Anda di halaman 1dari 13

Gangguan Skizoid pada Remaja

(Tugas ini diajukan untuk memenuhi matakuliah psikologi klinis)

Dosen pembimbing : DRA. Hj.A.Retno Riani,M.Si

NAMA : Sahaji Margaretta Indarti

NPM : 1531080136

PRODI / Semester : PSIKOLOGI B/5

FAKULTAS USHULUDDIN
JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat dan
hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Gangguan Skizoid”. Tak
lupa pula terima kasih saya sampaikan kepada Ibu DRA.Hj.A.Retno Riani,M.Si selaku dosen
Psikologi Klinis yang memberi motivasi dan petunjuk untuk menatap masa depan dan bersedia
bertukar pemahaman terhadap tema laporan yang saya susun ini. Untuk itu saya ucapkan terima
kasih kepada pihak yang telah membantu hingga tugas saya dapat terselesaikan.

Dalam laporan yang saya buat ini tentu masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya
mengharap kritik dan sarannya yang bersifat membangun sehingga kedepannya bisa lebih baik
lagi dan bisa menambah manfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, November 2017

Penulis
A. Pengantar

1. Gangguan Kepribadian Skizoid

Gangguan kepribadian skizoid adalah salah satu dari sekelompok kondisi yang disebut
“Cluster A'” atau gangguan kepribadian eksentrik, ditandai dengan perilaku introvert, penderita
sering dianggap penyendiri, dan sikapnya aneh, memisahkan diri, acuh tak acuh terhadap
hubungan sosial. Kelainan kepribadian skizoid adalah gangguan dimana orang yang memilikinya
selalu bersifat menjauhkan diri dari orang lain serta memiliki pemikiran yang bersifat eksentrik.
Ciri-ciri individu yang mengalami skizoid adalah tidak memiliki keinginan untuk intim atau
menjadi bagian dari kelompok sosial, dan seringkali memilih sendirian daripada bersama dengan
orang lain. Individu ini juga cenderung tidak menunjukkan emosi secara penuh, kebutuhan akan
afeksi yang kurang dan rendahnya introspeksi diri.

Isolasi sosial adalah ciri utama dari gangguan kepribadian skizoid ( Schizoid personality
disorder). Seringkali digambarkan sebagai penyendiri atau eksentrik, orang dengan kepribadian
Skizoid kehilangan minat pada hubungan sosial. Emosi dari orang yang berkepribadian skizoid
tampak dangkal atau tumpul, namun pada derajat yang lebih rendah disbanding skizofrenia.
Orang dengan gangguan ini jarang mengalami marah, senang atau kebahagiaan yang mendalam.
Mereka tampak menjaga jarak, Wajah mereka cenderung tidak menampilkan ekspresi emosional,
mereka jarang bertukar senyum, salam, atapun hanya sekedar anggukan kepala kepada orang
lain. Mereka tampak tidak terpengaruh pada kritik atau pujian dan tampak terbungkus dalam ide-
ide abstrak daripada dalam pikiran mengenai manusia. Pola kepribadian schizoid umumnya
dapat dikenali saat masa awal dewasa. Pria yang menderita gangguan ini jarang berkencan
dengan wanita atau menikah. Perempuan dengan gangguan ini cenderung meneSkizoidakan
romantis secara pasif dan menikah, namun mereka jarang berinisiatif untuk membina hubungan
atau untuk mengembangkan hubungan yang kuat dengan pasangan mereka.

Individu dengan gangguan kepribadian skizofrenia biasanya tidak mampu membentuk


hubungan sosial dan kurangnya minat dalam melakukannya. Akibatnya, mereka biasanya tidak
memiliki teman baik, dengan kemungkinan pengecualian dari kerabat dekat. Orang-orang
tersebut tidak mampu untuk mengekspresikan perasaan mereka dan orang lain melihatnyasebagai
sosok yang dingin dan menjauhi orang. Mereka sering kurangnya keterampilan sosial dan dapat
diklasifikasikan sebagai penyendiri atau introvert, dengan kepentingan soliter dan pekerjaan,
meskipun tidak semua penyendiri atau introvert memiliki gangguan kepribadian skizoid (Miller
et al., 2001).

