Anda di halaman 1dari 13

I.

CIRI DAN GANGGUAN KEPRIBADIAN SKIZOID


Gangguan kepribadian skizoid adalah salah satu dari sekelompok kondisi yang

disebut gangguan kepribadian eksentrik.Gangguan kepribadian skizoid ditandai dengan


perilaku introvert, yang sering menimbulkan mereka yang menderita yang disebut sebagai
penyendiri.
Individu tidak menunjukkan perlunya penerimaan atau perhatian, dan cenderung mencari
pekerjaan yang memerlukan interaksi sosial yang kecil. Schizoids dianggap oleh orang lain
sebagai dingin dan jauh, tapi mereka benar-benar tidak menginginkan popularitas.
Gangguan kepribadian skizoid memanifestasikan dirinya sebagai kurangnya emosi,
kurangnya minat dalam hubungan dengan orang lain dan kurangnya motivasi atau ambisi.
Orang

yang

menderita

gangguan

kepribadian

skizoid

terkadang

menggambarkan

ketidakmampuan untuk memproduksi jenis perasaannya yang mereka amati yang terjadi pada
orang lain secara alami.
Gangguan kepribadian skizoid adalah suatu kondisi di mana penderita menghindari
kegiatan sosial dan konsisten menghindarkan diri dari interaksi dengan orang lain. Jika Anda
memiliki gangguan kepribadian skizofrenia, Anda dapat dilihat sebagai penyendiri, dan Anda
mungkin merasa seolah-olah Anda tidak tahu bagaimana membentuk hubungan pribadi.
Gangguan kepribadian skizoid didiagnosis ketika seseorang memiliki pola seumur
hidupnya ketidakpedulian terhadap orang lain. Mereka menghindari kegiatan sosial dan
menghindari interaksi dengan orang lain.
Orang lain melihat penderita sebagai seorang penyendiri meskipun penderita tidak
tahu bagaimana membentuk hubungan ini. Orang dengan gangguan ini kurangnya pengaruh
emosional, yang dalam `mengecilkan pembicaraan` berarti mereka tidak menunjukkan emosi.

Mereka tampaknya tidak peduli tentang orang lain namun pada kenyataannya mungkin
merasa sensitif dan kesepian.Sulit untuk secara akurat menilai prevalensi gangguan ini karena
orang dengan gangguan kepribadian skizoid jarang mencari pengobatan. Penderita gangguan
kepribadian skizoid pada umumnya terjadi pada laki-laki lebih daripada perempuan, dan lebih
sering terjadi lagi pada orang yang memiliki kerabat dengan penderita skizofrenia.
Gejala gangguan kepribadian skizoid
Orang dengan gangguan kepribadian skizoid adalah penyendiri. Jika Anda memiliki kondisi
ini, cenderung:

Lebih suka berada sendirian atau menyendiri

Merasa tidak mampu untuk mengalami kesenangan

Hadiah kemandirian dan memiliki sedikit persahabatan

Merasa bingung tentang bagaimana merespon isyarat sosial yang normal dan
umumnya hanya sedikit untuk mengatakan

Kurangnya keinginan untuk hubungan seksual

Membosankan, acuh tak acuh atau emosional yang dingin

Merasa tidak termotivasi dan cenderung malas di sekolah atau bekerja

Secara konsisten memainkan peran pengikut daripada pemimpin

Gangguan kepribadian skizoid dapat menyebabkan masalah psikologis lain yang lebih
serius jika pengobatan atau bantuan profesional tidak segera ditangani. Beberapa

orang mungkin berpikir bahwa gejala ini ringana atau hal yang biasa, tetapi ada
konsekuensinya yang cukup mengerikan ketika tidak segera ditangani.

1.

