Anda di halaman 1dari 48

STASE KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN “ NY.H” DENGAN


GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG
HELIKONIA RSJD DR. RM SOEDJARWADI PROVINSI JAWA
TENGAH

Pembimbing Akademik : Rizqi Wahyu Hidayat, M. Kep

Disusun Oleh :
1. Windi Ismatul Hasanah 223203055
2. Shelfa Intan Mustika Damayanti 223203006
3. Intan Tiarasukma 223203053
4. Nur Fadillah Abuthalib 223203010

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2023
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN “ NY.H” DENGAN


GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG
HELIKONIA RSJD DR. RM SOEDJARWADI PROVINSI JAWA
TENGAH

Disusun Oleh:
1. Windi Ismatul Hasanah 223203055
2. Shelfa Intan Mustika Damayanti 223203006
3. Intan Tiarasukma 223203053
4. Nur Fadillah Abuthalib 223203010

Telah disetuji pada


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(......................................) (............................................)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan suatu keadaan klien yang merasa dirinya tidak
diterima oleh lingkungan, gagal dalam usahanya, tidak bisa mengontrol
emosinya, dan membuat klien terganggu atau terancam dan mengubah
perilaku klien dengan ditandai adanya halusinasi, ilusi, waham, gangguan
proses pikir, kemampuan berpikir serta tingkahlaku yang aneh. Gangguan
jiwa berat dikenal dengan sebutan psikosis dan salah satu contoh psikosis
adalah skizofrenia ( PH, et al., 2020).
Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan distorsi khas
proses pikir, kadang-kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang
dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya, waham yang kadang-kadang
aneh, gangguan persepsi, afek abnormal yang terpadu dengan situasi nyata
atau sebenarnya, dan autism (Zahnia & Sumekar, 2016). Ada 9 tipe
skizofrenia yaitu skizofrenia paranoid, hebefrenik, katatonik, tak terinci,
residual, simpleks, yang tak tergolongkan dan lainya. Berdasarkan kasus
kelolaan untuk tipe skizofrenia paranoid adalah salah satu tipe psikosis
dimana antara realita serta pikiran tidak bisa sejalan. Sehingga hal ini akan
mempengaruhi bagaimana cara sesorang berperilaku maupun berpikir
(Ningnurani, Romas, & Widiantoro, 2022).
Gangguan skizofrenia paranoid ini biasanya akan muncul saat usia akhir
masa remaja atau saat dewasa awal. Kecenderungan pengidap skizofrenia
paranoid adalah tidak mampu berpikir secara rasional serta selalu merasa
curiga terhadap segala sesuatu. Akibat dari keadaan tersebut, penderita
skizofrenia paranoid biasanya sulit untuk melakukan pekerjaan, sulit menjalin
hubungan dalam rumah tangga, berinteraksi serta bersosialisasi dengan orang
lain dan lingkungan. Sedangkan untuk gejala utama penderita gangguan
skizofrenia paranoid adalah adanya waham yang mencolok atau halusinasi
auditorik dalam konteks terdapatnya fungsi kognitif dan afek yang relatif
masih terjaga (Ningnurani, Romas, & Widiantoro, 2022).
Berdasarkan kasus kelolaan untuk halusinasi adalah salah satu gejala
gangguan jiwa di mana klien mengalami perubahan sensori persepsi,
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan
atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetul-betulnya tidak ada
( AS, 2019). Menurut WHO (2017) Angka kejadian gangguan mental kronis
dan parah yang menyerang lebih dari 21 juta jiwa dan secara umum terdapat
lebih dari 23 juta orang jiwa di seluruh dunia, Jasa lebih dari 50% orang
dengan skizofrenia tidak menerima perawatan yang tepat. 90% orang dengan
skizofrenia yang tidak diobati tinggal di Negara berpenghasilan rendah dan
menengah. Berdasarkan Riskesdas (2018), prevalensi gangguan jiwa di
Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 1,7 per mil dan mengalami peningkatan
pada tahun 2018 menjadi 7 per mil. (Riskesdas, 2018)

B. Tujuan
Mahasiswa mampu menerapkan konsep asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan persepsi sensori di RSJD DR RM Soedjarwadi Provinsi
Jawa Tengah
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana penderita
mempersepsikan sesuatu hal yang tidak sebenarnya terjadi. Suatu kejadian
yang dialami seperti persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksternal
atau disebut persepsi palsu (Yusuf, Fitriyasari, R., Nihayati, H. E, 2015).
Halusinasi adalah bentuk persepsi pada suatu indera yang tidak
mendapatkan stimulasi dari reseptornya (Sutinah, 2016). Halusinasiadalah
gerakan penyerapan (persepsi) panca indera tanpa rangsangan dari luar yang
dapat meliputi semua system panca indera terjadi pada saat kesadaran
individu penuh / baik (Dermawan, D., & Rusdi, 2013)
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana pasien mengalami perubahan
sensori persepsi yang disebabkan stimulus yang sebenarnya itu tidak ada
(Purwanto, 2015). Menurut ( Stuart, 2013) persepsi didefinisikan sebagai
suatu proses diterimanya rangsang sampai rangsang itu disadari dan
dimengerti oleh penginderaan: proses penerimaan rangsang . Akibat dari
halusinasi yang dialami pasien sering menyebabkan terjadinya kemunduran
dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti hilangnya motivasi dan
tanggung jawab, apatis, menghindar dari kegiatan dan hubungan sosial serta
perawatan dan aktivitas sehari-hari menjadi terganggu (Wangi, 2022).
Berdasarkan pengertian halusnasi diatas maka dapat diartikan bahwa,
halusinasi merupakan gangguan respon yang diakibatkan oleh stimulus atau
rangsangan yang palsu yang membuat pasien percaya bahwa hal itu ada.
B. Faktor Presdisposisi dan Presipitasi
Menurut (Yosep, 2016) terdapat dua factor penyebab halusinasi, yaitu
sebagai berikut:
a. Faktor Presdisposisi
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya
rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien
tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya
diri, dan lebih rentan terhadap stress.
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak
bayi sehingga akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak
percaya pada lingkungannya
3) Faktor Biokimia
Hal ini berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.
Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam
tubuh akan dihasilkan suatu zat yang bersifat halusiogenik
neurokimia. Akibat stress berkepanjangan menyebabkan
teraktivasinya neurotransmitter otak,misalnya terjadi
ketidakseimbangan acetylchoin dan dopamine.
4) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab
mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini
berpengaruh pada ketidakmampuan klien mengambil keputusan
tegas, klien lebih suka memilih kesenangan sesaat dan lari dari
alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian Menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh
orangtua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia . Hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangatberpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor Presipitasi
Faktor Presipitasi Menurut Rawlins dan Heacock dalam (Yosep,
2016) dalam hakekatnya seorang individu sebagai mahluk yang
dibangun atas dasar unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi
dapat dilihat dari lima dimensi,yaitu:
1) Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik
seperti kelelahan luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam
hingga delirium dan kesulitan tidur dalam waktu yang lama.
2) Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang
tidak dapat diatasi. Halusinasi dapat berupa perintah memasa dan
menakutkan. Klien tida sanggup menentang sehingga klien berbuat
sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3) Dimensi Intelektual
Dalam hal ini klien dengan halusinasi mengalami
penurunan fungsi ego. Awalnya halusinasi merupakan usaha dari
ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan,namun
menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh
perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku
klien.
4) Dimensi Sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosialdi dalam fase
awal dan comforting menganggap bahwa bersosialisasi nyata
sangat membahayakan. Klien halusinasi lebih asyik dengan
halusinasinya seolah-olah itu tempat untuk bersosialisasi.
5) Dimensi Spiritual
Klien halusinasi dalam spiritual mulai dengan kehampaan
hidup, rutinitas tidak bermakna, dan hilangnya aktivitas beribadah.
Klien halusinasi dalam setiap bangun merasa hampa dan tidak jelas
tujuan hidupnya.
C. Manifestasi Klinik
Adapun tanda dan gejala halusinasi, antara lain : (PPNI, 2016)
Data Subjektif 1. Mendengar suara bisikan atau bayangan
2. Merasakan sesuatu melalui panca indera
3. Menyatakan kesal
Data Objektif 1. Distorsi sensori
2. Respon tidak sesuai
3. Bersikap seolah mendengar, melihat, mengecap, meraba atau
mencium sesuatu
4. Menyendiri
5. Melamun
6. Konsentrasi buruk
7. Disorientasi
8. Curiga
9. Melihat ke satu arah
10. Mondar-mandir
11. Bicara sendiri

