Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM BIMBINGAN KONSELING

Diajukan untuk memenuhi mata kuliah Praktikum Teori dan Teknik Intervensi : Bimbingan
dan Konseling dalam Pendidikan

Dosen Pengampu :
Nini Sri Wahyuni S. Psi, M. Psi, Psikolog

DISUSUN OLEH :

NAMA : Elman Justi Irwan Harefa


NPM : 208600026
KELAS : A1 Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MEDAN AREA

2023
I. Kontrak Kesediaan
Kepada :
Yth, Saudara/i U. S
di tempat
Seperti saudara ketahui, saat ini saya sedang menempuh mata kuliah PSIKOLOGI
KONSELING yang didalamnya terdapat Praktikum Konseling. Dalam hal ini,
kerjasama yang saya harapkan dari saudara adalah kesediaan menjadi klien atas
inisiatif dan kehendak sendiri, tanpa paksaan. Perlu diketahui selama proses konseling
akan dilakukan rekaman audio yang digunakan untuk memudahkan pencatatan
laporan bagi praktikan. Segala hal yang berkaitan dengan rahasia saudara tidak akan
disampaikan secara terbuka kepada umum atau siapapun dan semata-mata hanya utuk
kepentingan belajar.
Dalam konseling nantinya saudara saya minta untuk terbuka mengenai masalah yang
sedang saudara hadapi. Keuntungan yang akan saudara peroleh adalah saudara akan
dapat mengetahui lebih mendalam tentang permasalahan yang saudara hadapi dan
tidak menutup kemungkinan saudara akan menemukan pemecahan masalah tersebut
dan tentunya hal ini akan sangat membantu saudara jika menginginkan untuk lepas
dari masalah saudara. Selain itu, saudara juga akan mendapatkan pengetahuan baru
tentang tekhnik konseling.

II. Identitas Klien


A. Identitas
a. Nama/Inisial : U. S
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Alamat : Jln. Suluh Tia
d. Usia : 16 tahun
e. Pekerjaan : Siswa
f. Status pernikahan :-
g. No. Telepon : 085162963276
h. Anak ke : 2 dari 2 bersaudara
i. Suku Bangsa : Jawa, Indonesia
B. Riwayat Pribadi
Klien SD di SDN 077789 Pancing, setelah lulus dari bangku SD klien
melanjutkan pendidikannya di SMPN 1 Saitagaramba. Kemudian, setelah klien
dinyatakan lulus dari SMP nya klien ingin melanjutkan pendidikannya di SMA
Swasta Utama. Setelah lulus dari bangku sekolah, rencana ia masuk ke fakultas
farmasi yang berada di salah satu universitas swasta di Medan.

C. Tatanan Klien Saat Ini


Saat ini klien berstatus sebagai siswa di SMA Swasta Utama di Medan. Ia
sedang menjalani pendidikan dan akan menyelesaikannya Ia belum menikah dan
tidak memiliki kekasih karena ingin fokus dengan pendidikannya saat ini. Ia juga
terlihat sehat dan dalam keadaan baik saat melakukan proses konseling.

D. Riwayat Keluarga
Klien tinggal bersama ayah, ibu, kakak, abang. Ayahnya adalah seorang
PNS di salah satu instansi di Medan dan Ibunya bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Kakak dan abang nya ada yang sudah bekerja dan ada juga yang masih
menempuh pendidkan. Tidak ada riwayat penyakit dalam keluarganya begitu juga
dengan klien.

E. Penyampaian Masalah oleh Klien


Klien menyampaikan permasalahan memiliki kesulitan berbaur dengan
orang lain dan mengalami permasalaham kurang percaya diri. Ia sangat tertutup
dan tidak bergaul dengan teman sekelasnya, dan ia pun tidak percaya diri ketika
akan tampil depan kelas. Klien merasa tidak mampu untuk menatap wajah orang
untuk berbicara, bahkan merasakan gugup atau grogi. Sering merasa tidak percaya
diri dalam menyampaikan suatu pendapat dalam diskusi.

