Anda di halaman 1dari 2

Mata Kuliah : Promosi Kesehatan Intermediet (PHS 1801115)

Kelas :B

Pengampu : Dr.drg. Ella Nurlaella Hadi, M.Kes

Nama Mahasiswa : Syafiah Amalina Nasution

NPM : 2106677281

Kelompok : 5 (Lima)

Social Construction of Health and Health Promotion (Rangkuman hal 46-47)

Kontruksionisme sosial adalah kerangka kerja konseptual yang memahami berbagai


hal dimana penekanannya adalah pada bagaimana makna dari suatu fenomena tidak melekat
pada fenomena itu sendiri, melainkan diciptakan melalui interaksi dan dialog antara individu
dalam konteks sosial tertentu (Gergen,1999). Sebaliknya Berger dan Luckmann (1966),
berpendapat bahwa kontruksionisme sosial adalah sebuah pemahaman yang memisahkan
realitas sosial dan pengetahuan yang merupakan suatu produk yang dibangun atau dihasilkan
oleh proses sosial, sejarah, politik dan proses budaya.

Fenomena yang pernah terjadi ialah adanya pemahaman bahwa perempuan hanya
boleh memiliki pekerjaan dengan upah yang rendah sehingga menyebabkan para perempuan
tidak memiliki kesempatan untuk melatih, meningkatkan kualitas dan mempromosikan diri.
Pendapat tersebut menunjukan bahwa pengelompokan gender dibangun secara sosial, dengan
demikian peran, kemampuan, dan tugas pada jenis kelamin tertentu dibentuk oleh norma-
norma yang diterima secara umum. Fenomena lainnya, ialah adanya sejarah panjang dimana
orang-orang Afrika kulit hitam dianggap berbeda dan diperalat untuk mendukung proyek-proyek
politik seperti perbudakan, imperialisme, kebijakan anti-imigrasi, dan gerakan eugenika.

Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut, kontruksionisme sosial sangat penting untuk


diterapkan, tujuannya adalah untuk mengubah cara pandang masyarakat dengan cara memisahkan
realitas sosial dan pengetahuan. Pada konteks Kesehatan, kontruksionisme sosial juga penting untuk
diterapkan. Hal ini dikarenakan banyaknya orang “awam” memiliki pandangan yang berlawanan
dengan “ahli” yang memiliki pelatihan dalam praktik, keterampilan, dan disiplin akademis tertentu.
Misalnya, beberapa kelompok budaya mungkin menganggap menstruasi perempuan sebagai tanda
penyakit, yang berhubungan dengan moral, spiritual dan dianggap najis. Akibatnya, selama
menstruasi terdapat pantangan yang harus dihindari. Padahal menstruasi merupakan tanda kesehatan
dan kesuburan bagi wanita. Rangkaian praktik tersebut dianggap sebagai pandangan yang “alami” dan
“benar” dalam masyarakat itu sendiri. Dari sudut pandang konstruksionis sosial, kita dapat
menganggap “kebenaran” ini sebagai pengetahuan yang diproduksi secara sosial yang harus
diperbaiki.

Anda mungkin juga menyukai