Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS

HERNIA NUKLEUS PULPOSUS

DOKTER PEMBIMBING :

dr. Jofizal Jannis, Sp. S

DI SUSUN OLEH:

Lidia Dwi Putri 2011730054

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

STASE SARAF RSIJ CEMPAKA PUTIH

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2017
BAB I
PENDAHULUAN

Hernia Nukleus Pulposus merupakan salah satu dari sekian banyak Low
Back Pain akibat proses degeneratif. Penderita penyakit ini sering mengeluh sakit
pinggang yang menjalar ke tungkai bawah terutama pada saat aktifitas
membungkuk (sholat,mencangkul). Penderita mayoritas melakukan suatu aktifitas
mengangkat beban yangberat dan sering membungkuk.
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) merupakan salah satu penyebab dari nyeri
punggung (NPB) yang penting. HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yaitu keluarnya
nukleus pulposus dari discus melalui robekan annulus fibrosus hingga keluar ke
belakang atau dorsal menekan medulla spinalis atau mengarah ke dorsolateral
menekan radix spinalis sehingga menimbulkan gangguan. Prevalensinya berkisar
antara 1-2% dari populasi.
HNP cervikalis dapat terjadi akibat proses degeneratif maupun trauma yang
mencederai vertebra cervikalis. Proses degeneratif dan trauma ini menyebabkan
perubahan pada struktur diskus intervertebralis yang terletak diantara masing-
masing badan (corpus) vertebra cervikalis, sehingga fungsinya sebagai penahan
tekanan (shock absorbers) terganggu dan menyebabkan substansi diskus keluar
(herniasi) hingga menekan radix saraf bahkan medula spinalis dan menyebabkan
gejala-gejala tersebut.
HNP lumbalis paling sering (90%) mengenai diskus intervertebralis L5-S1
dan L4-L5. Biasanya NBP oleh karena HNP lumbalis akan membaik dalam waktu
kira-kira 6 minggu. Tindakan pembedahan jarang diperlukan kecuali pada
keadaan tertentu.
BAB II
STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. TA

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 38 tahun

Alamat : Cempaka Putih

Pekerjaan : Karyawan swasta

Status : Menikah

Agama : Islam

Tanggal masuk RS : 28 September 2017

ALLO-ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri Pinggul kanan menjalar sampai ke kaki kanan 1 bulan
SMRS

Keluhan Tambahan : Kesemutan (+), sulit berjalan (+)

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dibawa keluarganya ke IGD RSIJ Cempaka Putih dengan
keluhan nyeri pinggul kanan menjalar sampai ke kaki kanan sejak 1 bulan yang
lalu. Sebelumnya, pasien memiliki riwayat jatuh dalam posisi duduk 3 bulan
yang lalu. Keluhan nyeri pinggul dirasakan terus-menerus dan nyeri dirasakan
semakin memberat sejak 1 minggu yang lalu. Pasien merasa nyeri pinggul seperti
ditusuk-tusuk. Pasien mengatakan nyeri tidak berkurang ketika pasien duduk atau
berbaring, sehingga pasien hanya bisa tidur dengan posisi miring untuk
mengurangi rasa nyerinya. Keluhan nyeri Pinggul ini dirasakan semakin nyeri jika
pasien membungkuk. Keluhan ini juga menyebabkan pasien susah berjalan karena
nyeri dirasakan menjalar hingga ke kaki kanan. Pasien juga merasa kaki kanan
kesemutan di bagian ujung kaki. Nyeri di bagian perut disangkal, mual maupun
muntah disangkal. Pasien tidak mengeluhkan gangguan BAK maupun BAB.

Riwayat Penyakit Dahulu


Sebelumnya, pasien memiliki riwayat jatuh dalam posisi duduk 3 bulan
yang lalu.
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat DM disangkal

Riwayat Pengobatan
Pasien belum berobat sebelumnya

Riwayat Penyakit keluarga


Riwayat hipertensi dan riwayat DM disangkal

Riwayat Psikososial : Pasien merupakan karyawan swasta yang bekerja


menggunakan komputer, terkadang pasien sering mengangkat galon di kantor
maupun dirumah, pasien tidak merokok dan mengonsumsi alkohol.