III. Definisi Masalah


a. Unsur Masalah
Awal klien merasakan masalahnya adalah ketika ia masih duduk dibangku
sekolah pada masa SMP. Ia merasa bahwa orang sekelilingnya tidak mau bergaul
dengannya. Jadinya klien sulit mencari teman, sulit bergaul, begitu juga untuk tampil
depan kelas jika ada tugas, apalagi jika tugas kelompok pasti klien sulit untuk
beradaptasi

b. Pola Peristiwa
Klien mulai
Klien tidak bisa mencari jalan
Klien tidak percaya
berbaur dengan keluar dalam
diri
orang disekitarnya memecahkan
masalahnya

Klien mendapat Klien menceritakan


Klien mendatangi
pencerahan dalam masalahnya kepada
konselor
masalahnya konselor

Klien berusaha
berfikiran positif agar
bisa lebih percaya diri

c. Lamanya Masalah
Permasalahan yang dihadapi klien telah berlangsung selama 2 tahun terhitung
sejak 3 minggu setelah ia menyampaikan pendapatnya.

IV. Gambaran Proses Konseling


Klien adalah seorang siswa SMA Swasta Utama yang berusia 16 tahun. Ia
merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara. Ia memiliki kakak dan abang yang sudah
bekerja dan ada juga yang masih menempuh Pendidikan.
Sebelum memulai proses konseling, konselor meminta persetujuan kepada
klien dengan membaca serta menandatangani surat pernyataan bahwa ia bersedia
melakukan konseling pada saat itu. Setelah itu, konselor mulai membuka percakapan
dengan menanyakan kabar klien serta nama klien.
Saat proses konseling berlangsung, klien menyampaikan permasalahan
memiliki kesulitan berbaur dengan orang lain dan mengalami permasalaham kurang
percaya diri. Ia sangat tertutup dan tidak bergaul dengan teman sekelasnya, dan ia pun
tidak percaya diri ketika akan tampil depan kelas. Klien merasa tidak mampu untuk
menatap wajah orang untuk berbicara, bahkan merasakan gugup atau grogi. Sering
merasa tidak percaya diri dalam menyampaikan suatu pendapat dalam diskusi dalam
perkuliahan. ia menceritakan tentang dirinya yang selalu minder terhadap teman-
temannya.
Klien merasa bingung apa yang harus dia perbuat, lalu konselor memberikan
pencerahan kepadanya bahwa setiap masalah itu jangan dijadikan boomerang dalam
hidup tapi dijadikan motivasi. Sebelum konseling berakhir, klien berpikir untuk
melakukan hal yang lebih baik lagi menghilangkan rasa mindernya dan rasa
ketidakpercayaan dan si klien sudah mengetahui apa yang harus ia lakukan.
Melihat seisi ruangan konseling yang hanya dihuni oleh konselor dan klien.
Klien memutuskan untuk menyudahi sesi konseling. Ia juga merasa tidak ada lagi
yang perlu dibahas. Konseling berakhir dalam waktu 16 menit 30 detik.
Mengenai permasalahan yang sedang dihadapi oleh klien, konselor
mengaitkannya dengan teori Lauster (2015: 1-14) dalam kehidupan manusia,
kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang penting. Salah satu
aspek kepribadian yang berupa keyakinan akan kemampuan diri seseorang sehingga
tidak terpengaruh oleh orang lain dan dapat bertindak sesuai kehendak, gembira,
optimis, cukup toleran, dan bertanggung jawab. Lauster (2015: 1- 14) mengatakan
bahwa sifat kepribadian bukan merupakan sifat yang diturunkan (bawaan), melainkan
diperoleh dari pengalaman hidup, dapat diajarkan, dan ditanamkan melalui
pendidikan. Keturunan memainkan peran yang tak begitu penting dalam pembentukan
kepribadian seseorang. Kepercayaan pada diri sendiri memengaruhi sikap hati-hati,
ketaktergantungan, ketidak serakahan, toleransi, dan cita-cita. Ahli ilmu jiwa yang
terkenal Alfred Adler (dalam Lauster, 2015: 13-14) mengatakan bahwa kebutuhan
manusia yang paling penting adalah kebutuhan akan kepercayaan diri. Namun
kepercayaan pada diri sendiri yang sangat berlebihan tidak selalu bersifat positif.
Orang yang terlalu percaya pada diri sendiri sering tidak hatihati dan seenaknya.
Oxford Advanced Learner’s Dictionary (dalam Rahayu, 2013: 62)
mendefinisikan kepercayaan diri (confidence) sebagai percaya pada kemampuan diri
sendiri untuk melakukan sesuatu dan berhasil. Sependapat dengan Goleman (dalam
Rahayu, 2013: 63) menyatakan bahwa kepercayaan diri adalah kesadaran yang kuat
tentang harga dan kemampuan diri sendiri. Pearce (dalam Rahayu, 2013: 63)
mengemukakan bahwa kepercayaan diri berasal dari tindakan, kegiatan, dan usaha
untuk bertindak bukannya menghidari keadaan dan bersifat pasif. Pernyataan tersebut
kemudian diperkuat oleh Hakim (dalam Rahayu, 2013: 63) yang menyatakan bahwa
kepercayaan diri adalah keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang
dimilikinya dan membuat kemampuan untuk mencapai berbagai tujuan hidup.