D. Rentang Respon
Adaptif                                                                                  Maladaptif

1. Pikiran logis 1. Distorsi pikiran 1. Gangguan pikir atau


A.
2. Persepsi kuat 2. Ilusi delusi
3.B.Emosi konsisten 3. Emosi tidak stabil 2. Halusinasi
C.dengan pengalaman 4. Perilaku aneh atau 3. Sulit berespon
4. Perilaku sesuai tidak berlebihan 4. ketidakteraturan
5.D.Berhubungan sosial 5. Menarik diri 5. Isolasi sosial
E.

Halusinasi merupakan salah satu mal adaptif individu berada dalam


rentang respon neurobiology. Rentang respon neurobiologis yang paling
adaptif yaitu adanya pikiran logis, persepsi akurat, emosi yang konsisten
denganpengalaman, perilaku cocok, dan terciptanya hubungan sosial yang
harmonis. Sedangkan,respon maladaptive yang meliputi waham,
halusinasi, kesukaran proses emosi, perilaku tidak teroganisasi, dan isolasi
sosial. Rentang respon neurobiologis halusinasi digambaran sebagai
berikut ( Stuart, 2013).
E. Jenis Halusinasi
Menurut Yosep (2016) Halusinasi dibagi menjadi 4 tipe yakni sebagai
berikut :
a. Halusinasi pendengaran (auditory-hearing voice or sounds)
Menurut Frei (2017), halusinasi pendengaran dibagi menjadi
halusinasi sederhana dan kompleks. Halusinasi sederhana seperti
suara berisik yang ditimbulkan oleh suara gemerisik atau suara
langkah kaki yang tidak memiliki arti, sedangkan halusinasi kompleks
seperti suara seseorang atau suara musik. Suara tersebut dapat berasal
dari dalam diri individu atau dari luar dirinya. Suara dapat tunggal
atau multiple. Suara dapat dikenali oleh pasien (familiar) misalnya
suara nenek yang sudah meninggal. Isi suara dapat memerintahkan
sesuatu pada klien atau seringnya tentang perilaku pasien sendiri.
Pasien merasa yakin bahwa suara itu berasal dari Tuhan, setan,
sahabat, atau musuh.
b. Halusinasi penglihatan (visual-seeing persons or things)
Halusinasi penglihatan dapat diartikan sebagai pasien melihat
sesuatu yang sebenernya tidak ada. Pasien dapat merasa melihat
bayangan seseorang duduk disofa atau diruang makan, melihat anak
kecil atau melihat seseorang dihalaman rumah.
c. Halusinasi penciuman (olfactory-smelling odors)
Halusinasi penciuman dapat berupa pasien membaui bau-bauan
tertentu padahal orang lain tidak merasakan sensasi serupa.
d. Halusinasi pengecapan (gustatory-experiencing tastes)
Halusinasi pengecapan dapat diartikan bahwa pasien merasakan
mengecap sesuatu padahal tidak sedang makan apapun.
F. Psikopatologi
Proses terjadinya halusinasi diawali dari orang yang menderita halusinasi
akan menganggap sumber dari hasilnya berasal dari lingkungan atau stimulus
eksternal. Pada fase awal masalah itu menimbulkan peningkatan kecemasa
yang terus dan sistem pendukung yang kurang akan menghambat atau
membuat persepsi untuk membedakan antara apa yang dipikirkan dengan
perasaan sendiri menurun (Prabowo, 2014). Meningkatnya pada fase
comforting pasien mengalami emosi yangberlanjut seperti cemas, kesepian,
perasaan berdosa dan sensorinya dapat di kontrol bila kecemasan dapat diatur.
Pada fase ini klien cenderung merasa nyaman dengan halusinasinya. Pada
fase conderming klien mulai menarik diri. Pada fase controlling klien dapat
merasa kesepian bila halusinasinya berhenti. Pada fase conquering klien lama
kelamaan sensorinya terganggu klien merasa terancam dengan halusinasinya
terutama bila tidak menuruti perintahnya (Prabowo, 2014).
G. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi adalah strategi pelaksanaan
halusinasi. Namun ada beberapa penatalaksanaan lain seperti berikut :
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk mengurangi tingkat
kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi,
sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual
dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien di sentuh
atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau
emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien,
bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya
hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan
di lakukan.
2. Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang
perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas,
misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan
permainan.
3. Melaksanakan program terapi dokter, Sering kali pasien menolak obat
yang di berikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang di
terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif.
Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya,
serta reaksi obat yang di berikan.
4. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah
yang ada Perubahan sensori perceptual: halusinasi Setelah pasien
lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah
pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta
membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga
dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat
dengan pasien.
5. Memberi aktivitas pada pasien misalnya pasien di ajak mengaktifkan
diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain
atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan
pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang
lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan
yang sesuai.
6. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan.
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data
pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses
keperawatan, misalnya dari percakapan dengan pasien di ketahui bila
sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi
bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas.
7. Sebaiknya perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan
menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada.
Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan
petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di
berikan tidak bertentangan.
I. Fokus Intervensi
a) Menghardik halusinasi.
Halusinasi berasal dari stimulus internal. Untuk mengatasinya,
klien harus berusaha melawan halusinasi yang dialaminya secara internal
juga. Bantu pasien mengenal halusinasi, jelaskan cara-cara kontrol
halusinasi, ajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama
yaitumenghardik halusinasi:
b) Menggunakan obat.
Salah satu penyebab munculnya halusinasi adalah akibat
ketidakseimbangan neurotransmiter di syaraf (dopamin, serotonin).
Untuk itu, klien perlu diberi penjelasan bagaimana kerja obat dapat
mengatasi halusinasi, serta bagairnana mengkonsumsi obat deng 5 benar
prinsip minum obat, yaitu benar obat, benar jenis obat, benar pasien,
benar dosis, benar cara pemberian dan benar waktu pemberian.
c) Bercakap-cakap
Klien dianjurkan meningkatkan keterampilan hubungan sosialnya.
Dengan meningkatkan intensitas interaksi sosialnya, kilen akan dapat
memvalidasi persepsinya pada orang lain. Klien juga mengalami
peningkatan stimulus eksternal jika berhubungan dengan orang lain. Dua
hal ini akan mengurangi fokus perhatian klien terhadap stimulus internal
yang menjadi sumber halusinasinya. Latih pasien mengontrol halusinasi
dengan cara kedua yaitu bercakap-cakap dengan orang lain.
d) Melakukan kegiatan harian
Kebanyakan halusinasi muncul akibat banyaknya waktu luang
yang tidak dimanfaatkan dengan baik oleh klien. Klien akhirnya asyik
dengan halusinasinya. Untuk itu, klien perlu dilatih menyusun rencana
kegiatan dari pagi sejak bangun pagi sampai malam menjelang tidur
dengan kegiatan yang bermanfaat. Perawat harus selalu memonitor
pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga klien betul-betul tidak ada waktu
lagi untuk melamun tak terarah. Latih pasien mengontrol halusinasi
dengan melaksanakan aktivitasterjadwal.
(Simanungkalit, 2021)
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pengkajian

