Nama Kelompok :
Elvina Ramadhani (1811006)
Rizky Dyah Ayu Mulyani (1812014)
Renny Fitriana (1811028)
Erna Fitriana (1811020)
Siti Nuraisah (1811031)
Nova Nur Muhammad Helmy (1811033)
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah “ASUHAN
KEPERAWATAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI” ini dengan baik.
Adapun tujuan dari penulisan Makalah ini adalah sebagai salah satu metode
pembelajaran bagi mahasiswa-mahasiswi Sekolah Akademi Keperawatan
AdiHusada Surabaya.
Kami menyadari atas kekurangan dalam pembuatan Makalah ini, sehingga
akan menjadi suatu kehormatan apabila kami mendapatkan kritikan dan saran
yang membangun agar Makalah ini selanjutnya menjadi lebih baik.
Demikian akhir kata dari kami, semoga Makalah ini bermanfaat bagi semua
pihak sehingga dapat membuka wawasan ilmu yang lebih baik di masa yang akan
datang.
DAFTAR ISI.....…………………………………………………………………3
2.1 Pengkajian………………………………………………………………….. 10
2.2 Diagnosa Keperawatan ……………………………………………………. 11
2.3 Intervensi ………………………………………………………………….. 12
2.4 Implementasi………………………………………………………………. 14
2.5 Evaluasi ……………………………………………………………………..14
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..……….24
BAB 1
KONSEP DASAR HALUSINASI
1.1 Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien di mana
klien mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penciuman. Klien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.
1.2 Rentang Respon Neurologis
a. Respon adaftif
Respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya yang berlaku.
Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jadi menghadapi
suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut, respon adaptif:
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dan
pengalaman ahli.
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
b. Respon psikososial
1) Proses piker terganggu adalah proses adalah proses pikir yang
menimbulkan gagguan.
2) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang
penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan
panca indera.
3) Emosi berlebihan atau berkurang.
4) Perilaku tidak bisa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain
c. Respon maladaptive
Merupakan respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan. Adapun
respon maladaptif :
1) Kelainan Pikiran adalah keyakinan secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain yang bertentengan dengan
keyakinan sosial.
2) Halusinasi meupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari
hati.
4) Perilaku tidak teroganisir merupakan sesuatu yang tidak teratur.
5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu
dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai sesuatu
kecelakaan yang negative mengancam.
1.3 Jenis – jenis halusinasi
Menururt (yosep 2007) halusinasi terdiri dari delapan jenis :
a. Halusinasi pendengaran (auditif, akustik)
Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suara bising
yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering mendengar sebagai sebuah
kata atau kalimat yang bermakna.
b. Halusinasi penglihatan (visual, optik)
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organic). Sering
muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut
akibat gambaran yang mengerikan.
c. Halusinasi penciuman (olvatorik)
Biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan dirasakan tidak enak,
melambangkan rasa bersalah pada penderita.
d. Halusinasi pengecapan (gustatorik)
Biasanya bersamaan dengan halusinasi penciuman
e. Halusinasi perabaan (taktil)
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat yang bergerak
dibawah kulit. Terutama pada keadaan delirium toksis dan skizofrenia.
f. Halusinasi seksual (halusinasi raga)
Penderita rasa diraba dan diperkosa sering pada skizofrenia dengn
waham kebesaran terutama mengenai organ-organ.
g. Halusinasi Kinistetik
Penderita merasa badanya bergerak-gerak dalam suatu ruang atau
anggota badanya bergerak-gerak.
h. Halusinasi visral
Timbul perasaan tertentu dalam tubuh
1) Depersonalisasi : perasaan aneh pada dirinya bahwa pribadinya sudah
tidak seperti biasanya serta tidak sesuai dengan kenyataan. Sering
pada skizofrenia dan sindrom lobus parientalis.
2) Derealisasi : perasaan aneh tentang lingkungan yang tidak sesuai
dengan kenyataan. Misalnya perasaan gejala sesuatu yang dialaminya
seperti dalam impian.
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
perasaan, tidak aman, gelisah, dan bingung.
1.4 Etiologi
a. Faktor prediposisi
Menurut (Yosep 2010) faktor prediposisi klien dengan halusinasi adalah :
1. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu, misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak
kecil, frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan terhadap stress.
2. Faktor sosio-kultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya diri pada
lingkungannya.
