Anda di halaman 1dari 14

REFERAT

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


GANGGUAN KEPRIBADIAN NARSISTIK

Disusun Oleh :
Harniliah Gunawan

Pembimbing :
dr. Ashwin Kandouw, Sp. KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


SANATORIUM DHARMAWANGSA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
PERIODE 4 MARET - 6 APRIL 2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat yang telah diberikan-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Gangguan Kepribadian
Narsistik” dengan tepat waktu. Penyusunan referat ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan
tugas kepaniteraan klinik pada bidang Ilmu Kedokteran Jiwa dalam studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan periode 4 Maret sampai dengan 6 April 2019.

Penulis juga mengucapkan terimakasih khususnya kepada dokter pembimbing yaitu dr.
Ashwin Kandouw, Sp. KJ atas bimbingan, arahan, serta saran yang diberikan kepada penulis
selama proses penulisan sehingga referat ini dapat berhasil. Penulis juga mengharapkan agar
referat ini dapat memberikan manfaat akan pengetahuan lebih bagi para pembaca.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam referat
ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca akan sangat bermanfaat bagi penulis.
Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Tangerang, Maret 2019


Penulis

(Harniliah Gunawan)

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... 1


DAFTAR ISI......................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4
2.1 Definisi ........................................................................................................................ 4
2.2 Epidemiologi ............................................................................................................... 4
2.3 Etiologi ........................................................................................................................ 4
2.4 Klasifikasi ................................................................................................................... 5
2.5 Faktor Risiko ............................................................................................................... 5
2.6 Manifestasi Klinis ....................................................................................................... 6
2.7 Kriteria Diagnostik ...................................................................................................... 6
2.8 Diagnosis ..................................................................................................................... 7
2.9 Diagnosis Banding ...................................................................................................... 8
2.10 Tatalaksana .............................................................................................................. 10
BAB III KESIMPULAN.................................................................................................... 12
BAB IV DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

2
BAB I
PENDAHULUAN

Kepribadian adalah sifat dan karakteristik individu berkontribusi dalam membedakan


perilaku, konsistensi perilaku dalam waktu yang berbeda, dan stabilitas perilaku dalam
berbagai situasi. Kepribadian sendiri memiliki sifat yang stabil dan dapat diprediksi serta bisa
berbeda di masing-masing orang. Kepribadian yang berbeda sekali dengan orang lain (tidak
normal) pada umumnya dapat menimbulkan suatu permasalahan didalam masyarakat.1
Berdasarkan PPDGJ-III, gangguan kepribadian adalah kondisi klinis yang bermakna
dan pola perilaku yang cenderung menetap, dan merupakan ekspresi dari pola hidup yang khas
dari seseorang dan cara-cara berhubungan dengan diri sendiri maupun orang lain. Gangguan
kepribadian berupa kondisi dan pola perilaku pada seseorang dapat berkembang sejak dini dari
masa pertumbuhan dan perkembangan dirinya sebagai hasil interaksi faktor-faktor konstitusi
dan pengalaman hidup, sedangkan yang lainnya didapat pada masa kehidupan selanjutnya.2
Gangguan kepribadian narsistik adalah suatu keadaan perilaku pasien yang tidak seperti
pada umumnya kita temukan di kebanyakan orang, ditandai dengan adanya perasaan mencintai
diri sendiri yang berlebihan, memerlukan pengakuan dari orang-orang penting mengenai
kekuatan dan kesuksesan dirinya, arogansi, dan lain-lain. Jika terdapat seseorang yang
memiliki gejala klinis seperti ini, nantinya dapat timbul rasa ketidaknyamanan bagi orang
disekitarnya. Seseorang dengan gangguan kepribadian narsistik nantinya bisa kehilangan
banyak teman dikarenakan orang lain tidak menyukai sikapnya dan bahkan bisa memiliki
banyak musuh akibat perilakunya yang berlebihan (dramatis), hipersensitif terhadap kritikan
mengenai dirinya, dan sebagainya.1,3
DSM-5 membagi gangguan kepribadian yang dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu
Cluster A, Cluster B, dan Cluster C. Gangguan kepribadian Narsistik (narcissistic personality
disorder) pada DSM-5 termasuk dalam kelompok (Cluster B) dimana pada kelompok ini
terdapat orang yang memiliki tingkah dan perilaku yang berlebihan, tidak menentu, dan
cenderung emosional. Kelompok ini terdiri atas beberapa jenis gangguan kepribadian lainnya
seperti histrionic, antisosial, dan borderline.3

