PENDAHULUAN
baik untuk alat pengoperasian, maupun industri yang memroduksi logam sebagai
produk utamanya semakin meningkat. Salah satu logam berat yang sering digunakan
adalah tembaga (Cu2+) untuk pembuatan uang logam, alat penukar panas, maupun
untuk kabel listrik (Eisler, 2008). Industri-industri tersebut akan menghasilkan limbah
Agency (EPA) kadar tembaga (Cu2+) maksimum dalam air limbah adalah sebesar 1,3
berat tembaga (Cu2+) maksimum yang diperbolehkan dalam air sebesar 1,5 mg/L
terkandung dalam bebatuan. Polusi yang disebabkan oleh logam tembaga berasal dari
zat yang esensial bagi metabolisme hewan, tetapi kandungan yang berlebihan dapat
menimbulkan gangguan dan penyakit pada otak, kulit, hati, pankreas, miokardium
(Vijayaraghavan et al., 2006), gangguan pada usus, kerusakan ginjal, dan anemia (Al-
Rub et al., 2006). Selain itu, dapat menyebabkan keracunan, seperti muntah, kejang,
tegang, bahkan kematian (Paulino et al., 2006). Oleh karena itu, pengolahan limbah
yang mengandung logam berat sangat diperlukan, yang umumnya dapat dilakukan
1
melalui berbagai macam metode seperti presipitasi, elektrodialisis, koagulasi, reverse
osmosis, ultrafiltrasi, dan adsorpsi. Dari seluruh metode tersebut, adsorpsi merupakan
metode yang paling sederhana dan efektif untuk mengolah limbah logam berat
tidak terbentuk lumpur dan relatif murah karena adsorben yang digunakan dapat
Kerang merupakan salah satu hasil laut yang melimpah di Indonesia. Kerang
memiliki beberapa kegunaan, salah satunya adalah diolah sebagai makanan, sehingga
cangkang kerang yang merupakan bahan sisa produksi makanan dapat menimbulkan
limbah yang cukup banyak. Pemanfaatan cangkang kerang masih sedikit seperti
makanan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat, karena mengandung protein dan
lemak. Jenis kerang yang sering menjadi konsumsi masyarakat, yaitu kerang hijau
placenta).
dilindungi oleh cangkang yang keras. Bekicot mudah ditemukan di banyak tempat,
Karakteristik cangkang bekicot dan cangkang kerang baik secara fisik maupun
kimia relatif sama. Cangkang ini tersusun atas senyawa yang sama berupa kalsium
2
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Shinta Marito siregar
(2009) terhadap serbuk cangkang kerang yang hasilnya cukup baik menjerap logam
berat, pada penelitian ini ingin melihat potensi cangkang kerang sebagai adsorben,
karena abu cangkang kerang terdiri atas senyawa yaitu 7,88% SiO 2, 1,25% Al2O3,
0,03% Fe2O3, 66,70% CaO, dan 22,28% MgO (Shinta Marito Siregar, 2009).
cukup tinggi sehingga abu cangkang berpotensi sebagai adsorben. Kalsium oksida
merupakan senyawa kimia yang banyak digunakan untuk dehydrator, pengering gas
dan pengikat CO2 pada cerobong asap. Kalsium oksida merupakan senyawa turunan
dari senyawa kalsium karbonat. Senyawa ini mampu mengikat air pada etanol karena
Tujuan Penelitian
jenis abu cangkang. (kerang darah, kerang simping, kerang hijau, dan
bekicot)
3
Cangkang kerang darah memiliki belahan yang sama melekat satu sama lain
pada batas cangkang. Rusuk pada kedua belahan cangkangnya sangat menonjol.
Setiap belahan Cangkang memiliki 19-23 rusuk. Dibanding kerang hijau, laju
pertumbuhan kerang darah relatif lebih lambat. Laju pertumbuhan 0,098 mm/hari.
Untuk tumbuh sepanjang 4-5 mm, kerang darah memerlukan waktu sekitar 6 bulan.
Presentase daging terbesar dimiliki oleh A. granola, yaitu sebesar 24,3 %. Kerang
gonad terjadi pada saat kerang darah mencapai ukuran panjang 18-20 mm dan
berumur kurang dari satu tahun. Adapun pemijahan mulai terjadi pada ukuran 20 mm.
