Anda di halaman 1dari 6

PERKEMBANGAN, VISI MISI DAN PARADIGMA BIMBINGAN KONSELING

A. PERKEMBANGAN BIMBINGAN DAN KONSELING


Bimbingan konseling dewasa ini semakin mengalami perkembangan pesat. Di
sekolah-sekolah bimbingan konseling mulai berperan besar terhadap proses
belajar mengajar peserta didik. Bimbingan konseling yang dulunya dikenal
oleh masyarakat hanya untuk menangani anak-anak yang bermasalah,
namun sekarang ini tidak hanya demikian. Dewasa ini keberadaan bimbingan
konseling mulai diakui eksistensinya, sehingga jurusan atau program studi
bimbingan konseling semakin banyak peminatnya dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya.
Bimbingan konseling sesuai dengan perkembangannya yang dulu hanya
terbatas pada lingkungan sekolah, sekarang mulai berkembang menangani
masalah-masalah di luar sekolah yakni masalah-masalah umum. Mengingat
dewasa ini, orang-orang semakin banyak yang mengalami masalah baik
masalah yang kecil sampai pada masalah yang besar. Banyak kasus-kasus
bunuh diri, depresi, frustasi yang disebabkan oleh masalah. Nah, disinalah
peran bimbingan konseling diperlukan untuk membantu orang yang sedang
mengalami masalah, untuk dapat meringankan beban sehingga mereka dapat
berpikir dengan akal sehatnya dalam menghadapi masalah yang tengah
dihadapinya sehingga tidak berpikiran untuk mengambil jalan pintas.

B. VISI MISI BIMBINGAN KONSELING


Visi bimbingan dan konseling adalah terwujudnya kehidupan kemanusiaan
yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam
pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar individu
berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia. Berdasarkan visi tersebut
terdapat tiga misi yang diemban bimbingan dan konseling, yaitu:
1.
Misi pendidikan; mendidik peserta didik melalui pengembangan perilaku
efektif-normatif dalam kehidupan keseharian dan yang terkait masa depan.

2.
Misi pengembangan; memfasilitasi perkembangan individu di dalam
satuan pendidikan formal ke arah perkembangan optimal melalui strategi
upaya pengembangan lingkungan belajar dan lingkungan lainnya serta
kondisi tertentu sesuai dengan dinamika perkembangan masyarakat.
3.
Misi pengentasan masalah; membantu dan memfasilitasi pengentasan
masalah individu mengacu kepada kehidupan sehari-hari yang efektif.
Dalam berbagai literatur tentang bimbingan dan konseling, para ahli
mengemukakan tentang tujuan bimbingan dan konseling yang beragam,
tetapi pada intinya akan menerucut pada tujuan yang sama yaitu tercapainya
perkembangan para peserta didik/klien secara optimal dan tercapainya
penyesuaian diri.

C. PARADIGMA BIMBINGAN KONSELING

Pada saat ini telah terjadi perubahan paradigma pendekatan bimbingan dan
konseling, yaitu dari pendekatan yang berorientasi tradisional, remedial, klinis,
dan terpusat pada konselor, kepada pendekatan yang berorientasi
perkembangan dan preventif. Pendekatan bimbingan dan konseling
perkembangan (Developmental Guidance and Counseling), atau bimbingan
dan konseling komprehensif (Comprehensive Guidance and Counseling).
Pelayanan bimbingan dan konseling komprehensif didasarkan kepada upaya
pencapaian tugas perkembangan, pengembangan potensi, dan pengentasan
masalah-masalah konseli. Tugas-tugas perkembangan dirumuskan sebagai
standar kompetensi yang harus dicapai konseli, sehingga pendekatan ini
disebut juga bimbingan dan konseling berbasis standar (standard based
guidance and counseling). Standar dimaksud adalah standar kompetensi
kemandirian
Dalam pelaksanaannya, pendekatan ini menekankan kolaborasi antara
konselor dengan para personal Sekolah/ Madrasah lainnya (pimpinan
Sekolah/Madrasah, guru-guru, dan staf administrasi), orang tua konseli, dan
pihak-pihak ter-kait lainnya (seperti instansi pemerintah/swasta dan para ahli :
psikolog dan dokter). Pendekatan ini terintegrasi dengan proses pendidikan di
Sekolah/Madrasah secara keseluruhan dalam upaya membantu para konseli