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Gangguan kepribadian narsistik (narcissistic personality disorder) adalah suatu
keadaan berupa gangguan kepribadian yang melibatkan perilaku abnormal dalam jangka
panjang yang ditandai dengan adanya gejala klinis seperti perasaan mementingkan diri sendiri
yang berlebihan, kebutuhan akan rasa kekaguman diri yang berlebihan, dan berkurangnya
pemahaman untuk mengerti perasaan orang lain.4

2.2 Epidemiologi
Angka kejadian NPD berdasarkan DSM-5 pada masyarakat Amerika Serikat yaitu
berkisar antara 0-6.2% dengan 50%-75% adalah laki-laki. Pada survei epidemiologi nasional
mengenai alkohol dan kondisi terkait pada penduduk Amerika Serikat terdapat tingkat NPD
diantara responden dengan gangguan Bipolar I sebesar 31.1%, dengan gangguan kecemasan
(panic disorder) sebesar 23.9%, dan dengan adanya ketergantungan NAPZA sebesar 34.9%.5
Gangguan kepribadian narsistik juga lebih sering terjadi pada laki-laki dan perempuan berkulit
hitam, dewasa muda, orang-orang yang terasingkan, bercerai, berstatus janda, atau tidak pernah
menikah.6

2.3 Etiologi
Penyebab terjadinya keadaan NPD dipercaya karena adanya 2 faktor yang
mempengaruhi yaitu faktor lingkungan dan faktor biologis, namun yang lebih berperan adalah
faktor lingkungan seperti hubungan yang terjadi antara orangtua dan anaknya. Kondisi NPD
juga dapat terjadi dikarenakan adanya sifat genetik yang diwariskan pada pasien. Penelitian
sebelumnya pernah melakukan pengamatan pada bayi yang baru lahir mengenai perbedaan
gaya perilakunya dan caranya dalam memberikan tanggapan (temperamen) baik dalam
pengaturan diri dan reaktivitas terhadap keadaan dari luar. Hasil yang didapat dari penelitian
ini adalah bahwa terdapatnya perbedaan temperamen pada bayi baru lahir dapat menyebabkan
gangguan kepribadian.
Perbedaan temperamen pada bayi memberikan dua pandangan, yang pertama adalah
dapat mempengaruhi hubungan yang terjadi antara bayi dengan pengasuhnya. Apabila terjadi
perbedaan yang sangat signifikan antara keduanya maka dapat menimbulkan hubungan yang
tidak sehat semenjak kanak-kanak pada bayi yang baru lahir sehingga berdampak terhadap

4
kondisi psikisnya di masa depan. Hal kedua yang dapat terjadi yaitu tingkat temperamen
tertentu pada nantinya dapat menempatkan anak-anak pada risiko stressor lingkungan tertentu.
Kedua hal ini menunjukkan bahwa interaksi antara gen yang mempengaruhi temperamen dan
lingkungan (pengasuhan dini) cenderung bisa menyebabkan keadaan NPD pada seseorang
ditambah dengan adanya penelitian yang mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian seseorang
sebesar 50% ditentukan secara genetik.7