STATUS GENERALIS
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 360C
Status gizi
BB : 64 kg
TB : 165cm
Kesan : Obes tipe 1
Status Generalis
Kepala : Normochepal, hematoma dibagian belakang kepala (-)
Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-), edema palpebra (-/-)..
Hidung : Normonasi, deviasi septum (-), sekret (-)
Mulut : Mukosa bibir kering (-), sianosis (-), lidah tremor
(-),
faring hiperemis (-), tonsil T1-T1, perdarahan (-)
Telinga: Normotia, sekret (-)
Leher : KGB tidak membesar, JVP tidak meningkat

Thorax
Jantung : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop(-)
Paru : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, nyeri tekan (+), splenomegali (-), hepatomegaly (-)
Auskultasi : BU (+) normal
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
Bawah : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-),sianosis (-/-)

STATUS NEUROLOGIK
Kesadaran : Composmetis
GCS : E4 M6 V5

Rangsang Meningeal
Kaku Kuduk : -
Laseque sign : <70/>70
Kernig sign : +/-
Brudzinki I/II : -/-
Patrick : +/-
Kontrapatrick : +/-

Saraf Kranial
N.I (Olfaktorius)

Dextra Sinistra
Daya pembau Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N.II (Optikus )

Dextra Sinistra
Tajam Penglihatan Normal Normal
Lapang pandang Normal Normal
Pengenalan warna Normal Normal
Funduskopi
Papil edema Tidak dilakukan
Arteri:Vena

N.III (Okulomotorius)

Dextra Sinistra
Ptosis - -
Gerakan Bola Mata
Medial + +
Atas
Bawah
Ukuran Pupil Pupil bulat isokor ODS 3 mm
Refleks Cahaya
+ +
Langsung
Refleks Cahaya
+ +
Konsensual
Akomodasi Baik Baik

N.IV (Trokhlearis)

Dextra Sinistra
Gerakan Mata
Baik Baik
Medial Bawah

N.V (Trigeminus)
Menggigit Normal
Membuka mulut Normal
Sensibilitas
+
Oftalmikus
Maksilaris +
Mandibularis +
Refleks kornea +

N.VI (ABDUSENS)

Dextra Sinistra
Gerakan mata ke lateral + +

N.VII (FASIALIS)

Dextra Sinistra
Mengangkat alis + +
Kerutan dahi + +
Menutup mata Normal Normal
Menyeringai Normal Normal

N.VIII (Vestibulochoclearis)

Dextra Sinistra
Tes bisik + +
Tes Rinne
Tes Weber Tidak dilakukan
Tes Schwabach

N. IX (Glosofaringeus) Dan N. X (Vagus)

Arkus faring Gerakan simetris


Daya Kecap Lidah 1/3 belakang Sulit dinilai
Uvula Letak di tengah
Menelan Normal
Refleks muntah Tidak dilakukan
N. XI (Aksesorius)

Dextra Sinistra
Memalingkan kepala Normal Normal
Mengangkat bahu Normal Normal

N.XII (Hipoglosus)

Sikap lidah Normal


Fasikulasi -
Tremor lidah -
Atrofi otot lidah -

Motorik
Kekuatan Otot 5555 5555

5555 5555

Tonus otot : Normal


Atrofi : Tidak ada
Sensorik

Dextra Sinistra
Rasa Raba
- Ekstremitas Atas + +
- Ekstremitas Bawah + +
Rasa Nyeri
- Ekstremitas Atas + +
- Ekstremitas Bawah + +
Rasa Suhu
- Ekstremitas Atas Tidak dilakukan
- Ekstremitas Bawah

Refleks Fisiologi
Dextra Sinistra
Bisep +2 +2
Trisep +2 +2
Brachioradialis +2 +2
Patella +3 +2
Achilles +3 +2

Reflex Patologis
Dextra Sinistra
Babinski - +
Chaddocck - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Gonda - -
Hoffman Trommer - -