2. Teori Gangguan Kepribadian Skizoid

a. Teori Interaksi Sosial


Dalam teori interaksi sosial memgenai perasaan kesepian dan terisolasi oleh Perlman dan
Peplau (1981) menjelaskan pengertian tersebut sebagai deprivasi dalam membentuk relasi sosial
yang baik. Menurut Robert Weiss kesepian dibagi ke dalam dua macam. Yaitu isolasi sosial yang
seseorang tersebut mengalami deprivasi diri dari jaringan rekan-rekannya. Selain itu satu yang
hampir tertinggal adalah isolasi emsional yang berkaitan dengan keintiman terhadap orang-orang
secara intensif. Pada penderita Schizoid orang cenderung lebih nyaman untuk menyendiri karena
gagal memberikan reaksi yang seharusnya terhadap lingkungan sskitarnya kepada orang lain

b. Teori Kognitif

Teori kognitif memproposisikan orang dengan gangguan schizoid sebagai orang yang selalu
bersifat dingin dan menunjukkan perilaku tidak peduli karena sifat dasar berpikir bawah
sadarnya yang maladaptif dan memandang diri mereka sebagai diri yang penyendiri dan
memandang orang lain sebagai orang yang ditentang mereka. Walaupun sebenarnya belum dapat
dibedakan oramg yang mengembangkan sikap seperti pendisfungsian prinsip (Freeman dan
rekanan, 1990)
3. Faktor Gangguan Kepribadian Skizoid

Kasus gangguan kepribadian umumnya dimulai pada usia remaja dan saat memasuki usia
dewasa. Ada beberapa faktor yang diduga dapat memicu atau meningkatkan risiko terjadinya
kondisi ini, di antaranya:

a) Adanya kelainan pada struktur atau komposisi kimia di dalam otak.


b) Adanya riwayat gangguan kepribadian atau penyakit mental lainnya di dalam keluarga.
c) Menghabiskan masa kecil di dalam kehidupan keluarga yang kacau.
d) Perasaan diabaikan sejak kanak-kanak.
e) Mengalami pelecehan sejak kanak-kanak, baik dalam bentuk verbal maupun fisik.
f) Tingkat pendidikan yang rendah.
g) Hidup di tengah-tengah keluarga berekonomi sulit.

4. Gejala Gangguan Kepribadian Skizoid

Ahli-ahli teori psikoanalisis berpendapat bahwa schizoid personality disorder dibangun


melalui hubungan ibu dan anak yang terganggu, dimana anak tidak pernah belajar untuk
memberi atau menerima kasih sayang. Anak ini menunjukkan hubungan dan emosi-emosi
sebagai hal yang berbahaya dan selanjutnya mereka berdua tetap jauh dari orang lain dan juga
dari perasaan-perasaan mereka sendiri. Sedangkan para ahli teori kognitif menggambarkan gaya
berpikir dari orang-orang schizoid sebagai orang yang tidak memperbaiki diri dan tidak
respondif terhadap tanda-tanda yang mrenunjukkan emosi.

Gejala gejala pengidap gangguan schizoid personality disorder adalah sebagai berikut :

a) Lebih suka berada sendirian atau menyendiri


b) Merasa tidak mampu untuk mengalami kesenangan
c) Merasa bingung tentang bagaimana merespon isyarat sosial yang normal dan umumnya
hanya sedikit untuk mengatakan
d) Kurangnya keinginan untuk hubungan seksual
e) Membosankan, acuh tak acuh atau emosional yang dingin
f) Merasa tidak termotivasi dan cenderung malas bekerja
Biasanya seseorang dengan kelainan kepribadian skizoid akan terlihat menyendiri dan
terpisah, menghindari kegiatan sosial yang melibatkan kedekatan emosional dengan orang lain
dan tidak ingin atau tidak bisa menikmati hubungan yang dekat, bahkan dengan anggota
keluarga.

5. Penyebab Gangguan Kepribadian Skizoid

Penyebab dari kelainan ini masih belum diketahui. Meskipun penyebab gangguan
kepribadian tidak diketahui, baik genetika dan lingkungan diduga berperan dalam
perkembangannya. Beberapa profesional kesehatan mental berspekulasi bahwa masa kecil yang
suram dimana kehangatan dan emosi tidak hadir, memberikan kontribusi terhadap perkembangan
gangguan ini. Ahli-ahli teori psikoanalisis berpendapat bahwa schizoid personality disorder
dibangun melalui hubungan ibu dan anak yang terganggu, dimana anak tidak pernah belajar
untuk memberi atau menerima kasih sayang. Anak ini menunjukkan hubungan dan emosi-emosi
sebagai hal yang berbahaya dan selanjutnya mereka berdua tetap jauh dari orang lain dan juga
dari perasaan-perasaan mereka sendiri. Sedangkan para ahli teori kognitif menggambarkan gaya
berpikir dari orang-orang schizoid sebagai orang yang tidak memperbaiki diri dan tidak
respondif terhadap tanda-tanda yang mrenunjukkan emosi.

