PENDAHULUAN
baik untuk alat pengoperasian, maupun industri yang memroduksi logam sebagai
produk utamanya semakin meningkat. Salah satu logam berat yang sering digunakan
adalah tembaga (Cu2+) untuk pembuatan uang logam, alat penukar panas, maupun
untuk kabel listrik (Eisler, 2007). Industri-industri tersebut akan menghasilkan limbah
Agency (EPA) kadar tembaga (Cu2+) maksimum dalam air limbah adalah sebesar 1,3
berat tembaga (Cu2+) maksimum yang diperbolehkan dalam air sebesar 1,5 mg/L
terkandung dalam bebatuan. Polusi yang disebabkan oleh logam tembaga berasal dari
gangguan dan penyakit pada otak, kulit, hati, pankreas, miokardium, gangguan pada
usus, kerusakan ginjal, dan anemia. Selain itu, dapat menyebabkan keracunan, seperti
muntah, kejang, tegang, bahkan kematian. Oleh karena itu, pengolahan limbah yang
mengandung logam berat sangat diperlukan, yang umumnya dapat dilakukan melalui
1
ultrafiltrasi, dan adsorpsi. Dari seluruh metode tersebut, adsorpsi merupakan metode
yang paling sederhana dan efektif untuk mengolah limbah logam berat. Keunggulan
dari metode adsorpsi adalah dalam pengolahannya tidak terbentuk lumpur dan relatif
2014).
Kerang merupakan salah satu hasil laut yang melimpah di Indonesia. Kerang
memiliki beberapa kegunaan, salah satunya adalah diolah sebagai makanan, sehingga
cangkang kerang yang merupakan bahan sisa produksi makanan dapat menimbulkan
limbah yang cukup banyak. Pemanfaatan cangkang kerang masih sedikit seperti
makanan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat, karena mengandung protein dan
lemak. Jenis kerang yang sering menjadi konsumsi masyarakat, yaitu kerang hijau
placenta).
dilindungi oleh cangkang yang keras. Bekicot mudah ditemukan di banyak tempat,
Karakteristik cangkang bekicot dan cangkang kerang baik secara fisik maupun
kimia relatif sama. Cangkang ini tersusun atas senyawa yang sama berupa kalsium
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Shinta Marito siregar
(2009) terhadap serbuk cangkang kerang yang hasilnya cukup baik menjerap logam
2
berat, pada penelitian ini ingin melihat potensi cangkang kerang sebagai adsorben,
karena abu cangkang kerang terdiri atas senyawa yaitu 7,88% SiO 2, 1,25% Al2O3,
0,03% Fe2O3, 66,70% CaO, dan 22,28% MgO (Shinta Marito Siregar, 2009).
cukup tinggi sehingga abu cangkang berpotensi sebagai adsorben. Kalsium oksida
merupakan senyawa kimia yang banyak digunakan untuk dehydrator, pengering gas
dan pengikat CO2 pada cerobong asap. Kalsium oksida merupakan senyawa turunan
dari senyawa kalsium karbonat. Senyawa ini mampu mengikat air pada etanol karena
serap CaO terhadap air dalam etanol sebesar 99%. Pada studi ini, akan dipelajari
pengaruh kemampuan penjerapan berbagi macam abu cangkang kerang dan bekicot,
jenis abu cangkang. (kerang darah, kerang simping, kerang hijau, dan
bekicot)
3
1.3 Tinjauan Pustaka
Cangkang kerang darah memiliki belahan yang sama melekat satu sama lain
pada batas cangkang. Rusuk pada kedua belahan cangkangnya sangat menonjol.
Setiap belahan Cangkang memiliki 19-23 rusuk. Dibanding kerang hijau, laju
pertumbuhan kerang darah relatif lebih lambat. Laju pertumbuhan 0,098 mm/hari.
Untuk tumbuh sepanjang 4-5 mm, kerang darah memerlukan waktu sekitar 6 bulan.
Presentase daging terbesar dimiliki oleh A. granola, yaitu sebesar 24,3 %. Kerang
gonad terjadi pada saat kerang darah mencapai ukuran panjang 18-20 mm dan
berumur kurang dari satu tahun. Adapun pemijahan mulai terjadi pada ukuran 20 mm.