RESUME
ANAMNESIS
Pasien datang dibawa keluarganya ke IGD RSIJ Cempaka Putih dengan
keluhan nyeri pinggul kanan menjalar sampai ke kaki kanan sejak 1 bulan yang
lalu. Sebelumnya, pasien memiliki riwayat jatuh dalam posisi duduk 3 bulan yg
lalu. Keluhan nyeri pinggul dirasakan terus-menerus dan nyeri dirasakan semakin
memberat sejak 1 minggu yang lalu. Pasien merasa nyeri pinggul seperti ditusuk-
tusuk. Pasien mengatakan nyeri tidak berkurang ketika pasien duduk atau
berbaring , sehingga pasien hanya bisa tidur dengan posisi miring untuk
mengurangi rasa nyerinya. Keluhan nyeri Pinggul ini dirasakan semakin nyeri jika
pasien membungkuk. Keluhan ini juga menyebabkan pasien susah berjalan karena
nyeri dirasakan menjalar hingga ke kaki kanan. Pasien juga merasa kaki kanan
kesemutan di bagian ujung kaki. Nyeri di bagian perut disangkal. Pasien tidak
mengeluhkan gangguan BAK maupun BAB.
Pasien merupakan karyawan swasta yang bekerja menggunakan komputer,
terkadang pasien sering mengangkat galon di kantor maupun dirumah
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 360C
Status gizi
BB : 64 kg
TB : 165cm
Kesan : Obes tipe 1

STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran = composmentis.
GCS = E4 V5 M6
Pemeriksaan refleks fisiologis, refleks Patella dan refleks achilles
meningkat pada kaki kanan.

Rangsang Meningeal
Laseque sign : <70/>70
Kernig sign : +/-
Tes Patrick : +/-
Tes Kontra Patrik : +/-

RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium
EKG
Foto Vertebrae (lumbosakral)
EMG

LABORATORIUM
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.5 11.7-15.5 g/dL
Leukosit 7.68 3.60-11.00
Hematokrit 40 35-47
Trombosit 254 150-440
Eritrosit 5.01 3.80-5.50
MCV/ VER 80 80-100 fL
MCH/ HER 27 26-34 pg
MCHC/ KHER 34 32-36 g/dL
FAAL GINJAL
Ureum Darah 22 10-50 mg/dL
Kreatinin Darah 0.6 <1.4 mg/dL

DIAGNOSIS
Diagnosa Klinis : Nyeri Pinggul kanan menjalar sampai dengan kaki
kanan
Diagnosis Topis : Discus intervertebralis Lumbosakral
Diagnosa Etiologi : Hernia Nukleus Pulposus
Diagnosa Patologi : Post Trauma

PENATALAKSANAAN
Tirah baring
Fisioterapi
Edukasi :
Hindari mengangkat beban berat, membungkukan badan dengan
cepat dan aktivitas berat.
Olahraga berenang
Gunakan ortose (korset) untuk mempercepat pemulihan dan
mencegah timbulnya kembali LBP, jangan duduk terlalu lama, sering
berolah raga.
Minum obat teratur dan istirahat cukup.

Medikasi (Pengobatan)
IVFD RL 20 tetes/menit
Ketorolac 2 x 30 mg IV
Ranitidin 2 x 1 amp IV
Metilcobalamin 1 x 1 amp IV
Diazepam 2 x 2 mg tab PO
Tramadol 2 x 10 mg tab PO

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI VERTEBRA


Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang
membentuk punggung yang mudah
digerakkan. Terdapat 33 tulang
punggung pada manusia yang dibagi
menjadi 7 tulang cervical (leher), 12
tulang thorax (thoraks atau dada), 5
tulang lumbal, 5 tulang bergabung
membentuk bagian sacral, dan 4 tulang
membentuk tulang ekor (coccyx).

Tulang vertebrae merupakan


struktur kompleks yang secara garis
besar terbagi atas 2 bagian. Bagian
anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus intervertebralis (sebagai
artikulasi), dan ditopang oleh ligamentum longitudinale anterior dan posterior.
Sedangkan bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis vertebralis,
serta prosesus tranversus dan spinosus yang menjadi tempat otot penyokong
dan pelindung kolumna vertebrale. Bagian posterior vertebrae antara satu dan
lain dihubungkan dengan sendi apofisial (fascet joint).
Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan
tulang rawan. Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebrae
yang dihubungkan satu sama lain oleh diskus fibrokartilago yang disebut
discus invertebralis dan diperkuat oleh ligamentum longitudinalis anterior dan
ligamentum longitudinalis posterior.
Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna vertebralis.
Diskus ini paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat dimana banyak
terjadi gerakan columna vertebralis, dan berfungsi sebagai sendi dan shock
absorber agar kolumna vertebralis tidak cedera bila terjadi trauma.
Gambar. Ligamen-ligamen yang terdapat pada vertebre