Analisis Teoritis

Karen Horney
Karen Horney yang sependapat dengan Freud dalam pandangan tentang pentingnya
masa-masa awal kehidupan dalam membentuk kepribadian di masa dewasa. Namun dia
berbeda dalam hal bagaimana kepribadian terbentuk secara spesifik. Horney merasa bahwa
pada masa kanak-kanak, bukan faktor biologis, namun faktor sosiallah yang mempengaruhi
perkembangan kepribadian. Tidak ada tahapan universal dalam perkembangan maupun
konflik masa kecil yang tak terelakkan. Namun yang menentukan adalah hubungan sosial
antara anak dan orang tua.
Salah satu faktor penyebab adalah tipe dan pola pengasuhan saat mereka masih anakanak. Ibu atau pengasuh sangat mempengaruhi pembentukan dan tipe kepribadian individu
setelah mereka dewasa. Adanya trauma yang pernah terjadi masa kecil seperti perceraian
kedua orang tua, sering mengalami pemukulan atau diterlantarkan oleh orang tua dapat
mengakibatkan gangguan dalam pembentukan kepribadiannya. Faktor komunikasi dalam
keluarga dimana masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontributor untuk
mengembangkan gangguan tingkah laku. Masalah komunikasi tersebut antara lain sikap
bermusuhan , selalu mengkritik, menyalahkan, kurang kehangatan, kurang memperhatikan
anak, emosi yang tinggi. Komunikasi dalam keluarga amatlah penting dengan memberikan
pujian,adanya tegur sapa dan komunikasi terbuka . Kurangnya stimulasi, kasih sayang dan
perhatian dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang akan
menghambat terbentuknya rasa percaya diri yang menjadi dasar dalam berhubungan dengan
lingkungan sosial.

Dalam teorinya Horney beranggapan bahwa rasa aman jauh lebih penting daripada
kepuasan. Jadi dukungan dari pihak keluarga berupa pembelaan, bantuan dalam rumah tangga
dan bimbingan sangat membantu terapi yang akan diberikan pada penderita skizoid.
Horney mengatakan ada sepuluh kebutuhan yang perlu dipenuhi untuk meminimalisir
kecenderungan neurotik seseorang ; termasuk skizoid, yaitu :
1.

kasih sayang dan penerimaan

2.

partner dominan dalam kehidupan

3.

batas hidup yang sempit dan terbatas

4.

kekuatan

5.

eksploitasi

6.

prestise

7.

kebanggaan personal

8.

perolehan atau ambisi personal

9.

kecukupan-diri dan kebebasan

10. kesempurnaan dan ketakterbantahan


Jadi skizoid dapat dicegah oleh kondisi masa kanak-kanak yang tepat, berupa
pengasuhan dan kondisi sosial di sekitar anak. Karena sifat manusia atau kepribadian yang
fleksibel, bukan merupakan bakat dalam pembentukan pada masa kanak-kanak tetapi setiap
orang memiliki kapasitas untuk mengubah pada cara mendasar.

2.

Erikson
Erikson mencetuskan tahap/ fase perkembangan kepribadian yang lebih dikenal
dengan sebutan tahapan psikososial. Ada delapan tahapan perkembangan psikososial yang
berlangsung

dalam

jangka

waktu

tertentu.

Dalam

setiap

tahap

terdapat

maladaption/maladaptive (adaptasi keliru) dan malignansi (selalu curiga), hal ini berlangsung

