Anda di halaman 1dari 26

MK TEKNIK BUDIDAYA AIR LAUT

BUDIDAYA KUDA LAUT

Tulas Aprilia, S.Pi., M.Si.


Mengenal Kuda Laut
Taksonomi Kuda Laut menurut Hidayat dan Silfester (1998)
dalam Syafiuddin (2004):

Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Klas : Pisces
SubKlass : Teleostomi
Ordo : Gasterosteiformes
Famili : Syngnathidae
Genus : Hippocampus
Spesies : Hippocampus sp.
Morfologi kuda laut
Biologi Kuda Laut
Menurut Burton dan Maurice (1985) dalam Vedcabagus (2008)
1. tubuh agak pipih dan melengkung,
2. kepala dilengkapi dengan moncong,
3. leher dapat digerakkan dan ekor yang panjang,
4. leher, tubuh dan ekornya terdiri atas rangkaian tulang pipih
yang terbentuk cincin sehingga tubuhnya nampak seperti
ranting kayu.
5. Pada kepala terdapat mahkota atau sering disebut coronet.
6. Sepasang mata yang dapat melihat ke segala arah, dan
mulut berbentuk tabung (moncong) yang digunakan untuk
menyedot makanan.
7. Ekornya panjang dan dapat dililitkan (prehensile), berfungsi
untuk berpegangan
 Kuda laut dapat dijumpai hampir di seluruh perairan
dunia (tropis hingga beriklim sedang) dengan
kedalaman antara 1–15 meter.

 Habitat kuda laut terutama di sepanjang pesisir


pantai, tepian laut, teluk-teluk yang dangkal,
mendiami tempat-tempat yang banyak terdapat
terumbu karang, hutan bakau, dan padang lamun.