2.4 Klasifikasi
Pada Narcissistic personality disorder (NPD) terdapat beberapa subtipe diantaranya yaitu:
 Grandiose/Overt subtype
o Seorang pasien dengan Grandiose NPD biasanya memiliki perilaku sombong
dan sering merasa khawatir, sangat suka mencari perhatian orang lain, bersikap
agresif, dan memiliki rasa empati yang kurang. Pasien dapat menjalin hubungan
yang baik dengan orang lain, tetapi terkadang mengalami kesulitan dalam
membina hubungan yang serius.
 High-functioning subtype
o Pada tipe High-functioning NPD, pasien bisa tampak seperti tidak memiliki
gangguan kepribadian pada awalnya dan terlihat stabil. Pasien ini biasanya
memiliki karakter arogan, memiliki rasa ego yang besar, selalu ingin bersaing
dengan orang lain, dan terkadang sering cepat bosan saat melakukan sesuatu.
 Vulnerable/Covert subtype
o Pada tipe Vulnerable NPD, pasien biasanya sering tampak khawatir atau cemas,
tertutup, dan merasa kecil di hadapan orang lain. Pasien dapat memiliki perilaku
seperti mudah merasa malu, hipersensitif terhadap kritikan orang lain, dan
menarik diri.8,9

2.5 Faktor Risiko


 Kurangnya empati dan perhatian dari orang tua selama masa pertumbuhan dan
perkembangan awal.
 Terdapatnya gangguan dalam pembentukan keahlian regulasi diri sendiri.5

5
2.6 Manifestasi Klinis
Seseorang yang dicurigai terdapat NPD biasanya memiliki perilaku dan sifat yang
berbeda dengan mayoritas orang pada umumnya. Perilaku dan sifat yang dapat muncul pada
orang dengan gangguan kepribadian narsistik yaitu:5,10
 Grandiose
 Kurangnya Empati
 Terdapatnya fantasi akan kekuatan dan kesuksesan tanpa batas
 Perlu untuk dikagumi dan dihubungan dengan individu dan institusi yang berprestasi
 Mengeksploitasi orang lain
 Kecemburuan yang berlebihan
 Harga diri yang rapuh
 Manipulative
 Egois
 Harga diri yang rapuh
 Arogansi
 Merasa tidak aman
 Merasa memiliki hak
 Merasa kesepian
 Acuh tak acuh (merasa tidak peduli dengan sekitar)
 Memiliki rasa yang kuat akan malu dan penghinaan
 Hipersensitif terhadap kritikan orang lain

2.7 Kriteria Diagnostik


Kriteria diagnostik pada gangguan kepribadian narsistik berdasarkan DSM-V yaitu
sebuah pola yang bersifat pervasif tentang kebesaran (dalam khayalan atau perilaku),
kebutuhan untuk dikagumi, dan kurangnya empati, dimulai pada awal masa dewasa dan hadir
dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) sebagai berikut:3
1. Merasa dirinya sangat penting (contoh: melebih-lebihkan pencapaian dan bakat, ingin
untuk diakui sebagai seseorang yang unggul tanpa pencapaian yang sepadan).
2. Memiliki fantasi kesuksesan yang tak terbatas, kekuasaan, kecerdasan, kecantikan, atau
cinta yang ideal.
3. Percaya bahwa dirinya istimewa dan unik dan hanya dapat dimengerti oleh, atau harus
berhubungan dengan orang-orang spesial lainnya/tinggi statusnya (atau institusi).

6
4. Membutuhkan pujian yang berlebih.
5. Merasa dirinya memiliki hak istimewa (seperti menuntut agar mendapatkan perlakuan
khusus, ataupun orang lain harus menuruti kehendaknya).
6. Bersifat eksploitatif secara interpersonal (mencari keuntungan dari orang lain untuk
mencapai tujuannya sendiri).
7. Kurangnya empati, tidak mau mengenali atau mengetahui perasaan dan kebutuhan
orang lain.
8. Sering merasa iri terhadap orang lain atau percaya bahwa orang lain merasa iri
dengannya.
9. Menunjukkan sikap sombong dan angkuh.