jika satu tahap tidak berhasil dilewati dengan baik. Setiap tahapan mempunyai fungsi yang
berpengaruh pada perkembangan selanjutnya, terutama tahapan-tahapan yang berlangsung
pada masa kanak-kanak. Jika tahapan ini gagal dilewati dengan baik, akan memberikan
pengaruh kurang baik pula terhadap psikologis dan kehidupan sosial individu pada tahapan
berikutnya.
Dalam hal ini, termasuk kecenderungan individu mengalami gangguan schizoid akibat
terganggunya hubungan sosial individu karena ada tahapan psikososial yang gagal dilewati
dengan baik yakni Trust vs Mistrust yang merupakan tahapan dasar sosial pada saat bayi.
Tugas yang harus dijalani pada tahap ini adalah menumbuhkan dan mengembangkan
kepercayaan tanpa harus menekan kemampuan untuk hadirnya suatu ketidakpercayaan, yang
sangat berperan adalah orangtua terutama Ibu. Jika seorang ibu tidak dapat memberikan rasa
hangat dan nyaman, maka bayi akan lebih mengembangkan rasa tidak percaya, dan dia akan
selalu curiga kepada orang lain. Hal terburuk dapat terjadi apabila pada masa kecilnya sudah
merasakan ketidakpuasan yang mengarah pada ketidakpercayaan. Mereka akan berkembang
pada arah kecurigaan dan merasa terancam terus menerus. Hal ini akan berakibat munculnya
frustasi, marah, sinis, maupun depresi dan memilih untuk mengasingkan diri dari lingkungan
sosialnya. Nantinya dapat terjadi suatu pola kehidupan yang lain di mana bayi merasa tidak
aman ketika berinteraksi secara interpersonal atau dengan lingkungannya.
Jika terlanjur timbul rasa ketidakpercayaan anak, hal ini mungkin berlanjut hingga
tahapan Keintiman vs Isolasi yang berlangsung pada masa awal dewasa. Jika seseorang
dalam tahap ini tidak mempunyai kemampuan untuk menjalin relasi dengan orang lain secara
baik, akan timbul kecenderungan untuk mengisolasi/ menutup diri sendiri dari cinta,
persahabatan dan masyarakat, selain itu dapat juga muncul rasa benci dan dendam sebagai
bentuk dari kesendirian dan kesepian yang dirasakan. Hal ini dapat mengarah pada gangguan

kepribadian schizoid, di mana individu lebih suka menyendiri, bersikap dingin acuh tak acuh
dan tidak menyukai komunikasi dengan orang lain.
Untuk menghindari kecenderungan schizoid sejak masa bayi orangtua memberikan
kepuasan kepada anaknya berupa pemenuhan kebutuhan secara fisik maupun psikologis.
Kepuasan yang dirasakan oleh seorang bayi terhadap sikap yang diberikan oleh orangtuanya
akan menimbulkan rasa aman, dicintai, dan terlindungi. Yang nantinya menjadi dasar
pembentukan kepercayaan anak dalam kehidupan sosialnya.
3.

Sullivan
Menurut Sullivan, semua gangguan mental berasal dari cacat hubungan interpersonal
dan hanya dapat dipahami dengan mengacu kepada lingkungan sosial pasien, dicirikan oleh
rasa kesepian, rasa percaya diri yang rendah, emosi misterius, hubungan yang tidak
memuaskan, dan kecemasan yang semakin meningkat. Jika individu-individu normal merasa
relative aman dalam hubungan-hubungan antarpribadi, kepercayaan diri mereka akan
terlindungi dan sebaliknya jika individu merasa tidak nyaman dalam hubungan interpersonal,
maka individu mungkin lebih memilih untuk mengisolasi dirinya dari lingkungan sosial
sebagai bentuk represi dari kecemasannya. Jika strategi ini terus dipertahankan, mereka akan
semakin beroperasi di dunia privat mereka sendiri dan mengakibatkan gangguan schizoid
atau yang lebih parah dapat mengakibatkan skizofrenik.

4. Tipologi Krestchmer
Hasil penelitian awal menunjukkan bahwa beberapa kepribadian yang ada pada seorang
manusia itu diturunkan oleh orang tuanya. Beberapa peneliti bahkan menganggap bahwa
faktor keturunan memegang peranan penting karena adanya hubungan genetik antara
gangguan kepribadian dengan kesehatan mental seseorang. Secara fisiologis, bentuk tubuh
yang diturunkan secara genetik dari orang tua mempunyai karakter khas yang juga
berpengaruh pada kepribadiannya.