Kerang ini hidup dalam cekungan-cekungan di dasar perairan di wilayah pantai pasir
berlumpur. Jenis kekerangan ini menghendaki kadar garam antara 13-28 g/kg,
Kerang hijau hidup di laut tropis seperti Indonesia, terutama di perairan pantai
danmelekatkan diri secara tetap pada benda-benda keras yang ada disekelilingnya.
Kerang ini tidak mati walaupun tidak terendam selama air laut surut. Kerang hijau
termasuk binatang lunak, mempunyai dua cangkang yang simetris, kakinya berbentuk
Habitat kerang hijau belum diketahui secara merata di perairan Indonesia, namun
dapat dicatat karakteristik perairan yang sesuai bagi budidaya kerang hijau antara lain
4
suhu perairan berkisar antara 27-37 oC, pH air antara 3-4, arus air dan angin tidak
pane oyster termasuk dalam filum mollusca. Kerang simping memiliki 2 cangkang
yang bundar, halus, tipis, pipih, serta sedikit transparan. Diameter cangkang dari
spesies ini dapat mencapai 150 mm. Kerang simping mendiami zona litoral, hidup
diatas lumpus atau lumpur berpasir di teluk perairan dangkal (Allan, 1962). Kerang
ini dapat tumbuh secara optimal pada suhu 24,5-30 oC dengan pH 6,4-7,7 dan oksigen
Bekicot atau Achatina fulica adalah siput darat yang tergolong dalam suku
yang dilindungi oleh cangkang yang keras. Ciri bekicot jenis Achanita fulica biasanya
berkembang biak dengan cepat, sumber makanannya melimpah dan resisten terhadap
penyakit. Cangkang bekicot ini tersusun atas senyawa berupa kalsium karbonat yang
1.3.5 Adsorpsi
5
Adsorpsi atau penjerapan merupakan suatu proses dimana suatu molekul
menjadi terserap dalam suatu permukaan bahan penyerap atau adsorben. Adsorpsi
diserap.
c. Jumlah zat yang diserap tergantung temperatur, semakin jauh jarak anatara
Terjadi karena gaya Van der Walls dimana ketika gaya tarik molekul antara
larutan dan permukaan media lebih besar daripada gaya tarik substansi terlarut dan
ini memiliki gaya tarik Van der Walls yang kekuatannya relatif kecil.
Contoh : Adsorpsi oleh karbon aktif. Aktivasi karbon aktif pada temperature
yang tinggi akan menghasilkan struktur berpori dan luas permukaan adsorpsi yang
besar. Semakin besar luas permukaan, maka semakin banyak substansi terlarut yang
6
2. Chemisorption (Adsorpsi Kimia)
yang disisihkan.
a. Luas permukaan
Semakin luas permukaan adsorben, maka makin banyak zat yang teradsorpsi.
Luas permukaan adsorben ditentukan oleh ukuran partikel dan jumlah dari adsorben.
b. Jenis adsorbat
kemampuan tarik menarik terhadap molekul lain dibandingkan molekul yang tidak
d. Konsentrasi Adsorbat
7
Semakin besar konsentrasi adsorbat dalam larutan maka semakin banyak jumlah
e. Temperatur
f. pH
g. Kecepatan pengadukan
terlalulambat maka proses adsorpsi berlangsung lambat pula, tetapi bila pengadukan
terlalu cepat kemungkinan struktur adsorben cepat rusak, sehingga proses adsorpsi
kurang optimal.
h. Waktu Kontak
8
(Atkins, 1990).
pemisahan daging yang melekat pada cangkang lalu dicuci dan dikeringkan,
kemudian cangkang dipotong-potong atau dipecah menjadi ukuran yang lebih kecil.
Cangkang yang sudah bersih dan kering, ditimbang kemudian dipanaskan pada
furnace dengan suhu 800 0C sampai berat konstan. Abu didinginkan dalam desikator
selama 30 menit kemudian ditimbang dan diayak yang lolos pada ayakan 200 mesh
b. Penentuan Daya Serap Abu cangkang Kerang dan Bekicot terhadap Cu.
gelas beker sebanyak 0,5 g, kemudian ditambahkan larutan Cu 100 ppm sebanyak 20
ml. Campuran diaduk dan didiamkan selama 24 jam, kemudian disaring dengan kertas
saring whattman 42. Filtratnya dianalisis dengan Spektroskopis Serapan Atom untuk
mengetahui penjerapan logam Cu terbaik dari berbagai abu cangkang kerang dan
1.4 Hipotesis
penjerapan logam Cu, karena daya tarik menarik antara zat terlarut dengan
9
adsorben lebih besar dari daya tarik menarik antara zat terlarut dengan
pelarutnya.