2.8 Diagnosis
Cara untuk mendiagnosa apakah pasien memiliki gangguan kepribadian narsistik dapat
dilakukan anamnesis baik dari pasien, keluarga, maupun orang-orang disekitar pasien.
Diagnosis untuk menentukan seseorang memiliki ciri-ciri kepribadian narsistik juga dapat
menggunakan metode pengukuran Narcissistic Personality Inventory dimana terdapat 40
pertanyaan yang terdiri atas 2 pilihan untuk masing-masing pertanyaan. Jika jawaban yang
dipilih adalah A pada nomor pertanyaan (1-3, 6, 8, 11-14, 16, 21, 24, 25, 27, 29-31, 33, 34, 36-
39) akan diberikan nilai satu dan untuk jawaban B pada nomor pertanyaan (4, 5, 7, 9, 10, 15,
17-20, 22, 23, 26, 28, 32, 25, 40) juga diberikan nilai satu. Pertanyaan ini akan dinilai dan hasil
diatas 30 dapat dicurigai bahwa orang tersebut memiliki gangguan kepribadian narsistik.11

7
Gambar 1. Narcissistic Personality Inventory11

2.9 Diagnosis Banding


Seseorang dengan gangguan kepribadian narsistik terkadang sulit untuk dibedakan
dengan penyakit psikiatri lainnya, oleh karena itu diperlukan anamnesis serta pemeriksaan
yang tepat untuk memastikannya. Berikut ini adalah contoh diagnosis banding dari penyakit
psikiatri lain yang dapat menyerupai manifestasi klinis pada orang dengan NPD:

8
Personality Disorder
 Histrionic Personality Disorder (HPD)
o Pada pasien HPD dan NPD memiliki kesamaan yaitu suka menjadi pusat
perhatian dan mencari persetujuan orang lain, namun hal yang dapat
membedakan adalah perilaku merendahkan orang lain, perasaan bangga yang
berlebihan, serta respon emosional yang kurang merupakan tanda khas pada
NPD sementara pada HPD tidak ditemukan.
 Borderline Personality Disorder (BPD)
o Pada BPD dan NPD terkadang terdapat gejala yang mirip, namun pada NPD
biasanya tidak ditemukan adanya perilaku seperti penggunaan zat-zat terlarang,
tindakan yang membahayakan diri sendiri, merasa takut untuk ditinggalkan,
menyetir mobil dengan tidak beraturan seperti pada BPD.

Gangguan Bipolar
Pada pasien bipolar terdapat gejala seperti hipomanik dan manik, sementara pada
pasien dengan NPD cenderung memiliki perilaku seperti grandiosity dan agresi. Saat pasien
bipolar mengalami fase manik terkadang bisa meniru perilaku grandiosity pada pasien NPD,
namun perbedaannya pada saat fase manik jarang pasien yang terlihat mencari perhatian. Pada
gangguan kepribadian bipolar perjalanan penyakit bersifat siklik, sementara pada NPD
perjalanan penyakit stabil dan kronis.

Generalized Anxiety Disorder (GAD)


Pada GAD pasien cenderung untuk merasa cemas secara menyeluruh, namun pada
beberapa keadaan rasa cemas tersebut bisa tertutupi dengan grandiosity seperti pada pasien
dengan NPD, oleh karena itu diperlukan anamnesis selengkap mungkin dan evaluasi agar tidak
terjadi kesalahan saat mendiagnosis pasien.

Substance-induced disorder
Pada pasien dengan substance-induced disorder dapat mempengaruhi fungsi psikologis
untuk menstimulasi NPD. Pasien dengan gangguan penggunaan zat kronis akan bersifat
eksploitatif, hanya memikirkan diri sendiri, kurangnya rasa empati, kejam, dan sering kali
disertai dengan antisosial. Beberapa kesamaan gejala klinis yang muncul dikeduanya harus
dapat dibedakan seperti menanyakan riwayat penggunaan zat-zat tertentu sebelumnya.3,12

