau sangat tak pasti
- Merasa terancam, sering menghakimi .
- Marah terhadap keluarga yang membawa
 Pemeriksaan yang dilakukan :
- PF dan neurologik ( Tanda vital utama )
- Pemeriksaan status mental
- Pemeriksaan penunjang (EKG,rontgen,Lab )
 Alat :
- Alat fiksasi dari bahan kain yang kuat tapi halus, 40 cm x 20
cm x 0,5 cm. Memiliki 2 tali pengikat, 1 untuk mansetnya, 1
yang kuat untuk ke tempat tidur
- Jaket fiksasi
- Alat injeksi
 Obat oral dan injeksi :
- Haloperidol tab. 0,5mg,1,5mg, 5mg, inj.5mg
- Chlorpromazine tab. 25mg, 100mg, inj.25mg
- Risperidon tab. 2mg
- Diazepam tab. 2mg,5mg, inj.10mg
- Lorazepam tab.2mg
- Propanolol tab. 10mg,40mg
- Diphenhidramin inj, Sulfas atropin inj.
Pasien gaduh gelisah

persuasi menenangkan dan menjamin keamanan

Nilai kesadaran dan tanda-tanda cedera

Tawarkan obat oral

Gagal

Pengikatan fisik bila


perlu
Berikan obat injeksi sesuai dengan kebutuhan

Pasien tenang

Lakukan penilaian secara lengkap : wawancara,


pemeriksaan fisik, neurologis dan status mental

Rujuk atau lanjutkan medikasi dalam bentuk oral


1. Atasi kondisi medis yang diduga mencetuskan
delirium
2. Bila pasien gelisah hingga membahayakan diri/
orang lain atau mengganggu jalannya
pengobatan, beri haloperidol 0,5 mg/ 4-6 jam
peroral maksimal 10mg/ hari, lansia maksimal
3mg/ hari
3. Pada agitasi berat/ sulit peroral beri injeksi
haloperidol 2,5mg IM, dapat diulang setelah 30
menit, maksimal 10mg/ hari, lansia maksimal
5mg/ hari. Hindari benzodiazepin kecuali
delirium krn alkohol.
4. Setelah stabil  rujuk
 Tatalaksana Intoksikasi
- Penanganan kondisi medik umum
- Monitor tanda vital tiap 15 menit selama 4 jam
- Evaluasi tingkat kesadaran, serta jalan nafas
pasien
- Pemberian oksigen bila perlu
- Pasien dipuasakan untuk menghindari aspirasi
 Tatalaksana Putus Zat
- Penanganan kondisi medik umum
- Monitoring tanda vital.
 Lakukan managemen umum kegawatdaruratan
psikiatrik gaduh gelisah. Pengikatan hanya
dilakukan bila usaha lainnya tidak berhasil.
 Singkirkan kemungkinan penyebab organik/ fisik
dan penyalahgunaan Napza/ alkohol
 Bila kooperatif beri obat peroral : Haloperidol 2-3x
2,5-5mg. Max 15mg/ hari atau Chlorpromazine
100mg.Max.400mg/hari. Dapat dikombinasi (
kecuali chlorpromazine )dengan Lorazepam 1-2
mg. Max 6mg/hari.Atau dengan Diazepam
5mg.Max.30mg/hari
 Bila tak kooperatif/ menolak per oral/ gagal,
berikan per injeksi :
Haloperidol inj.5mg IM, dapat diulang setelah
30 menit .Max.30mg/ hari. Dapat dikombinasi
dengan Diazepam 10mg IM dalam spuit
terpisah. Max diazepan 20mg.
 Chlorpromazine inj.25 mg- 50mg IM, dapat
diulang 1-4 jam. Max. 200mg/ hari
Pasien ancaman/isyarat Pasien percobaan bunuh diri
bunuh diri

Tanda-tanda pencederaan
fisik Tanda-tanda intoksikasi

Manajemen risiko bunuh diri Manajemen kondisi fisik


 Managemen Risiko Bunuh Diri. ( mencegah aksi
percobaan bunuh diri )
Prioritas pertama dalam penanganan kasus
kedaruratan bunuh diri adalah menyelamatkan
nyawa pasien.
Managemen kondisi bunuh diri bisa terjadi di
puskesmas atau saat keluarga/ pasien
menghubungi petugas puskesmas ditempat
kejadian
Dalam keadaan seperti itu maka satu petugas
Puskesmas tetap berkomunikasi dengan dengan
pasien/ keluarga, sementara ada tim darurat yang
datang ke tempat kejadian
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai