NIM : 21/487141/PKG/01543
Prodi : S2 IKG Minat MKGPP Semester 2
Mata Kuliah : Sosiologi Kesehatan
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Partini, SU
Chapter 7
The modern and the postmodern in health promotion
Dunia modern dan modernisasi awalnya dibedakan dari tradisional atau dunia yang
kuno oleh ahli teori sosial. Dunia tradisional dahulu dikontrol dan distabilkan oleh agama
dan sihir/magic. Namun, perbedaan jelas pada dunia modern yang didominasi oleh
rasionalitas dan sains. Sementara dunia postmodernisasi mengacu pada gerakan dan ide
terhadap asumsi modernisasi bahwa pengetahuan dan sains mungkin dapat disatukan
secara methodologi dan epistemologi dengan landasan utama kebenaran, fakta, mortalitas
yang mungkin dapat ditemukan. Modernitas merupakan habitat normal dari sains yang
diterapkan pada masalah fisik atau sosial. Sementara postmodernitas mengacu pada dunia
estetika, dekonstruksi tatanan sosial konvensional, dan eksperimentasi dalam budya, seni,
dan kehidupan.
A. Promosi Kesehatan, Postmodernisasi, dan sisa modernisasi
Postmodernisme memiliki hubungan dengan promosi kesehatan baik dalam
teori maupun praktiknya. World Health Organization (WHO) mendefinisikan sehat
sebagai keadaan utuh seseorang secara fisik, mental, dan sosial. Definisi ini
mengatur motif postmodern asli yang menghilangkan perbedaan Kantian antara ilmu
pengetahuan, seni, dan mortalitas. Promosi kesehatan didasarkan pada konsep
sosial dari sehat itu sendiri, tidak secara medis atau pandangan mekanisme
mikrobiologi pada penyakit.
Laporan Lalonde (1974) dalam pergerakan promosi kesehatan menyebutkan
bahwa determinan kesehatan jauh lebih besar daripada umlah perawatan,
pelayanan kesehatanm pengetahuan ilmiah, dan birokrasi. Determinan kesehatan
secara umum menjadi lebih penting dari pada pelayanan kesehatan. Laporan The
Lalonde juga mengusulkan gagasan di bidang kesehatan (lingkungan, gaya hidup, dan
biologi) sebagai determinan/penentu kesehatan. Bidang kesehatan tersebut meliputi
lingkungan, gaya hidup, dan biologi.
Statement utama selanjutnya dari Deklarasi Alma Atta tahun 1977
menjelaskan bahwa pertama pemerintah memiiki tanggung jawab atas kesehatan
masyarakatnya, kedua bahwa seseorang memiliki tanggung jawab dan kewajiban
atas kesehatannya, dan terakhir pemerintah dan tenaga kesehatan berkewajiban
untuk memberikan informasi kesehatan untuk individu agar mereka bertanggung
jawab atas kesehatan mereka.
Landasan selanjutnya dari promosi kesehatan adalah Ottawa Charter. Dalam
Ottawa Charter promosi kesehatan didefinisikan sebagai menyatakan bahwa
promosi kesehatan merupakan upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga
mereka mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
sendiri. Ottawa Charter menyebutkan terdapat lima sarana yang dapat mewujukan
terselenggaranya promosi kesehatan yaitu, membangun kebijakan kesehatan
masyarakat, membuat lingkungan yang suportif, menguatkan aksi dari komunitas
(community empowerment), mengembangkan skill personal/individu, dan
reorientasi pelayanan kesehatan.
Dalam pertemuan besar di Adelaide tahun 1988 menghasilkan pernyataan
konsensus yang mendeskripsikan kebijakan kesehatan masyarakat bahwa
menggunakan kebijakan publik untuk mencapai kesetaraan di bidang kesehatan
akan melibatkan berbagai departemen pemerintah termasuk pertanian, pendidikan,
kesejahteraan sosial, perumahan dan ekonomi. Oleh karena itu untuk menciptakan
dukungan yang luas tersebut sistem politik yang inovatif akan memperlihatkan efek
negatif dan positifnya dalam sektor kesehatan selain pelayanan kesehatan.
