DISKUSI 1 1. Berikan penjelasan tentang daur energi di terumbu karang ? Jawab: Karang hermatipik, yang umumnya didominasi oleh Ordo Scleractinia, memiliki alga simbion atau zooxanthellae yang hidup di lapisan gastrodermis. Di lapisan ini, zooxanthellae sangat berperan membantu pemenuhan kebutuhan nutrisi dan oksigen bagi hewan karang melalui proses fotosintesis (Gambar 3). Zooxanthellae merupakan istilah umum bagi alga simbion dari kelompok dinoflagellata yang hidup di dalam jaringan hewan lain, termasuk karang, anemon, moluska, dan taksa hewan yang lain. Hubungan yang erat (simbiosis) antara hewan karang dan zooxanthellae dapat dikategorikan sebagai simbiosis mutualisme, karena hewan karang menyediakan tempat berlindung bagi zooxanthellae dan memasok secara rutin kebutuhan bahan-bahan anorganik yang diperlukan untuk fotosintesis, sedangkan hewan karang diuntungkan dengan tersedianya oksigen dan bahan-bahan organik dari zooxanthellae.
Gambar
Peran alga simbion (zooxanthellae) dalam menyokong energy terumbu karang
DISKUSI 2 1. Apa yang terjadi apabila makhluk hidup melewati titik minimum atau maksimum suatu habitat? Jawab : Maka makhluk hidup yang bersangkutan tak dapat lagi beradaptasi dengan habitat yang ditinggali nya karena sudah melewati batasan maksimum yang berarti sudah tidak satu karakteristik lagi dengan habitat lama nya. Bahkan yang terjadi makhluk hidup tersebut tidak mampu bertahan hidup karena tidak mempunyai habitat lagi dikarenakan makhluk hidup yang terlalu padat. Dan jika makhluk hidup sangat minim dalam suatu habitat, maka ekosistem tidak akan seimbang. Akan ada siklus/ rantai makanan yang hilang.
2. Apa yang terjadi jika perubahannya lambat? Jawab : Jika perubahannya lambat lama kelamaan makhluk hidup yang bersangkutan tak dapat lagi bertahan hidup pada lingkungan hidupnya karena tak dapat mengimbangi perubahan lingkungan. Lama kelamaan makhluk hidup tersebut akan mati karena tak dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
DISKUSI 3 1. Apa yang terjadi jika makhluk hidup mempunyai relung yang sama? Jawab : Istilah relung (nische) pertama kali dikemukakan oleh Joseph Grinnell pada tahun 1917, Grinnell mengatakan bahwa setiap relung hanya dihuni oleh satu spesies. Jadi, jika ada makhluk hidup mempunyai relung yang sama, ada kemungkinan bahwa kedua makhluk hidup itu masih satu genus atau satu family, yang artinya masih ada hubungan kekerabatan. Relung ekologi suatu organisme tidak hanya tergantung di mana organisme tadi hidup, tetapi juga pada apa yang dilakukan organisme (misal bagaimana organisme mengubah energi, bertingkah laku, bereaksi, mengubah lingkungan fisik maupun biologi) dan bagaimana organisme dihambat oleh spesies lain. Relung secara biologis merupakan profesi atau cara hidup makhluk hidup Dua jenis makhluk hidup pada habitat yang sama dan mempunyai relung sama, maka akan terjadi kompetisi. Bayangkan jika semua makhluk hidup mempunyai relung yang sama. Tidak hanya kompetisi yang hebat, tetapi kerusakan keseimbangan ekosistem, dan kematian makhluk hidup.
DISKUSI 4 1. Jelaskan bagaimana adaptasi fisiologis pada terumbu karang? Jawab : Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik. Masing-masing spesies memiliki kondisi lingkungan yang optimum dan terbatas pada segmen tertentu untuk perubahan lingkungan yang terjadi. Tetapi sebagai salah satu contoh pada terumbu karang, kebanyakan polip melekatkan diri pada substrat keras dan tetap di sana untuk kehidupan. Atau senyawa beracun tertentu dalam karang lunak (Order Alcyonacea) dapat membuat karang tidak menggugah selera dan mencegah predator. Beberapa karang terumbu-bangunan dapat benar-benar mencerna jaringan dari sebuah karang untuk menyerang.