STASE KEPERAWATAN JIWA PROGRAM STUDI


PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

FORM PENGKAJIAN KLIEN


Nama Mahasiswa : Kelompok 9
NPM :9
Ruangan : Helikonia
Tgl Praktik : 24 Januari – 11 Februari 2023

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN NY.H DENGAN


HALUSINASI DI RUANG HELIKONIA RSJD DR. RM SOEDJARWADI
PROVINSI JAWA TENGAH

A. IDENTITAS KLIEN
1. Nama : Ny. H
2. Usia : 53 Thn
3. Jenis Kelamin :P
4. Status : Menikah
5. Agama : Islam
6. Alamat : Purung, Klaten
7. Pendidikan : SMP
8. Pekerjaan : IRT
9. Tgl Masuk : 20 Januari 2023
10. No. RM : 1575xx
11. Diagnosa Medis : Skizofrenia Paranoid
12. Penanggung Jawab : Tn. A
13. Tgl Pengkajian : 24 Januari 2023

B. ALASAN MASUK
Tiga hari sebelum masuk rumah sakit pasien bingung, berbicara ngelantur,
sulit tidur, komunikasi lama-lama ngelantur, tidak mau minum obat, banyak
diam, sering melamun memikirkan penyakitnya, post mondok di RS Mitra
Weda karena sakit lambung. Pada bulan Agustus 2022 pasien sempat
mendapatkan perawatan di RSJD Dr. RM Seodjarwadi dan dipulangkan ke
rumah, namun pada saat dirumah pasien tidak meminum obat dengan rutin
yang menyebabkan gejala tersebut muncul kembali
C. FAKTOR PRESIPITASI
Pasien mengatakan pada saat pasien menyapu halaman rumah di bawah
pohon besar pasien melihat ada serangga besar masuk kedalam perut
sehingga pasien teriak-teriak, dan lompat-lompat di atas kursi untuk
menghilangkan serangga yang didalam perut tersebut.
D. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Riwayat mengalami gangguan jiwa:
√ Ya Tidak
Jelaskan....................................................
2. Pengobatan sebelumnya:
 Berhasil √ Belum Berhasil Tidak Berhasil
Jelaskan.......................................................
3. Trauma
Pernah √ Tidak
Jelaskan :.........................................
Trauma Usia Pelaku Korban Saksi
 Aniaya fisik
 Aniaya seksual
 Penolakan
 Kekerasan dalam keluarga
 Tindakan kriminal

4. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa:


 Ya √ Tidak
Hubungan keluarga : Pasien mengatakan didalam keluarga tidak
ada yang mengalami gangguan jiwa
Gejala :-
Riwayat Pengobatan :-
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:
Pasien mengatakan Tidak ada
Masalah Keperawatan :..........................................................

E. PEMERIKSAAN FISIK
1. TD : 165/ 85 mmHg
2. HR : 95 mmHg
3. RR : 20 x/menit
4. S : 37,4 °C
5. TB : 148 cm
6. BB : 50 kg
7. IMT : 22, 8 (Normal)
Masalah Keperawatan :.............................................................
F. PSIKOSOSIAL
1. Genogram (Minimal 3 generasi ke atas)

Keterangan

Laki-laki

Perempuan

x Meninggal

Garis Keturunan

Klien

Tinggal dalam satu rumah

2. Konsep Diri
a. Citra Tubuh
Pasien mengatakan bersyukur dengan kondisi tubuhnya. Pasien
bersyukur karena tidak ada kecatatan pada anggota tubuh dan
bagian tubuh yang disukai yaitu bagian wajah.
b. Identitas Diri
Pasien tidak mengalami gangguan identitas diri, pasien
mengatakan seorang perempuan dan pasien puas.
c. Peran
Pasien mengatakan bahwa pasien merupakan seorang ibu yang
sudah mempunyai anak dan suami. Pasien juga mengatakan
menjadi seorang ibu rumah tangga tetapi dia juga sambil bekerja
menjadi buruh.
d. Ideal Diri
Pasien mengatakan ingin pulang ingin bertemu dengan anaknya
dan ingin bekerja seperti biasanya.
e. Harga Diri
Pasien mengatakan mencintai diri sendiri dan bisa menerima
keadaanya.
3. Hubungan Sosial
a. Orang terdekat/yang berarti
Pasien mengatakan orang terdekatnya adalah anggota keluarga
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Pasien mengatakan tidak pernah ikut kegiatan kelompok di
masyarakat maupun RS sekarang.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan untuk berhubungan dengan orang lain ada
hambatan karena merasa bingung untuk memulai berbicara
4. Spiritual sebelum di RS
a. Nilai dan keyakinan: Pasien mengatakan untuk shalat nya jarang
b. Kegiatan Ibadah: Pasien mengatakan jarang shalat dan berdo’a

