Anda di halaman 1dari 11

Sosiologi Kesehatan

Chapter 5. Stuck between health-related and socioeconomic


risks. Managing the pandemic in India.

Cintya Dyah Ayu Saputri


21/487141/PKG/01543

C I N T YA DYA H AY U S A P U T R I
Introduction
Jumlah orang yang terkonfirmasi Covid-19 tertinggi di
Asia, tertinggi kedua kasus terkonfirmasi Covid-19 di
dunia, dan ketiga teratas kasus kematian terkait
Covid-19 di dunia.
Pandemi Covid-19 menyebakan banyak dampak pada
situasi politik dan struktur sosial.
Cara paling kuat yang sudah diterapkan oleh banyak
negara di dunia adalah dengan lockdown parsial atau
lockdown penuh sampai penurunan curva dan
tersedianya vaksin Covid-19.
Tetapi, tidak semua negara di dunia dapat
mengaplikasikan cara tersebut.
BACKDROP FOR
ANALYSIS • Agama sebagai kriteria keweganegaraan
di bawah hukum India  CAA (Citizenship
Amandement)
• Terjadi protes besar-besaran
• Ekonomi India tidak berjalan baik
• Tingkat pengangguran masih tertinggi
• Demonetisasi, pajak barang dan jasa 
memperburuk situasi
Managing pandemics, managing lives
Anggapan serius pemerintah India terhadap virus Covid-19
 konfigurasi kesehatan masyarakat dan penyusunan
infrastruktur di negaranya LOCKDOWN
Mengingat kompleksitas sosial di India, kebijakan pemerintah menyebabkan jutaan
orang, khususnya orang miskin, berjuang di berbagai sektor informal untuk
memenuhi kebutuhannya dan menanggung beban atas kebijakan lockdown

Secara signifikan orang-orang yang Mereka berfikiran bahwa kebijakan kontrol sosial oleh pemerintah ini
terpinggirkan mempunyai presepsi menimbulkan resiko pengangguran. Kebijakan yang seharusnya
sendiri tentang resiko Covid-19 mencegah mereka dari penyakit dan riskio malah akan memberi resiko
pada mereka sendiri.
POLITICS OF LIFE
Presepsi masyarakat di India bahwa faktanya mereka mempunyai risiko pengangguran
yang lebih tinggi dan lockdown meningkatkan risiko akan kelaparan
Masyarakat menengah atas melarang pembantu rumah tangga, pengasuh, dan
pengemudi berkerja di tempat mereka.
Presepsi risiko masyarakat pedesaan maupun perkotaan tidak terlalu berpengaruh
terhadap pengambilan kebijakan covid-19. Namun, presepsi segelintir elit terhadap
Covid-19 mempengaruhi kebijakan kontrol sosial dan implementasinya yang tidak
dilakukan dengan investigasi terhadap kemungkinan risiko ekonomi
Perbedaan presepsi akan menciptakan perselisihan antara pemangku kebijakan yang
seharusnya bertindak bersama dan berkolaborasi untuk mencapai hasil kesehatan yang
lebih baik.
Whose lives, whose
sacrifices?
Bagaimanakah lockdown akan mengubah kehidupan dan cara hidup,
kususnya realtas etnografi?
Orang-orang dari komunitas yang terpinggirkan tidak memiliki banyak pilihan antara
mengatasi penyakit dan mata pencaharian mereka
Lockdown juga mengurangi kesempatan masyarakat migrasi dari Sundarband ke urban
area di Kolkata untuk mendapatkan pekerjaan
Masyarakat di pedesaan dan perkotaan menjadi pengangguran jika pekerjaan
dihentikan dan mulai menunggu dimulainya kembali pekerjaan
Warga bahkan kesulitan untuk mengambil air minum dari keran darurat di pinggir jalan
PROTECTING Muncul ketakutan middle class family akan infeksi Covid-19
yang ditularkan oleh pekerja rumah tangga mereka sehingga
LIVES, mereka harus melakukan pekerjaan rumah tangga mereka
sendiri

PROTECTING Pengasingan sosial tersebut menjadikan warga migran


menjadi pengangguran dan tidak punya penghasilan.
LIVELIHOODS Orang-orang migran lebih rentan
pengangguran, bahkan kelaparan.
terhadap virus,

Para migran di pinggiran kota Pandemi Covid-19 ini menimbulkan ketidaksetaraan.


memperoleh mata pencaharian dengan Pandemi ini juga menimbulkan korupsi pada pendistribusian
mengandalkan pekerjaan rumah tangga bantuan di Bengal Barat.
di lingkungan perkotaan Kelas istimewalah yang akan diuntungkan dengan
mengorbankan kelas yang kurang beruntung
Namun, keterkaitan dan ketergantungan
antara kelas menengah dengan migran Kelas yang kurang mampu telah kehilangan mata
pencaharian mereka di berbagai sektor informal, yang
ini berhenti sejak adanya pandemi sebagian besar sekarang diformalkan atas nama dari
Covid-19 dan lockdown di India regularisasi
POWER, AUTONOMY, AND RIGHTS
Strategi dan inisiatif pemerintah India dalam melawan pandemi mengistimewakan kelas
hegemonik dengan mengorbankan kelas subaltern (petani, buruh, dan pekerja).
Kehidupan kelas-kelas lain sebagian besar telah diabaikan tidak hanya dari segi
kemanusiaan tetapi juga dari segi hukum
Medikalisasi masyarakat tidak hanya menggerogoti hak-hak hukum kelas-kelas yang
kurang mampu tetapi juga meningkatkan hak-hak istimewa yang ada dari kelas-kelas
kaya dengan bantuan hukum
Permasalahan ini mendorong sebagian orang rentan ke risiko yang lebih besar.
COMPARISON
Sementara India memilih lockdown, pemerintah

INDONESIA Indoensia memilih penggunaan PSBB (Pembatasan


Sosial Berskala Besar).
Indonesia melakukan berbagai upaya agar penyebaran
virus bisa ditekan semaksimal mungkin. Luasnya wilayah
Indonesia, dengan jumlah populasi yang tidak sedikit
membuat pemerintah Indonesia secara bertahap
memberlakukan pembatasan aktivitas serta penutupan
akses wilayah. Pilihan bersebrangan dilakukan oleh India
yang secara mendadak melakukan retriksi total.
Berbeda dengan India, pemerintah Indonesia lebih
memilih diterapkannya physical distancing. Walaupun
sudah banyak seruan dari berbagai pihak untuk
melaksanakan karantina wilayah, namun pemerintah
Indonesia mempertimbangkan kondisi ekonomi,
geografis, kultural, dan sosiologi masyarakat Indonesia
Indonesia tergolong terlambat merespon situasi krisis. Jika dilihat dari perspektif
komunikasi publik, Indonesia sempat melakukan hal gegabah dengan pernyataan-
pernyataan simplikatif dari para pejabat publik. Misalnya saja klaim jika Indonesia sebagai
satu-satunya negara yang tidak terinfeksi, atau kampanye jamu sebagai penangkal obat.
Berbeda dengan pemerintah India yang langsung merespon Covid-19 sebagai suatu
pandemi.
Penerapan lockdown di India secara ketat memang membawa dampak pada pengurangan
penularan virus korona dan jumlah kasus yang dilaporkan. Pemberlakukan karantina
wilayah di India secara mendadak dan minim persiapan telah menimbulkan krisis
kemanusiaan. Keputusan tersebut berimbas kepada rayat miskin di India. Rakyat yang
berisiko terkena infeksi virus Covid-19 berisiko juga mengalami kelaparan dan pengangguran
Baik Indonesia dan India memiliki fatalitas kesehatan yang terbatas jika dibandingkan
dengan jumlah penduduk. Walaupun begitu, jumlah testing di Indonesia kalah jauh dengan
yang sudah dilakukan oleh India. India menjadi negara dengan kasus konfirmasi Covid-19
tertinggi di Asia.

Anda mungkin juga menyukai