Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan kepribadian dependen, yang disebut juga gangguan kepribadian tidak
adekuat, pasif atau astenik (bahasa Yunani untuk inadekuat), ditandai dengan
ketergantungan pada orang lain, perilaku tunduk dan kurang akal. Individuindividu ini mengadopsi peran pasif dan membiarkan keluarga dan orang lain
mengambil keputusan pada persoalan hidup yang penting. Mereka takut sendirian,
merasa rendah diri dan dapat menyebut dirinya sendiri bodoh. Gangguan
kepribadian ini dapat menjadi predisposisi untuk distimia dan gangguan depresif.

Definisi
Suatu pola perilaku berupa kebutuhan berlebih agar dirinya dipelihara,
yang menyebabkan seorang individu berperilaku submisif, bergantung kepada
orang lain, dan ketakutan akan perpisahan dengan tempat ia bergantung. Bersifat
pervasive, berawal sejak usia dewasa muda dan nyata dalam pelbagai situasi.

Epidemiologi
Gangguan kepribadian dependen diperkirakan terjadi pada 5% sampai
30% dari pasien dan 2% sampai 4% dari masyarakat umum dan merupakan salah
satu gangguan kepribadian yang paling lazim terjadi. Sebuah penelitian
menyebutkan 2,5% dari semua gangguan kepribadian termasuk dalam kategori
ini. Gangguan ini lebih sering ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki
dan lebih sering ditemukan pada anak kecil dibandingkan anak yang lebih tua.
Orang dengan penyakit fisik kronis pada masa kanak-kanak atau gangguan
anxietas akan perpisahan sebelumnya dalam hidup mungkin paling rentan
terhadap gangguan ini. Penelitian telah menunjukkan bahwa ciri-ciri kepribadian
dependen adalah faktor risiko untuk pengembangan depresi sebagai respon
terhadap kehilangan interpersonal.

Etiologi

Teori tentang penyebab gangguan kepribadian dependen sering menyarankan


lingkungan masa kecil di mana perilaku tergantungan secara langsung atau tidak
langsung antarpribadi diterap dan sifat independen tidak digalakkan atau disebut
dengan insecure interpersonal attachment. Ketergantungan yang tidak aman dan
tidak berdaya ini bisa dibangkitkan melalui hubungan orang tua dengan anak,
mungkin oleh orangtua yang terlalu mengungkung anaknya atau terlalu melayani
anaknya seperti masih bayi walaupun sudah waktunya untuk pembentukan
individu dalam diri anaknya dan waktunya anak untuk berpisah dengan
orangtuanya. Namun, gangguan kepribadian dependen juga dapat mewakili
interaksi dari peilaku yang menghambat rasa cemas dengan tidak konsistennya
atau terlalu melindungi. Orang dependen bisa berpaling kepada sosok orangtua
untuk menyediakan suatu kepastian, keamanan dan keyakinan yang mereka tidak
dapat hasilkan untuk diri mereka sendiri. Pada akhirnya mereka akan percaya
bahwa nilai diri mereka bergantung pada nilai atau kepentingan mereka terhadap
orang lain.

Diagnosis

Di dalam wawancara, pasien tampak patuh. Mereka mencoba bekerja sama,


menyambut pertanyaan-pertanyaan specific dan mencari bimbingan. Menurut Pedoman
Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa Edisi ke III (PPDGJ-III), untuk mendiagnosis
Gangguan Kepribadian Dependen dibutuhkan paling sedikit 3 ciri-ciri dibawah:

a) Mendorong atau membiarkan orang lain untuk mengambil sebagian besar


keputusan penting untuk dirinya;
b) Meletakkan kebutuhan sendiri lebih rendah dari orang lain kepada siapa ia
bergantung, dan kepatuhan yang tidak semestinya terhadap keinginan mereka;
c) Keengganan untuk mengajukan permintaan yang layak kepada orang dimana
tempat ia bergantung;
d) Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena ketakutan
yang dibesar-besarkan tentang ketidak mampuan mengurus diri sendiri;
e) Preokupasi dengan ketakutan akan ditinggalkan oleh orang yang dekat
dengannya, dan dibiarkan untuk mengurus diri sendiri;
f) Terbatasnya kemampuannya untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa
mendapat nasehat yang berlebihan dan dukungan dari orang lain.
Sedangkan menurut American Psychiatric Association, Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorder, 4th Edition (DSM-IV), kriteria diagnostik
untuk Gangguan Kepribadian Dependen adalah seperti berikut:
Kebutuhan yang berlebihan dan pervasive untuk diurus yang menghasilkan
perilaku lengket dan patuh serta takut akan perpisahan, dimulai pada masa