G. STATUS MENTAL
1. Penampilan
 Tidak Rapi
 Penggunaan pakaian tidak sesuai
 Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan: Pasien tampak berpakaian rapi, dan sesuai dengan
ketentuan dari RSJD Dr. RM Soedjarwadi
2. Pembicaraan
 Cepat
 Keras
 Gagap
 Inkoheren
 Apatis
√ Lambat
 Membisu
 Tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan : Pada saat pengkajian pasien terlihat menjawab
pertanyaan dengan lambat
3. Aktivitas Motorik
 Lesu
 Tegang
 Gelisah
 Agitasi
 Tic
 Grimace
 Tremor
 Kompulsif
Jelaskan : Tampak terlihat untuk ekspresi pasien berubah-ubah
dimana dari ekspresi tegang dan serius menjadi biasa saja dan
tertawa-tawa.
4. Alam Perasaan
√ Sedih
 Takut
 Putus asa
√ Khawatir
 Euphori
Jelaskan : Pasien mengatakan sedih karena jauh dari anak dan
suami, dan merasa khawatir kepada anaknya untuk makanya
bagaimana, siapa yang masakin
5. Afek
√ Datar
 Tumpol
√ Labil
 Tidak Sesuai
Jelaskan : Pasien berespon sesuai dengan stimulus, akan tetapi
cepat berubah-ubah yang awalanya merasa sedih, senang dan
kadang-kadang serius.
6. Interaksi selama wawancara
 Bermusuhan
 Tidak kooperatif
 Mudah tersingung
 Kontak mata kurang
 Defensif
 Curiga
Jelaskan : Pasien tampak sedikit kooperatif, namun pandangan
pasien pada saat diwawancara mudah teralihkan dan kontak mata
pasien kurang.
7. Persepsi
Halusinasi
 Pendengaran
√ Penglihatan
 Perabaan
 Pengecapan
 Penghidu
Jelaskan : Pasien mengatakan melihat ada serangga besar masuk
kedalam perut sehingga pasien teriak-teriak, dan lompat-lompat di
atas kursi.
8. Isi Pikir
 Obsesi
 Phobia
 Hipokondria
 Depersonalisasi
 Ide terkait
 Pikiran magis
Waham
 Agama
 Somatik
 Kebesaran
 Curiga
 Nihilistik
 Sisip pikir
 Siar pikir
 Kontrol pikir
Jelaskan : Pasien tidak ada masalah dengan isi pikiran
9. Proses Pikir
 Sirkumsisi
 Tengensial
 Kehilangan asosiasi
 Flight of idea
 Blocking
 Pengulangan pembicaraan
Jelaskan : Pasien sering mengulang pembicaraan

10. Tingkat Kesadaran


 Bingung
 Sedasi
 Stupor
 Disorientasi waktu
 Disorientasi orang
 Disorientasi tempat
Jelaskan : Pasien tampak sadar namun kebingungan
11. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang
 Gangguan daya ingat jangka pendek
 Gangguan daya ingat saat ini
Jelaskan : Pasien tidak memiliki gangguan memori, karena pasien
masih mampu mengingat kejadian masalalu, tanggal dan waktu.
12. Tingkat Konsentrasi dan berhitung
 Mudah beralih
 Tidak mampu berkonsentrasi
 Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan : Fokus pasien mudah teralihkan dengan hal-hal kecil
13. Kemampuan penilaian
 Gangguan ringan
 Gangguan bermakna
Jelaskan : Pasien dapat mengambil keputusan, namun harus ada
yang mengarahkan seperti membantu-bantu mengambil air minum
14. Daya tilik diri (insight)
 Gangguan ringan
 Gangguan bermakna
Jelaskan : Pasien mengatakan bawha dia menyadari jika sekarang
berada di RSJ dikarena merasa bingung dan melihat ada serangga
besar masuk kedalam perut sehingga pasien teriak-teriak, dan
lompat-lompat di atas kursi.

H. KEBUTUHAN PERENCANAN PULANG


Bantuan Minimal Bantuan Total
1. Makan √
2. BAB/BAK √
3. Mandi √
4. Berpakian/berhias √
5. Penggunaan Obat

Ya Tidak
6. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan Lanjutan
Perawatan Pendukung
7. Aktivitas di rumah
Mempersipakan makanan
Menjaga kerapihan rumah √

Mencuci pakaian
Pengaturan keurangan
8. Aktivitas di luar rumah
Belanja
Transportasi
Lain-lain
9. Istirahat/tidur
 Tidur siang lama: 13.30 – 15.00
 Tidur malam lama: 22.00 s.d 04.30
 Kegiatan sebelum/sesudah tidur:
Jelaskan : Kegiatan sebelum tidur yaitu
makan dan mengobrol dengan teman
sekamar

I. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
 Berbicara dengan orang lain  Minum alkohol
 Mampu menyelesaikan  Reaksi lambat
masalah  Bekerja berlebihan
 Teknik relaksasi  Menghindar
 Aktivitas konstruktif  Menciderai diri sendiri
 Olah raga  Lainnya :
 Distraksi
 Lainnya

J. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


a. Masalah dengan dukungan kelompok:
Pasien mengatakan jarang mengobrol dengan teman sekamar
b. Masalah dengan lingkungan:
Pasien mengatakan sedikit sulit beradaptasi dengan lingkungannya
karena tidak bisa memulai pembicaraan kecuali di tanya dahulu dan
pasien agak malu untuk memulai pembicaraan
c. Masalah dengan pendidikan:
Pasien mengatakan tidak ada masalah pada saat pendidikan
d. Masalah dengan pekerjaan:
Pasien mengatakan bekerja sebagai butuh dan IRT
e. Masalah dengan perumahan:
Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan lingkungan perumahan
f. Masalah dengan ekonomi:
Pasien mengatakan tidak terlalu bermasalah dengan perekonomian
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan:
Pasien mengatakan tidak memiliki masalah dengan pelayanan kesehatan

K. KURANG PENGETAHUAN TENTANG


 Penyakit jiwa
 Koping
 Penyakit fisik
 Faktor predisposisi
 Sistem pendukung
 Obat-obatan
 Lain-lain
Jelaskan : Pasien sudah mengetahui tentang penyakitnya.

L. ASPEK MEDIS
Dx. Medis : Skizofrenia Paranoid
Axis I :-
Axis II :-
Axis III :-
Axis IV :-
Axis V :-

M. TERAPI MEDIS
No Jenis Obat Dosis
1. Haloperidol 2 x 2,5 mg
2. Merlopam 1 x 2 gram
3. Amplodipin 5 mg (k/p)
4. Trifluoperazine (THP) 2 mg (2 x 1)
Analisa Data

No System Problem
1. Data Subjektif Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
1. Pasien mengatakan melihat ada serangga besar masuk
kedalam perut sehingga pasien teriak-teriak, dan lompat-
lompat di atas kursi untuk menghilangkan serangga yang
didalam perut tersebut.
Data Objektif
1. Pasien tampak komunikasi seperlunya
2. Pasien tampak melamun
3. Pasien tampak menyendiri
4. Fokus pasien mudah teralihkan
2. Data Subjektif Isolasi Sosial : Halusinasi
1. Pasien mengatakan untuk berhubungan dengan orang lain
ada hambatan karena merasa bingung untuk memulai
berbicara
Data Objektif
1. Fokus pasien mudah teralihkan
2. Pasien tampak lebih banyak diam
3. Afek pasien tampak datar dan masih labil
4. Pasien jarang mengikuti kegiatan, jika tidak diarahkan dan
diajak oleh perawat

Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
2. Isolasi Sosial : Halusinasi

