Anda di halaman 1dari 4

Adaptasi Penyu Hijau terhadap Lingkungannya

Menurut Prihata et al. (2016), penyu merupakan salah satu jenis spesies purba yang hidup
hingga saat ini. Penyu merupakan satwa migran yang seringkali bermigrasi dalam jarak
ribuan kilometer antara tempat daerah makan dan tempat daerah penyu tersebut bertelur.
Menurut Munaroh et al. (2018), penyu lebih banyak menghabiskan hidupnya didalam
perairan atau dilaut. Tetapi apabila saatnya bertelur, induk penyu akan menuju daratan. Induk
penyu akan bertelur dalam waktu siklus 2 sampai 4 tahun sekali. Dalam waktu tersebut
intensitas menuju daratannya sebanyak 4-8 kali untuk mengeluarkan ratusan butir telurnya
didalam pasir yang telah digalinya.

Menurut Juliono dan Ridhwan (2017), didunia ada 7 jenis penyu dan 6 diantaranya terdapat
di indonesia. Jenis-jenis penyu yang ada di indonesia adalah antara lain : Penyu Hijau, penyu
sisik, penyu lekang, penyu belimbing, penyu pipih dan penyu tempayan. Terdapat jenis penyu
yang berbeda dengan lainnya, yaitu penyu belimbing. Penyu tersebut adalah penyu terbesar
dengan berat 600-900 kg. Sedangkan untuk jenis penyu yang terkecil adalah penyu lekang
yang berbobot sekitar 50 kg saja.

Menurut Prihata et al. (20116), penyu merupakan salah satu jenis satwa purba yangmasih
bertahan hingga saat ini. Tentunya penyu akan menyesuaikan lingkungan alamnya dengan
kondisi tubuhnya. Hal ini lakukan agar penyu dapat bertahan dalam komunitasnya. Adapun
penyu yang tidak dapat menyusuaikan lingkungan dengan tubuhnya akan mati. Perubahan
zaman akan mengubah cara penyu untuk beradaptasi pada lingkungannya. Khususnya penyu
harus mampu beradaptasi dengan lingkungan morfologinya. Salah satu jenis penyu yang
mampu bertahan hingga saat ini adalah penyu hijau. Penyu hijau ini juga merupakan salah
satu jenis penyu dari 7 jenis penyu yang ada didunia.

Menurut Andriono dan Mubarak (2011), penyu hijau meruoakan salah satu hewan reptil yang
memiliki kekhasan pada tubuhnya yaitu tempurung punggung yang paling besar dan ukuran
tubuh yang besar. Penyu memiliki cara beradaptasi untuk mampu bertahan terhadap
lingkungannya. Salah satunya adalah dengan migrasi. Sebagian besar hidup penyu dihabisan
dalam perairan atau laut. Kebanyakan jenis penyu laut akan menghangatkan diri dengan
berenang didekat permukaan air. Menurut Juliono dan Ridhwan et al. (2017), penyu hijau
Pasifik Timur biasanya akan naik kedaratan untuk berjemur. Penyu hijau menghabiskan
waktunya sebagian besar didalam air. Namun harus pula menghirup udara untuk melakukan
aktivitasnya. Satwa jenis ini dapat menghirup dan mengeluarkan udara dengan waktu yang
cepat. Penyu hijau dapat berenang dipermukaan air untuk mengambil ksigen untuk bernafas.

Menurut Munaroh et al. (2018), penyu beradaptasi dengan cara makan pada aktivitasnya.
Penyu memiliki alat pencernaan yang keras untu mempermudah dan menghancurkan
makanan yang di makannya. Penyu hijau dewasa tergolong penyu laut herbivora. Makanan
utam penyu hijau adalah lamun atau alga. Baik yang hidup diperairan tropis maupun
subtropis. Menurut Muhammad dan Prasetya (2018), anakan-anakan penyu ini tidak
digolongkan dalam herbivora, melainkan digolongkan pada omnivora. Hal ini dilakukan
untuk mempercepat pertumbuhan tukik-tukik tersebut. Kemungkinan besar terjadi transisi
bertahap saat penyu mencapai dewasa untuk dapat menghindari lawannya.
Penyu laut khusunya penyu hijau adalah hewan pemakan tumbuhan namun sesekali dapat
menelan beberapa hewan kecil. Pada penyu ini merekan lebih suka pada hewan kecil yang
lunak. Biasanya hewan kecil yang dimangsa ini adalah hewan-hewan yang terdapat diarea
padang lamun. Selain itu pentu ini juga sering memakan rumput laut. Jenis yang sering
dimakan adalah Sargassum sp.