Penyebab Skizoid, yakni :

a. Faktor Biologis yang dipengaruhi oleh gen atau sifat bawaan yang menjadi pemicu
timbulnya gangguan kepriabdian serta faktor fenotipe yang dipengaruhi oleh interaksi
antare gen pembawa sifat dengan lingkungan.

b. Faktor Psikologis yang sering kali dipicu oleh ketidakmampuan individu untuk terlibat
dalam hubungan interpersonal yang baik yang disebabkan oleh keterbatasan emosi yang
dimiliki individu.

c. Faktor Sosiokultural merupakan faktor yang dipengaruhi oleh kurang terampilnya


individu dalam menjalin hubungan sosial akibat kurangnya minat dalam menjalin
hubungan yang dekat.
6. Diagnosa Berdasarkan DSM-IV

Gangguan kepribadian skizoid didiagnosa berdasarkan beberapa kriteria berikut :

a. Pola perilaku menetap yang tidak berpengaruh dari bentuk hubungan sosial dan
keterbatasan pengungkapan ekspresi emosi dalam berbagai hubungan antar pribadi pada
awal masa dewasa.
 Tidak pernah tertarik atau menikmati dalam berhubungan dengan orang lain
termasuk untuk menjadi bagian dalam keluarga
 Hampir selalu memilih aktivitas untuk menyendiri
 Sangat sedikit diantaranya yang tertarik pada aktivitas seksual
 Sangat jarang untuk memilih waktu untuk bersenang-senang
 Sedikit mempunyai teman akrab
 Tidak terpengaruh pada pujian dan kritik dari orang lain
 Emosi dingin, efek mendatar atau takpeduli (detachment)

b. Gangguan kepribadian skizoid tidak muncul yang disebabkan oleh skizofrenia, gangguan
mood dengan gejala psikotik dikemudian hari, gangguan psikotik lainnya atau
disebabkan oleh gangguan perkembangan termasuk fungsi fisiologis dari dampak
langsung pengobatan medis.
B. Ilustrasi Kasus

Identitas Subjek
Nama : wisnu pamungkas
Tempat & Tanggal Lahir : Bandar Lampung, 22 Januari 2001
Alamat : purnawirawan 1, Kel. Langkapura
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 16 Tahun
Anak ke : ke-3 dari 6 bersaudara
Agama : Islam
Pendidikan tertinggi : lulus Smp ( tidak bersekolah lagi )
Orang tua :
Ayah. : Wiranto
Ibu. : Suparmi
Pekerjaan :
Ayah. : Buruh
Ibu. : Pedagang

Wisnu adalah anak ke-3 dari 6 bersaudara, pendidik terakhir yang ia tempuh yakni lulusan
SMP dan tidak mealnjutkan pendidikan kejenjang selanjutnya. Alasan ia tidak mau melanjutkan
sekolah karena takut memiliki teman dan malas untuk bersosialisasi, ia merasa sekolah terlalu
banyak orang. Saat masih Smp ia sering membolos sekolah karena malas bertemu banyak orang,
sudah sering guru menegurnya dan memanggil orangtuanya kesekolah. Sekarang wisnu bekerja
di pabrik roti , ia memilih kerja ditempat tersebut karena hanya dia perkerja disana dan dibantu
oleh anak pemilik pabrik yang merupakan teman dekatnya dari kecil, selain itu jarak antara
tempat kerja dengan rumahnya sangat dekat, yakni didepan rumahnya. Wisnu saat ingin pergi
bekerja, ia mengunggu sampai jalan menuju ke tempat kerja sepi baru ia mau pergi. Saat
dirumah ia sering mengurung diri dikamar sbil memainkan Handphone, keadaan kamarnya
semua tertutup rapat, hanya diterangi lampu kamar saja. Jika ia ingin pergi kedapur, ia akan
menutup jendela terlebih dahulu, alasannya karena ia takut dilihat orang lain.

Sebelumnya saat masih sekolah dasar ia sering bermain bersama teman-temannya bahkan
sampai lupa waktu. Semenjak ia masuk Smp ia mulai malas bermain, keluar rumah jika memang
penting saja. Saat orangtuanya bertanya kenapa ia jarang bermain bersama temannya lagi, ia
menjawab jika teman-temannya bayak melakukan kegiatan yang tidak berguna dan banyak yang
merokok, ia tidak suka jika memiliki teman perokok. Ia merasa percakapan social hanya
membuang-buang waktu dan merasa canggung bila ada orang lain yang mencoba membina
persahabatan dengannya. Sekarang ia hanya memiliki satu teman yang memang memiliki hobi
dan pekerjaan yang sama.