Discus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin


Cartilage Plate), nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat setengah
cair dari nukleus pulposus, memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae
dapat mengjungkit kedepan dan kebelakang diatas yang lain, seperti pada flexi
dan ekstensi columna vertebralis.
Diskus intervertebralis, baik anulus fibrosus maupun nukleus pulposusnya
adalah bangunan yang tidak peka nyeri. Bagian yang merupakan bagian peka
nyeri adalah:
Lig. Longitudinale anterior
Lig. Longitudinale posterior
Corpus vertebra dan periosteumnya
Articulatio zygoapophyseal
Lig. Supraspinosum
Fasia dan otot
Stabilitas vertebrae tergantung pada integritas korpus vertebra dan diskus
intervertebralis serta dua jenis jaringan penyokong yaitu ligamentum (pasif)
dan otot (aktif). Untuk menahan beban yang besar terhadap kolumna
vertebrale ini stabilitas daerah pinggang sangat bergantung pada gerak
kontraksi volunter dan refleks otot-otot sakrospinalis, abdominal, gluteus
maksimus, dan hamstring.
Dengan bertambahnya usia, kadar air nukleus pulposus menurun dan
diganti oleh fibrokartilago. Sehingga pada usia lanjut, diskus ini tipis dan
kurang lentur, dan sukar dibedakan dari anulus. Ligamen longitudinalis
posterior di bagian L5-S1 sangat lemah, sehingga HNP sering terjadi di bagian
postero lateral.

2.2 HNP
A. Definisi
-- HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yaitu keluarnya nukleus pulposus dari
discusmelalui robekan annulus fibrosus hingga keluar ke belakang atau dorsal
menekan medulla spinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan radix spinalis
sehingga menimbulkan gangguan.
B. Epidemiologi
Prevalensinya berkisar antara 1-2% dari populasi. HNP lumbalis paling
sering
(90%) mengenai diskus intervetebralis L5-S1, L4-L5. Biasanya nyeri pinggang
bawah (NPB) oleh karena HNP lumbalis akan membaik dalam waktu kira-kira 6
minggu.
HNP paling sering terjadi pada pria dewasa, dengan insiden puncak pada
dekade ke-4 dan ke-5. HNP lebih banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan
yang banyak membungkuk dan mengangkat. Karena ligamentum longitudinalis
posterior pada daerah lumbal lebih kuat pada bagian tengahnya, maka protrusi
discus cenderung terjadi ke arah postero lateral, dengan kompresi radiks saraf.

C. Etiologi
Hernia nukleus pulposus dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut :
Degenerasi diskus intervertebralis
Trauma minor pada pasien tua dengan degenerasi
Trauma berat atau terjatuh
Mengangkat atau menarik benda berat
Faktor resiko
1. Faktor Resiko yang tidak dapat dirubah yakni umur, jenis kelamin, dan
riwayat trauma sebelumnya
2. Faktor resiko yang dapat diubah diantaranya:
a. Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau
menarik barang-barang berta, sering membungkuk atau gerakan memutar
pada punggung, latihan fisik yang berat.
b. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih,
latihan yang berat dalam jangka waktu yang lama.
c. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan
diskus untuk menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.
d. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat
menyebabkan strain pada punggung bawah.
e. Batuk lama dan berulang

D. Patofisiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP :
1. Aliran darah ke discus berkurang
2. Beban berat
3. Ligamentum longitudinalis posterior menyempit
Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan
nucleus pulposus (gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang
berada dicanalis vertebralis menekan radiks.
Bagian peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang
terangsangoleh berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini
akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan
menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang
bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan
dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya
dapat menimbulkan iskemia.
Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan
terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan
lesi primer pada sistem saraf.
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2
kemungkinan.Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf
yang kaya nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri
inflamasi.Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan
peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua,
penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan
biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya.
Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang sangat peka
terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini merupakan dasar pemeriksaan
Laseque.
E. Gejala Klinis
Manifestasi klinis yang timbul tergantung lokasi lumbal yang terkena. HNP
dapat terjadi kesegala arah, tetapi kenyataannya lebih sering hanya pada 2 arah,
yang pertama ke arah postero-lateral yang menyebabkan nyeri pinggang, sciatica,
dan gejala dan tanda-tanda sesuai dengan radiks dan saraf mana yang terkena.
Berikutnya ke arah postero-sentral menyebabkan nyeri pinggang dan sindroma
kauda equina.
Gejala klinis yang paling sering adalah iskhialgia (nyeri radikuler sepanjang
perjalanan nervus iskhiadikus). Nyeri biasanya bersifat tajam seperti terbakar dan
berdenyut menjalar sampai di bawah lutut. Bila saraf sensorik yang besar (A beta)
terkena akan timbul gejala kesemutan atau rasa tebal sesuai dengan dermatomnya.
Gejala yang sering ditimbulkan akibat ischialgia adalah :
a. Nyeri punggung bawah.
b. Nyeri daerah bokong.
c. Rasa kaku atau tertarik pada punggung bawah.
d. Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum dan dapat disertai baal,
yangdirasakan dari bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai
kaki,tergantung bagian saraf mana yang terjepit.
e. Rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang
berlebihan,terutama banyak membungkukkan badan atau banyak berdiri dan
berjalan.
f. Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang berat,
batuk,bersin akibat bertambahnya tekanan intratekal.
g. Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan
anggotabadan bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan mengecilnya otot-
otot tungkaibawah dan hilangnya refleks tendon patella (KPR) dan achilles
(APR).
h. Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi,
miksidan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis
yangmemerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi
permanen.
i. Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk
padasisi yang sehat.
F. Diagnosis
----- Diagnosis ditegakkan berdasarkan amanesis, pemeriksaan klinis umum,
pemeriksaan neurologik dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
a. Mula timbul nyeri: apakah didahului trauma atau aktivitas fisik, ataukah
spontan.
b. Sifat nyeri: nyeri tajam, menusuk dan berdenyut sering bersumber dari
sendi, tulang dan ligamen; sedangkan pegal, biasanya berasal dari otot.
c. Lokasi nyeri: nyeri yang disertai penjalaran ke arah tungkai menunjukkan
keterlibatan radiks saraf.-
d. Hal-hal yang meringankan atau memprovokasi nyeri: bila berkurang
setelah melakukan tirah baring mungkin HNP tetapi bila bertambah,
mungkin disebabkan tumor; bila berkurang setelah berjalan jalan mungkin
tumor dalam kanalis vertebralis; nyeri dan kaku waktu bangun pagi dan
berkurang setelah melakukan gerakan tubuh mungkin disebabkan
spondilitis ankilopoetika; batuk, bersin dan mengejan akan memprovokasi
nyeri pada HNP.
e. Klaudikasio intermitens dibedakan atas jenis vaskuler dan neurogenik,
jenis neurogenik memperlihatkan pulsasi pembuluh darah perifer yang
normal dan nyeri berkembang menjadi parestesia dan kelumpuhan.
f. Adanya demam selama beberapa waktu terakhir menyokong adanya
infeksi, misalnya spondilitis.
g. Nyeri bersifat stasioner mungkin karena gangguan mekanik kronik; bila
progresif mungkin tumor.
h. Adakah gangguan fungsi miksi dan defekasi, fungsi genitalia, siklus haid,
penggunaan AKDR (IUD), fluor albus, atau jumlah anak.
i. Nyeri berpindah-pindah dan tidak wajar mungkin nyeri psikogenik.
j. Riwayat keluarga dapat dijumpai pada artritis rematoid dan osteoartritis.

