Anda di halaman 1dari 13

PSIKOLOGI DALAM AKUPUNKTUR

PERILAKU ABNORMAL GANGGUAN KEPRIBADIAN

Dosen Pembimbing :
Sri Yatmihatun, Amd., Akp, Skep., Ns.,M.sc

Kelompok 3 :

1. Dhevi Probowati (P27240015012)


2. Eko Yuniawan Saputro (P27240015016)
3. Febriani Puspa Damayanti (P27240015018)
4. Masturoh Rohmah (P27240015027)
5. Riska Hesy Retno Ningrum (P27240015033)
6. Septiana Dewi Agustina (P27240015035)

D-III AKUPUNKTUR
JURUSAN AKUPUNKTUR
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
TAHUN AJAR 2015 / 2016

1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji serta syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya serta kenikmatan iman dan islam sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat dan salam terimpah curahkan kepada junjungan
Nabi besar Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya dan semua umatnya yang selalu
senantiasa megikuti dan mengamalkan ajaran-ajarannya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan
dengan makalah mengenai Psikologi Abnormal “ Gangguan Kepribadian “.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari yang
diharapkan pembaca. Hal ini tidak lain dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan
yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun dari para pembaca, sehingga penulis dapat melengkapi kekurangan yang ada
pada makalah ini dilain kesempatan. Penulis mengucapkan terimakasih banyak terhadap
pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Surakarta, 16 November 2015

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gangguan Kepribadian adalah kelompok gangguan yang sangat heterogen, diberi
kode pada Aksis II dalam DSM dan dianggap sebagai pola perilaku dan pengalaman internal
yang bertahan lama, pervasif, dan tidak fleksibel yang menyimpang dalam ekspektasi budaya
orang yang bersangkutan dan menyebabkan hendaya dalam keberfungsian sosial dan
pekerjaan. Beberapa diantaranya namun tidak semua dapat menyebabkan distress emosional.
Gangguan kepribadian yang sesungguhnya ditandai oleh keekstremen beberapa trait dan
cara pengekspresian karakteristik tersebut yang kurang fleksibel dan maladaptif.
Kepribadian yang kita kembangkan selama bertahun-tahun mencerminkan cara yang menetap
dalam menghadapi berbagai tantangan hidup, suatu gaya tertentu dalam berhubungan dengan
orang lain. Satu orang dapat sangat dependen yang lain menantang dan agresif yang lain lagi
pemalu dan menghindari kontak sosial dan masih yang lain lagi lebih mengkhawatirkan
penampilan dan mendongkrak egonya yang lemah daripada berhubungan dengan orang lain
secara jujur dan dalam kadar yang mendalam. Para Individu tersebut tidak akan didiagnosis
memiliki gangguan kepribadian kecuali jika pola perilaku tersebut berlangsung lama,
pervasif, dan disfungsional. Sebagai contoh ketika memasuki ruangan yang penuh orang dan
tidak lama setelah itu terdengar tawa yang meledak, Anda mungkin merasa menjadi sasaran
semacam gurauan dan bahwa orang-orang tersebut sedang membicarakan Anda.
Kekhawatiran semacam itu menjadi simtom gangguan kepribadian paranoidha nya jika
timbul berulang kali dan secara intens serta menghambat berkembangnya hubungan pribadi
yang dekat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja penggolongan kelompok gangguan kepribadian itu ?
2. Apa saja gangguan kepribadian itu ?
3. Bagaimana Terapi gangguan kepribadian itu ?

C. TUJUAN
1. Pembaca dapat mengetahui tentang Perilaku Abnormal Gangguan Kepribadian .
2. Pembaca dapat mengetahui tentang penggolongan kelompok gangguan kepribadian .
3. Pembaca dapat mengetahui tentang Terapi gangguan kepribadian .