Krestchmer mengemukakan bahwa ada korelasi positif antara konstitusi jasmani dengan
konstitusi kejiwaan (temperamen), baik pada penderita penyakit jiwa maupun pada orang
yang sehat. Kebanyakan orang-orang yang berkonstitusi leptosom (jangkung), atletis
(selaras), dan dysplatis (pendek gemuk) bertemperamen schizothym. Schizothym adalah
keadaan sehat dari penderita gangguan skizoid. Menurut krestchmer, schizoid sendiri adalah
tipe peralihan dari keadaan sehat ke keadaan sakitnya yaitu skizofrenia.
5. Abraham Maslow
Maslow menjelaskan tingkatan kebutuhan manusia yang akan berusaha dipenuhi oleh
manusia, yakni kebutuhan fisiologis sebagai kebutuhan dasar, kebutuhan akan rasa aman,
kebutuhan akan cinta dan kasih sayang, kebutuhan dihargai dan kebutuhan untuk
mengaktualisasikan diri.
Ketika kebutuhan fisiologis dan rasa aman sudah terpenuhi , kebutuhan lapisan ketiga
pun muncul. Individu mulai merasa butuh teman, kekasih, anak dan bentuk hubungan
berdasarkan perasaan lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan ini dapat berbentuk
keinginan untuk menikah, memiliki keluarga, menjadi bagian dari satu kelompok atau
masyarakat.

Tapi tampaknya, penderita schizoid mengabaikan kebutuhan ketiga ini

(kebutuhan akan cinta dan kasih sayang), karena penderita bahkan tidak pernah tertarik atau
menikmati dalam berhubungan dengan orang lain termasuk untuk menjadi bagian dalam
keluarga. Penderita lebih senang melakukan aktivitasnya sendiri.
Kebutuhan yang keempat ; untuk merasa dihargai orang lain; tampaknya juga tidak
terlihat pada penderita skizoid ini. Keterbatasan pengungkapan emosi menjadi yang dominan
pada penderita skizoid, sehingga saat diberi pujian sebagai bentuk penghargaan dari orang
lain, penderita tidak terpengaruh, tidak peduli dan emosinya tetap datar.

Daftar Pustaka

1. Suryabrata, S. (2010). Psikologi Kepribadian. Jakarta : Rajawali Press.


2. Feist, Jess & Feist, G. J. (2006). Theories of Personality, Sixth ed. Boston: Mc-Graw
3. Hill.Nevid, Jeffrey S. (2005).Psikologi Abnormal, Ed.5 Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

J. CIRI DAN GANGGUAN KEPRIBADIAN ANANKASTIK


Gangguan kepribadian anankastik adalah pola perilaku berupa
preokupasi

dengan

keteraturan,

peraturan,

perfeksionisme,

bersifat

ngotot, keras kepala, kontrol mental, mengenyampingkan : fleksibilitas,


keterbukaan, efisiensi ; sering pula tidak dapat mengambil keputusan.
Bersifat pervasif, awitan sejak dewasa muda, nyata dalam pelbagai
konteks. Gambaran inti dari kepribadian jenis ini adalah pola pervasif dari
perfeksionisme dan bersifat kaku (tidak fleksibel).
Epidemiologi.
Prevalensi tidak diketahui. Lebih banyak pada laki-laki dibandingkan
pada perempuan, seringkali ditemukan pada anak yang tertua. Banyak
juga

ditemukan

dalam

keluarga

derajat

pertama.

Seringkali

dilatarbelakangi oleh pendidikan yang berdisiplin keras semasa kecil. Teori


Freud bahwa gangguan ini timbul karena kesulitan semasa fase anal
(umumnya sekitar usia 2 tahun) tidak terbukti oleh banyak penelitian.
Pada beberapa kasus dapat timbul Gangguan Obsesuf-Kompulsif.Mereka
sering berprestasi baik bila pekerjaannya bersifat metodologik deduktif
atau yang rinci, akan tetapi bila terjadi perubahan mendadak, ia sangat
rentan. Kehidupan pribadinya seringkali gersang, dapat timbul gangguan
depresi menjelang usia tua.
Etiologi
1. Faktor Genetika