Rencana Keperawatan

Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
Gangguan Setelah dilakukan tindakan TUK 1 Ajarkan SP 1
Persepsi keperawatan selama 3 x 8 jam  Setelah interaksi pasien  Identifikasi halusinasi : isi,
Sensori : diharapkan halusinasi pasien dapat menunjukan tanda-tanda percaya frekuensi, waktu terjadi, situasi
Halusinasi teratasi dengan kriteria hasil : dan pasien mampu pencetus, perasaan, dan respon
Tujuan Umum (TUM) mengidentifikasi halusinasi  Jelaskan cara mengontrol
 Mengontrol halusinasi yang seperti isi, frekuensi, waktu, halusinasi dengan menghardik,
alami terjadi, situasi, pencetus, obat, bercakap-cakap dan
Tujuan Khusu (TUK 1) perasaan dan respon. melakukan kegiatan harian
 Pasien dapat membina TUK 2  Latih cara mengontrol halusinasi
hubungan saling percaya  Setelah 1 kali interaksi pasien dengan menghardik
Tujuan Khusus (TUK 2) mampu mengontrol halusinasi  Bimbing pasien, dan masukan pada
 Pasien dapat mengenal dengan obat-obatan (6 benar jadwal kegiatan untuk latihan
halusinasinya obat, jenis, guna, dosis, menghardik
Tujuan Khusus (TUK 3) frekuensi, cara pemberian dan Ajarakan SP 2
 Pasien dapat mengontrol kontinuitas obat)  Evaluasi kegiatan menghardik. Beri
halusinasinya TUK 3 Pujian
 Setelah 1 kali interaksi pasien  Latih cara mengontrol halusinasi
menunjukan cara mengontrol dengan obat (jelaskan 6 benar obat,
halusinasi yang sebelumnya jenis, guna, dosis, frekuensi, cara,
sudah dilakukan. Pasien mampu kontinuitas obat)
mengontrol halusinasi dengan  Bimbing pasien, masukan pada
bercakap-cakap jadwal kegiatan untuk menghardik
 Setelah 1 kali interaksi pasien dan meminum obat
mampu mengontrol halusinasi Ajarakan SP 3
dengan melakukan kegiatan  Evaluasi kegiatan latihan
harian menghardik dan obat. Beri Pujian
 Latih cara mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap saat terjadi
halusinasi
 Bimbing pasien, masukan pada
jadwal kegiatan untuk latihan
menghardik, obat, dan bercakap-
cakap
Ajarkan SP 4
 Evaluasi kegiatan latihan
menghardik, obat, bercakap-cakap.
Beri pujian
 Latih cara mengontrol halusinasi
dengan melakukan kegiatan harian
(mulai 2 kegitan)
 Bimbing pasien, masukan pada
jadwal untuk latihan menghardik,
obat, bercakap-cakap, dan
melakukan kegiatan harian
Isolasi Setelah dilakukan tindakan TUK 1 Ajarkan SP 1
Sosial : keperwatan selama 3 x 8 jam  Dalam 1 kali interaksi pasien  Identifikasi penyebab isolasi
Halusinasi diharapkan pasien dapat teratasi menunjukan tanda-tanda percaya sosial, siapa yang serumah, siapa
dengan kriteria hasil: kepada perawat : wajah yang dekat, siapa yang tidak dekat,
Tujuan Umum (TUM) tersenyum, mau berkenalan, dan apa penyebabnya tidak dekat
 Pasien mampu berinteraksi kontak mata masih kurang,  Keuntungan punya temen dan
dengan orang lain bersedia mengungkapkan bercakap-cakap
Tujuan Khusus (TUK 1) masalahnya  Kerugian tidak punya temen dan
 Pasien dapat membina TUK 2 tidak bercakap-cakap
hubungan saling percaya  Dalam 1 kali interaksi pasien  Latih cara berbicara dengan pasien
Tujuan Khusus (TUK 2) dapat menyebutkan minimal satu dan perawat
 Pasien mampu menyebutkan penyebab menarik diri yaitu diri  Bimbing pasien untuk masukan
penyebab tanda dan gejala sendiri, orang lain, lingkungan pada jadwal kegiatan untuk latihan
isolasi sosial TUK 3 berkenalan
Tujuan Khusus (TUK 3)  Dalam 1 kali interaksi pasien Ajarkan SP 2
 Pasien mampu menyebutkann dapat menyebutkan keuntungan  Evaluasi kegiatan berkenalan
keuntungan berhubungan berhubungan sosial seperti (Berapa orang). Beri pujian
sosial dan kerugian menarik banyak teman, tidak kesepian,  Latih cara berkenalan saat
diri saling membantu. Sedangkan melakukan kegiatan harian
Tujuan Khusus (TUK 4) kerugian menarik diri seperti, (Latihan 2 kegitatan)
 Pasien dapat melaksanakan sendiri, kesepian, tidak bisa  Bimbing pasien untuk masukan
hubungan sosial secara berdiskusi. pada jadwal kegiatan untuk latihan
bertahap TUK 4 berkenalan 2 – 3 orang pasien,
Tujuan Khusus (TUK 5)  Dalam 1 kali interaksi pasien perawat, berbicara saat melakukan
 Pasien mampu menjelaskan dapat melaksanakan hubungan kegiatan harian
perasaanya setelah sosial secara bertahap seperti Ajarkan SP 3
berhubungan sosial perawat, dan kelompok  Evaluasi kegiatan latihan
Tujuan Khusus (TUK 6) (mahasiswa) berkenalan (berapa orang) dan
 Pasien mendapat dukungan TUK 5 berbicara saat melakukan dua
keluarga dalan memperluas  Dalam 1 kali interaksi pasien kegiatan harian, beri pujian
hubungan sosial dapat menyebutkan perasaan  Latih cara berbicara saat
Tujuan Khusus (TUK 7) setelah berhubungan sosial melakukan kegiatan harian (2
 Pasien dapat memanfaatkan dengan orang lain, dan kelompok kegiatan baru)
obat dengan baik TUK 6  Bimbingan pasien untuk masukan
 Dalam 1 kali interaksi pertemuan pada jadwal kegiatan untuk latihan
keluarga dapat menjelaskan berkenalan 4-5 orang, berbicara
seperti pengertian menarik diri,
tanda dan gejala, penyebab dan saat melakukan 4 kegiatan harian.
akibat, dan cara merawat diri Ajarkan SP 4
TUK 7  Evaluasi kegiatan latihan
 Dalam 1 kali interaksi pasi dapat berkenalan, bicara saat melakukan
menyebutkan obat-obatan (6 4 kegiatan harian. Beri pujian
benar obat, jenis, guna, dosis,  Latih cara bicara sosial : meminta
frekuensi, cara pemberian dan sesuatu, menjawab pertanyaan.
kontinuitas obat)  Bimbing pasien untuk masukan
pada jadwal kegiatan latihan
berkenalan >5 orang, orang baru,
berbicara saat melakukan kegiatan
harian dan sosialisasi.
Implementasi & Evaluasi Keperawatan