Menurut Ario et al. (2016), terdapat beberapa pengaruh lingkungan terhadap adaptasi atau
kelangsungan hidup penyu hijau. Pengaruh tersebut akan langsung terlihat jelas pada tingkat
kelangsungan hidup penyu. Pengaruh kelangsungan hidup penyu umumnya dalah cahaya dan
suhu. Tetapi pengaruh lainnya juga akan berdampak pada kelangsungan hidup penyu hijau.
Contohnya adala oksigen terlarut atau DO, pengaruh pasang surut dan pengaruh arus.

1. Pengaruh Cahaya Pada Penyu Hijau, Polusi cahaya membuat bintang dan bulan tak tampak.
Burung yang bermigrasi menggunakan bintang dan bulan sebagai alat navigasi. Akibat
adanya polusi cahaya, mereka tidak dapat bermigrasi ke tempat yang tepat.Penyu laut juga
tidak datang ke pantai dan bertelur seperti biasa karena takutdengan adanya cahaya matahari.

2. Pengaruh Suhu Pada Penyu Hijau, Sebuah penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin
bayi-bayi/ tukik penyu hijau (Chelonia mydas) ditentukan oleh suhu telur ketika dierami oleh
induknya.Suhu pasir menentukan rasio jenis kelamin penyu, suhu yang lebih hangat akan
menigkatkan jumlah penyu berkelamin betina yang lahir hingga 95 persen(%). Dan faktor ini
dapat membantu efek perubahan iklim lewat perilaku kawin. Suhu yang lebih hangat juga
mengurangi keberhasilan penetasan & menghasilkan tukik yang cacat,sedangkan suhu diatas
33 derajat celcius mengakibatkan telur mati.

3. Pengaruh Oksigen Terlarut (DO) Pada Penyu Hijau


Pengaruh oksigen terlarut pada penyu Oksigen merupakan gas yangtidak berbau, tidak berasa
dan hanya sedikit larut dalam air. Semua organismeair membutuhkan oksigen dalam
hidupnya. Sehingga, tempat yangmengandung oksigen selau terdapat organisme di dalamnya
dan makin banyakoksigen terlarut di daerah tersebut, maka makin banyak organisme yang
ada di dalamnya. Jadi kadar oksigen terlarut dapat dijadikan ukuran untuk menentukan
kualitas air. Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanaman dan
hewan di dalam air. Kehidupan makhluk hidup didalam air tersebut tergantung dari
kemampuan air untuk mempertahankankonsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan untuk
kehidupannya. Oksigen terlarut dapat berasal dari proses fotosintesis tanaman air, dimana
jumlahnya tidak tetap tergantung dari jumlah tanamannya, dan dari atmosfer (udara) yang
masuk ke dalam air dengan kecepatan terbatas. Oksigen terlarut dalam lautdimanfaatkan oleh
organisme perairan untuk respirasi dan penguraian zat-zatorganik oleh mikroorganisme.
Konsentrasi oksigen terlarut dalam keadaan jenuh tergantung dengan suhu san tekanan
atmosfer. Oksigen adalah faktor prmbatas dalam penentuan kehadiran mahkluk hidup
didalam air. Kepekatan oksigen terlarut bergantung pada:
a) Suhu. 
b) Kehadiran tanaman fotosintesis.
c) Tingkat penetrasi cahaya bergantung kepada kedalaman dan kekeruhanair.
d)Tingkat kederasan aliran air.