Satu buktinya berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada 15.000 pasangan
kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar monozigotik, angka kesesuaian untuk gangguan
kepribadian adalah beberapa kali lebih tinggi dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu
menurut suatu penelitian, tentang penilaian multiple kepribadian dan temperamen, minat
okupasional dan waktu luang, dan sikap social, kembar monozigotikyang dibesarkan terpisah
adalah kira-kira sama dengan kembar monozigotik yang dibesarkan bersama-sama.1,3
2. Faktor Temperamental
Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak mungkin berhubungan
dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa. Contohnya, anak-anak yang secara
temperamental ketakutan mungkin mengalami kepribadian menghindar.1,3
3. Faktor Biologis
- Hormon
Orang yang menunjukkan sifat impulsive seringkali juga menunjukkan peningkatan
kadar testosterone, 17-estradiol dan estrone.
-

Neurotransmitter

Penilaian sifat kepribadian dan system dopaminergik dan serotonergik, menyatakaan


suatu fungsi mengaktivasi kesadaran dari neurotransmitter tersebut. Meningkatkan kadaar
serotonin dengan obat seretonergik tertentu seperti fluoxetine dapat menghasilkan perubahan
dramatik pada beberapa karakteristik kepribadian. Serotonin menurunkan depresi,
impulsivitas.
-

Elektrofisiologi

Perubahan konduktansi elektrik pada elektroensefalogram telah ditemukaan pada


beberaapa pasien dengan gangguan kepribadian, paling sering pada tipe antisosial dan
ambang, dimana ditemukan aktivitas gelombang lambat.1,3
4. Faktor Psikoanalitik

Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan dengan fiksasi


pada salah satu stadium perkembangan psikoseksual. Fiksasi pada stadium anal, yaitu
anakyang berlebihan atau kurang pada pemuasan anal dapat menimbulkan sifat keras kepala,
kikir dan sangat teliti.1,3

Diagnosis
a. Anamnesis
Diagnosis gangguan kepribadian anankastik atau obsesif kompulsif

ditetapkan dalam PPDGJ III. Melalui anamnesis, seorang klinikus dapat


menegakkan diagnosis dengan menggali kebiasaan dan kecenderungan
perilaku

pasien

terhadap

hal-hal

tertentu

yang

berkaitan

dengan

gangguan kepribadian anankastik. Selain itu, anamnesis juga dilakukan


untuk mengeliminasi diagnosis banding yang ada. Diagnosis gangguan
kepribadian

anankastik

ditegakkan

berdasarkan

pemeriksaan

klinis,

termasuk pemeriksaan status mental, dan melalui informasi dari pasien,


keluarga, teman dan teman sekerja.
Penegakan diagnosis penyakit ini, perlu dilakukan terlebih dahulu
penegakan

diagnosis

gangguan

kepribadian

yang

khas.

Hal

ini

dikarenakan oleh sulitnya membedakan gangguan kepribadian yang khas


dengan kebiasaan atau pola tingkah laku individu. Di dalam PPDGJ III
terdapat kriteria gangguan kepribadian yang khas sebagai berikut:
1. Kondisi tersebut tidak berkaitan langsung dengan kerusakan atau
penyakit otak berat (gross brain damage or disease) atau gangguan
jiwa yang lain;
2. Disharmoni sikap dan perilaku yang cukup berat, biasany meliputi
beberapa bidang fungsi, misalnya afek, kesiagaan, pengendalian

impuls,

cara

memandang

dan

berpikir,

serta

gaya

yang

berhubungan dengan orang lain;