9
2.10 Tatalaksana
Pemberian pengobatan farmakoterapi pada pasien NPD belum memiliki bukti yang
kuat apakah efektif atau tidak, namun gangguan mental komorbid lainnya yang menyertai
pasien seperti kecemasan (anxiety), depresi, dan bipolar harus bisa diobati. Orang dengan NPD
akan merasa sensitif terhadap efek samping dari obat yang diberikan terlebih lagi jika
mempengaruhi fungsi seksual dan kapasitas intelektualnya. Mereka juga cenderung untuk
berpikir bahwa nantinya obat-obatan tersebut dapat memberikan efek ketergantungan bagi
mereka sehingga nantinya bisa mempengaruhi ketaatan mereka dalam mengonsumsi obat
dengan teratur.6
Pengobatan utama yang dapat diberikan pada pasien dengan NPD adalah dengan
memberikan terapi psikologis. Pemberian terapi psikologis terdiri atas dua bagian pendekatan
yaitu:
1. Pendekatan Psikodinamik
 Transference-focused psychotherapy
o Psikoterapi psikodinamik yang paling menonjol yang memang telah
dirancang khusus untuk pengobatan NPD. Psikoterapi ini berfokus pada
transferensi (pemindahan) yaitu pengalihan perasaan atau sikap kepada
therapist seperti cara yang pernah pasien arahkan kepada orang lain. Metode
ini difokuskan dalam mengungkap perilaku agresi, kecemburuan,
keagungan, kepekaan terhadap rasa malu serta penghinaan, dan rasa terlalu
mengagumi diri sendiri. Fungsi dari terapi ini adalah agar pasien dapat
membangun hubungan yang baik dan meningkatkan rasa kepercayaan
terhadap orang sekitarnya. Terapi ini diberikan sebanyak dua sampai tiga
kali dalam seminggu.6
 Mentalisation-based treatment
o Pada terapi ini diharapkan dapat membantu pasien untuk menemukan
masalah yang menjadi sumber dari gangguan kepribadiannya. Setelah itu,
pasien diajarkan untuk merefleksi diri agar dapat mengubah pandangan
subjektif mereka terhadap diri sendiri dan orang lain.6
2. Pendekatan Perilaku-Kognitif
 Schema-focused therapy
o Terapi ini bertujuan untuk mengobati struktur yang disebut sebagai skema
maladaptive. Skema maladaptive adalah gambaran/anggapan negatif tentang

10
diri sendiri dan orang lain yang ada sejak awal kehidupan. Kejadian ini dapat
terjadi oleh karena adanya peristiwa tertentu pada masa remaja. Terapi ini
bertujuan untuk menggantikan skema maladaptif tersebut dengan perilaku dan
kognitif yang sehat seperti mengajak pasien mengatur masalah emosionalnya,
mengembangkan perasaan empati terhadap orang lain, dan dapat membangun
hubungan yang baik dengan orang lain.6,8
 Dialectical behaviour therapy
o Terapi ini awalnya digunakan untuk mengatasi gangguan kepribadian
borderline dan terbukti efektif hingga akhirnya dilakukan juga pada NPD.
Terapi ini menggabungkan sesi antara individu dengan kelompok. Sesi
pelatihan didalam kelompok bertujuan untuk meningkatkan perhatian,
pengaturan emosi, toleransi disaat kesulitan, mengurangi rasa malu, dan
hubungan efektif antar satu dengan yang lain.6,8
 Meta-cognitive interpersonal therapy
o Terapi ini berfokus pada perilaku perfeksionisme pasien. Tujuan dari terapi ini
adalah untuk mencari tahu bagaimana proses perilaku narcissistic terjadi pada
pasien. Setelah mengetahuinya maka akan dilakukan perubahan sikap dengan
menjauhkan pasien dari perilaku lama yang buruk dan membangun perilaku
yang sehat.6
Pada pasien dengan gangguan kepribadian narsistik dapat diberikan obat berupa mood
stabilizer seperti Lithium (250-500 mg perhari) khususnya pasien dengan perubahan mood
yang cukup sering. Pasien biasanya juga rentan terhadap depresi dan tidak bisa menerima
penolakan dari orang lain sehingga dapat diberikan obat antidepressants khususnya
Serotonergic drugs seperti contoh Sertraline (50-100 mg perhari). 12