3. Faktor biologis
Pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stress
berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
4. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakseimbangan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi
masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari
alam nyata menuju alam hayal.
5. Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
schizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor presipitasi
1. Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
perasaan tidak aman, gelisah dan bingung. Perilaku menarik diri,
kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat
membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlins dan
Heacock, 1993 mencoba memecahkan masalah halusinasi
berlandaskan atas hakikat keberadaan seorang individu sebagai
makhluk yang dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-
spiritual. Sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi yaitu :
a. Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam
waktu yang lama.
b. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi, isi dari
halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien
tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan
kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
c. Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu
dengan halusinasi akan memperlihatkan adanyan penurunan fungsi
ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri
untuk melawan impluls yang menekan, namun merupakan suatu
hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil
seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua
perilaku klien.
d. Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal
comforting. Klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam
nyata sangat membahayakan. Klien asyik dengan halusinasinya
seolah – olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan
akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak
didapatkan.
e. Dimensi spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas, tidak bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang
berupayah secara spiritual untuk menyucikan diri, irama
sirkadiannya terganggu, karena ia sering tidur larut malam dan
bangun sangat siang. Saat terbangun merasa hampa dan tidak jelas
tujuan hidupnya.
1.5 Tanda dan gejala
Perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Bicara sendiri
b. Senyum sendiri
c. Ketawa sendiri
d. Menarik diri dari orang lain
e. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata
f. Sulit berhubungan dengan orang lain
g. Mudah tersinggung, jengkel dan marah
h. Tampak tremor dan berkeringat
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
Untuk dapat menjaring data yang diperlukan umumnya, dikembangkan
formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan dalam
pengkajian. Isi pengkajian meliputi :
a. Identitas diri
b. Keluhan utama atau alas an masuk
c. Faktor prediposisi
d. Aspek fisik atau biologis
e. Status mental
f. Aspek psikososial
g. Kebutuhan persiapan pulang
h. Mekanisme koping
i. Masalah psikososial dan lingkungan
j. Pengetahuan
k. Aspek medis
Persepsi :
Perencanaan
1 Gangguan 1. Klien dapat 1. Ekspresi wajah bersahabat 1. Bina hubungan saling Hubungan saling
persepsi membina menunjukkan rasa senang, percaya dengan percaya merupakan
sensori hubungan saling ada kontak mata, mau mengungkapkan dasar untuk kelancaran
percaya
halusinasi berjabat tangan, mau prinsip komunikasi hubungan interaksi
menyebutkan nama, mau terapeutik selanjutnya
menjawab salam, klien mau
duduk berdampingan dengan
perawat, mau mengutarakan
masalah yang dihadapi
2. Klien dapat 2. Klien dapat menyebutkan 2. Adakah kontak Kontak sering tapi
mengenali
waktu, isi, frekuensi sering dan singkat singkat selain membina
halusinasinya
timbulnya halusinasi seacara bertahap hubungan saling
percaya, juga dapat
memutuskan halusinasi
3. Klien dapat 3. Klien dapat menyebutkan 3. Identifikasi bersama Upaya untuk
mengontrol tindakan yang bisa dilakukan klien cara tindakan memutuskan siklus
halusinasinya untuk mengendalikan yang dilakukan jika halusinasi sehingga
Halusinasinya terjadi halusinasi halusinasi tidak
(tidur,marah,menyibu
kkan diri dll) berlanjut
5. Klien dapat 5. Klien dan keluarga dapat 5. Diskusikan dengan Dengan menyebitkan
memanfaatkan menyebutkan manfaat, dosis klien dan keluarga dosis, frekuensi dan
obat dengan dan efek samping obat. tentang dosis, manfaat obat.
baik frekuensi manfaat
obat.
2.3 Implementasi dan Evaluasi
A: SP1P tercapai
P:
Perawat :
Klien:
O:
A: SP2P tercapai
P:
Perawat:
Klien:
Memotivasi klien
mengontrol halusinasi
dengan kercakap-cakap
sesuai dengan jadwal harian
P:
Perawat:
Klien:
O:
1. Klien mampu melakukan
jadwal harian yang sudah
dibuat
2. Klien memasukkan minum
obat kedalam jadwal harian
klen pada pukul 08.00,
12.00 dan 18.00
3. Mata kontak ada
4. Klien mampu
menunjukkan dan
menyebutkan jenis obat
5. Afek sesuai
6. Klien kooperatif
A: SP4P tercapai
P:
Perawat:
Klien: