Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KONSELING INDIVIDU

“KARAKTERISTIK KLIEN”

DOSEN PENGAMPU: AMIRUDDIN, M. Pd.

OLEH:

KELOMPOK IV

SEMESTER/KELAS: III/C

1. ANANDA SAFITRI : 211020094


2. ARIF RAHMAN : 211020114
3. SYAMFIA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


(STKIP) BIMA
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami selaku mahasiswa dapat menyelesaikan Makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini yang berjudul karakteritik klien.

Makalah ini berisikan tentang karakteristik klien. Kami menyadari, dalam pembuatan
makalah ini belum sempurna. Sehingga, sumbang saran, kritik dan masukan akan kami terima
dengan penuh rasa terima kasih. Selain itu, kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada
bapak Amiruddini, M.Pd yang sudah bersedia membimbing kami sehingga makalah ini dapat
diselesaikan.

Kami juga berharap dengan adanya makalah ini dapat dijadikan referensi bagi teman-
teman sekalian untuk bahan belajar. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin

Kota Bima, November 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A. Latar belakang...............................................................................................................................4
B. Rumusan masalah..........................................................................................................................4
C. Tujuan............................................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
A. Pengertian Klien............................................................................................................................6
B. Macam-macam klien.....................................................................................................................6
C. Klien sebagai manusia sehat.........................................................................................................9
D. Karakteristik klien.......................................................................................................................10
BAB III......................................................................................................................................................12
PENUTUP.................................................................................................................................................12
A. Kesimpulan..................................................................................................................................12
B. Saran.............................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Seluruh problem kehidupan manusia menuntut adanya penyelesaian. Akan tetapi,
tidak setiap problem dapat diselesaikan sendiri oleh individu, sehingga ia kadangkala
membutuhkan seorang ahli sesuai dengan jenis problemnya. Pendekatan-pendekatan
psikologis berupa bimbingan dan konseling merupakan pendekatan alternatif dan
menjadi perhatian para ahli pada umumnya.
Manusia perlu mengenal dirinya sendiri dengan sebaik-baiknya. Dengan
mengenal dirinya sendiri, mereka dapat bertindak dengan tepat sesuai dengan
kemampuan yang ada pada dirinya. Walaupun demikian, tidak semua manusia
mampu mengenal dirinya. Mereka memerlukan bantuan orang lain agar dapat
mengenal diri sendiri, lengkap dengan segala kemampuanyang dimilikinya dan
bantuan tersebut dapat diberikan oleh bimbingan dan konseling.
Adapun konseling merupakan proses yang meliputi segala kegiatan tatap muka
antara konselor dan klien dalam rangka mengatasi masalah klien melalui hubungan
yang mendalam dan berorientasi pada pemecahan masalah klien.
Proses konseling yang melibatkan konselor dan klien secara tatap muka di
dalamnya terdapat komunikasi antara dua pihak yaitu konselor dan klien selama
proses konseling itu berlangsung. Keberhasilan konseling sangat ditentukan oleh
keefektifan komunikasi diantara konselor dan klien. Dalam hal ini, konselor dituntut
untuk mampu berkomunikasi secara efektif untuk menunjang pelaksanaan proses
konseling.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari klien?
2. Apa saja macam-macam klien?
3. Apa saja karakteristik klien?

4
4. Apa saja kriteria manusia ideal yang harus dicapai oleh klien?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian klien.
2. Mengetahui macam-macam klien.
3. Mengetahui karakteristik klien.
4. Menyebutkan kriteria manusia ideal yang harus dicapai klien.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Klien

Klien adalah individu yang diberi bantuan professional oleh seorang konselor atas
permintaan dia sendiri atau orang lain. Klien yang datang atas kemauannya sendiri karena
dia membutuhkan bantuan, dia sadar bahwa dalam dirinya ada masalah yang memerlukan
bantuan seorang ahli. Klien yang datang atas permintaan orang lain seperti orang tua dan
guru, berarti dia tidak sadar akan masalah yang dialami dirinya sendiri karena kurangnya
kesadaran diri. Apabila klien sudah sadar akan diri dan masalahnya, maka dia
mempunyai harapan terhadap konselor dan proses konseling, yaitu supaya dia tumbuh,
berkembang, produktif, kreatif, dan mandiri, sehingga dapat menentukan keberhasilan
proses konseling1

B. Macam-macam klien
Berikut ini akan diuraikan berbagai macam klien yang diungkapkan oleh Willis
(2009).2
1. Klien Sukarela
Klien sukarela adalah klien yang datang pada konselor atas kesadaran sendiri
karena memiliki maksud dan tujuan tertentu. Hal ini dapat berupa keinginan
memperoleh informasi, mencari penjelasan tentang masalahny, tentang karier dan
lanjutan studi dan sebagainya.
Adapun ciri-ciri klien sukarela adalah:
a. Datang atas kemauan sendiri.
b. Dapat beradaptasi dengan konselor.

1 Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling (Jakarta: Rajawali Press, 2012), cet. 3, hlm. 39.
2 Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik (Jakarta: KENCANA
Prenada Media Group, 2013), cet. 2, hlm. 48.

6
c. Mudah terbuka, seperti dalam membicarakan persoalannya.
d. Bersungguh-sungguh dalam mengikuti proses konseling.
e. Berusaha mengemukakan sesuatu dengan jelas.
f. Sikap bersahabat, mengharapkan bantuan.
g. Bersedia mengungkapkan rahasia walaupun menyakitkan.
Meskipun klien sukarela datang atas kesadarannya sendiri, tetapi konselor
juga harus tetap mempelajari sikap, emosi, dan harapannya terhadap proses
konseling. Hal ini sangat berpengaruh pada diri klien yang mengharapkan bahwa
konseling dapat memenuhi harapan dan kebutuhannya.

2. Klien Terpaksa
Apabila klien sukarela datang pada konselor atas kemauannya sendiri, maka
klien terpaksa adalah klien yang datang pada konselor atas dorongan teman atau
keluarga.
Adapun ciri-ciri klien terpaksa adalah:
a. Klien bersifat tertutup.
b. Enggan berbicara.
c. Curiga terhadap konselor.
d. Kurang bersahabat.
e. Menolak secara halus bantuan konselor.
Dalam menghadapi klien seperti ini, konselor harus dapat meyakinkan klien
bahwa konseling bukanlah wadah yang diperuntukkan untuk orang-orang yang
mengalami gangguan dalam kepribadiannya semata. Hal ini akan menciptakan
perasaan aman pada diri klien sehingga dengan sendirinya klien akan membuka
dirinya pada konselor.

3. Klien Enggan (Reluctant Client)


Berbeda lagi dengan klien enggan. Klien enggan adalah klien yang datang
pada konselor bukan untuk dibantu menyelesaikan masalahnya, melainkan karena
senang berbincang-bincang dengan konselor. Ada juga beberapa klien enggan yang
hanya diam karena tidak suka dibantu masalahnya.

7
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menghadapi klien enggan adalah:
a. Menyadarkan kekeliruannya.
b. Memberi kesempatan agar klien dibimbing oleh konselor atau lawan bicara yang
lain.

4. Klien Bermusuhan/Menentang
Klien bermusuhan/menentang merupakan kelanjutan dari klien terpaksa yang
bermasalah dengan cukup serius. Ciri-ciri dari klien bermusuhan/menentang adalah:
tertutup, menentang, bermusuhan, dan menolak secara terbuka.
Cara-cara efektif menghadapi klien ini adalah:
a. Ramah, bersahabat, dan empati.
b. Toleransi terhadap perilaku klien yang tampak.
c. Meningkatkan kesabaran, menanti saat yang tepat untuk berbicara sesuai bahasa
tubuh klien.
d. Memahami keinginan klien yang tidak mau dibimbing.
e. Mengajak negosiasi atau kontrak waktu dan penjelasan tentang konseling.