Kerang ini hidup dalam cekungan-cekungan di dasar perairan di wilayah pantai pasir
Jenis kekerangan ini menghendaki kadar garam antara 13-28 g/kg, kecerahan 0,5-2,5
m, dan pH 7,5-8,4.
darah sebagai adsorben untuk menyerap ion timah putih terjadi pada konsentrasi 30
Kerang hijau hidup di laut tropis seperti Indonesia, terutama di perairan pantai
dan melekatkan diri secara tetap pada benda-benda keras yang ada disekelilingnya.
4
Kerang ini tidak mati walaupun tidak terendam selama air laut surut. Kerang hijau
termasuk binatang lunak, mempunyai dua cangkang yang simetris, kakinya berbentuk
Habitat kerang hijau belum diketahui secara merata di perairan Indonesia, namun
dapat dicatat karakteristik perairan yang sesuai bagi budidaya kerang hijau antara lain
suhu perairan berkisar antara 27-37 oC, pH air antara 3-4, arus air dan angin tidak
konsentrasi logam berat seperti Cu dan Pb maka semakin turun kemampuan kerang
hijau untuk mengadsorpsi yaitu pada konsentrasi 46 ppm dengan kecepatan 0,23
pane oyster termasuk dalam filum mollusca. Kerang simping memiliki 2 cangkang
yang bundar, halus, tipis, pipih, serta sedikit transparan. Diameter cangkang dari
spesies ini dapat mencapai 150 mm. Kerang simping mendiami zona litoral, hidup
diatas lumpus atau lumpur berpasir di teluk perairan dangkal (Allan, 1962). Kerang
ini dapat tumbuh secara optimal pada suhu 24,5-30 oC dengan pH 6,4-7,7 dan oksigen
Pada penelitian dari Anna Rejeki Simbolon (2014) kemampuan simping untuk
Kabupaten Tangerang.
5
1.3.4 Bekicot (Achatina fulica)
Bekicot atau Achatina fulica adalah siput darat yang tergolong dalam suku
yang dilindungi oleh cangkang yang keras. Ciri bekicot jenis Achanita fulica biasanya
berkembang biak dengan cepat, sumber makanannya melimpah dan resisten terhadap
penyakit. Cangkang bekicot ini tersusun atas senyawa berupa kalsium karbonat yang
dari kitosan bekicot pada ukuran 250 micron dengan massa 9 gram dapat menyerap
logam Zn dengan konsentrasi awal yaitu 2,59 mg/L menurun menjadi 0,27 mg/L.
biru terang.
150 °C, akan kehilangan dua molekul airnya pada suhu 63 °C, diikuti 2 molekul lagi
pada suhu 109 °C dan molekul air terakhir pada suhu 200 °C. (id.wikipedia.org)
6
1.3.6 Adsorpsi
menjadi terserap dalam suatu permukaan bahan penyerap atau adsorben. Adsorpsi
diserap.
c. Jumlah zat yang diserap tergantung temperatur, semakin jauh jarak antara
Terjadi karena gaya Van der Walls dimana ketika gaya tarik molekul antara
larutan dan permukaan media lebih besar daripada gaya tarik substansi terlarut dan
ini memiliki gaya tarik Van der Walls yang kekuatannya relatif kecil.
Contoh : Adsorpsi oleh karbon aktif. Aktivasi karbon aktif pada temperature
yang tinggi akan menghasilkan struktur berpori dan luas permukaan adsorpsi yang
besar. Semakin besar luas permukaan, maka semakin banyak substansi terlarut yang
7
2. Chemisorption (Adsorpsi Kimia)
yang disisihkan.
a. Luas permukaan
Semakin luas permukaan adsorben, maka makin banyak zat yang teradsorpsi.
Luas permukaan adsorben ditentukan oleh ukuran partikel dan jumlah dari adsorben.
b. Jenis adsorbat
kemampuan tarik menarik terhadap molekul lain dibandingkan molekul yang tidak
8
Hidroksil dan amino mengakibatkan mengurangi kemampuan penyisihan
d. Konsentrasi Adsorbat
Semakin besar konsentrasi adsorbat dalam larutan maka semakin banyak jumlah
e. Temperatur
penjerapannya menurun.
f. pH
g. Kecepatan pengadukan
terlalulambat maka proses adsorpsi berlangsung lambat pula, tetapi bila pengadukan
terlalu cepat kemungkinan struktur adsorben cepat rusak, sehingga proses adsorpsi
kurang optimal.
h. Waktu Kontak
9
1. tipe biomasa (jumlah dan jenis ruang pengikatan),
pemisahan daging yang melekat pada cangkang lalu dicuci dan dikeringkan,
kemudian cangkang dipotong-potong atau dipecah menjadi ukuran yang lebih kecil.
Cangkang yang sudah bersih dan kering, ditimbang kemudian dipanaskan pada
furnace dengan suhu 800 0C sampai berat konstan. Abu didinginkan dalam desikator
selama 30 menit kemudian ditimbang dan diayak yang lolos pada ayakan 200 mesh
gelas beker sebanyak 0,5 g, kemudian ditambahkan larutan Cu 100 ppm sebanyak 20
ml. Campuran diaduk dan didiamkan selama 24 jam, kemudian disaring dengan kertas
saring whattman 42. Filtratnya dianalisis dengan Spektroskopis Serapan Atom untuk
mengetahui penjerapan logam Cu terbaik dari berbagai abu cangkang kerang dan
1. Luas permukaan
Semakin luas permukaan adsorben, maka makin banyak zat yang teradsorpsi. Luas
permukaan adsorben ditentukan oleh ukuran partikel dan jumlah dari adsorben.
Dalam penelitian ini jumlah adsorben divariasikan dengan berat yaitu 2 g; 5 g; dan 10
g.
10
2. Konsentrasi Adsorbat
Semakin besar konsentrasi adsorbat dalam larutan maka semakin banyak jumlah
substansi yang terkumpul pada permukaan adsorben. Pada penelitian ini hanya
menggunakan satu variable konsentrasi yaitu sebesar 100 ppm larutan Cu.
3. Temperatur
4. Kecepatan pengadukan
Menentukan kecepatan waktu kontak adsorben dan adsorbat. Bila pengadukan terlalu
lambat maka proses adsorpsi berlangsung lambat pula, tetapi bila pengadukan terlalu
cepat kemungkinan struktur adsorben cepat rusak, sehingga proses adsorpsi kurang
optimal.
5. Waktu Kontak
pada waktu kesetimbangan. Waktu kontak yang digunakan pada penelitian ini adalah
selama 24 jam
11
1.5 Hipotesis
1. Pada penjerapan larutan Cu dengan adsorben abu cangkang kerang, jenis kerang
logam Cu, semakin luas permukaan adsorben, maka makin banyak zat yang
teradsorpsi. Luas permukaan adsorben ditentukan oleh ukuran partikel dan jumlah
dari adsorben.
12
BAB 2
PELAKSANAAN PENELITIAN
2.1.1 Bahan
2. CuSO4.5H2O padat
3. Air (H2O)
2.1.2 Alat
2. Furnace
4. Sendok
5. Gelas Beker
6. Stopwatch/Timer
7. Timbangan Analitik
8. pH meter
13
2.1.3 Gambar Alat
14
Bahan baku yang di gunakan dalam penelitian ini adalah limbah cangkang
kerang dan bekicot. Proses pembuatan abu cangkang di awali pencucian dan
Cangkang kerang dan bekicot yang sudah bersih dan hancur ditimbang
kemudian dipanaskan pada furnace dengan suhu 800 oC selama 9 jam. Abu di
dinginkan dalam desikator selama 30 menit dan diayak yang lolos pada ayakan 200
mesh dan disimpan dalam desikator. Hasil ayakan di timbang. Menganalisis kadar
CaO yang terkandung dalam abu cangkang kerang dan bekicot. (G. Afranita, 2014).
Membuat larutan Cu dengan konsentrasi 100 ppm dari 0,25 gram padatan
2.2.4 Penentuan daya serap abu cangkang kerang dan bekicot terhadap
logam Cu
beker dengan berbagai variasi berat, kemudian ditambahkan larutan Cu 100 ppm
sebanyak 20 ml. Campuran diaduk dan didiamkan selama 24 jam, kemudian disaring
15
2.3 Bagan Cara Kerja
Bahan Baku
(Cangkang Kerang dan Bekicot)
Spectrophotometry (AAS).
Analisis filtrat yang terserap oleh abu cangkang kerang dan bekicot
kalibrasi
m A - m A0
Kadar penjerapan Cu = x100 %
mB
mA = massa filtrat
17
mB = massa adsorben
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data di atas didapat kadar Ca terbesar terkandung pada Kerang Hijau
sebesar 38,64033 ppm
18
Tabel 2. Hasil pengukuran filtrat tiap variasi jenis kerang dan bekicot
Hasil pengukuran (ppm) Rata-rata Massa Cu
(ppm) dalam Filtrat
No. Bahan I II III
(mgram)
Tabel 3. Kadar Cu dalam adsorben tiap variasi jenis kerang dan bekicot
Massa Cu Massa Cu Massa Cu Kadar Cu dalam
No Jenis Kerang mula-mula dalam filtrat terserap Adsorben Adsorben
. (mgram) (mgram) (mgram)
19
2.02000
Massa Cu Terserap Adsorben
2.00000
1.98000
1.96000
(mgram)
1.94000
1.92000
1.90000
1.88000
0.09600 0.09650 0.09700 0.09750 0.09800 0.09850 0.09900 0.09950 0.10000 0.10050
Kadar Cu dalam Adsorben (%)
Gambar 2. Grafik Hubungan Antara Kadar Cu dalam Adsorben dan Massa Cu Terserap
Adsorben Tiap Variasi Jenis Kerang dan Bekicot
Berdasarkan data di atas didapat kadar Cu dalam filtrat terkecil adalah 0,054
ppm dengan kadar Cu dalam adsorben terbesar adalah 0,09995. Menunjukan
kemampuan penjerapan abu cangkang Kerang Darah paling besar.
Tabel 4. Hasil pengukuran filtrat larutan Cu tiap variasi berat kerang darah
Kerang Darah Hasil pengukuran (ppm) Rata-rata Massa Cu
(ppm) dalam Filtrat
No. (gram) I II III
(mgram)
20
3. 10 0,878 0,878 0,859 0,872 0,00174
12
10
Massa Adsorben (gram)
0
0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2
Hasil Pengukuran Cu (ppm)
Gambar 3. Grafik Hubungan Antara Hasil Pengukuran Cu dan Massa Adsorben Tiap Variasi
Berat Kerang Darah
21
1.985
Massa Cu Terserap Adsorben (mgram)
1.98
1.975
1.97
1.965
1.96
1.955
1.95
1.945
0.01000 0.02000 0.03000 0.04000 0.05000 0.06000 0.07000 0.08000 0.09000 0.10000 0.11000
Kadar Cu dalam Adsorben (%)
Gambar 4. Grafik Hubungan Antara kadar Cu dalam Adsorben dan Massa Cu Terserap
Adsroben Tiap Variasi Berat Kerang Darah
Berdasarkan data di atas didapat konsentrasi Cu dalam filtrat terkecil adalah 0,872 ppm
pada 10 gram adsorben dan kadar Cu dalam adsorben terbesar adalah 0,09801 pada 2
gram. Kemampuan penjerapan abu cangkang kerang darah paling besar pada berat 2
gram.
BAB 4
KESIMPULAN
2. Kemampuan penjerapan abu cangkang Kerang Darah terhadap larutan Cu adalah yang
paling besar.
3. Kemampuan penjerapan abu cangkang kerang darah berdasar konsentrasi Cu dalam
filtrat menunjukkan paling besar pada 10 gram, sedangkan ditinjau dari kadar Cu
dalam adsorben paling besar didapat pada berat 2 gram.
4. Kadar Ca yang terkandung dalam abu cangkang tidak mempengaruhi kemampuan
penjerapan terhadap larutan Cu.
22
DAFTAR PUSTAKA
23
Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau. 2012. Statistic Perikanan Tangkap
Provinsi Riau. Dinas Kelautan dan Perikanan, Pekanbaru.
Direktorat Jendral Perikanan Tangkap. 2012. Statistik Perikanan Tangkap Indonesia,
2011. Kementrian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. ISSN : 1858-0505, Vol 12,
No. 1.
Eisler, R. 2007. Eisler's Encyclopedia of Environmentally Hazardous Priority
Chemicals. Amsterdam: Elsevier Science & Technology Books. page164-169.
G. Afranita, S. Anita, T. A. Hanifah. 2014. Potensi Abu Cangkang Keang Darah
(Anadara Granosa) Sebagai Adsorben Ion Timah Putih. Jurusan Kimia.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Kampus Binawidya.
Pekanbaru.
Hudaya, Rina. 2010. Pengaruh Pemberian Belimbing Wuluh ( Averrhoa bilimbi)
Terhadap Kadar Kadmium (Cd) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Laut
Belawan. Skripsi Ilmu Kesehatan Masyarakat USU, Sumatera Utara.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
Kumiyati, Puspita A. L., dan Kunthi P. 2012. Pemanfaatan Karbon Aktif Arang
Batubara (KAAB) untuk Menurunkan Kadar Ion Logam Berat Cu 2+ DAN Ag+
pada Limbah Cair Industri. Jurnal Reaktor, Vol. 14 No. 1, April 2012, Hal.
51-60. Teknik Kimia. Fakultas Teknik. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Lakherwal, D. 2014. Adsorption of Heavy Metals: A Review. Journal of
Environmental Research and Development, page 41-48.
Maryam, S. 2006. Pengaruh Serbuk Cangkang Kerang Sebagai Filter Terhadap
Sifat-Sifat dari Mortar. Skripsi. FMIPA. USU
No, H. K. Lee, S. H, Park, N.Y dan Meyers, S. P. 2003. Comparison Of
Phsycochemical Binding And Antibacterial Properties Of Chitosans prepared
Without And With Deprotei Ization Process. Journal of agriculture and food
chemistry 51: 7659-7663.
Retno, E. dkk. 2012. Pembuatan Ethanol Fuel Grade Dengan Metode Adsorbsi
Menggunakan Adsorben Granulated Natural Zeolite dan CaO. Spionsium
Nasional RAPI XI FT UMS-2K012. Teknik Kimia. Fakultas Teknik.
Universitas Sebelas Maret.
Simbolon, A. R. 2014. Status pencemaran dan kandungan logam berat pada simping
(Placuna placenta) di Pesisir Kabupaten Tangerang. Program Studi
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.
24
Stevano, V. M. 2016. Pemanfaatan Kitosan dari Limbah Cangkang Bekicot (Achatina
fulica) sebagai Adsorben Logam Berat Seng (Zn). Program Studi Teknik
Kimia. Fakultas Teknik. Universitas Lambung Mangkurat.
Suryono, C. A. 2013. Filtrasi Kerang Hijau Perna viridis terhadap Micro Algae pada
Media Terkontaminasi Logam Berat. Program Studi Ilmu Kelautan. FPIK.
Universitas Diponegoro Semarang.
25
terserap dengan daya serap 0,41
mg/g dan desorpsi sebesar 73,2%.
3. Muqthadin Aqbar Karbon aktif Ion logam Nilai kapasitasadsorpsi adalah
(2013) Sekam Padi 5,26 mg/g dan mengikuti
persamaan orde dua semu dengan
nilai ketetapan laju (k2) 6,405 x
10-3 g.mg-1.menit-1. Energi
adsorpsi ion logam Cu2+ oleh
karbon aktif sekam padi yang
diiradiasi gelombang ultrasonik
yang diperoleh pada tahap I dan II
masing-masing adalah 13,478
kJ/mol dan 6,504 kJ/molsehingga
dikategorikan jenis adsorpsi
fisika.
JURNAL PENELITIAN
26
5 Bekicot
II. PENJERAPAN
1. Mencari penjerapan abu cangkang terbaik pada 2 gram dengan volume larutan
CuSO4 20 ml
2. Mencari penjerapan terbaik dari variasi berat abu cangkang berdasar data yang
diperoleh sebelumnya dengan volume larutan CuSO4 20 ml
27
3 1,5
4 2
5 2,5
3. Mencari penjerapan terbaik dari variasi volume larutan CuSO4 dengan berat abu
cangkang berdasar data sebelumnya
28
29