2. Pemeriksaan Fisik umum


a. Posisi berdiri:
- Perhatikan cara penderita berdiri dan sikap berdirinya.
- Perhatikan bagian belakang tubuh: adakah deformitas, gibus, skoliosis,
lordosis lumbal (normal, mendatar, atau hiperlordosis), pelvis yang
miring
tulang panggul kanan dan kiri tidak sama tinggi, atrofi otot.
- Derajat gerakan (range of motion) dan spasmus otot.
- Hipersensitif denervasi (piloereksi terhadap hawa dingin).
- Palpasi untuk mencari trigger zone, nodus miofasial, nyeri pada sendi
sakroiliaka, dan lain-lain.
- Perhatikan cara penderita berjalan/gaya jalannya.
b. Posisiduduk:
- Perhatikan cara penderita duduk dan sikap duduknya.
- Perhatikan bagian belakang tubuhnya.
c. Posisi berbaring :
- Perhatikan cara penderita berbaring dan sikap berbaringnya.
- Pengukuran panjang ekstremitas inferior.
- Pemeriksaan abdomen, rektal, atau urogenital.
3. Pemeriksaan neurologik,
a. Pemeriksaan sensorik
b. Pemeriksaan motorik : dicari apakah ada kelemahan, atrofi atau fasikulasi
otot
c. Pemeriksaan tendon
d. Pemeriksaan yang sering dilakukan
- Tes untuk meregangkan saraf ischiadikus (tes laseque, tesbragard, tes
Sicard)
- Tes untuk menaikkan tekanan intratekal (tes Nafzigger, tes Valsava)
- Tes Patrick dan Tes Contra Patrick
- Tes Distraksi dan Tes Kompresi
4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan neurofisiologi. Terdiri dari: Elektromiografi (EMG)
Bisa mengetahui akar saraf mana yang terkena dan sejauh mana
gangguannya, masih dalam tahap iritasi atau tahap kompresi
b. Somato Sensoric Evoked Potential (SSEP)
Berguna untuk menilai spinal stenosis atau mielopati
c. Myelogram
Mielografi adalah suatu pemeriksaan radiologis dengan tujuan melihat
struktur kanalis spinalis dengan memakai kontras. Berguna untuk
menjelaskan ukuran dan lokasi dari hernia.
d. MRI tulang belakang
Pada MRI, dapat terlihat gambaran bulging diskus (annulus intak),
herniasi diskus (annulus robek) dan dapat mendeteksi dengan baik adanya
kompresi akar-akar saraf atau medula spinalis oleh fragmen diskus.
e. Pemeriksaan Radiologi
Foto rontgen tulang belakang.
Pada penyakit diskus, foto ini
normal atau memperlihatkan
perubahan degeneratif dengan
penyempitan sela invertebrata
dan pembentukan osteofit.
f. Myelo-CT untuk melihat lokasi HNP

g. Pemeriksaan Laboratorium
Kadar kalsium, fosfat, alkali dan acid phosphatase serta glukosa darah
perlu diperiksa karena beberapa penyakit seperti penyakit tulang
metabolik, tumor metastasis pada vertebra dan mononeuritis diabetika
dapat menimbulkan gejala menyerupai gejala HNP.
h. Pemeriksaan lain,misalnya; biopsi, termografi, zygapophyseal joint block
(melakukan blok langsung pada sendi yang nyeri)

G. Terapi
1. Terapi Konservatif
Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki
kondisi fisik pasien dan melindungi dan meningkatkan fungsi tulang
punggung secara keseluruhan. Perawatan utama untuk diskus hernia adalah
diawali dengan istirahat dengan obat-obatan untuk nyeri dan anti inflamasi,
diikuti dengan terapi fisik. Dengan cara ini, lebih dari 95 % penderita akan
sembuh dan kembali pada aktivitas normalnya. Beberapa persen dari penderita
butuh untuk terus mendapat perawatan lebih lanjut yang meliputi injeksi
steroid atau pembedahan.
Terapi konservatif meliputi:
a. Tirah baring
Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan
intradiskal, lama yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu lama
akan menyebabkan otot melemah. Pasien dilatih secara bertahap untuk
kembali ke aktifitas biasa.
Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan
punggung, lutut dan punggung bawah pada posisi sedikit fleksi. Fleksi
ringan dari vertebra lumbosakral akan memisahkan permukaan sendi dan
memisahkan aproksimasi jaringan yang meradang.