3. Pola perilaku abnormal berlangsung lama, berjangka panjang, dan
tidak terbatas pada episode gangguan jiwa;
4. Pola perilaku abnormalnya bersifat pervasif (mendalam) dasn
maladaptif yang jelas terhadap berbagai kehidupan pribadi dan
sosial yang luas;
5. Manifestasi di atas selalu muncul pada masa kanak-kanak atau
remaja dan berlangsung hingga usia dewasa;
6. Gangguan ini menyebabkan penderitaan pribadi (personal distress)
yang cukup berarti, tetapi baru menjadi nyata setelah perjalanan
yang lanjut;
7. Gangguan ini bisanya berkaitan secara bermakna dengan masalahmasalah dalam pekerjaan dan kinerja sosial.
Setelah dipastikan seseorang menderita gangguan kepribadian yang
khas, maka diagnosis gangguan kepribadian anankastik dapat ditegakkan
apabila orang tersebut memperlihatkan setidak-tidaknya tiga ciri dari ciriciri anankastik di bawah ini:
1. Perasaan ragu-ragu dan hati-hati yang berlebihan;
2. Preokupasi dengan hal-hal yang rinci (detail). Peraturan, daftar,
urutan, organisasi, atau jadwal;
3. Perfeksionisme yang mempengaruhi penyelesaian tugas;
4. Ketelitian yang berlebihan, terlalu hati-hati, dan keterikatan yang
tidak

semestinya

pada

produktifitas

sampai

menghabiskan

kepuasan dan hubungan interpersonal;


5. Keterpakuan dan keterikatan yang berlebihan pada kebiasaan
sosial;
6. Kaku dan keras kepala;

7. Pemaksaan yang tak beralasan agar orang lain mengikuti persis


caranya mengerjakan sesuatu, atau keengganan yang tak beralasan
untuk mengizinkan orang lain mengerjakan sesuatu;
8. Mecampur-adukkan pikiran atau dorongan yang memaksa dan yang
enggan.
Adapun

kriteria

diagnosis

dari

gangguan

kepribadian

obsesif

kompulsif menurut DSM-IV-TR adalah sebuah pola yang meresap pada


terpusatnya perhatian pada keteraturan, perfeksionisme, dan kontrol
mental

dan

interpersonal,

dengan

mengorbankan

fleksibilitas,

keterbukaan, dan efisiensi, dimulai dengan awal masa dewasa dan hadir
dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih)
dari berikut:
1. sibuk dengan rincian, peraturan, daftar, urutan, organisasi, atau
jadwal sejauh bahwa poin utama dari aktivitas ini hilang
2. menunjukkan perfeksionisme yang mengganggu penyelesaian tugas
(misalnya, tidak dapat menyelesaikan proyek karena standar yang
terlalu ketat kepada dirinya sendiri yang tidak dapat dipenuhi)
3. kerja secara berlebihan yang ditujukan untuk produktivitas dengan
mengesampingkan

kegiatan

rekreasi

dan

persahabatan

(tidak

diperhitungkan oleh kebutuhan ekonomi yang jelas)


4. terlalu teliti, cermat, dan tidak fleksibel tentang masalah moralitas,
etika, atau nilai-nilai (tidak diperhitungkan oleh identifikasi budaya
atau agama)

5. tidak dapat membuang benda yang sudah usang atau benda tak
berharga

bahkan

ketika

mereka

tidak

memiliki

nilai

yang

sentimental
6. enggan untuk mendelegasikan tugas atau bekerja dengan orang lain
kecuali mereka tunduk persis kepada dirinya caranya dalam
melakukan sesuatu
7. mengadopsi gaya belanja kikir baik terhadap diri dan orang lain,
uang dipandang sebagai sesuatu yang harus ditimbun untuk
bencana di masa depan
8. menunjukkan kekakuan dan keras kepala.

DAFTAR PUSTAKA
1. Kusumawardhani, AAAA, dkk. Buku Ajar Psikiatri Edisi Kedua. 2013.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI. Hal. 273-274, 343-346, dan 355
2. Maslim, R. Buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
dari PPDGJ III. 2001. Jakarta: PT Nuh Jaya. Hal.102 dan 105
3. Maslim, R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.
2007. Jakarta: PT Nuh Jaya. Hal.47-49
4. Damarnegara, A. A. Laporan Kasus:

Gangguan

Kepribadian

Anankastik pada Penderita Skizofrenia Paranoid. 2014. Denpasar:


Fakultas Kedokteran Udayana.
5. Frances, A, dkk. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder
Fourth

Edition.

Association

2000.

Washington

DC:

American

Psychiatric

Anda mungkin juga menyukai