DISKUSI 5 1. Apa yang menjadi faktor pembatas dalam terumbu karang ? Jawab : Faktor pembatas adalah faktor- faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan suatu individu di dalam habitatnya. Pertumbuhan dan perkembangan karang lunak dipengaruhi oleh : 1. Suhu Menurut Nybakken (1992), pertumbuhan karang mencapai maksimum pada suhu optimum 25-29 C dan bertahan hidup sampai suhu minimum 15C dan maksimum 36C. Pertumbuhan optimal terjadi di perairan yang memiliki rata-rata suhu tahunan 23- 25C . Suhu ekstrim yang masih dapat ditoleransi adalah 36-40C. 2. Kecerahan dan Kedalaman Hewan karang pembentuk terumbu membutuhkan sinar matahari bagi zooxanthellae untuk berfotosintesis. Cahaya adalah suatu faktor yang paling penting yang membatasi terumbu karang sehubungan dengan laju fotosintesis oleh zooxanthellaes simbiotik dalam jaringan karang (Nybakken, 1992). Menurut Nybakken (1992), terumbu karang tidak dapat berkembang di perairan yang lebih dalam dari 50-70 meter. Zooxanthellae sebagai alga simbiotik yang memerlukan cahaya matahari sehingga terjadi sedikit pertumbuhan di bawah kedalaman 46 meter dan di bawah kedalaman 90 meter terumbu karang sudah sangat jarang. Faktor kecerahan dan kedalaman pada karang lunak berperan untuk melakukan proses fotosintesis, hal ini dikarenakan karang lunak membutuhkan cahaya yang cukup. 3. Salinitas Salinitas rata-rata di daerah tropis adalah 35 dimana masih berada pada kisaran optimum untuk pertumbuhan karang yaitu 34-36 (Supriharyono, 2000). Nybakken (1992) menyatakan bahwa toleransi organisme karang terhadap salinitas berkisar antara 32-35. 4. pH Derajat keasaman menunjukkan aktivitas ion H + dalam air. Menurut Tomascik (1997), habitat yang cocok bagi pertumbuhan karang memiliki kisaran pH 8,2-8,5. 5. Pergerakan Arus Pergerakan arus sangat diperlukan untuk tersedianya aliran suplai makanan (dalam bentuk jasad renik) dan suplai oksigen yang segar, serta menjaga agar terumbu karang terhindar dari timbunan kotoran/endapan (Sukarno et all, 2006). 6. Sedimentasi Sedimentasi merupakan salah satu pembatas pertumbuhan karang. Daerah yang memiliki sedimentasi yang tinggi akan sulit untuk menjadi tempat yang baik bagi pertumbuhan karang. Tingginya sedimentasi menyebabkan penetrasi cahaya di air laut akan berkurang dan hewan karang (polip) akan bekerja keras untuk membersihkan partikel yang menutupi tubuhnya (Nybakken, 1992). 7. Kolom Air Faktor pembatas selanjutnya adalah kolom air, pertumbuhan terumbu karang ke atas dibatasi oleh adanya udara. Banyak koral mati karena terlalu lama berada di udara terbuka, sehingga pertumbuhan terumbu karang ke arah atas hanya terbatas sampai tingkat surut terendah (Nybakken, 1992).
Daftar Acuan
Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologi (alih bahasa dari Marine Biology : An Ecologycal Approach, Oleh : M. Eidman, Koesoebiono, D.G. Bengen, M.Hutomo, dan S. Sukardjo). PT Gramedia. Jakarta.
Suharsono. 1996. Jenis-jenis Karang yang Umum dijumpai di Perairan Indonesia. Puslitbang Oseanologi LIPI. Jakarta.
Supriharyono, 2000. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Tomascik, T., Mah, J.A., Nontji, A., Moosa, K.M., 1997. The Ecologycal of the Indonesian Seas Part II. Periplus Edition.
Veron. J.E.N. 1986. Coral of Australia and The Indofasific. Angus & Robertos. Australia.