V. Hasil Observasi
Klien menggunakan baju kaos warna hitam lengan panjang dengan celana
kulot berwarna hitam. Klien memakai sepatu dan dia membawa tas kecil yang
berwarna coklat dengan tali panjang. Rambut klien berwarna hitam dengan panjang
rambut sampai ke bahu dan klien telah menguncir rambutnya
Sejak awal hingga akhir proses konseling, yang terus dilakukan klien adalah
memegang kertas putih yang ada dihadapannya. Setiap ditanya mengenai
permasalahannya diawal klien sering mengerutkan alisnya dan melihat
kesekelilingnya.

VI. Identifikasi Masalah


Berdasarkan proses konseling yang telah berlangsung, didapatkan identifikasi
masalah sebagai berikut :
1. Klien mengalami permasalaham kurang percaya diri
2. Klien memiliki kesulitan berbaur dengan orang lain
3. Klien merasa minder kepada teman-teman sekelasnya
4. Klien merasa gugup setiap presentasi dalam kelas

VII. Hasil Konseling


Berdasarkan konseling yang telah dilakukan, klien sering merasa gugup jika
tampil dalam kelas atau saat ada sesi tanya jawab dalam kelas. Setelah klien
konseling, klien merasa lega menyampaikan masalahnya kepada konselor. Klien juga
telah mendapatkan langkah apa yang dilakukannya dalam mengatasi masalahnya.

VIII. Hambatan Selama Konseling


Hambatan yang dirasakan saat proses konseling adalah kondisi ruangan yang
kurang kondusif dimana dalam ruangan tersebut tidak memiliki pendingin ruangan
sehingga klien merasa gerah. Klien sendiri juga menjadi penghambat saat melakukan
proses konseling, yaitu ketika ia terlalu banyak termenung dan berbicara terputus-
putus seperti mengatakan “emm”.

IX. Evaluasi Konselor


Bagaimana membangun hubungan yang baik dengan klien, antara konselor dan
konseli serta menciptakan komunikasi yang baik dan situasi yang nyama dirasakan.
Agar proses konseling berjalan dengan baik, privasi klien terjaga dan menemukan
solusi dari apa yang sedang dialami ileh klien.
LEMBAR OBSERVASI

Nama Konselor : Elman Justi Irwan Harefa

Nama Klien : Ummi Syahfitri

Putaran ke : 2 (kedua)

Tanggal Konseling : 15 Juni 2023

N KATEGORI
ASPEK KETERANGAN
O KS K C B BS
1 Attending
Klien sesekali cemberut dan
mengerutkan dahi saat
a. Muka  memberi jawaban atau
mendengarkan konselor
bertanya
Kepala klien menghadap ke
 konselor saat bercerita dan
b. Kepala
sesekali menoleh ke atas saat
sedang memikirkan jawaban
Posisi klien duduk berada di
depan konselor dengan agak
c. Posisi Tubuh  miring ke kanan, dengan
posisi kedua tangan berada di
atas meja
Tangan kanan konselor
selama konseling selalu
menopang kepalanya dan
d. Tangan/Lengan  tangan kirinya berada di meja
memainkan casing hpnya
mulai awal proses konseling
hingga akhir proses konseling
Klien mendengarkan klien
bertanya dengan baik, karena
 setiap konselor memberi
e. Mendengarkan
pertanyaan klien langsung
menjawabnya tanpa bertanya
ulang
2 Suara  Suara klien cukup terdengar
oleh konselor dan terkadang
suara klien tertutup oleh suara
orang lain yang juga sedang
melakukan konseling dalam
ruangan tersebut
Klien menunjukkan
empatinya dengan merasa
3 Empati  bersalah terhadap apa yang
mereka berdua lakukan di
belakang pacar lelaki tersebut
Klien dapat mengungkapkan
jawaban yang sama saat
4 Paraphrasing  konselor bertanya dengan
kalimat yang berbeda. Namun
tidak pada semua pertanyaan
Klien dapat merefleksikan
 masalah atau ceritanya
5 Refleksi
melalui pengalaman yang
dilalui
6 Merumuskan Masalah
7 Memikirkan Alternatif Solusi
8 Menyimpulkan
9 Terminasi
LEMBAR WAWANCARA