Jumlah bahan organik yang diuraikan dalam air seperti sampah,ganggang mati atau limbah
industri Oksigen terlarut (Dissolved oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk
pernapasan, proses metabolismeatau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi
untuk pertumbuhandan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk
oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen
adalah suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis
organisme yang hidup dalam perairan tersebut. Kecepatan difusi oksigen dari udara,
tergantung sari beberapa faktor, seeprti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air
dan udara seperti arus,gelombang dan pasang surut. Bahwa kadar oksigen dalam air laut
akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakintingginya
salinitas.
Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi karena adanya proses difusi antara
air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman
akan terjadi penurunan kadaroksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang
dan kadaroksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan- bahan
organik dan anorganik. Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi
tergantung pada jenis, stadium dan aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk ikan dalamkeadaan
diam relatif lebih sedikit apabila dibandingkan dengan ikan pada saat bergerak atau memijah. 
Jenis-jenis ikan tertentu yang dapat menggunakan oksigen dari udara bebas, memiliki daya
tahan yang lebih terhadap perairanyang kekurangan oksigen terlarut. Kandungan oksigen
terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan normal dan tidak tercemar oleh
senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup mendukung
kehidupan organisme. Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm
selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 persen (%) KLH
menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata
bahari dan biota laut.
Peranan penting sebagai indikator kualitas perairan adalah
oksigen, karena oksigen terlarut berperandalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik
dan anorganik. Selain itu,oksigen juga menentukan khan biologis yang dilakukan oleh
organismeaerobik atau anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk
mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalahnutiren yang pada
akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kimia menjadi lebih sederhana dalam
bentuk nutrien dan gas. Disamping itu,oksigen juga sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme
untuk pernapasan.Organisme tertentu, seeprti mikroorganisme, sangat berperan
dalammenguraikan senyawan kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebihsederhana dan
tidak beracun.
4.Pengaruh Arus Pada Penyu Hijau, Arus mempunyai pengaruh positif maupun negatif
terhadap kehidupan biota perairan. Arus dapat mengakibatkan putusnya jaringan-
jaringan jasad hidup yang tumbuh di daerah itu dan partikel-partikel dalam suspensi
dapatmenghasilkan pengikisan. Di perairan dengan dasar lumpur, arus dapatmengaduk
endapan lumpur-lumpuran sehingga mengakibatkan bisamengurangi penetrasi sinar matahari,
dan karenanya mengurangi aktivitasfotosintesa. Manfaat dari arus bagi banyak biota adalah
menyangkut penambahan makanan bagi biota-biota tersebut dan pembuangan kotoran-
kotorannya dan untuk algae kekurangan zat-zat kimia dan CO2 dapat
di penuhi. Sedangkan bagi penyu CO2 dan produk-produk sisa dapatdisingkirkan dan O2
tetap tersedia. Arus juga memainkan peranan
penting bagi penyebaran plankton, baik holoplankton maupun meroplankton.Terutama bagi
golongan terakhir yang terdiri dari telur-telur dan burayak- burayak avertebrata dasar dan
ikan-ikan.

5. Pengaruh Pasang Surut Pada Penyu Hijau , Pada Penyu Pasang surut laut merupakan hasil
dari gaya tarik gravitasidan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar
pusatrotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik
terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gayatarik gravitasi bulan
dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalammembangkitkan pasang surut laut
karena jarak bulan lebih dekat dari pada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik
air laut ke arah bulan danmatahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut
gravitasional dilaut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut
antarasumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari. Menurut tife pasang surut,
pasang surut yang terjadi di wilayah kawasan cikepuh pantai ujung genteng adalah pasang
surut semi diurnal yaitu bila dalam sehari terjadi duakali pasang dan dua kali surut yang
hampir sama tingginya.
Hal ini berpengaruh pada saat induk penyu sedang bertelur di malam hari apabila pasang/
naiknya air laut ke permukaan daratan. Maka jarak tempuh penyu kedaratan semakin dekat
dan telur yang dierami bisa terus terendam bahkan bisa ikut terbawa ke pantai.

Daftar Pustaka

Andriono, S dan Mubarak, A. S. 2011. Kolerasi Perubahan Garis Pantai Terhadap Konservasi
Penyu Hijau Ditaman Nasional Meru Betiri Jawa Timur. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan., 3(2) : 139-143.

Ario, R., E. Wibowo., I. Praktiko dan S. Fajar. 2016. Pelestarian Habitat Penyu dari Ancaman
Kepunahan. Jurnal Kelautan Tropis., 19 (1) : 61-66.

Prihanta, W., A. Syarifuddin dan A. M. Zainuri. 2016. Upaya Konversi dan Pengelolaan
Penyu Laut Melalui Pengembangan Ekowisata Berbasisi Masyarakat. Jurnal Seminar Naional
dan Gelar Produk., 1 (1) : 68-80.

Anda mungkin juga menyukai