2. Semakin rendah suhu operasi maka semakin lama waktu proses penjerapan
menurun.
7 g; 8 g; dan 9 g
10
BAB 2
PELAKSANAAN PENELITIAN
2.1.1 Bahan
2. CuSO4.5H2O padat
3. Air (H2O)
2.1.2 Alat
2. Furnace
11
4. Sendok
5. Gelas Beker
6. Stopwatch/Timer
7. Timbangan Analitik
8. pH meter
12
Gambar 1. Furnace kalsinasi cangkang kerang dan bekicot
Bahan baku yang di gunakan dalam penelitian ini adalah limbah cangkang
kerang dan bekicot. Proses pembuatan abu cangkang di awali pencucian dan
13
Cangkang kerang dan bekicot yang sudah bersih dan hancur ditimbang
kemudian dipanaskan pada furnace dengan suhu 800 oC selama 9 jam. Abu di
dinginkan dalam desikator selama 30 menit dan diayak yang lolos pada ayakan 200
mesh dan disimpan dalam desikator. Hasil ayakan di timbang. Menganalisis kadar
CaO yang terkandung dalam abu cangkang kerang dan bekicot. (G. Afranita, 2014).
Membuat larutan Cu dengan konsentrasi 100 ppm dari 0,25 gram padatan
2.2.4 Penentuan daya serap abu cangkang kerang dan bekicot terhadap
logam Cu
beker dengan berbagai variasi berat, kemudian ditambahkan larutan Cu 100 ppm
sebanyak 20 ml. Campuran diaduk dan didiamkan selama 24 jam, kemudian disaring
14
Bahan Baku
(Cangkang Kerang dan Bekicot)
Menganalisis filtrat
Filtrat dengan Spektroskopis
2.4 Analisis Hasil Serapan Atom
15
Analisis kadar Ca menggunakan metode Atomic Absorption
Spectrophotometry (AAS).
Analisis filtrat yang terserap oleh abu cangkang kerang dan bekicot
kalibrasi
m A - m A0
Kadar penjerapan Cu =
mB
mA = massa filtrat
mB = massa adsorben
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
16
3.1 Hasil Analisis Bahan Baku
Cangkang kerang dan bekicot dalam penelitian ini dianalisis kadar Ca yang
terkandung didalamnya. Kadar Ca diuji dengan analisis AAS diperoleh hasil pada Tabel 1.
Tabel 1. Kadar Ca dalam cangkang tiap variasi jenis kerang dan bekicot
Hasil pengukuran (ppm)
Berdasarkan data di atas didapat kadar Ca terbesar terkandung pada Kerang Hijau
sebesar 38,64033 ppm
Tabel 2. Hasil pengukuran filtrat tiap variasi jenis kerang dan bekicot
Hasil pengukuran (ppm) Rata-rata Massa Cu
17
(ppm) dalam Filtrat
No.
Bahan I II III (gram)
Tabel 3. Kadar Cu dalam adsorben tiap variasi jenis kerang dan bekicot
Massa Cu Massa Cu Massa Cu Kadar Cu dalam
No Jenis Kerang mula-mula dalam filtrat terserap Adsorben Adsorben
. (gram) (gram) (gram)
0.002020
massa Cu terserap adsorben
0.002000
0.001980
0.001960
0.001940
0.001920
0.001900
0.001880
0.000960 0.000965 0.000970 0.000975 0.000980 0.000985 0.000990 0.000995 0.001000 0.001005
Gambar 2. Grafik Hubungan Antara kadar Cu dalam adsorben dan massa Cu terserap
adsroben tiap variasi jenis kerang dan bekicot
18
Berdasarkan data di atas didapat kadar Cu dalam filtrat terkecil adalah 0,054
ppm dengan kadar Cu dalam adsorben terbesar adalah 0,0009995. Menunjukan
kemampuan penjerapan abu cangkang Kerang Darah paling besar.