Promosi kesehatan dapat dilihat sebagai politik baru (new politics) untuk
meningkatkan kesehatan dengan cara menggabungkan antara sains dan birokrasi
dalam negara. Dalam promosi kesehatan menekankan pada pemberdayaan dan
perhatian kepada komunitas. Hal tersebut memiliki nada yang sama dengan
postmodern. Dalam wacana/ceramah postmodernisasi masih terdapat sisa-sisa dari
modernisasi. Pendekatan dalam promosi kesehatan yang digunakan oleh WHO
khususnya, dan oleh lembaga promosi kesehatan lokal dan nasional khususnya,
masih mengacu pada teknis, ilmiah, dan praktik oleh pakar. Pernyataan tersebut
menunjukkan bahwa promosi kesehatan didasarkan pada keterlibatan atau
pemberdayaan masyarakat. Namun, keadaan sebaliknya bahwa banyak pakar yang
masih mengontrol promosi kesehatan padahal telah dijelaskan bahwa promosi
kesehatan seharusnya menekankan pada pemberdayaan masyarakat.
Ketergantungan terhadap ahli tersebut merupakan modernisasi. Oleh karena itu,
diperlukan pengetahuan yang sesuai untuk permasalahan tersebut yang tidak
membuat komunitas terpinggirkan, tetapi lebih memberdayakan komunitas.
B. KRITIK
Memang sulit untuk mewujudkan promosi kesehatan yang tanpa pergerakan
langsung oleh para ahli. Memberdayakan masyarakat agar dapat mengetahui
masalah kesehatan dan mencari solusi bagi kesehatan mereka sendiri akan terlalu
sulit. Sains (termasuk ilmu sosial) tetap menjadi inti dari kesehatan masyarakat dan
promosi kesehatan. Para ahli tetap akan memegang kendali akan pemberdayaan
pada promosi kesehatan.
Ilmu sosial didasarkan pada bagaimana sistem berpikir. Seperti ahli fisika
melihat molekul atau atom, dokter meneliti tubuh manusia, mereka menggunakan
sistem dan struktur untuk melihat apa yang mereka lihat. Hampir semua paradigma
dalam ilmu sosial didalamnya tekandung pengertian yang sistemik. Ilmuwan sosial
berfokus pada kerusakan sistem, sama halnya juga dengan ilmuwan lain. Fokus
mereka pada pasar yang tidak sempurna, disfungsi dalam organisasi, patologi sosial
dalam grup, dll. Model kesehatan sosial tidak berbeda dari model kesehatan medis.
Dalam model kesehatan medis patogennya adalah mikroba atau virus, sementara
dalam model kesehatan sosial patogennya adalah kemiskinan, pengangguran, dan
ketidakberdayaan.
Dalam upaya menekankan model kesehatan sosial dalam promosi kesehatan
ilmu sosiologi sangat berperan didalamnya. Diatas pemikiran sistemik secara sains
dan pemikiran bahwa sistem dapat diubah dengan mengubah kesadaran bahwa
sistem tersebut dapat diubah. Dengan kata lain, sistem bukan hal yang nyata tetapi
sebagai sarana untuk mencapai tujuan sosial. Kesalahan dalam banyak promosi
kesehatan adalah bahwa sistem direifikasi. Ini digambarkan sebgagai tindakan orang-
orang dengan cara yang sangat deterministik. Pengangguran menyebabkan buruknya
kesehatan dan kemiskinan pun menyebabkan penyakit. Masyarakat (sistem terbesar
dari semuanya) dianggap bersalah. Sistem ini bekerja dengan cara merugikan
kelompok tertentu. Masyarakat tersebut merupakan korban dari suatu sistem,
bukan hasil dari manusia yang berpikir dan bertindak. Memang banyak studi yang
menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengangguran dan penyakit, namun
untuk mengatakan bahwa orang miskin atau pengangguran akan menjadi sakit
tersebut tergantung pada karakteristik individu. Banyak stategi preventive medicine
yang membuat intervensi masa untuk mengurangi populasi orang dengan penyakit
jantung koroner, tetapi memiliki efek pada individu yang diabaikan. Merupakan ironi
yang menyenangkan bahwa masyarakat menyebabkan penyakit harus berakhir pada
posisi epistemologis yang persis sama dengan para ahli epidemiologi kesehatan
masyarakat yang sering mereka benci.
Menjadi sehat merupakan sesuatu yang baik, bukan karena tidak adanya rasa
sakit atau penderitaan, namun karena kesehatan itu adalah hal yang fundamental.
Kesehatan kemudian dirumuskan sebagai hak asasi manusia. Dalam pengertian ini,
kesehatan telah berkembang diluar kendali. Terlepas dari definisi ilmu dan
kedokteran, penyakit telah menjadi komoditas, seperti semua komoditas yang
tersedia di pasar. Jika individu dan komunitas tidak memilikinya, maka ini pasti
merupakan kesalahan seseorang dan tergantung pada posisi politik seseorang
pemerintah atau masyarakat (kesehatan sebagi hak) atau pasar yang tidak sempurna
(kesehatan sebagai komoditas). Dalam prinsip normatif dan pernyataan politik,
kesehatan dapat menjadi cara untuk menyerang lawan politik seseorang. Kesehatan
didefinisikan sebagai kekuatan besar yang membebaskan. Hal ini terkait dengan
kekuasaan dan dominasi atau pengaturan sosial ekonomi.
D. KESIMPULAN
Kritik paling kuat dari promosi kesehatan datang dari sudut pandang politik
yang bertentangan. Di satu sisi, sayap kanan radikal telah mengecam promosi
kesehatan dengan berbagai alasan yang mencakup antilibertarianisme, mentalitas
negara pengasuh, campur tangan dengan operasi kekuatan pasar bebas, rekayasa
sosialnya, posisinya dalam liberalisme kelas menengah, dan seterusnya. Berbagai
kritikus yang berpikiran sama telah menemukan kesalahan pada prinsip-prinsip
kesehatan untuk semua, promosi kesehatan dan sebagainya.
Di sisi lain, kritik yang sama tajamnya berasal dari penulis sayap kiri yang
menunjukkan bahwa semua keinginan tentang transformasi perilaku dan sistem
Utopian telah kehilangan poin paling mendasar tentang distribusi penyakit di
masyarakat. Hal tersebut karena adanya gradien kelas sosial yang tajam dan
ketidaksetaraan status sosial, kekayaan, dan kekuasaan. Masalah ini merupakan
masalah struktural, dimana kebiasaan diet, konsumsi alhokol, dan keamanan sex
dianggap sebagai masalah utama. Padahal kesehatan dan penyakit merupakan
produk dari perbedaan sosial, dan harus ada upaya nyata yang dilakukan untuk
mengatasi penyakitnya, bukan gejalanya.
Masalah utama seperti yang kita lihat adalah gerakan promosi kesehatan
sekarang menjadi gerakan politik. Dalam promosi kesehatan keinginan bebas (free
will) menjadi prinsip dasar yang tertanam dalam gagasan pemberdayaan dan
fasilitasi, ketika saat yang bersamaan juga mendefinisikan struktur sosial bertindak
atas orang-orang dengan cara yang deterministik. Menjadi hal yang sulit untuk
menjelaskan perilaku masyarakat yang tertindas. Maksud disini adalah pada
determinasi sosial antar kelompok yang tertindas sambil mempertahankan gagasan
tentang kehendak kebebasan untuk kelompok yang tidak tetindas (seperti promotor
kesehatan). Secara empirik, hal tersebut mungkin dapat terjadi. Namun, secara teori
dan epistemologi hal tersebut tidak dapat terjadi. Namun, dalam pergerakan
promosi kesehatan menginginkan keduanya.
Dalam teori sosial modern beberapa hal diupayakan untuk menemukan
adanya interaksi antara keduanya (determinasi dan free will). Gagasan Giddens
tentang struturasi bahwa struktur dan agensi dapat disatukan untuk memberikan
penjelasan yang menyeluruh tentang perilaku manusia. Teori tersebut dapat
diringkas bahwa manusia ada di dunia fisik dan sosial yang terstruktur dalam
berbagai cara. Struktur-struktur tersebut menetapkan tentang apa yang dapat dan
mungkin dicapai pada saat tertentu. Akan tetapi, struktur sosial tidak bersifat fisik.
Mereka akan ada ketika di ekspresikan, dipelihara, dan direproduksi. Struktur
tersebut merupakan struktur bahasa dan ceramah/wacana yang menyediakan
pengetahuan yang dapat dioperasikan oleh manusia. Struktur ini menyediakan tata
bahasa atau kosa kata dari makna dan asumsi yang diterima begitu saja yang
membatasi tindakan dan perilaku manusia. Manusia adalah pembuat takdir mereka
sendiri dan dibatasi dengan takdir yang telah ditentukan.
Promosi kesehatan dapat menjadi refleksi dari teori Giddens dan berusaha
mengembangkan alat rekonsiliasi dan pemahaman perilaku manusia dalam
kontribusinya terhadap sosiologi. Agen manusia (piliha, imajinasi, dan kecerdikan)
penting dalam memahami dan memprediksi perilaku manusia, namun hal itu tidak
cukup. Pemahaman yang cukup tentang struktur sosial dan bagaimana hal tersebut
mengenai kehiudpan mereka. Analisis tersebut dinamis dan timbal balik tersebut
menjadi inti dari promosi kesehatan.
Promosi kesehatan yang sekarang penuh dengan kontadiksi dalam teori dan
praktiknya. Keadaan ini diperburuk oleh karakteristik semangat moral dari lapangan
yang hanya berfungsi untuk merusak refleksi. Hasilnya adalah kegagalan untuk
menghadapi kritik.