2. Medikamentosa
Untuk penderita dengan HNP yang akut yang disebabkan oleh trauma
(seperti kecelakaan mobil atau tertimpa benda yang sangat berat) dan segera
diikuti dengan nyeri hebat di punggung dan kaki, obat pengurang rasa nyeri
dan NSAIDS akan dianjurkan (misal: fentanyl)
Jika terdapat kaku pada punggung, obat anti kejang, disebut juga
pelemas otot, biasanya diberikan. Kadang-kadang, steroid mungkin diberikan
dalam bentuk pil atau langsung ke dalam darah lewat intravena. Pada pasien
dengan nyeri hebat berikan analgesik disertai zat antispasmodik seperti
diazepam. NSAID Nebumeton yang merupakan pro drugs dan efek
sampingnya relatif lebih kecil, terutama efek samping terhadap saluran cerna,
dengan dosis 1 gram/hari. Pemakaian jangka panjang biasanya terbatas pada
NSAIDS, tapi adakalanya narkotika juga digunakan jika nyeri tidak teratasi
oleh NSAIDS. Orang yang tidak dapat melakukan terapi fisik karena rasa
nyeri, injeksi steroid di belakang pada daerah herniasi dapat sangat membantu
mengatasi rasa sakit untuk beberapa bulan dan disertai program terapi rutin.
Relaksan otot diberikan secara parenteral dan hampir selalu secara
intravenous. Misalnya: D-tubokurarin klorida, Metokurin yodida, Galamin
trietyodida, Suksinilkolin klorida, Dekametonium
3. Terapi fisik
a. Diatermi/kompres panas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan
spasme otot. keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres dingin,
termasuk bila terdapat edema. Untuk nyeri kronik dapat digunakan
kompres panas maupun dingin.
b. Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada HNP akut namun dapat
digunakan untuk mencegah timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri HNP
kronis. Sebagai penyangga korset dapat mengurangi beban diskus serta
dapat mengurangi spasme.
c. Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal
punggung seperti jalan kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan lain
berupa kelenturan dan penguatan. Latihan bertujuan untuk memelihara
fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi dan jaringan lunak.
Dengan latihan dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen dan tendon
sehingga aliran darah semakin meningkat.
d. Proper body mechanics
Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap tubuh yang baik
untuk mencegah terjadinya cedera maupun nyeri.Beberapa prinsip dalam
menjaga posisi punggung adalah sebagai berikut:
Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut ditegangkan, punggung
tegak dan lurus. Hal ini akan menjaga kelurusan tulang punggung.
Saat duduk, lengan membantu menyangga badan. Saat akan berdiri
badan diangkat dengan bantuan tangan sebagai tumpuan.
Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti hendak
jongkok, punggung tetap dalam keadaan lurus dengan mengencangkan
otot perut. Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala,
punggung dan kaki harus berubah posisi secara bersamaan.
Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu, ganti wc jongkok
dengan wc duduk sehingga memudahkan gerakan dan tidak
membebani punggung saat bangkit.
4. Terapi Operatif
Terapi bedah berguna untuk menghilangkan penekanan dan iritasi saraf
sehingga nyeri dan gangguan fungsi akan hilang. Tindakan operatif HNP
harus berdasarkan alasan yang kuat yaitu berupa:
Defisit neurologik memburuk.
Gangguan otonom (miksi, defekasi, seksual).
Paresis otot tungkai bawah.
a. Laminectomy
Laminectomy, yaitu tindakan operatif membuang lamina
vertebralis, dapat dilakukan sebagai dekompresi terhadap radix spinalis
yang tertekan atau terjepit oleh protrusi nukleus pulposus.