KLASIFIKASI KETERAMPILAN
PERNYATAAN
MENDENGARKAN
KONSELOR
& SASARAN KOMENTAR
&
MEMPENGARUHI
KLIEN
Iter : “Selamat pagi”
Itee : “Selamat pagi”
Iter : “Silakan duduk,
Konselor dek”
mempersilakan klien Itee : “Iya, makasih, Klien dapat
Melakukan good
duduk dan kak” merespon konselor
rapport
menanyakan kabar Iter :“Gimana kabar dengan baik
klien saat itu hari ini ?”
Itee : “Alhamdulillah
masih sehat sampai hari
ini.” (formal)
Konselor meminta Meminta kesediaan Iter :“Hari ini kita akan Tanpa berpikir
persetujuan klien melakukan konseling. panjang dan
untuk melakukan Adek boleh membaca surat
konseling dengan menceritakan apapun tersebut, klien
menandatangani surat yang ada dalam langsung setuju
persetujuan pikiranmu, curahan hati, untuk melakukan
permasalahan atau hal konseling
lainnya ke aku” (good
rapport)
Itee : “Oke”
Iter : “Sebelumnya, aku
meminta kesediaan
kamu untuk melakukan
konseling dengan
menandatangani surat
pernyataan ini sebagai
tanda bahwa Sella setuju
untuk melakukan
konseling, silakan Kamu
baca dulu”
(persetujuan)
Itee : “Oke, dimana aku
harus tanda tangan,
kak?”
Iter : “Disini (sambil
menunjuk ke arah kanan
bawah)”
Iter : Tadi kamu bilang
bahwasannya kamu
mengalami yang
namanya kurang
percaya diri atau tidak
bisa berbaur dengan
orang di sekitarmu?
Klien membuka sesi Klien meresa
Mengapa bisa
konseling dengan kurang percaya diri
Klien menceritakan demikian? (eksplorasi)
mulai bercerita tentang dan sulit untuk
kisahnya Itee : Iya benar kak,
masalah yang dia berbaur dengan
awal saya mengalami
hadapi orang lain.
masalahnya ketika saya
masih dibangku SMP,
Dan saya merasa kurang
percaya diri ketika
berpapasan atau
berbicara kepada orang
lain (informasi)
Konselor menanyakan Mengklarifikasi Iter : Sejak kapan kamu Klien terbuka akan
seputar masalah yang mengalami masalah masalah yg
dialaminya tersebut? (eksplorasi) dialaminya
Itee : Sejak dari bangku
SMP sampai sekarang
kak. (informasi)
Iter : Apakah kamu
merasa tidak senang
Klien menjelaskan dengan hal tersebut?
Klien merasa tidak
perasaannya saat (informasi) Klien ingin
senang dan ingin
mengalami masalah Itee : “Aku ngerasa merubah dirinya
mencari solusinya
tersebut kurang puas dengan
diriku sendiri dan ingin
mengubahnya.
Iter :“Kamu bilang
Klien telah mendapat ingin merubah diri,
pemecahan masalah bagaimanakah caramu
dan konselor melakukannya ?” Klien mulai
menanyakan (klarifikasi) berkomitmen untuk
komitmen klien dalam Mengklarifikasi Itee :“Yang pastinya mengubah diri
menjalankan aku akan merubah untuk menjadi lebih
pemecahan masalah kebiasaan tersebut, baik
yang telah sehingga saya akan
ditetapkannya lebioh terbiasa nantinya
dapat berbaur dengan
orang
Iter :“Ok, aku rasa kita
cukupkan sampai disini
aja sesi konseling kita
Klien telah
yaa. Karena waktu kita
menceritakan seluruh
udah habis. Nanti kita
permasalahannya dan Proses konseling
Mengakhiri proses lanjutin di luar lagi
konselor menutup sesi berakhir setelah 16
konseling ya…”
konseling dengan menit 30 detik
Itee : “Oke kak”
berterima kasih kepada
Iter :“Makasih banyak
klien
ya, dek..”
Itee :“Iya sama sama,
kak.” (formal)
DAFTAR PUSTAKA

Lauster, P. (2002). The Personality Test. London: Part Book.

Adler, Alfred. 1930. Individual Psychology. Worcester Mass: Clark Univ Press.

Anda mungkin juga menyukai