Evaluasi Hari Pertama

Hari/Tgl Diagnosa
Keperawatan Implementasi Evaluasi
Selasa, Ganggaun Mengajarkan SP 1 S:
24/01/23 Persepsi Sensori : 1. Mengidentifikasi halusinasi dari isi, frekuensi, 1. Isi halusinasi : Pasien mengatakan
Halusinasi waktu terjadi, situasi, pencetus, perasaan dan ada serangga besar masuk kedalam
respon perut
2. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi 2. Waktu : Pasien mengatakan pada sore
menghardik, obat, bercakap-cakap dan hari ketika menyapu
melakukan 2 kegiatan harian 3. Frekuensi : Pasieng mengatakan
3. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan kurang lebih 5 - 10 menit muncul
menghardik 4. Situasi : Pasien mengatakan pada saat
4. Membimbing pasien, memasukan pada jadwal sendiri
kegiatan untuk latihan menghardik 5. Respon : Pasien mengatakan
menghempasnya, berdiam diri.
O:
1. Pasien tampak sedikit kooperatif
2. Pasien tampak menerima informasi
terkait cara mengontrol halusinasi
3. Pasien mampu diajarkan cara
menghardik
4. Pasien tampak bisa
mengaplikasikan cara menghardik
secara perlahan
A : Masalah Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi Belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi Keperawatan
1. SP 2, 3 dan 4
2. Motivasi pasien untuk mengontrol
halusinasi dengan terapi dzikir
Selasa, Isolasi Sosial : Mengajarkan SP 1 S:
24/01/23 Halusinasi  Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial, 1. Pasien mengatakan orang
siapa yang serumah, siapa yang dekat, siapa terdekatnya adalah anak
yang tidak dekat, dan apa penyebabnya 2. Pasien mengatakan tidak dekat
tidak dekat dengan saudaranya
 Menguntungkan punya temen dan 3. Pasien mengatakan belum
bercakap-cakap mengikuti kegiatan apapun di ruang
 Merugian tidak punya temen dan tidak Rehab
bercakap-cakap O:
 Melatih cara berbicara dengan pasien dan 1. Kontak mata pasien kurang
perawat 2. Komunikasi seperlunya
 Membimbing pasien untuk masukan pada 3. Pasien masih tampak belum banyak
jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan interaksi dan mengobrol dengan
teman sekamar
4. Pasien masih menarik diri dari
lingkungan
A : Masalah Isolasi Sosial Belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi SP 2, 3, dan 4

Evaluasi Hari Kedua

Hari/Tgl Diagnosa
Keperawatan Implementasi Evaluasi
Rabu, Ganggaun Mengajarkan SP 2 S:
25/01/23 Persepsi Sensori :  Mengevaluasi kegiatan menghardik. Beri 1. Pasien mengatakan bisa melakukan
Halusinasi Pujian cara menghardik
 Melatih cara mengontrol halusinasi dengan 2. Pasien mengatakan sudah mau
obat (jelaskan 6 benar obat, jenis, guna, dosis, berbicara dengan teman sekamar
frekuensi, cara, kontinuitas obat) yaitu 2 orang
 Membimbing pasien, masukan pada jadwal 3. Pasien mengatakan meminum obat
kegiatan untuk menghardik dan meminum obat secara rutin
4. Pasien mengatakan tidak tau warna,
Mengajarkan SP 3 fungsi, dosis, dan nama obat yang
 Mengevaluasi kegiatan latihan menghardik dikonsumsi.
dan obat. Beri Pujian 5. Pasien mengatakan untuk dzikir
 Melatih cara mengontrol halusinasi dengan dilakukan setelah shalat dan merasa
bercakap-cakap saat terjadi halusinasi tenang
 Membimbing pasien, masukan pada jadwal O :
kegiatan untuk latihan menghardik, obat, dan 1. Pasien tampak mulai kooperatif
bercakap-cakap 2. Pasien tampak meminum obat
secara rutin yaitu pukul 12.00 WIB
3. Pasien tampak mampu mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan teman sekamar walaupun
hanya dengan 2 orang
4. Pasien tampak mampu menjawab
menjawab cara mengontrol
halusinasi dengan terapi dzikir
seperti mengucap istigfar dan
berdo’a
5. Sebelum dilakukan terapi dzikir
pasien tampak sedikit kurang
kooperatif, tampak banyak diam dan
jarang melakukan aktivitas seperti
kegiatan dan shalat. Kemudian
setelah dilakukan terapi dzikir
pasien merasa tenang, mampu
berinteraksi dengan orang lain.
A:
1. Masalah Halusinasi Belum Teratasi
(pasien belum bisa menghafal obat,
dosis, dan fungsi obat)
2. SP 3 pasien sudah melakukan
bercakap-cakap dengan baik
P : Lanjutkan Intervensi keperawatan
dengan mengoptimalkan SP 2 dan
meningkatkan terapi dizikir
Rabu, Isolasi Sosial : Mengajarkan SP 2 S:
25/01/23 Halusinasi  Mengevaluasi kegiatan berkenalan (Berapa 1. Pasien mengatakan dapat
orang). Beri pujian melakukan 2 latihan kegiatan
 Melatih cara berkenalan saat melakukan 2. Pasien mengatakan sudah mau
kegiatan harian (Latihan 2 kegitatan) berkenalan dengan teman sekamar
 Membimbing pasien untuk masukan pada walaupun hanya 2 orang pada saat
jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 2 – kegiatan senam, dan sebelum mandi
3 orang pasien, perawat, berbicara saat 3. Pasien mengatakan mulai mengikuti
melakukan kegiatan harian kegiatan senam lebih dari 10 menit
O:
Mengajarkan SP 3 1. Pasien sudah mulai kooperatif
 Mengevaluasi kegiatan latihan berkenalan 2. Komunikasi sudah mulai terarah
(berapa orang) dan berbicara saat melakukan 3. Pasien tampak mengikuti kegiatan
dua kegiatan harian, beri pujian lebih dari 10 menit
 Melatih cara berbicara saat melakukan 4. Pasien sudah tampak berkenalan
kegiatan harian (2 kegiatan baru) dengan teman sekamar
 Membimbingan pasien untuk masukan pada 5. Pasien tampak sudah membuka diri
jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 4-5 6. Pasien tampak mengikuti kegiatan
orang, berbicara saat melakukan 4 kegiatan TAK yang dilakukan oleh
harian. Mahasiswa
A:
1. Masalah Isolasi Sosial Belum
Teratasi
2. SP 3 (Pasien tampak masih belum
maksimal dalam latihan berkenalan
dengan teman sekamar dari 4-5
orang)
P : Lanjutkan Intervensi Keperawatan
dengan mengoptimalkan SP 3
Evaluasi Hari Ketiga