b. Discectomy
Pada discectomy, sebagian dari discus intervertebralis diangkat untuk
mengurangi tekanan terhadap nervus. Discectomy dilakukan untuk
memindahkan bagian yang menonjol dengan general anesthesia. Hanya
sekitar 2 3 hari tinggal di rumah sakit. Akan diajurkan untuk berjalan
pada hari pertama setelah operasi untuk mengurangi resiko pengumpulan
darah. Untuk sembuh total memakan waktu beberapa minggu. Jika lebih
dari satu diskus yang harus ditangani jika ada masalah lain selain herniasi
diskus. Operasi yang lebih ekstensif mungkin diperlukan dan mungkin
memerlukan waktu yang lebih lama untuk sembuh (recovery).
c. Mikrodiskectomy
Pilihan operasi lainnya meliputi
mikrodiskectomy, prosedur
memindahkan fragmen of
nucleated disk melalui irisan yang
sangat kecil dengan menggunakan
ray dan chemonucleosis.
Chemonucleosis meliputi injeksi
enzim (yang disebut
chymopapain) ke dalam herniasi
diskus untuk melarutkan substansi
gelatin yang menonjol. Prosedur ini merupakan salah satu alternatif
disectomy pada kasus-kasus tertentu.
G. Pencegahan
Latihan Punggung Setiap Hari
1. Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras. Tekukan satu
lutut dan gerakkanlah menuju dada lalu tahan beberapa detik. Kemudian
lakukan lagi pada kaki yang lain. Lakukanlah beberapa kali.
2. Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu luruskanlah ke
lantai. Kencangkanlah perut dan bokong lalu tekanlah punggung ke lantai,
tahanlah beberapa detik kemudian relaks. Ulangi beberapa kali.
3. Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki berada flat di
lantai. Lakukan sit up parsial,dengan melipatkan tangan di tangan dan
mengangkat bahu setinggi 6 -12 inci dari lantai. Lakukan beberapa kali.
Berhati-Hatilah Saat Mengangkat
1. Gerakanlah tubuh kepada barang yang akan diangkat sebelum
mengangkatnya.
2. Tekukan lutut , bukan punggung, untuk mengangkat benda yang lebih
rendah
3. Peganglah benda dekat perut dan dada
4. Tekukan lagi kaki saat menurunkan benda
5. Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda
Lindungi Punggung Saat Duduk dan Berdiri
1. Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama
2. Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja, pastikan
bahwa lutut sejajar dengan paha. Gunakan alat Bantu (seperti
ganjalan/bantalan kaki) jika memang diperlukan.
3. Jika memang harus berdiri terlalu lama,letakkanlah salah satu kaki pada
bantalan kaki secara bergantian. Berjalanlah sejenak dan mengubah posisi
secara periodic.
4. Tegakkanlah kursi mobil sehingga lutut daapt tertekuk dengan baik tidak
teregang.
Tetaplah Aktif dan Hidup Sehat
1. Berjalanlah setiap hari dengan menggunakan pakaian yang nyaman dan
sepatu berhak rendah
2. Makanlah makanan seimbang, diit rendah lemak dan banyak
mengkonsumi sayur dan buah untuk mencegah konstipasi.
3. Tidurlah di kasur yang nyaman.

G. Prognosis
Umumnya prognosa baik dengan pengobatan yang konservatif.
Presentasi rekurensi dari keadaan ini sangat kecil. Tetapi kadang-kadang pada
sebagian orang memerlukan waktu beberapa bulan sampai beberapa tahun
untuk memulai lagi aktivitasnya tanpa disertai rasa nyeri dan tegang pada
tulang belakang. Sebagian kecil dapat berkembang menjadi kronik meskipun
sudah diterapi.Pada pasin yang dioperasi: 90 % membaik terutama nyeri
tungkai, kemungkinan terjadinya kekambuhan adalah 5%.

H. Komplikasi
a. Nyeri tulang belakang kronik
b. Nyeri tulang belakang permanen (sangat jarang)
c. Hilangnya sensasi atau pergerakan di tungkai atau kaki
d. Menurunnya atau hilangnya fungsi dari usus dan kandung
kemih
DAFTAR PUSTAKA

1. Sidharta Priguna, 1999. Neurologi Klinis Dasar, edisi IV, cetakan kelima.
Jakarta:PT Dian Rakyat.
2. Sidharta Priguna, 2005. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi. Jakarta :
PT Dian Rakyat.
3. Mansjoer, Arif, et all., 2007. In http ://www. inna-ppni.or.id/index.php?
name=News&file=article&sid=130
4. Nuarta B., 2004. Ilmu Penyakit Saraf. In: Kapita Selekta Kedokteran, edisi
III, Jilidkedua, cetakan keenam. Jakarta : Media Aesculapius.
5. Purwanto ET.Hernia Nukleus Pulposus Lumbalis. Jakarta: Perdossi
6. Putrialthafunnisa, 2010. Rehabilitasi Medik Pada Penderita Hernia Nukleus
7. repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/Chapter%20II.pdf
8. DN WIDHIANA, 2010. Diagnosis Hernia Nukleus Purposus. In :
http://eprints.undip.ac.id/12505/1/2002PPDS1899.pdf

Anda mungkin juga menyukai