dewasa awal dan muncul pada berbagai konteks, seperti yang ditunujkkan dengan
lima (atau lebih) hal berikut:
1) Memiliki kesulitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa nasehat dan
peyakinan yang berlebihan dari orang lain;
2) Membutuhkan orang lain untuk mengambil tanggung jawab untuk sebagian
besar area utama di dalam kehidupannya;
3) Memiliki kesulitan untuk mengungkapkan ketidaksetujuan dengan orang lain
karena takut kehilangan dukungan atau persetujuan. Catatan: Tidak termasuk
rasa takut yang realistic akan ganti rugi (retribusi);
4) Memiliki kesulitan untuk memulai suatu proyek atau melakukan sesuatu atas
keinginan sendiri (karena tidak percaya diri di dalam penilaian atau
kemampuan, bukannya tidak ada motivasi atau energi);
5) Berlama-lama untuk mendapatkan pengasuhan dan dukungan dari orang lain,
sampai pada tingkat sukarela melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan;
6) Merasa tidak nyaman atau tidak berdaya jika sendirian karena rasa takut yang
berlebihan tidak mampu mengurus dirinya sendiri;
7) Segera mencari hubungan lain sebagai sumber perhatian dan dukungan jika
suatu hubungan berakhir;
8) Memiliki preokupasi yang tidak realistikakan rasa takut ditinggalkan untuk
mengurus dirinya sendiri.

Gambaran Klinis
Pasien dengan gangguan kepribadian dependen memiliki kebutuhan luas dan
berlebihan harus diurus. Mereka mengalami ketakutan yang intens pemisahan dan
ditinggalkan dan merasa tidak nyaman besar ketika mereka sendirian. Hal ini
menyebabkan perilaku patuh dan kemelekatan dalam hubungan interpersonal
mereka. Pasien-pasien ini mengalami kesulitan membuat keputusan independen
tanpa banyak nasihat dan kepastian, dan mereka takut tidak setuju dengan orang
lain.

Diagnosis Banding

Ciri ketergantungan ditemukan pada banyak gangguan psikiatrik sehingga


diagnosis banding menjadi sulit. Gangguan kepribadian dependen kadang-kadang
dikelirukan dengan gangguan kepribadian lainnya, dan ciri-ciri kepribadian
dependen mungkin hasil dari penyalahgunaan zat kronis. Ketergantungan adalah
ciri yang menonjol pada pasien dengan gangguan kepribadian histrionik dan
borderline, tetapi khusus pasien gangguan kepribadian dependen biasanya
memiliki hubungan interpersonal jangka panjang dengan satu orang yang ia
bergantung, bukannya sejumlah orang tempat mereka bergantung, dan lebih kecil
kemungkinannya untuk bersifat manipulatif. Orang dengan gangguan kepribadian
dependen dan gangguan kepribadian histrionik mungkin keduanya menampilkan
kebutuhan yang kuat akan jaminan, perhatian, dan disetujui. Namun, orang
dengan gangguan kepribadian dependen cenderung lebih menonjolkan diri,
penurut, dan mementingkan kepentingan orang lain, sedangkan orang dengan
gangguan kepribadian histrionik cenderung lebih flamboyan, tegas, dan
mementingkan diri sendiri, dan orang-orang dengan gangguan kepribadian
borderline akan cenderung jauh lebih disfungsional dan emosional yang tidak
teregulasi.

Penting juga untuk membedakan ciri ketergantungan pada gangguan kepribadian


dependen dari ketergantungan yang timbul dari gangguan panik, gangguan mood,
agoraphobia, skizofrenia, retardasi mental, luka berat, dan demensia.. Pasien yang
menderita penyakit medis juga dapat menjadi sangat tergantung pada orang lain,
tanpa harus gangguan ini. Perilaku ketergantungan yang ditemukan pada pasien
dengan agoraphobia lebih cenderung memiliki tingkat ansietas nyata yang tinggi
atau bahkan panic. Namun, diagnosis gangguan kepribadian dependen
membutuhkan kehadiran ciri-ciri dependen sejak akhir masa kanak-kanak atau
remaja.

Anda mungkin juga menyukai