agar dapat mengem-bangkan atau mewujudkan potensi dirinya secara penuh,


baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
Atas dasar itu, maka implementasi bimbingan dan konseling di
Sekolah/Madrasah diorientasikan kepada upaya memfasilitasi perkembangan
potensi konseli, yang meliputi as-pek pribadi, sosial, belajar, dan karir; atau
terkait dengan pengembangan pribadi konseli sebagai makhluk yang
berdimensi biopsikososiospiritual (biologis, psikis, sosial, dan spiritual).

A. Visi Misi
1. Visi BK
Visi pelayanan konseling adalah terwujudnya kehidupan kemanusiaan
yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam
pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar
peserta didik berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia.
2. Misi BK
Misi pendidikan, yaitu memfasilitasi pengembangan peserta didik
melalui pembentukan perilaku efektif-normatif dalam kehidupan
keseharian masa depan.
Misi pengembangan, yaitu memfasilitasi pengembangan potensi dan
kompetensi peserta didik di dalam lingkungan sekolah, keluarga dan
masyarakat sekolah.
Misi pengentasan masalah, yaitu memfasilitasi pengentasan masalah
peserta didik mengacu pada kehidupan efektif sehari-hari.

Visi Misi BK FIP UNNES

Visi
Program Studi Bimbingan dan Konseling menjadi pusat unggulan dan
rujukan dalam bidang Bimbingan dan Konseling tingkat nasional serta
menyiapkan calon guru Bimbingan dan Konseling/ konselor profesional
yang berwawasan konservasi pada tahun 2016
Misi
Menyelenggarakan pendidikan sarjana di bidang Bimbingan dan
Konseling yang profesional dan berwawasan konservasi secara
transparan dan akuntabel untuk menghasilkan lulusan yang unggul
dan berdaya saing tinggi
2. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan ilmu untuk
menghasilkan karya yang unggul dan menjadi rujukan dalam bidang
Bimbingan dan Konseling

1.

3.

Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat melalui penerapan


ilmu Bimbingan dan Konseling yang memandirikan
4. Menyelenggarakan pendidikan berkelanjutan (continuing education)
untuk meningkatkan kualitas kinerja dan profesionalitas konselor
5. Menjalin kerjasama dengan berbagai organisasi profesi dan alumni
serta meningkatklan partisipasi masyarakat (stakeholder) dalam
pembangunan pendidikan nasional
B. Paradigma BK
Paradigma bimbingan dan konseling adalah psiko-pedagogis dalam acuan
budaya Indonesia. Yaitu, para pelaksana BK perlu menguasai materi
psikologi (psikologi umum, perkembangan, belajar, kepribadian, dan
social) serta materi pedagogis (filsafat antropologi, dasar-dasar
pendidikan, kurikulum, proses belajar dan pembelajaran, dan penilaian
pendidikan). Dikemas dalam ilmu-teknologi BK dengan warna budaya
(termasuk nilai dan norma) Indonesia. Arah bimbingan dan konseling
mengembangkan potensi siswa agar dapat memenuhi tugas-tugas
perkembangannya secara optimal.
C. Perkembangan BK di Sekolah
Sejarah lahirnya Bimbingan dan Konseling di Indonesia diawali dari
dimasukkannya Bimbingan dan Konseling (dulunya Bimbingan dan
Penyuluhan) pada setting sekolah. Pemikiran ini diawali sejak tahun 1960.
Hal ini merupakan salah satu hasil Konferensi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (disingkat FKIP, yang kemudian menjadi IKIP) di Malang
tanggal 20 24 Agustus 1960. Perkembangan berikutnya tahun 1964
IKIP Bandung dan IKIP Malang mendirikan jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan. Tahun 1971 beridiri Proyek Perintis Sekolah Pembangunan
(PPSP) pada delapan IKIP yaitu IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bandung,
IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP
Menado. Melalui proyek ini Bimbingan dan Penyuluhan dikembangkan,
juga berhasil disusun Pola Dasar Rencana dan Pengembangan Bimbingan
dan Penyuluhan pada PPSP. Lahirnya Kurikulum 1975 untuk Sekolah
Menengah Atas didalamnya memuat Pedoman Bimbingan. Tahun 1978
diselenggarakan program PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan di
IKIP (setingkat D2 atau D3) untuk mengisi jabatan Guru Bimbingan dan
Penyuluhan di sekolah yang sampai saat itu belum ada jatah
pengangkatan guru BP dari tamatan S1 Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan. Pengangkatan Guru Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah
mulai diadakan sejak adanya PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan
Penyuluhan. Keberadaan Bimbingan dan Penyuluhan secara legal formal
diakui tahun 1989 dengan lahirnya SK Menpan No 026/Menp an/1989
tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam lingkungan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Di dalam Kepmen tersebut ditetapkan secara

resmi adanya kegiatan pelayanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah.


Akan tetapi pelaksanaan di sekolah masih belum jelas seperti pemikiran
awal untuk mendukung misi sekolah dan membantu peserta didik untuk
mencapai tujuan pendidikan mereka.
Sampai tahun 1993 pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah
tidak jelas, parahnya lagi pengguna terutama orang tua murid
berpandangan kurang bersahabat dengan BP. Muncul anggapan bahwa
anak yang ke BP identik dengan anak yang bermasalah, kalau orang tua
murid diundang ke sekolah oleh guru BP dibenak orang tua terpikir bahwa
anaknya di sekolah mesti bermasalah atau ada masalah. Hingga lahirnya
SK Menpan No. 83/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya yang di dalamnya termuat aturan tentang Bimbingan dan
Konseling di sekolah. Ketentuan pokok dalam SK Menpan itu dijabarkan
lebih lanjut melalui SK Mendikbud No 025/1995 sebagai petunjuk
pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Di Dalam SK
Mendikbud ini istilah Bimbingan dan Penyuluhan diganti menjadi
Bimbingan dan Konseling di sekolah dan dilaksanakan oleh Guru
Pembimbing. Di sinilah pola pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
disekolah mulai jelas keberadaannya. sekolah mulai jelas.
Visi, Misi dan Tujuan Bimbingan dan Konseling
Visi bimbingan dan konseling adalah terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang
membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam pemberian dukungan perkembangan
dan pengentasan masalah agar individu berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia.
Berdasarkan visi tersebut terdapat tiga misi yang diemban bimbingan dan konseling, yaitu:
1. Misi pendidikan; mendidik peserta didik melalui pengembangan perilaku efektif-normatif
dalam kehidupan keseharian dan yang terkait masa depan.
2. Misi pengembangan; memfasilitasi perkembangan individu di dalam satuan pendidikan
formal ke arah perkembangan optimal melalui strategi upaya pengembangan lingkungan
belajar dan lingkungan lainnya serta kondisi tertentu sesuai dengan dinamika
perkembangan masyarakat.
3. Misi pengentasan masalah; membantu dan memfasilitasi pengentasan masalah individu
mengacu kepada kehidupan sehari-hari yang efektif.
Dalam berbagai literatur tentang bimbingan dan konseling, para ahli mengemukakan tentang
tujuan bimbingan dan konseling yang beragam, tetapi pada intinya akan menerucut pada tujuan yang
sama yaitu tercapainya perkembangan para peserta didik/klien secara optimal dan tercapainya
penyesuaian diri.
Bidang Kajian Bimbingan dan Konseling
Secara formal, terdapat empat bidang yang menjadi ruang lingkup garapan layanan bimbingan
dan konseling dalam konteks pesekolahan saat ini, yaitu :
1. Bidang pelayanan kehidupan pribadi; membantu individu menilai kecakapan, minat, bakat,
dan karakteristik kepribadian diri sendiri untuk mengembangkan diri secara realistik.

2. Bidang pelayanan kehidupan sosial; membantu individu menilai dan mencari alternatif
hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya atau dengan lingkungan sosial
yang lebih luas.
3. Bidang pelayanan kegiatan belajar; membantu individu dalam kegiatan dalam rangka
mengikuti jenjang dan jalur pendidikan tertentu dan/atau dalam rangka menguasai
kecakapan atau keterampilan tertentu.
4. Bidang pelayanaan perencanaan dan pengembangan karier; membantu individu dalam
mencari dan menetapkan pilihan serta mengambil keputusan berkenaan dengan karier
tertentu, baik karier di masa depan maupun karier yang sedang dijalaninya.
Sebagaimana telah disinggung di atas, tentang perluasan kawasan bimbingan dan konseling
yang mencakup kehidupan yang lebih luas. Saat ini sedang dikembangkan dua bidang baru yaitu
bidang pelayanan kehidupan berkeluarga untuk membantu individu dalam mencari dan menetapkan
serta mengambil keputusan berkenaan dengan rencana perkawinan dan/atau kehidupan berkeluarga
yang dijalaninya dan bidang pelayanan kehidupan keberagamaan untuk membantu individu dalam
memantapkan diri berkenaan denganperilaku keberagmaan menurut agama yang dianutnya.
Paradigma Bimbingna dan Konseling
Pada saat ini telah terjadi perubahan paradigma pendekatan bimbingan dan konseling, yaitu
dari pendekatan yang berorientasi tradisional, remedial, klinis, dan terpusat pada konselor, kepada
pendekatan yang berorientasi perkembangan dan preventif. Pendekatan bimbingan dan konseling
perkembangan (Developmental Guidance and Counseling), atau bimbingan dan konseling
komprehensif (Comprehensive Guidance and Counseling). Pelayanan bimbingan dan konseling
komprehensif didasarkan kepada upaya pencapaian tugas perkembangan, pengembangan potensi,
dan pengentasan masalah-masalah konseli. Tugas-tugas perkembangan dirumuskan sebagai standar
kompetensi yang harus dicapai konseli, sehingga pendekatan ini disebut juga bimbingan dan
konseling berbasis standar (standard based guidance and counseling). Standar dimaksud adalah
standar kompetensi kemandirian
Dalam pelaksanaannya, pendekatan ini menekankan kolaborasi antara konselor dengan para
personal Sekolah/ Madrasah lainnya (pimpinan Sekolah/Madrasah, guru-guru, dan staf
administrasi), orang tua konseli, dan pihak-pihak ter-kait lainnya (seperti instansi pemerintah/swasta
dan para ahli : psikolog dan dokter). Pendekatan ini terintegrasi dengan proses pendidikan di
Sekolah/Madrasah secara keseluruhan dalam upaya membantu para konseli agar dapat mengembangkan atau mewujudkan potensi dirinya secara penuh, baik menyangkut aspek pribadi, sosial,
belajar, maupun karir.
Atas dasar itu, maka implementasi bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah
diorientasikan kepada upaya memfasilitasi perkembangan potensi konseli, yang meliputi as-pek
pribadi, sosial, belajar, dan karir; atau terkait dengan pengembangan pribadi konseli sebagai makhluk
yang berdimensi biopsikososiospiritual (biologis, psikis, sosial, dan spiritual).

Sumber: Visi, Misi, Paradigma Bimbingan Konseling, dan Trilogi Profesi | Sefrian's
Blog http://sefrian92.blogspot.com/2011/02/visi-misi-paradigma-bimbingankonseling.html#ixzz3VpqjyIUB

Anda mungkin juga menyukai