3
BAB II
PEMBAHASAN
Klasifikasi gangguan kepribadian : Kelompok, Kategori, dan Masalah - Masalah besar
terkait kategori gangguan kepribadian adalah komordibitas dengan gangguan Aksis I dan
dengan gangguan kepribadian lain. Sering kali sulit untuk mendiagnosis satu gangguan
kepribadian spesifik karena banyak orang yang mengalami gangguan menunjukkan
karakteristik yang sangat luas sehingga dapat ditetapkan beberapa diagnosis sekaligus.
Kriteria Gangguan Paranoid dalam DSM-IV-TR .
Terdapat empat atau lebih dari ciri-ciri berikut ini tidak muncul secara ekskludif dalam
perjalanan penyakit skizofrenia, depresi psikotik, atau sebagai bagian dari gangguan
perkembangan pervasif juga tidak disebabkan oleh kondisi medis umum :

 Kecurigaan yang bersifat pervasi bahwa dirinya sedang dicelakai, dikhianati,


dieksploitasi.
 Keraguan yang tidak mendasar terhadap kesetiaan teman-teman atau para rekanan dan
bahwa mereka dapat dipercaya.
 Enggan mempercayai orang lain karena kriteria di atas.
 Memberikan makna tersendiri terhadap berbagai tindakan orang lain yang tidak
mengandung maksud apapun.
 Mendendam atas berbagai hal yang dianggapnya sebagai kesalahan.
 Reaksi berupa kemarahan terhadap apa yang dianggapnya sebagai serangan terhadap
karakter atau reputasi.
 Sama dengan dua kriteria, pertama kecurigaan yang tidak berdasar terhadap kesetiaan
pasangan hidupnya atau pasangan seksual lain.

Gangguan kepribadian digolongkan menjadi tiga kelompok dalam DSM-IV-TR


berikut:
 Para individu dalam kelompok A ( paranoid, skizoid, dan skizotipal ) adalah individu
yang aneh dan eksentrik.
 Mereka yang berada dalam kelompok B ( antisosial, ambang, histrionik, dan narsistik)
adalah individu yang dramatis, emosional atau eratik.
 Mereka yang berada dalam kelompok C ( menghindar, dependen, dan obsesif-
kompulsif ) adalah individu yang pencemas dan ketakutan.

Kelompok Aneh atau Eksentrik


Kelompok aneh atau eksentrik terdiri dari tiga diagnosis gangguan kepribadian paranoid,
skizoid, dan skizotipal. Simtom-simtom skizofrenia, terutama dengan simtom ringan dalam
fase prodormal dan residual.

 Gangguan Kepribadian Paranoid


Individu yang mengalami gangguan kepribadian paranoid selalu mencurigai orang lain.
Sering kali kasar dan bereaksi dengan kemarahan terhadap apa yang mereka anggap
sebagai penghinaan,enggan menyalahkan orang lain dan cenderung menyalahkan mereka
serta menyimpan dendam meskipun bila ia sendiri juga salah,mereka sangat pencemburu
dan tanpaalasan dapat mempertanyakan kesetiaan pasangan atau kekasih mereka. Para
pasien yang mengalami gangguan kepribadian paranoid dipenuhi keraguan yang tidak
beralasan terhadapkesetiaan orang lain tersebut tidak dapat dipercaya. Gangguan
kepribadian paranoid biasanyapaling banyak terjadi pada kaum laki-laki.

4
 Gangguan Kepribadian Skizoid
Pasien yang mengalami gangguan kepribadian skizoid tidak menginginkan atau
menikmati hubungan sosial dan biasanya tidak memiliki teman akrab. Mereka tampak
tumpul,datar, dan menyendiri serta tidak mempunyai perasaan hangat serta tulus kepada
orang lain. Mereka jarang memiliki emosi kuat, tidak tertarik pada hubungan seks, dan
hanya mengalami sedikit aktivitas yang menyenangkan, Bersikap masa bodoh terhadap
pujian, kritikan dan perasaan orang lain. Individu yang mengalami gangguan ini adalah
seorang penyendiri dan menyukai berbagai aktivitas yang dilakukan dalam kesendirian.
Kriteria Gangguan Kepribadian Skizoid dalam DSM-IV-TR
Terdapat empat atau lebih dari ciri-ciri berikut ini dan tidak muncul secara eksklusif
dalam perjalanan penyakit skizofernia, depresi psikotik, atau sebagai bagian dari
gangguan perkembangan pervasif; juga tidak disebabkan oleh kondisi medis umum.
 Kurang berminat atau kurang menyukai hubungan dekat.
 Hampir secara eksklusif menyukai kesendirian.
 Kurangnya minat untuk berhubungan seks.
 Hanya sedikit, jika ada, mengalami kesenangan.
 Kurang memiliki teman.
 Bersikap masa bodoh terhadap pujian atau kritik dari orang lain.
 Afek datar, ketidaklekatan emosional.

 Gangguan Kepribadian Skizotipal


Para pasien yang mengalami gangguan kepribadian skizotipal biasanya memiliki
kesulitan dalamhubungan interpersonal yang terjadi dalam kepribadian skizoid dan
kecemasan sosial yangberlebihan yang tidak berkurang setelah mereka mengenal orang-
orang disekitarnya. Beberapasimtom tambahan yang lebih eksentrik terjadi dalam
gangguan kepribadian skizotipal. Simtom-simtom tersebut pada intinya adalah simtom-
simtom yang menandai fase prodormal dan residualskizofrenia.
Kriteria Gangguan Kepribadian Skizotipa dalam DSM-IV-TR
Terdapat lima atau lebih dari ciri-ciri berikut ini dan tidak muncul secara ekslusif dalam
perjalanan penyakit skizofrenia, depresi psikotik, atau sebagai bagian dari gangguan
perkembangan pervasif:
 Ideas of reference.
 Keyakinan yang aneh atau pemikiran magis, percaya terhadap persepsi ekstra indrawi.
 Persepsi yang tidak biasa, keyakinan yang menyimpang tentang tubuhnya.
 Pola bicara yang aneh.
 Kecurigaan yang ekstrem, paranoia.
 Afek yang tidak sesuai.
 Perilaku atau penampilan yang aneh.
 Kurang memiliki teman akrab.
 Rasa tidak nyaman yang ekstrem atau kadang kecemasan yang ekstrem bila berada di
antara orang lain.

Masalah penting dalam diagnosis gangguan kepribadian skizotipal adalah


komorbiditasnya
dengan gangguan kepribadian lain. Morey (1998) menemukan bahwa 33 persen orang yang
didiagnosis berkepribadian skizotipal berdasarkan kriteria DSM-III-R juga memenuhi kriteria
diagnostik gangguan kepribadian narsistik, 59 persen memenuhi kriteria diagnostik gangguan
kepribadian menghindar, 59 persen memenuhi kriteria diagnostik gangguan kepribadian
paranoid,dan 44 persen memenuhi kriteria diagnostik gangguan kepribadian skizoid.
Kelompok Dramatik atau Eratik

5
Diagnosis dalam kelompok dramatik atau eratik gangguan kepribadian ambang,
histrionik,narsistik, dan antisosial ditegakkan bagi para pasien yang mengalami simtom-
simtom yangsangat bervariasi, mulai dari perilaku yang sangat variabel hingga harga diri
yang melambung,ekspresi emosional yang berlebihan, dan perlaku antisosial.

 Gangguan Kepribadian Ambang


Kriteria Gangguan Kepribadian Ambang dalam DSM-IV-T
Terdapat lima atau lebih dari kriteria di bawah ini:
 Berupaya keras untuk mencegah agar tidak diabaikan, terlepas dari benar-benar
diabaikanatau hanya dalam bayangannya.
 Ketidakstabilan dan intensitas ekstrem dalam hubungan interpersonal, ditandai
denganperpecahan, yaitu mengidealkan orang lain dalam satu waktu dan beberapa
waktukemudian menistakannya.
 Rasa diri ( sense of self ) yang tidak stabil,
 Perilaku Impulsif, termasuk sangat boros dan perilaku seksual yang tidak pantas.
 Perilaku bunuh diri ( baik hanya berupa sinyal maupun sungguh-sungguh mencoba )
danmutilasi diri yang berulang.
 Kelabilan emosional yang ekstrem.
 Perasaan kosong yang kronis.
 Sangat sulit mengendalikan kemarahan.
 Pikiran paranoid dan simtom-simtom disosiatif yang dipicu oleh stres.

Gangguan kepribadian ambang umumnya bermula pada masa remaja atau dewasa awal,
dengan prevalensi sekitar 1 persen, dan lebih banyak terjadi pada perempuan dibanding pada
laki-laki (Swartz dkk,1990;Torgersen, Kringlen, & Cramer, 2001). Prognosisnya buruk:
dalampemantauan selama 7 tahun, sekitar 50 persen dari sampel masih mengalami gangguan
tersebut(Links, Heslegraves, & van reeken,1998). Para pasien ambang memiliki
kemungkinan lebih besardari rata-rata untuk mengalami gangguan mood (Zanarini
dkk,1998), dan orang tua merekamemiliki kemungkinan paling besar dari rata-rata untuk
mengalami gangguan mood (Shachnow-dkk,1997). Juga ditemukan komordibitas dengan
penyalahgunaan zat, PTSD, dan gangguanmakan serta gangguan kepribadian dalam
kelompok aneh atau eksentrik (Skodol, Oldham, &Gallaher,1999;Trull dkk,2000;Zanarini
dkk,1998). Para teoris objek-hubungan mengemukakanhipotesis bahwa orang bereaksi
terhadap dunia melalui perspektif orangorang dimasa lalumereka, terutama orang tua atau
pengasuh utama. Kadang perspektif tersebut bertentangandengan harapan dan minat orang
yang bersangkutan. Teoris objek-hubungan yang terkemukaadalah Otto Kernberg, yang telah
sangat banyak menulis tentang kepribadian ambang. Kernberg(1985) berpendapat bahwa
pengalaman masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan. Contohnya, memiliki orang tua
yang memberikan kasih sayang dan perhatian secara tidak konsisten, mungkin memberikan
pujian atas prestasi, namun tidak mampu memberikan dukungan emosional dan kehangatan
sehingga menyebabkan anak-anak mengembangkan ego yang tidak merasa aman,sebuah ciri
utama gangguan kepribadian ambang. Meskipun orang-orang yang mengalami gangguan
kepribadian ambang memiliki ego yang lemah dan membutuhkan dukungan secara terus
menerus, mereka tetap memiliki kemampuan untuk mengurealitas.

6
Teori Diathesis-Stres linehan. Linehan berpendapat bahwa gangguan kepribadian ambang
terjadi bila orang yang memiliki diathesis biologis (kemungkinan genetic ) berupa kesulitan
mengendalikan emosi dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang menginvalidasi, yaitu
suatudiathesis yang disebutnya disregulasi emosional dapat berinteraksi dengan berbagai
pengalaman yang menginvalidasi si anak yang sedang berkembang mendorong
berkembangnya kepribadianambang.Lingkungan yang menginvalidasi adalah lingkungan
dimana keinginan dan perasaanseseorang tidak dipertimbangkan dan tidak dihargai. Berbagai
upaya untuk mengomunikasikan perasaan tidak terima atau bahkan dihukum. Bentuk
invalidasi ekstrem adalah penyiksaan anak,seksual dan non-seksual.

 Gangguan kepribadian histrionik


Diagnosis kepribadian histrionik, yang sebelumnya disebut kepribadian histerikal
ditegakkan bagi orang-orang yang terlalu dramatis dan mencari perhatian. Mereka sering kali
menggunakan cirri-ciri penampilan fisik seperti pakaian yang tidak umum, rias wajah, atau
warna rambut untuk menarik perhatian orang kepada mereka. Para individu tersebut,
meskipun menunjukan emosi secara berlebihan, diperkirakan memiliki kedangkalan emosi.
Mereka berpusat pada diri sendiri, terlalu memedulikan daya tarik fisik mereka, dan merasa
tidak nyaman bila tidak menjadi pusat perhatian. Mereka dapat sangat provokatif dan tidak
senonoh secara seksual tanpa memedulikan kepantasan dan mudah dipengaruhi orang lain.
Bicaranya ekstremterhadap kritk, telah divalidasi dalam berbagai studi empiris sebagai aspek-
aspek gangguan kepribadian narsistik (Ronningstan & Gunderson, 1990). Prevalensi
gangguan ini kurang dari 1 persen. Gangguan ini paling sering dialami bersama dengan
gangguan kepribadian ambang (Morey, 1998).Etiologi gangguan kepribadian narsistik.
Diagnosis gangguan kepribadian narsistik bermula
dalam berbagai artikel psikoanalisis modern. Banyak ahli klinis yang berorientasi
psikoanalisis menganggapnya sebagai produk era dan system masa kini. Orang yang
mengalami gangguan ini dari luar tampak memiliki perasaan luar biasa akan pentingnya
dirinya, sepenuhnya terserap kedalam dirinya sendiri, dan fantasi tentang keberhasilan tanpa
batas, namun demikian diteorikan,
Karekteristik tersebut merupakan topeng bagi harga dirinya yang sangat rapuh.
Gangguan Kepribadian Antisosial dan Psikopatik
Criteria gangguan kepribadian Anti social dalam DSM-IV-TR
Pola pervasive dalam hal tidak menghargai hak orang lain sejak berusia 15 tahun dan
sekurang-kurangnya tiga karakteristik abtara 1 hingga 7 ditambah 8 hingga 10:
1. Berulang kali melanggar hokum
2. Menipu, berbohong
3. Impulsivitas
4. Mudah tersinggung dan agresif
5. Tidak memedulikan keselamatan diri sendiri dan orang lain
6. Tidak bertanggung jawab seperti terlihat dalam riwayat pekerjaan yang tidak reliable
atautidak memenuhi tanggung jawab keuangan.
7. Kurang memiliki rasa penyesalan
8. Berusia minimal 18 tahun
9. Terdapat bukti mengenai gangguan tingkah laku sebelum berusia 15 tahun.
10. Perilaku antisocial yang tidak terjadi secara ekslusif dalam episode skizofrenia atau
mania.

7
Karakteristik Psikopati
Konsep psikopati berkaitan erat dengan berbagai arti, Hervey Cleckey dan buku
klasiknyaThe Mask of Sanity (1976). Berdasarkan pengalaman klinisnya yang sangat banyak,
Cleckey memformulasikan serangkaian criteria yang digunakan untuk mengidentifikasi
gangguan tersebut. Tidak seperti criteria gangguan kepribadian anti social dalam DSM,
criteria psikopati yang disusun Cleckley tidak banyak merujuk ke perilaku antisocial itu
sendiri dan tidak banyak ke pikiran dan perasaan individu psikopatik. Salah satu karakteristik
utama psikopati adalah kemiskinan emosi, baik positif maupun negative. Orang-orang
psikopatik tidak memiliki rasa malu, bahkan peran mereka tampak positif terhadap orang lain
hanyalah kepura-puraan. Penampilan Psikopat sangat menawan dan memanipulasi orang lain
untuk memberikan keuntungan pribadi. Kadar kecemasan yang rendah membuat psikopat
tidak mungkin belajar dari kesalahannya, kurangnya emosi positif mendorong mereka
berperilaku secara tidak bertanggung jawab dan sering kali secara kejam kepada borang lain.
Berdasarkan kajian literature, bahwa kurangnya afeksi dan penolakan berat oleh orang tua
merupakan penyebab utama perilaku psikopatik. Beberapa studi lain menghubungkan
perilaku psikopatik dengan tidak konsistennya orang tua dalam mendisiplinkan anak-anak
mereka dan dalam mengajarkan tanggung jawab terhadap orang lain, penyiksaan fisik, dan
kehilangan orang tua (marshall & Cooke, 1999; Johnson dkk, 1999). Lebih jauh lagi, ayah
para psikopat kemungkinan memiliki perilaku antisocial. Psikopat memiliki reaksi yang
berbeda dengan sebagian besar diantara kita. Secara khusus, mereka hanya memiliki sedikit
kecemasan, sehingga kecemasan hanya memberikan sedikit efek penghambat dalam perilaku
antisocial mereka. Perlakuan mereka yang semena-mena kepada orang lain juga dapat
dikaitkan dengan kurangnya empati yang mereka miliki. Karena psikopat kurang mampu
menggunakan ingormasi kontekstual dan membuat perencanaan. Perilaku mereka menjadi
impulsive. Hal itu kemungkinan merupakan penyebab psikopat bertingkah laku salah tanpa
menyesal dan mencari kesenangan tanpa menghargai berbagai aturan masyarakat

Kelompok pecemas / ketakutan


1. Gangguan kepribadian menghindar (avoidant personality disonder) ditegakkan bagi orang-
orang yang merasa takut dalam situasi social
2. Gangguan kepribadian dependen (dependent personality disorder) merujuk pada mereka
yang kurang memiliki kemandirian dan terlalu bergantung pada orang lain.
3. Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif (obsessive –compulsive personality disorders)
ditegakan bagi mereka yang memiliki pendekatan perfeksionistik terhadap kehidupannya.

1. Gangguan Kepribadian Menghindar


Kriteria gangguan kepribadian menghindar dalam DSM-IV-TR terdapat minimal empat
dari ciri berikut ini :
 Menghindari kontak interpersonal karena takut terhadap kritikan atau penolakan
 Keengganan untuk menjalin hubungan dengan orang lain kecuali dirinya pasti akan
disukai
 Membatasi diri dalam hubungan intim karena takut dipermalukan atau diperolok
 Penuh kekhawatiran akan dikritik atau ditolak
 Merasa tidak adekuat
 Merasa rendah diri
 Keengganan ekstrem untuk mencoba hal-hal baru karena takut dipermalukan.
Gangguan kepribadian menghindar dan fobia sosial berhubungan dengan suatu sindrom
yang terjadi di Jepang, yang disebut “taijin kyoufu “ (taijin berarti “interpersonal” dan kyouf
berarti “takut” seperti halnya dengan gangguan kepribadian menghindar dan fobia sosial,
mereka yang mengalami taijin kyoufu terlalu sensitive dan menghindari kontak interpersonal.

8
Namun apa yang mereka takutkan agak berbeda dengan ketakutan yang biasa terdapat pada
mereka yang menderita gangguan berdasarkan DSM. Para pasien yang mengalami taijin
kyoufu cenderung merasa gugup atau malu mengenai dampak yang mereka timbulkan pada
orang lain atau bagaimana diri mereka di mata orang lain, contohnya takut bahwa wajah
mereka buruk atau memiliki bau badan (Ono dkk, 1996).

2. Gangguan Kepribadian Dependen


Kriteria gangguan kepribadian Dependen dalam DSM –IV-TR. Terdapat minimal lima
dari ciri dibawah ini :
 Sulit mengambil keputusan tanpa saran dan dukungan berlebihan dari orang lain
 Membutuhkan orang lain untuk mengambil tanggung jawab atas sebagian besar aspek
kehidupannya yang utama
 Sulit tidak menyetujui orang lain, karena takut kehilangan dukungan mereka
 Sulit melakukan segala sesuatu sendiri, karena kurangnya rasa percaya diri.
 Merasa tidak berdaya bila sendiri karena kurangnya rasa percaya diri terhadap
kemampuannya untuk menangani segala sesuatu tanpa intervensi orang lain.
 Berupaya untuk segera mungkin menjalin hubungan baru bila hubungan yang dimilikinya
saat ini berakhir.
 Dipenuhi ketakutan bila harus mengurus diri sendiri.

3. Gangguan Kepribadian Obsesif-Kompulsif


Kriteria gangguan kepribadian obsesif-kompulsif dalam DSM-IV-TR. Terdapat minimal
empat dari ciri berikut ini :
 Terfokus secara berlebihan pada aturan dan detail hingga poin utama suatu aktivitas
terabaikan
 Perfeksionisme ekstrem hingga tingkat yang membuat berbagai proyek jarang
terselesaikan
 Pengabdian berlebihan pada pekerjaan sehingga mengabaikan kesenangan dan
persahabatan
 Tidak fleksibel tentang moral
 Sulit membuang benda-benda yang tidak berarti
 Enggan mendelegasikan kecuali jika orang lain dapat memenuhi standarnya
 Kikir
 Rigid dan keras kepala

Terapi Gangguan Kepribadian


Penting untuk diingat bahwa seorang terapis yang menamgani pasien gangguan
kepribadian umumnya juga mempertimbangkan gangguan Aksis 1. Memang, sebagian besar
pasien dengan gangguan kepribadian menjalani penanganan karena gangguan Aksis 1, bukan
karena gangguan kepribadian. Contohnya, seseorang yang mengalami gangguan kepribadian
antisocial kemungkinan memiliki masalah penyalahgunaan zat, seseorang yang mengalami
gangguan kepribadian menghindar dapat menjalani penanganan karena menderita fobia
social, dan pasien dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif dapat diterapi karena
depresi. Dalam hubungan ini, dapat dikatakan bahwa para pasien yang mengalami gangguan
Aksis 1 dan gangguan kepribadian biasanya tidak mengalami perbaikan kondisi sebesar
pasien yang hanya mengalami gangguan Aksia 1 setelah ditangani dengan berbagai macam
psikoterapi(Reich &Vasile,1993; Chrits-Christoph &Baber, 2002). Penyebabnya tampaknya
cukup jelas. Orang-orang yang mengalami gangguan pada kedua Aksis kondisinya lebih
parah dibanding mereka yanghanya mengalami gangguan Aksis 1 sehingga membutuhkan

9
terapi yang lebih intensif (karena gangguan kepribadian terjadi dalam waktu lama) dan lebih
ekstensif (yaitu, difokuskan pada banyak masalah psikologis). Para terapis psikodinamika
menetapkan tujuan untuk mengubah pandangan pasien terhadap berbagai masalah pasien
pada masa kanak-kanak yang di asumsikan mendasari gangguan perilaku. Para terapis
behavioral dan kognitif sesuai dengan focus mereka pada situasi dan bukan pada
karakteristik, tidak banyak mengemukakan pendapat hingga dewasa ini tentang penanganan
spesifik untuk gangguan kepribadian yang tercantum dalam DSM (Howes & Vallis, 1996).
Para terapis tersebut cenderung menganalisis berbagai masalah individual yang secara
bersama-sama membentuk gangguan kepribadian. Contohnya seseorang yang didiagnosis
memiliki kepribadian paranoid atau menghindar sangat sensitive terhadap kritik.

Terapi Kepribadian Ambang


Apa pun model intervensinya, satu hal yang pasti adalah: hanya sedikit pasien yang
memberikan tantangan lebih besar terhadap penanganan dibanding mereka yang mengalami
gangguan kepribadian ambang dengan orang lain juga terjadi ruang konsultasi. (dalam istilah
psikoanalisa perasaan perasaan yang dialami terapis disebut kontra transferensi).
Psikoterapi Objek hubungannya, sebagaimana disebutkan sebelumnya, objek teori
hubunganmemfokuskan pada acara anak-anak mengidentifikasi diri dengan orang lain yang
memiliki kelekatan emosi kuat dengan mereka, sebagaimana disebutkan sebelumnya,
Kernberg (1985) bekerja berdasarkan asumsi dasar bahwa orang-orang yang berkepribadian
ambang memiliki ego yang lemah sehingga sulit untuk menoleransi pertanyaan mendalam
yang diajukan dalam penanganan psikoanalisis.

Terapi perilaku Dialektikal


Sebuah pendekatan yang mengkombinasikan empati dan penerimaan yang terpusat
pada klien dengan penyelesaianmasalah kognitif behavioral dan pelatihan keterampilan sosial
diperkenalkan oleh MarshaLinehan (1987), pendekatan yang disebutnya terapi periaku
dialektikal memiliki tiga tujuan menyeluruh bagi para individu ambang :
1. Mengajari mereka untuk mengubah dan mengendalikan emosionalitas dan perilaku
ekstrem mereka .
2. Mengajari mereka untuk menoleransi perasaan tertekan .
3. Membantu mereka mempercayai pikiran dan emosi mereka sendiri .

Mengapa linehan menggunakan kata dialektikal dalam menggambarkan terapinya?


Konsep dialektikal dari filsup Jerman. Hegel (1770-1831). Dalam kontek ini cukup bagi kita
untuk mengetahui bahwa dialektika merupakan suatu pandangan terhadap dunia yang
menyatakan realitas adalah hasil ketegangan konsan antara dua hal yang bertentangan.
Linehan menggunakan istilah dialektikal untuk menggambarkan posisi yang tampak
bertentangan yang harus diambil terapis terhadap pasien ambang, menerima pasien
sebagaimana adanya
sekaligus membantunya untuk berubah, linehan juga menggunakan isltilah tersebut untuk
merujuk kesadaran pasien ambang bahwa ia tidak perlu membelah dunia menjadi hitam dan
putih, namun dapat mencapai sintesis dari dua hal yang bertentangan.

10
Terapi Untuk Psikopati

Sebagian besar ahli dari berbagai orientasi teoritis selama bertahun- tahun
menyatakanbahwa tidak ada gunanya mengubah karakteristik psikopat yang semena-mena
dan tanpa penyelesaian (Cleckley,1976; Gacono dkk, 2001; McCord & McCo, 1964; Palmer,
1984). Seorang ahli klinis yang berpengalaman menangani psikopat mengusulkan tiga prinsip
utama bagi para terapis yang menangani pasien ini. Pertama, terapis harus selalu waspada
berkaitan dengan manipulasi yang mungkin dilakukan pasien. Kedua, ia harus berasumsi,
hingga tidak terbukti tidak benar, bahwa informasi yangdiberikan padanya oleh pasien
mengandung distorsi dan direkayasa. Ketiga, ia harus mamahami bahwa kerjasama terjalin,
jika ada dengan amat sangat lambat setiap hubungan terapeutik dengan seorang psikopat.
(Lion,1978, hal 286). Banyak psikopat yang dipenjara untuk beberapa lama karena
melakukan tindak kejahatan, dan hasil-hasil rehabilitasi dengan pemenjaraan yang tidak
menggembirakan sebagian dapat disebabkan oleh sangat sulitnya mengubah perilaku
psikopatik. Sebagaimana berulangkali

11
BAB III
KESIMPULAN
 Dikelompokkan pada Aksis II dalam DSM-IV-TR, gangguan kepribadian
didefinisikan sebagai pola perilaku dan pengalaman dalam diri yang bertahan lama, yang
mengganggu keberfungsian sosial dan pekerjaan. Gangguan tersebut biasanya didiagnosis
bersama dengan gangguan Aksis I seperti depresi dan gangguan anxietas. Diagnosis-
diagnosis tersebut sangat tumpang tindih, dan seseorang biasa memenuhi kriteria lebih dari
satu diagnostik. Komordibitas yang tinggi tersebut, ditambah dengan fakta bahwa gangguan
kepribadian dianggap sebagai sisi ekstrem karakteristik kepribadian yang terdistribusi
secara berkesinambungan, telah mendorong usulan pengembangan suatu cara
dimensional daripada ketegorikal untuk mengklasifikasi gangguan-gangguan tersebut.
 Gangguan kepribadian digolongkan menjadi tiga kelompok dalam DSM-IV-
TR:aneh atau eksentrik, dramatik atau eratik, dan pencemas atau ketakutan.
 Diagnosis spesifik dalam kelompok aneh atau eksentrik mencakup paranoid,skizoid,
dan skizotipal. Beberapa gangguan ini dianggap sebagai varian skizofrenia yang tidak terlalu
parah. Penelitian genetika perilaku cukup mendukung asumsi ini, terutama dalam
gangguan kepribadian skizotipal.
 Kelompok dramatik atau eratik mencakup gangguan kepribadian ambang,
histrionik,
narsistik, dan antisosial. Simtom utama gangguan kepribadian ambang adalah emosi dan
perilaku yang tidak stabil dan sangat berubah-ubah, gangguan kepribadian histrionik,
ekspresi emosional yang berlebihan dan gangguan kepribadian narsistik, harga diri yang
melambung tinggi. Gangguan kepribadian antisosial dan psikopati menekankan pada
emosionalitas yang rendah seperti kurangnya rasa takut,penyelasan,rasa bersalah,atau
rasa malu.
 Berbagai teori mengenai etiologi gangguan ambang,histrionik,dan narsistik
memfokuskan pada hungan orang tua anak dimasa kecil. Teori kognitif behaviorial yang
dikemukakan Linehan mengenai gangguan kepribadian ambang memfokuskan pada
hubungan antara rendahnya pengaturan emosi dan lingkungan keluarga yang
menginvalidas.
 Berbagai studi genetik menunjukkan bahwa predisposisi gangguan kepribadian
antisosial diturunkan secara genetik. Seperti dalam etiologi psikopati, penelitian
mengindikasikan
bahwa para psikopat cenderung memiliki ayah yang antisosial dan tidak adanya disiplin
atau disiplin yang tidak konsisten dimasa anak-anak mereka. Meskipun
demikian,masalah utama psikopat mungkin adalah ancaman hukum tidak menghambat
mereka untuk melakukan tindakan antisosial. Kurangnya empati juga dapat menjadi
faktor dalam perlakuan semena-mena psikopat kepada orang lain.
 Kelompok pencemas atau ketakutan mencakup gangguan kepribadian
menghindar,dependen dan obsesif-kompulsif. Simtom utama gangguan kepribadian
menghindar adalah rasa takut terhadap penolakan atau kritik;gangguan kepribadian
dependen,rendahnya kepercayaan diri dan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif,gaya
perfeksionistik dan berorientasi pada detail.
 Berbagai teori etiologi kelompok pencemas atau ketakutan memfokuskan pada
pengalaman masa kecil. Gangguan kepribadian menghindar dapat diakibatkan oleh
menularnya rasa takut yang dialami orang tua ke anak melalui pro modeling .

12
DAFTAR PUSTAKA
http://mypotik.blogspot.co.id/2012/01/10-macam-personality-disorder-gangguan.html

http://kusbiantari.blogspot.co.id/

13

Anda mungkin juga menyukai