5. Klien Krisis
Klien krisis merupakan klien yang mendapat musibah seperti kematian orang-
orang terdekat, kebakaran rumah, dan pemerkosaan. Tugas konselor disini adalah
memberikan bantuan yang dapat membuat klien menjadi stabil dan mampu
menyesuaikan diri dengan situasi yang baru.
Ciri-ciri dari klien krisis adalah:
a. Tertutup atau menutup diri dari dunia luar.
b. Sangat emosional.
c. Tidak berdaya.
d. Ada yang mengalami histeria.
e. Kurang mampu berpikir rasional.
f. Tidak mampu mengurus diri dan keluarga.
g. Membutuhkan orang yang dipercaya.

8
Klien krisis ini sangat membutuhkan penanganan yang cepat. Brammer
(dikutip dari Willis, 2009) mengatakan bahwa ada tiga langkah penting untuk
membantu klien krisis, yaitu:
1. Menentukan sejauh mana kondisi krisis klien.
2. Menentukan sumber-sumber yang dapat membantu klien, misalnya: orangtua,
saudara, dan teman.
3. Bantuan dalam bentuk pertolongan langsung. Misalnya, memberikan klien
peluang untuk menyalurkan perasaannya kemudian memberi bantuan psikologis.

Tujuan utama membantu klien yang mengalami kesedihan yang mendalam


(Grief) di antaranya3
a. Agar klien dapat dapat menerima kesedihannya secara wajar.
b. Agar klien dapat mengekspresikan segala rasa kesedihannya.
c. Membentuk lagi lingkungan yang baru yang dapat melupakan semua
kesedihannya.
d. Membentuk relasi (kawan atau sahabat) yang baru.
e. Menghilangkan ingatan terhadap kesedihan.

C. Klien sebagai manusia sehat


Secara umum tujuan konseling adalah terjadinya perubahan perilaku. Sedangkan
yang dimaksud manusia ideal ialah mereka yang mampu menciptakan kesenangan atau
memperoleh kebahagiaan bagi dirinya sendiri dan bagi lingkungannya berkat
pengembangan optimal segenap potensi yang ada pada dirinya seiring dengan
pengembangan suasana kebersamaan dengan lingkungan sosialnya, sesuai dengan aturan
dan ketentuan yang berlaku, dan segala sesuatunya itu dikaitkan dengan
pertanggungjawaban atas segenap aspek kehidupannya di dunia terhadap kehidupan di
akhirat kelak.
Dengan demikian, diharapkan proses konseling ini dapat menimbulkan perubahan
perilaku pada klien sehingga dirinya dapat mencapai kriteria manusia ideal diantaranya,
manusia yang memiliki pendirian yang matang, tangguh, dinamis, kemampuan sosialnya

3 Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, hlm. 43

9
luas, bersemangat, nilai kesusilaannya tinggi, serta keimanan dan ketakwaannya kepada
Tuhan Yang Maha Esa.

D. Karakteristik klien
Semua individu yang diberi bantuan professional oleh seorang konselor atas
permintaan dia sendiri atau atas permintaan orang lain, dinamakan klien. Ada klien yang
datang atas kemauan sendiri, karena dia membutuhkan bantuan. Dia sadar bahwa dalam
dirinya ada suatu kekurangan atau masalah yang memerlukan bantuan seorang ahli. Akan
tetapi ada pula individu yang tidak sadar akan masalah yang dialaminya, karena
kurangnya kesadaran diri. Dia mungkin dikirim kepada konselor oleh orang tua atau
gurunya. Namun secara umum kalau klien sudah sadar akan diri dan masalahnya maka
dia mempunyai harapan terhadap konselor dan proses konseling yaitu supaya dia tumbuh,
berkembang, produktif, kreatif, dan mandiri. Harapan, kebutuhan, dan latar belakang
klien akan menentukan terhadap keberhasilan proses konseling.4
Erhamwilda (2009) menyebutkan beberapa karakteristik klien Islami, yaitu:5
1. Klien yang dibantu melalui konseling Islami adalah klien yang beragama
Islam atau non-muslim yang bersedia diberi bantuan melalui pendekatan yang
menggunakan nilai-nilai Islam.
2. Klien adalah individu yang sedang mengalami hambatan/masalah untuk
mendapatkan kebahagiaan hidup (ketentraman).
3. Klien secara sukarela/didorong untuk mengikuti proses konseling.
4. Klien adalah seorang yang berhak menentukan jalan hidupnya sendiri, dan
akan bertanggungjawab atas dirinya setelah baligh/dewasa untuk kehidupan
dunia maupun akhiratnya.
5. Pada dasarnya setiap klien adalah baik, karena Allah SWT telah membekali
setiap individu dengan potensi berupa fitrah yang suci untuk tunduk pada
aturan dan petunjuk Allah Yang Maha Esa.

4 Sofyan S. Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2009), cet. 4, hlm. 111.
5 Erhamwilda, Konseling Islami (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), cet. 1, hlm. 116.

10
6. Ketidaktentraman/ketidakbahagiaan klien dalam hidupnya umumnya
bersumber dari belum dijalankannya ajaran agama sesuai tuntunan al-Qur’an
dan Hadits, sehingga perlu didiagnosis secara mendalam bersama klien.
7. Klien yang bermasalah pada hakekatnya orang yang membutuhkan bantuan
untuk memfungsikan jasmani, qolb, a’qal, dan basyirohnya dalam
mengendalikan dorongan hawa nafsunya.

Lesmana (2005) membandingkan karakteristik klien dalam dua sisi, yaitu


karakteristik klien sukses dan karakteristik klien kurang sukses. Yang termasuk
dalam karakteristik klien sukses ini adalah klien yang memiliki ciri-ciri YAVIS
(Young, Attractive, Verbal, Intelligent, Successful). Adapun yang termasuk dalam
karakteristik klien kurang sukses adalah yang memiliki ciri-ciri HOUND
(Homely, Old, Unintelligent, Non-verbal, Disadvantaged) atau DUD (Dumb,
Unintelligent, Disadvantaged).6

6 Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik, hlm. 51.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Semua individu yang diberi bantuan profesional oleh
seorangkonselor atas permintaan dia sendiri atau atas permintaan orang
lain, dinamakan klien. Ada klien yang datang atas kemauan sendiri, karena
dia membutuhkan bantuan. Dia sadar bahwa dalam dirinya ada suatu
kekurangan atau masalah yang memerlukan bantuan seorang ahli. Setelah
kita memahami klien dengan latar belakangnya, maka selanjutnya kita aka
memahami pula aneka ragam atau jenis klien. Jikaseorang klien datang
kepada konselor tentu ada maksud yang terkandungdi dalam
hatinya.Untuk menghadapi klien menentang, terpaksa, dan enggan
perludiadakan negosiasi sebelum konseling yang sebenarnya. Beberapa
faktoryang menyebabkan klien itu terpaksa, enggan dan menentang
adalahsebagai akibat sistem organisasi seperti sekolah yang amat disiplin
dantidak demokratis. Sebagai contoh banyak siswa yang didatangkan
guruatau wali kelas secara paksa kepada pembimbing.

B. Saran
Pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih kurang dari kata
sempurna, untuk itu pemakalah harap ada kritikan yang membangun dari
pihak pembaca untuk meningkatkan kualitas makalah yang saya buat
karena kurangnya refensi dari makalah. Dan semoga makalah ini bisa
membawa manfaat bagi kita semua khususnya bagi pemakalah selaku
pembuat makalah untuk bisa mengetahui betapa pentingnya mengetahui
karakteristik klien.

12
DAFTAR PUSTAKA

Erhamwilda. 2009. Konseling Islami. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hikmawati, Fenti. 2012. Bimbingan Konseling. Jakarta: Rajawali Press.

Lubis, Namora Lumongga. 2013. Memahami Dasar-Dasar Konseling


dalam Teori dan Praktik. Jakarta:KENCANA Prenada Media Group.
Salahudin, Anas. 2012. Bimbingan dan Konseling. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Willis, Sofyan S. 2009. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung:


Penerbit Alfabeta.

13

Anda mungkin juga menyukai