C. Assassment

Sumber Informasi
Informasi diperoleh dari observasi dan wawancara kepada subjek dan orangtua subjek yang
telah dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih rinci mengenai gangguan skizoid yang
dialami oleh subjek.

1. Observasi

no Indikator Selalu Kadang- Tidak


kadang pernah
1 Penyendiri atau eksentrik 

2 Menjaga jarak dengan orang 


lain
3 Tidak mau bersosialisasi 

4 Sedikit mempunyai teman 


akrab
5 Tidak terpengaruh pada pujian 
dan kritik dari orang lain
6 Emosi dingin, efek mendatar 
atau takpeduli (detachment)

Dari observasi yang telah dilakukan berdasarkan beberapa indikator dari gangguan skizoid,
subjek menunjukan gejala-gejala skizoid. Subjek lebih sering menyendiri didalam kamarnya
bahkan ia jarang bersosialisasi dan menjaga jarak dengan lingkungannya bahkan keluarganya, ia
berbicara hanya seadanya saja. Saat orang lain mengeritik atau membicarakannya ia hanya diam
dan tidak menghiraukanya. Banyak orang mengira jika ia memakai obat-obatan terlarang, karena
subjek memang terlihat lesu dan saat jalan selalu menunduk, jarang keluar rumah hanya saat
bekerja saja, ketika orang menyapanya ia hanya diam saja. Sehingga banyak orang
mempersepsikan jika ia memakai memakai obat-obatan terlarang. Saat orangtuanya menyuruh
subjek, ia tidak mempedulikannya dan hanya sibuk memainkan Hp saja.

2. Wawancara

a) Wawancara ibu subjek


Wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada subjek dan
orangtuanya. Saat mewawancarai ibunya berkata jika beliau tidak mengetahui mengapa anaknya
( Wisnu ) bersikap demikian. Selumnya anaknya tidak bersikap seperti itu, subjek selalu
membantu orangtuanya dan subjek anak yang baik. Ibunya tidak mengetahui penyebab anaknya
seperti itu, anaknya bersikap demikian saat anaknya naik kekelas-2 Smp. Anaknya mulai
menunjukan sikap tidak peduli dan saat disuruh selalu menolak karena alasannya malas terlalu
banyak orang diluar. Dan sikapnya semakin parah saat naik kelas-3 Smp, subjek selalu
membolos, selalu berdiam diri dikamar, bahkan saat pembagian ijazah subjek tidak mau
mengambilnya karena malas untuk kesekolah yg terlalu ramai orang meihat. Ibunya sangat kuatir
mengenai keadaan anaknya yang seperti itu, saat anaknya disuruh untuk melanjutkan sekolah
subjek menolaknya.

b) Wawancara subjek ( Wisnu )


Saat ingin diwawancarai awalnya subjek menolaknya, namun setelah diberikan beberapa
penjelasan subjek akhirnya mau diwawancarai. Subjek mengatakan jika ia sebenarnya bersikap
biasa saja, ia tidak terlalu memikirkan pendapat orang mengenai dirinya, karena itu hal yang
tidak penting. Ia malas untuk berinteraksi dengan orang lain karena ia merasa saat berada diluar
atau tempat umum ia seperti selalu diperhatikan, sehingga subjek mempersepsikan jika orang-
orang memikirkan hal aneh mengenai dirinya. Sebenarnya subjek masih ingin untuk melanjutkan
sekolah, karena ia ingin menggapai cita-citanya menjadi polisi namun karena ia takut untuk
bersosialisasi dengan oranglain ia tidak mau melanjutkan sekolah. Subjek berfikir jika ia
melanjutkan sekolah ia tidak memiliki teman. Ia mau bekerja karena ditempat ia bekerja hanya ia
saja yang bekerja dan sesekali dibantu oleh anak pemilik pabrik roti tempat ia bekerja yang
memang temannya sejak kecil dan memiliki hobi yang sama.