Tabel 4. Hasil pengukuran filtrat larutan Cu tiap variasi berat kerang simping
Kerang Simping Hasil pengukuran (ppm) Rata-rata Massa Cu
(ppm) dalam Filtrat
No. (gram) I II III (gram)
19
0.001998
massa Cu terserap ad-
0.001997
0.001996
sorben
0.001995
0.001994
0.001993
0.001992
0.000200 0.000400 0.000600 0.000800 0.001000 0.001200
Kadar Cu dalam adsorben
Gambar 2. Grafik Hubungan Antara kadar Cu dalam adsorben dan massa Cu terserap
adsroben tiap variasi berat kerang simping
Berdasarkan data di atas didapat kadar Cu dalam filtrat terkecil adalah 0,189
ppm dengan kadar Cu dalam adsorben terbesar adalah 0,000998. Menunjukan
kemampuan penjerapan abu cangkang kerang simping paling besar pada berat 2
gram.
20
Tabel 6. Hasil pengukuran filtrat larutan Cu tiap variasi berat kerang darah
Kerang Darah Hasil pengukuran (ppm) Rata-rata Massa Cu
(ppm) dalam Filtrat
No. (gram) I II III
(gram)
21
0.001998
Berdasarkan data di atas didapat kadar Cu terkecil dalam filtrat terdapat pada
0.001996
massa Cu terserap
0.001994
Kerang Darah sebesar 0,054 ppm. Menunjukan kemampuan penjerapan abu
adsorben
0.001992
cangkang Kerang Darah paling besar
0.001990
0.001988
0.001986
0.000000 0.000200 0.000400 0.000600 0.000800 0.001000 0.001200
kadar CU dalam adsorben
Gambar 3. Grafik Hubungan Antara kadar Cu dalam adsorben dan massa Cu terserap
adsroben tiap variasi berat kerang darah
Berdasarkan data di atas didapat kadar Cu dalam filtrat terkecil adalah 0,151
ppm dengan kadar Cu dalam adsorben terbesar adalah 0,0009985. Menunjukan
kemampuan penjerapan abu cangkang kerang darah paling besar pada berat 2
gram.
22
BAB 4
KESIMPULAN
2. Kemampuan penjerapan abu cangkang Kerang Darah terhadap larutan Cu adalah yang
paling besar.
3. Kemampuan penjerapan abu cangkang kerang darah paling besar pada berat 2 gram.
4. Kadar Ca yang terkandung dalam abu cangkang tidak mempengaruhi kemampuan
penjerapan terhadap larutan Cu.
23
DAFTAR PUSTAKA
Kumiyati, Puspita A. L., dan Kunthi P. 2012. Pemanfaatan Karbon Aktif Arang Batubara
(KAAB) untuk Menurunkan Kadar Ion Logam Berat Cu2+ DAN Ag+ pada Limbah
Cair Industri. Jurnal Reaktor, Vol. 14 No. 1, April 2012, Hal. 51-60. Teknik
Kimia. Fakultas Teknik. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Maryam, S. 2006. Pengaruh Serbuk Cangkang Kerang Sebagai Filter Terhadap Sifat-Sifat
dari Mortar. Skripsi. FMIPA. USU
No, H.K. Lee, S.H, Park, N.Y dan Meyers, S.P. 2003. Comparison Of Phsycochemical
24
Wiyarsi. A dan Erfan. P. 2012. Pengaruh Konsentrasi Kitosan Dari
CangkangKerangTerhadap Efesiensi Penjerapan Logam Berat. Universitas
Negeri Yogyakarta.
25
JURNAL PENELITIAN
II. PENJERAPAN
1. Mencari penjerapan abu cangkang terbaik pada 2 gram dengan volume larutan
CuSO4 20 ml
26
Dari data di atas, penjerapan abu cangkang terbaik adalah
2. Mencari penjerapan terbaik dari variasi berat abu cangkang berdasar data yang
diperoleh sebelumnya dengan volume larutan CuSO4 20 ml
3. Mencari penjerapan terbaik dari variasi volume larutan CuSO4 dengan berat abu
cangkang berdasar data sebelumnya
27
28
29