 Di Indonesia, kuda laut banyak tersebar di perairan


Lampung, Teluk Jakarta, Bali dan Flores (Balai Riset
Perikanan Laut, 2004).
Pemilihan Lokasi
1. Topografi
Perlu memperhatikan keadaan/kondisi lahan, berbukit dan berbatu akan
menyulitkan dalam pembangunan sarana dan butuh biaya besar. Juga perlu
diperhatikan tekstur tanah.
2. Sumber air
Sumber air laut yang akan digunakan sebaiknya dihindari lokasi perairan pantai
dengan dasar berlumpur karena umumnya keruh akibat suspensi partikel tanah dan
bahan lainnya sehingga kurang baik untuk kegiatan pembenihan. Kalaupun digunakan
akan membutuhkan investasi/biaya yang mahal untuk treatmen air. Perairan pantai
dengan dasar berpasir atau karang merupakan lokasi yang baik untuk sumber air laut
karena perairan tersebut secara fisik baik. Sumber air tawar juga harus dekat tersedia
untuk aktifitas kegiatan budidaya.
3. Bebas Pencemaran
Hindari lokasi yang dekat sumber pencemaran berasal dari limbah rumah tangga
antara lain deterjen, zat-zat hara yang stabil maupun tidak stabil dan zat-zat padat
lainnya. Limbah industri berupa air limbah yang tidak diproses sebelum dibuang
Pengelolaan Kualitas Air
1. Suhu
• Pengatur utama dalam proses alami di perairan
• Suhu air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
kematian. Karena selain dapat mempengaruhi
kandungan oksigen dalam air suhu yang tinggi juga
kan mempengaruhi laju metabolisme dalam tubuh
organisme akuatik dan merupakan faktor kritis
dalam proses respirasi.
• Kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air
meningkat dengan naiknya suhu yang selanjutnya
mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen
(Effendi, 2000).
Pengelolaan Kualitas Air
2. Salinitas
• Faktor penting bagi osmoregulasi dan metabolisme
biota perairan dan faktor pembatas bagi distribusinya
• Salinitas laut pada perairan berpasir dan karang
umumnya berkisar antara 30 – 35 ppt kecuali pada
perairan laut yang dekat dengan muara sungai
biasanya cenderung fluktuatif oleh sebab itu lokasi
yng dekat dengan muara sungai sebaiknya dihindari
untuk dijadikan tempat kegiatan pembenihan.
Pengelolaan Kualitas Air
3. pH (Derajat Keasaman)
• pH perairan laut relatif lebih stabil karena air laut
mempunyai daya penyangga (bersifat Buffer).
• Berkisar antara 7,2– 8,3.
• pH berpengaruh pada toksisitas dari suatu senyawa
kimia, dimana pada pH rendah banyak ditemukan
senyawa amoniak dan pada pH tinggi (alkalis) banyak
ditemukan aamoniak tidak ber ion yang bersifat
toksik.
• Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap
perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7 – 8,5
(Effendi, 2000)
Pengelolaan Kualitas Air
4. DO (Oksigen Terlarut)
• sangat dibutuhkan oleh semua organisme aerobik untuk proses
respirasi (pernafasan)
• Kelarutan oksigen diperairan dipengaruhi oleh faktor lingkungan
antara lain suhu, salinitas, dan ketinggian lokasi.
• Kandungan oksigen yang ada dalam air berasal dari proses difusi
udara dan hasil fotosintesa tanaman yang ada dalam air berasal
dari proses difusi udara dan hasil fotosintesa tanaman yang ada
dalam perairan.
• Hefni Effendi (2000) menyatakan kadar oksigen terlarut dalam
perairan berfluktuasi secara harian dan musim, bergantung
pada pencampuran dan pergerakan massa air, aktifitas
fotosintesis, respirasi dan limbah yang masuk ke badan air.
Pengelolaan Kualitas Air
5. Kecerahan dan Kekeruhan
• Kecerahan adalah ukuran transparansi perairan dan ditentukan secara visual
dengan menggunakan alat sechi disk dan dihitung dengan satuan meter.
• Sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan dan
padatan tersuspensi. Kecerahan suatu perairan menggambarkan sifat optik
yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan
oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air.
• Kekeruhan disebabkan bahan organik dan anorganik yang tersuspensi
mapupun terlarut seperti lumpur, pasir halus, plankton dan mikroorganisme
lainnya (APHA, 1976,Davis dan Cornwell, 1991 dalam Hefni Effendi 2000)
• Tingkat kekeruhan yang tinggi diperairan umum dapat menyebabkan
terhambatnya penetrasi cahaya kedalam air. Terganggunya respirasi
(pernafasan ) dan penglihatan biota.
• Tingginya tingkat kekeruhan untuk kegiatan pembenihan dapat mempersulit
proses penyaringan air.
Pengelolaan Kualitas Air
6. Biological Oksigen Demand (BOD)
• Ukuran jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk
melakukan dekomposisi bahan-bahan organik.
• Bahan organik merupakan hasil pembusukan tumbuhan dan hewan
yang telah mati atau hasil dari buangan limbah industri dan domestik.
• Pada proses dekomposisi, mikroba memanfaatkan bahan organik
sebagai sumber makanan.
• Hal ini terjadi melalui reaksi biokimia yang komplek dan untuk proses
itu dibutuhkan oksigen terlarut yang ada dalam perairan.
• Semakin tinggi nilai BOD pada suatu perairan maka semakin besar
derajat pencemaran biologi.
• Nilai BOD suatu perairan sangat dipengaruhi oleh suhu, pH densitas
plankton, keberadaan mikroba serta jenis dan jumlah kandungan
bahan organik yang ada dalam suatu perairan dan kadar
pencemarannya.
Pengelolaan Kualitas Air
7. Amoniak dan Nitrit
• Berasal dari pemecahan nitrogen organik dan anorganik yang terdapat dalam
tanah dan air, dekomposisi bahan organik serta dari reduksi gas nitrogen yang
berasal dari difusi udara, limbah industri atau domestik.
• Amoniak dalam air ada dalam bentuk amoniak ber-ion (NH4) yang bersifat
tidak beracun dan amoniak tidak ber-ion (NH3) yang bersifat racun.
• Toksisitas amoniak tidak berion pada biota dipengaruhi oleh kandungan
oksigen terlarut, pH dan suhu Boyd (1982) menyatakan tingkat keracunan
amoniak tidak berion berbeda-beda untuk setiap species, tetapi pada kada
0,6 mg/l dapat membahayakan organisme.
• Nitrit (NO2) dalam air berasal dari proses biologis perombakan bahan organik
dengan kadar oksigen terlarut sangat rendah.
• Tingginya nilai Nitrit (NO2) mengikuti tingginya nilai amoniak yang ada dalam
suatu peraian.
• Kadar nitrit 0,05 mg/l dapat bersifat toksik bagi organisme perairan yang
sangat sensitif (moore, 1991 dalam Heni Efendi, 2000) meningkatnya amoniak
dan niitrit diperairn disebabkan adanya masukan limbah organik yang cukup
tinggi sehingga menyebabkan peningkatan proses dekomposisi.
Kegiatan Utama Pembenihan Kuda
Laut

KEGIATAN
PEMBENI
HAN
1. Persiapan wadah
Wadah Pemeliharaan
• Bak beton atau fiberglass ataupun aquarium.
• tempat bertengger (shelter) induk berupa karang mati, lamun
buatan yang terbuat dari plastik dan tali yang dibentuk seperti
piramid dan dilengkapi dengan pemberat dari batu agar
tenggelam di dasar aquarium.
• Bak pemeliharaan diberi aerasi yang bergelembung halus.
2. Pemeliharaan Induk dan Pemijahan

 Satu-satunya hewan di dunia dimana jantannyalah yang hamil.