D. Penanganan / Treatment Gangguan Kepribadian Skizoid


Seseorang dengan kelainan kepribadian ini tidak akan mencari pengobatan atau terapi. Oleh
karena itu, sulit diketahui bagaimana langkah terapi yang efektif, misalnya terapi bicara juga
tidak efektif. Hal ini disebabkan karena seseorang dengan kelainan ini mempunyai kesulitan until
membentuk komunikasi dengan terapis. Salah Satu pendekatan yang dapat membantu Terapi
yaitu mengurangi kebutuhan kedekatan emosional atau intimasi pada individu tersebut. Individu
dengan kelainan kepribadian skizoid biasanya membentuk relasi yang baik tanpa fokus dengan
kedekatan emosional. Mereka baik untuk membina relasi yang berfokus pada pekerjaan, aktivitas
intellectual dan ekspektasi.

Pasien yang mengidap gangguan schizoid personality disorder dapat di obati atau di terapi
dengan cara sebagai berikut :

a. Terapi Perilaku Kognitif.


Terapi ini bertujuan mengubah cara berpikir dan bertindak pasien ke arah yang positif.
Terapi ini didasarkan kepada teori bahwa perilaku seseorang merupakan wujud dari cara
berpikirnya. Artinya, jika pikiran orang tersebut negatif, maka perilakunya akan negatif, dan
begitu pula sebaliknya.

b. Terapi Kelompok

Terapi kelompok merupakan salah satu treatment yang paling cepat dan efektif, meskipun
demikian terapi kelompok tetap menemui kesulitan ketika individu ikut dalam partisipasi
kelompok tersebut . Oleh karenanya individu diberikan kenyamanan dalam grupnya, terapi juga
harus menjaga dari kritikan anggota lainnya. Terciptanya keakraban antar sesame anggota
merupakan salah satu harapan dari terapi ini dengan menciptakan hubungan-hubungan sosial
yang saling mendukung. Terapi kelompok akan memberi pengalaman-pengalaman sosial yang
bermanfaat, saling mengerti sesame anggota, berkomunikasi sampai pada memahami orang lain.

Psikoterapi yang sering digunakan untuk gangguan kepribadian skizoid adalah cognitive-
behavioral therapy (CBT), terapi keluarga dan terapi psikodinamika. Bila individu mempunyai
pasangan hidup, terapi pasangan (couples therapy) dapat digunakan untuk membentuk
komunikasi antar pasangan.

c. Terapi Individu.

Berhasilnya terapi pada individu dengan gangguan Skizoid membutuhkan waktu yang
relatif lama, dibutuhkan kesabaran untuk mengubah persepsi yang salah terhadap cara
memandang persahabatan untuk menciptakan hubungan interpersonal yang baik. Pada awal
terapi, terapis akan menyuruh pasien/klien untuk mengungkapkan apa yang dibayangkan oleh
individu menyangkut sebuah hubungan persahabatan dan ketakutan-ketakutan yang dirasakan
oleh individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Selanjutnya terapis akan menyusun
langkah-langkah kedepan secara bersama dengan klien untuk penyembuhannya

KESIMPULAN

Gangguan kepribadian schizoid adalah salah satu kelainan dimana terjadi suatu keterbatasan
terhadap emosi dan pengalaman seseorang. Seseorang dengan gangguan ini mampu melakukan
kegiatannya sehari-hari, tetapi tidak dapat membentuk suatu hubungan yang dekat dengan orang
lain. Mereka suka menyendiri dan sangat sering melamunkan sesuatu secara berlebihan.

Gangguan kepribadian skizoid ditandai dengan perilaku introvert, yang sering menimbulkan
mereka yang menderita yang disebut sebagai penyendiri. Individu tidak menunjukkan perlunya
penerimaan atau perhatian, dan cenderung mencari pekerjaan yang memerlukan interaksi sosial
yang kecil. Schizoids dianggap oleh orang lain sebagai dingin dan jauh, tapi mereka benar-benar
tidak menginginkan popularitas.

Pengobatan untuk gangguan kepribadian skizoid fokus pada keterampilan orang tersebut
meningkat sosial, kontak sosial, dan kesadaran ini atau perasaannya sendiri (beck dan merdeka,
1990; Jaminan Kualitas Proyek, 1990). Terapis mungkin model ekspresi perasaan untuk klien
akan membantu klien mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaannya sendiri. Pelatihan
keterampilan sosial, dilakukan melalui tugas pekerjaan rumah di mana klien mencoba keluar
keterampilan sosial yang baru dengan orang lain, merupakan komponen penting dari terapi
kognitif. Beberapa terapi merekomendasikan terapi kelompok untuk orang dengan gangguan
kepribadian schizoid.

Anda mungkin juga menyukai