Hari/Tgl Diagnosa
Keperawatan Implementasi Evaluasi
Kamis, Ganggaun Mengajarkan SP 4 S:
26/01/23 Persepsi Sensori :  Mengevaluasi kegiatan latihan menghardik, 1. Pasien mengatakan sudah
Halusinasi obat, bercakap-cakap. Beri pujian mengetahui cara mengontrol
 Melatih cara mengontrol halusinasi dengan halusinasi
melakukan kegiatan harian (mulai 2 kegitan) 2. Pasien mengatakan sudah
 Membimbing pasien, masukan pada jadwal mengontrol halusinasi dengan cara
untuk latihan menghardik, obat, bercakap- menghardik, meminum obat secara
cakap, dan melakukan kegiatan harian rutin, dan mengobrol dengan teman
sekamarnya.
3. Pasien mengatan setelah berdzikir
hari merasa tenang dan bisa tidur
dengan nyaman
O:
1. Pasien tampak kooperatif
2. Komunikasi sudah teraarah namun
menjawab masih agak lambat
3. Pasien tampak menyampikan
kegiatan dengan baik
4. Evaluasi hari kedua terapi dzikir
pasien mengatakan hati lebih
tenang, pasien tampak rajin shalat
dan berdzikir dan pasien sering
mengajak teman sekamar untuk
berdzikir dan shalat tepat waktu
A : Masalah Halusinasi Belum Teratas
P : Lanjutkan Intervensi keperawatan
dengan mengoptimalkan SP 1- 4
Kamis, Isolasi Sosial : Mengajarkan SP 4 S:
26/01/23 Halusinasi  Mengevaluasi kegiatan latihan berkenalan, 1. Pasien mengatakan sudah mau
bicara saat melakukan 4 kegiatan harian. Beri mengobrol dengan teman
pujian sekamarnya
 Melatih cara bicara sosial : meminta sesuatu, 2. Pasien mengatakan mau mengikuti
menjawab pertanyaan. kegiatan senam, TAK bersama
mahasiswa pkl, menyusun puzzle,
 Membimbing pasien untuk masukan pada menggambar dan membersihkan
jadwal kegiatan latihan berkenalan >5 orang, kamar.
orang baru, berbicara saat melakukan kegiatan 3. Pasien mengatakan sering
harian dan sosialisasi. berbincang-bincang dan menjawab
pertanyaan dari perawat maupun
mahasiswa pkl
O:
1. Pasien sudah mau mengikuti
kegiatan senam, TAK bersama
mahasiswa, menyusun puzzle,
menggambar dan membersihkan
kamar.
2. Pasien sudah mampu membuka diri
dilingkungan dan kelompok
3. Sudah mulai ada kontak mata
4. Komunikasi mulai terarah
A : Masalah Isolasi Sosial Belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi Keperawatan
dengan mengoptimalkan SP 1 - 4
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kesesuaian
Berdasarkan hasil analisis antara kesesuian teori, data, masalah
keperawatan dan implementasi halusinasi pada kasus sudah memiliki
kesesuain terhadap teori yang di dapatkan, namun harus melakukan
pengkajian lengkap untuk melengkapi data, karena seperti data subjectif dan
objectif adalah acuan untuk merumuskan diagnosa keperawatan, untuk
acauan melaksanakan tindakan keperawatan data pengkajian harus di pastikan
sesuai dengan kondisi pasien.
Berdasarkan hasil pengkajian dari kasus diatas masalah yang di alami
pasien adalah halusinasi dan menjadi diagnosa prioritas utama karena ditandai
dengan pasien melihat ada serangga besar masuk kedalam perut sehingga
pasien teriak-teriak, dan lompat-lompat di atas kursi untuk menghilangkan
serangga yang didalam perut tersebut, dan tiga hari sebelum masuk rumah
sakit pasien bingung, berbicara ngelantur, sulit tidur, komunikasi lama-lama
ngelantur, tidak mau minum obat, banyak diam. Serta pada bulan Agustus
2022 pasien sempat mendapatkan perawatan di RSJD Dr. RM Seodjarwadi
dan dipulangkan ke rumah, namun pada saat dirumah pasien tidak meminum
obat dengan rutin yang menyebabkan gejala tersebut muncul kembali. Hal ini
sejalan dengan penjelasan dari (Kamariyah & Yuliana, 2021) bahwa
halusinasi sendiri merupakan suatu gangguan persepsi sensori tanpa adanya
stimulus eksternal. Dampak yang ditimbulkan dari halusinasi sendiri adalah
kehilangan kontrol diri, yang dapat merugikan seseorang yang mengalami
halusinasi atau pun lingkungan sekitar.
Sedangkan untuk permasalan lain yang muncul dari pasien halusinasi yaitu
masalah isolasi sosial, dimana bahwa pada pasien Ny. H ini sulit untuk
berinteraksi dengan orang lain karena merasa bingung untuk memulai
berbicara, pasien tampak lebih banyak diam, dan akan berbicara ketika
ditanya terlebih dahulu sehingga menyebabkan pasien sering menyendiri.
Menurut ( Kirana, 2018), perilaku pasien dengan isolasi sosial apabila tidak
ditangani, maka akan berakibat risiko perubahan sensori persepsi : halusinasi
sebagai bentuk gejala negative yang tidak tertangani dan dapat memicu
terjadinya gejala positif. Sehingga permasalahan isolasi sosial dapat
ditegakkan karena merupakan salah satu penyebab dari terjadinya halusinasi
pada pasien.
Mengatasi halusinasi dapat dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu terapi
fase akut dilakukan pada saat terjadi episode akut dari skizofrenia akut yang
melibatkan gejala psikotik, terapi fase stabilisasi dilakukan setelah gejala
psikotik akut telah dapat dikendalikan dan terapi tahap pemeliharaan
dilakukan pada saat terapi pemulihan jangka panjang skizofrenia. Pada terapi
pemulihan ini dapat dilakukan dengan terapi non farmakologi dan terapi
farmakologi. Pada terapi non farmakologi ini dapat dilakukannya strategi
pelaksanaan (SP) halusinasi dengan modifikasi terapi zikir (Emulyani &
Herlambang, 2020).
Sedangkan untuk implementasi yang dilakukan pada pasien dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi yaitu dengan monitor perilaku
mengindikasikan adanya halusinasi, memonitor isi dari halusinasi dan
mengajarkan pasien cara mengontrol kejadian halusinasi dengan terapi non
farmakologis yaitu terapi dzikir. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh
Damiyanti, (2019) bahwa implementasi keperawatan pada pasien dengan
gangguan persepsi sensori yaitu meliputi tujuan tindakan keperawatan,
kriteria hasil dan tindakan yang diberikan (Damiyanti, 2019).
Hal ini untuk penerapan terapi dzikir kepada pasien Ny. H yang dilakukan
selama dua hari dalam jangka waktu 5 sampai 10 menit. Terapi dzikir
diberikan bertujuan menekan gejala halusinasi yang muncul dan bermanfaat
menghilangkan rasa resah dan gelisah, memelihara diri dari was-was setan,
ancaman manusia, dan membentengi diri dari perbuatan maksiat dan dosa,
serta dapat memberikan sinaran kepada hati untuk lebih tenang dan
menghilangkan kekeruhan jiwa (Emulyani & Herlambang, 2020). Adapun
hasil dari kegiatan terapi dzikir selama 2 hari pada pasien Ny. H yaitu pasien
mengatakan tampak tenang, sering menerapkan dzikir setelah selesai shalat,
dan pasien sering mengajak dan mendorong teman sekamar untuk shalat tepat
waktu dan berdizikir, serta pasien sudah mau berinteraksi dengan teman
sekamar dan melakukan kegiatan kegiatan di ruangan.
Salah satu nilai spritualitas yang dapat di sandingkan agar gejala dan tanda
halusinasi bisa menurun adalah dengan terapi zikir. cara terapi zikir yang
dapat dilakukan adalah dengan lisan dan hati yang mensucikan nama Allah,
memuji-Nya dan menyipari-Nya dengan segala kesempurnaan, kebesaran dan
keindahan (Emulyani & Herlambang, 2020). Kemudian banyak pasien
skizofrenia yang menggunakan agama dan atau spiritualnya sebagai alat
koping dengan berdoa, istigfar dan sholat dapat mengurangi gejala yang
dialami pasien skizofrenia. Hal ini didukung oleh (Struart, 2016) yang
menyatakan spiritual koping dapat menjadi koping untuk symptom
managemen pada pasien skizofrenia seperti halusinasi, hal ini sangat mampu
untuk proses penyembuhan dan kekuatan bagi pasien.