Namun, telur dihasilkan oleh betina
 Untuk melakukan pemijahan masing-masing kuda laut mencari
pasangannya
 Ciri-ciri induk jantan matang gonad:
• jantan : mengejar betina sambil menekuk ekor dan
menggembungkan kantung pengeraman, dan warna tubuh jantan
berubah menjadi cerah.
• betina : bagian perut membesar, urogenital berwarna kemerah-
merahan, apabila disorot cahaya, bagian dalam perut berwarna
kemerah-merahan. Warna tubuh berubah menjadi cerah dan bila
dililit oleh ekor kuda laut jantan tidak berusaha melepaskan diri
Lanjutan…
 Calon induk bisa berasal dari alam dan
hasil budidaya
 Hasil tangkapan dari alam harus dikarantina dan
diaklimatisasi terlebih dahulu.
 Induk dipelihara di dalam wadah pemeliharaan dengan
perbandingan jantan dan betina 1 : 1, dengan kepadatan
20 – 30 ekor/ton.
 Induk diberi pakan 2-3 kali sehari secara adlibitum, yaitu
pada pagi, siang dan sore hari, berupa udang rebon dan
udang jambret.
 Induk betina dewasa dengan panjang tubuh antara 10 –
14 cm dapat memproduksi telur 300 – 600 butir.
 Kuda laut termasuk hewan monogami, yaitu hanya memiliki
satu pasangan saja seumur hidupnya.
 Proses pemijahan dimulai dengan percumbuan yang tak kalah
unik karena dapat berlangsung selama berhari-hari dengan
tarian-tarian dan perubahan warna yang mengesankan, dan
akan diakhiri dengan perubahan warna individu betina yang
menjadi cerah, menandakan siap memijah.
 Masa pemijahan kuda laut dapat berlangsung sepanjang
tahun, tergantung pada kondisi air, terutama temperatur
 kuda laut jantan juga ternyata memiliki sperma-sperma super
yang mampu membuahi banyak set telur dalam waktu
singkat
Lanjutan…

 Pada minggu ketiga satu persatu kuda laut-kuda laut kecil


akan lahir dan tumbuh dewasa menjadi kuda laut-kuda laut
yang cantik.
 Kuda laut jantan memerlukan waktu sekitar 30 menit untuk
melahirkan anak-anaknya.
 Dalam sekali melahirkan, dapat mencapai jumlah hingga
ribuan ekor, tergantung pada jenisnya.
 Kuda laut memiliki 50 jenis berbeda di dunia.
 Setelah melepaskan kuda laut-kuda laut kecil,
pejantan akan segera siap menyimpan telur lagi.
 Bayi-bayi Kuda laut terlihat sangat mirip dengan
induknya, kecuali dalam hal ukuran.
 Dan yang lebih menarik lagi, mereka akan mampu
mencari makan sendiri setelah dilahirkan
3. Pemeliharaan Juwana

• Juwana dapat dipelihara di tempat yang terlindungi


maupun yang terkena sinar matahari langsung.
• Pemeliharaan di bak beton maupun di bak fibreglass
memberikan hasil yang cukup baik.
• Penebaran juwana dilakukan pada pagi hari antara pukul
08.00 – 10.00, kepadatan di bak pemeliharaan 2 – 5
ekor/liter.
• Juwana yang dihasilkan dari pembenihan dipelihara dalam
bak dengan kepadatan 1000 – 1500 ekor/ton, apabila sudah
berumur lebih dari 30 hari maka kepadatan nya 200-300
ekor/ton.
• Pemeliharan juwana dapat dilakukan selama 1.5 – 2 bulan
sampai mencapai ukuran 3 – 5 cm/ekor.
4. Pemeliharaan Benih
• Pakan yang diberikan pada juwana yang berumur 1-15 hari berupa
Nauplii Copepoda.
• Nauplii Artemia salina baru diberikan setelah juwana berumur 14
hari dengan kepadatan 2 ekor/ml dan frekwensi pemberian 3 kali
sehari.
• Ke dalam bak pemeliharaan dapat juga ditambahkan fitoplankton
dari jenis Tetraselmis dengan kepadatan 50-300 ribu sel/ml.
• Penambahan fitoplankton ini selain berperan penting untuk
memperbaiki kualitas air juga berfungsi untuk
pakan Copepoda dan Artemia.
Pengelolaan Kualitas Air

• Penggantian air dilakukan setiap hari mulai hari ketiga


sebanyak 50 – 80% perhari sampai umur 30 hari.
• Sebelum dilakukan penggantian air, terlebih dahulu dilakukan
penyiponan untuk membersihakan sisa kotoran dan pakan
yang mati di dasar bak.
• Penyiponan dilakukan dengan hati-hati, untuk menghindari
teraduknya kotoran sebaiknya pengudaraan dihentikan
terlebih dahulu sebelum penyiponan.
Pengelolaan Air
Pengelolaan Pakan

• Pakan alami yang digunakan adalah Nauplii Copepoda, Artemia, dan


fitoplankton.
• Copepoda dapat dikultur di air laut (salinitas 25-30 ppt) ditambahkan
pupuk organik selam 5-8 hari. Nauplii Copepoda dipanen dengan plankton
net 60 mikron.
• Kista Artemia dapat ditetaskan dalam fiberglass, yang dibagian bawahnya
berbentuk kerucut dan berwarna terang, diisi air laut bersih dan diberi
aerasi kuat. Kista akan menetas setelah 19-24 jam pada temperatur kamar.
• Sedangkan fitoplankton yang diberikan adalah Tetraselmis.

Anda mungkin juga menyukai