11
BAB III
KESIMPULAN

Gangguan kepribadian narsistik (narcissistic personality disorder) adalah suatu


gangguan kepribadian yang ditandai dengan adanya perilaku grandiose (terlalu mengagumi
diri sendiri), suka mencari perhatian, rasa empati yang berkurang, arogan, dan sebagainya.
Penyakit ini dimana orang yang memiliki gangguan akan merasa baik-baik saja keadaannya
sementara orang-orang disekitarnya merasa menderita karena perilaku dan sikapnya. Perilaku
narsistik dapat menjadi gangguan kepribadian jika sampai menimbulkan masalah dan
menganggu kehidupan orang lain. Keadaan ini dapat disebabkan karena adanya dua faktor
yang mempengaruhi yaitu genetik dan lingkungan dimana faktor lingkungan dipercaya lebih
memiliki pengaruh yang signifikan.
Cara untuk mendiagnosa pasien dapat digunakan metode berupa Narcissistic
Personality Inventory dimana terdiri atas 40 pertanyaan dan nilai diatas 30 perlu dicurigai
memiliki ciri-ciri perilaku gangguan kepribadian narsistik. Kriteria diagnosis dapat didasarkan
pada DSM-5 dimana terdapat tanda-tanda jelas pada NPD. Pemberian terapi utama untuk
gangguan kepribadian ini yaitu terapi psikologis, sementara untuk penggunaan farmakoterapi
masih belum terdapat bukti apakah dapat memberikan efek perbaikan yang efektif pada pasien
atau tidak. Apabila pada pasien terdapat perubahan mood yang cukup sering maka dapat
diberikan pemberian obat mood stabilizer dan untuk pasien yang rentan terhadap depresi dapat
diberikan obat antidepressants.

12
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Dominika, Virlia S. Hubungan Tipe Kepribadian Ekstrovert-Introvert dengan


Penerimaan Sosial Pada Siswa. 2018;7(1):31-39.
2. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-
III. Jakarta. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 2013.
3. Diagnostic and statistical manual of mental disorders. 5th ed. Washington, DC:
American Psychiatric Association; 2013.
4. R George F, D Short. The Cognitive Neuroscience of Narcissism. Journal of Brain
Behaviour and Cognitive Sciences. 2018;1(6):1-9.
5. Bates C, Neff MR. Narcissistic Personality Disorder. 2017;
6. Yakeley J. Current Understanding of Narcissism and Narcissictic Personality Disorder.
BJPsych Advances. 2018;24:305-3015.
7. Wright K. Frnham A. What is Narcissistic Personality Disorder? Lay Theories of
Narcissism. 2014;5:1120-1130.
8. Russ E, Shedler J, Bradley R, Westen D. Refining the Construct of Narcissistic
Personality Disorder: Diagnostic Criteria and Subtypes. American Journal of
Psychiatry. 2008;165(11):1473-1481.
9. Caligor Eve, N Kenneth, Levy, Yoemans Frank E. Narcissistic Personality Disorder:
Diagnostic and Clinical Challenges. 2015;172(5):415-422.
10. R George F, D Short. The Cognitive Neuroscience of Narcissism. Journal of Brain
Behaviour and Cognitive Sciences. 2018;1(6):1-9.
11. Pincus A, Ansell E, Pimentel C, Cain N, Wright A, Levy K. Initial construction and
validation of the Pathological Narcissism Inventory. Psychological Assessment.
2009;21(3):365-379.
12. Sadock B, Sadock V, Ruiz P, Kaplan H. Kaplan & Sadock's synopsis of psychiatry.
11th ed. Philadelphia, Pa: Wolters Kluwer; 2015.

13

Anda mungkin juga menyukai