B. Kekuatan/Hambatan
1. Kekuatan
Kemudahan yang didapatkan yaitu ketika pasien sudah sedikit bisa
diajak berbicara, walau dalam keadaan masih menghindari keramaian
karena menyesuaikan dengan tempat tinggal yang baru. Terlaksananya
BHSP (Bina hubungan saling percaya) kurung waktu 2 hari, karena
dihari ke 2 pasien sudah mulai koperatif ketika diadakan diskusi tanya
jawab. Dalam diskusi didapatkan jawaban dari pasien yaitu selalu
mendengar bisikan-bisikan yang tidak jelas, mendengar suara-suara dari
luar rumah dan selalu merasa takut kalau sendiri, hal ini kami kelompok
mengambil pemberian intervensi terapi zikir untuk menenangkan pasien
ketika lagi gelisah atau mendengarkan hal-hal yang tidak diinginkan.
Selanjutnya pasien bisa dinilai dari awal masuk bangsal bisa
dikategorikan pasien termasuk isolasi sosial dikarenakan perilaku yang di
perlihatkan pasien sangat terlihat jelas seperti masih kurang berminat
bergabung dengan teman-teman sebangsal dan diajak komunikasi di hari
pertama masih kurang koperatif, hal ini kelompok kami mengambil
intervensi untuk pasien isolasi sosial yaitu pemberian SP. Terakhir pasien
di hari ke 2 sama ke 3 sudah ada sedikit kontak matanya, walaupun
kadang pasien berbicara tidak sesuai dengan kenyataan.
2. Hambatan
Untuk hambatan yang di dapatkan pasien di hari pertama sama
ketiga jawaban untuk pertanyaan yang diajukan masih ada jawaban yang
ngelantur dan tidak sesuai dengan kenyataan, selanjutnya terkadang
pasien sedikit-sedikit menghindari beberapa pertanyaan yang ditanyakan
contohnya tiba-tiba tidak mau menjawab pertanyaan walaupun
sebelumnya pertanyaan ada yang telah dijawab, pasien juga dalam
berbicara terkadang intonasinya masih kurang jelas. Pasien diberikan
pertanyaan terkadang masih bingung dan harus beberapa kali
disampaikan pertanyaannya agar pasien mengerti dengan pertanyaan
yang diberikan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil diatas untuk tindakan penatalaksanaan halusinasi
menggunakan terapi dzikir selama dua hari, yaitu pasien diajarkan cara
mengetahui atau mengenal halusinasi yang dialaminya, setelah pasien dapat
mengenali tentang halusinasinya, pasien diajarkan cara mengatasi halusinasi
menggunakan cara berzikir, pasien dapat melaksanakan terapi secara dibantu
dan mandiri, akan tetapi belum bisa memaknai tentang terapi yang
dilakukannya, hal itu dikarenakan selain pasien mengalami gangguan
halusinasi, pasien juga mengalami gangguan mental yaitu retardasi mental,
sehingga setelah diajarkan penatalaksanaan halusinasi menggunakan terapi
zikir selama dua hari, pasien menunjukkan adanya keberhasilan terapi
menggunakan zikir tersebut. Dan harus lebih sering dilakukan secara mandiri
oleh pasien agara hasil yang didapatkan dari terapi lebih bermakna.
B. Saran
1. Rumah sakit jiwa
Bagi tenaga kesehatan dirumah sakit lebih lagi memberikan
komunikasi terapeutik sehingga pasien bisa mengungkapkan semua
permasalahannya dan mau mengikuti terapi yang diadakan oleh rumah
sakit, sehingga tercapainya keberhasilan dalam proses keperawatan
2. Bagi mahasiswa
Dianjurkan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan
dalam memberikan asuhan keperawatan yang lebih optimal dan
komprehensif serta bertanggung jawab kepada klien khusunya klien
dengan gangguan persepsi sensori : Halusinasi dan Isolasi Sosial.
DAFTAR PUSTAKA

AS, A. N. (2019). STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG KENANGA RUMAH SAKIT
KHUSUS DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN. Jurnal Media
Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar Vol 10 No 02.

Kirana, S. A. (2018). GAMBARAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PASIEN


ISOLASI SOSIAL SETELAH PEMBERIAN SOCIAL SKILLS THERAPY .
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 13. No 1.

PH, L., Rihardini, Kandar, Suerni, T., Suwarjo, Maya, A., et al. (2020). PENINGKATAN
KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI MELALUI TERAPI
GENERALIS HALUSINASI. Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 1.

Stuart, W. G. (2013). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jwa Stuart.


Singapore: Elsevier.

Damiyanti, I. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Dermawan, D., & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa : Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen.

Emulyani, & Herlambang. (2020). Pengaruh Terapi Zikir Terhadap Penurunan Tanda dan
Gejala Halusinasi Pada Pasien Halusinasi. Healthcare : Jurnal Kesehatan Vol 9
No 1, 17-25.

Frei, K. &. (2017). Hallucinations And The Spectrum Of Psychosis In Parkinson’s


Disease. .

Kamariyah, & Yuliana. (2021). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori:
Menggambar terhadap Perubahan Tingkat Halusinasi pada Pasien Halusiansi di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi, 21(2).

Ningnurani, Romas, M. Z., & Widiantoro, F. W. (2022). Studi Kasus Penderita


Skizofrenia Paranoid. Jurnal PSikologi Volume 18 Nomer 1.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan


IndikatorDiagnostik, Edisi1. Jakarta: DPP PPNI.

Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medikai.

Purwanto, T. (2015). Buku Ajara Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Riskesdas. (2018). Riset Kesehatan Dasar. Report of the Riskesdas. Diakses dari:
http://www.depkes.go.id/resoureces/download/general/Hasil%20Riskesdas
%2021.

Simanungkalit, A. (2021). Skripsi Gambaran Pelaksanaan Sp (Strategi Pelaksanaan)


Halusinasi Oleh Perawat Di Kota Padangsidimpuan: Study Penomenologi.
Padangsimpuan: Universitas Aufa Royhan.

Struart, G. (2016). Prinsip Dan Praktek Keperawatan Kesehatan Jiwa Struart. Singapore:
Elsevier Inc.

Wangi, T. (2022). Penanganan Halusinasi dengan Kombinasi Menghardik dan Aktivitas


Terstruktur. Kementrian kesehatan.

WHO. (2017). Schizophrenia. Report of the WHO Schizophrenia Diakses dari :


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs396/en/.

Yosep, H. I. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance Mental Health Nursing.
Bandung: Revika Aditama.

Yusuf, Fitriyasari, R., Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta.

Zahnia, S., & Sumekar, D. W. (2016). Kajian Epidemiologis Skizofrenia. MAJORITY I


Volume 5 I Nomor 5.

Anda mungkin juga menyukai