Anda di halaman 1dari 27

1

I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Zona intertidal, juga dikenal sebagai zona pasang surut dan kadang-kadang
disebut sebagai zona litoral, adalah daerah yang berada di atas air pada saat pasang
surut dan di bawah air pada saat pasang naik (dengan kata lain, daerah antara tanda
air pasang). Daerah ini dapat mencakup berbagai jenis habitat, dengan berbagai jenis
hewan, seperti bintang laut, landak laut, dan banyak spesies karang. Daerah yang
terkenal juga termasuk tebing curam berbatu, pantai berpasir, atau lahan basah
(misalnya lumpur yang luas). Daerah dapat menjadi sempit, seperti di pulau-pulau
Pasifik yang hanya memiliki rentang pasang surut yang sempit, atau dapat mencakup
banyak meter dari garis pantai di mana dangkal lereng pantai berinteraksi dengan
kunjungan pasang surut yang tinggi.
Laut merupakan ekosistem yang memiliki keanekaragaman hayati yang
tinggi. Hampir semua wakil dari filum hewan ini dapat ditemukan dilaut seperti,
Colenterata, Spons, Annelida, Molusca, dan Arthropoda anggota dari filum ini
mempunyai peranan yang sangat penting dalam ekologi laut, kehidupan biota laut,
tumbuhan, hewan maupun mikrobia. Dimanapun filum ini terdapat selalu dipengaruhi
oleh faktor-faktor lingkungan seperti gerakan air, suhu salinitas, dan cahaya

Dengan begitu kayanya sumber daya alam Indonesia ini sehingga layak untuk
dipelajari guna untuk mengetahui seberapa tinggi keanekaragaman dan keseragaman
dan juga jenis jenis apa saja yang terdapat di suatu daerah khususnya daerah yang
menjadi tempat dilaksanakannya praktikum. Selain itu, banyak diantara organisme
organsme laut yang ada di Indonesia belum banyak teridentifikasi.
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari praktikum ini
yaitu apakah kepadatan dan keanekaragaman organisme yang menghuni zona
intertidal pantai Cerocok tinggi ?
I.3. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui Kepadatan dan
keanekaragaman spesies organisme yang menghuni zona intertidal pantai Cerocok.
2

Adapun manfaat dari praktikum ini adalah sebagai bahan informasi bagi
mahasiswa untuk lebih mengenal kekayaan laut, untuk dapat dilestarikan
keberadaanya, sebagai bahan referensi yang relevan untuk praktikum selanjutnya,
untuk melatih mahasiswa dalam mengembangkan ide dan gagasan penelitian di
bidang biologi laut.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Zona intertidal merupakan bentangan pantai yang terletak antara paras air
tertinggi dari pasang surut purnama kearah daratan dan paras air terendah dari pasang
surut purnama kearah laut Rumimohtarto dan Juana (2007). Campbell dan Reece
(2008) juga berpendapat bahwa zona intertidal merupakan zona dangkal dari samudra
yang bersisian dengan daratan dan terletak diantara garis pasang naik dan pasang
surut.
3

Menurut Nontji (2005), pasang surut adalah gerakan naik turunnya permukaan
laut secara berirama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari. Matahari
mempunyai massa 27 juta kali lebih besar dari massa bulan, tetapi jaraknya pun
sangat jauh dari bumi (rata-rata 149,6 juta km). sedangkan bulan, sebagai satelit kecil,
jaraknya sangat dekat ke bumi (rata-rata 381.160 km). Dalam mekanika alam
semesta, jarak lebih menentukan daripada massa, sehingga bulan memiliki pengaruh
yang lebih besar terhadap terjadinya pasang surut. Gaya tarik gravitasi menarik air
laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut
gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi,
sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.
Bentuk adaptasi adalah mncakup adaptasi structural, adaptasi fisiologi, dan
adaptasi tingkah laku. Adaptasi structural merupakan cara hidup untuk menyesuaikan
dirinya dengan mengembangkan struktur tubuh atau alat-alat tubuh kearah yang lebh
sesuai dengan keadaan lingkungan dan keperluan hidup. Adaptasi fisiologi adalah
cara makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara
penyesaian proses-proses fisiologis dalam tubuhnya. Adaptasi tingkah laku adalah
respon-respon hewan terhadap kondisi lingkungan dalam bentuk perubahan tingkah
laku (Kordi, 2010).
Menurut Prajitno, 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi
lingkungan zona intertidal diantaranya adalah :
1. Pasang-surut yaitu naik turunnya permukaan air laut secara periodik selam
interval waktu tertentu. Pasang-surut merupakan faktor lingkungan paling penting
yang mempengaruhi kehidupan di zona intertidal.
2. Suhu mempengaruhi zona intertidal selama harian/ musiman. Kisaran ini
dapat melebihi batas toleransi.
3. Perubahan salinitas yang dapat mempengaruhi organisme terjadi di zona
intertidal melalui dua cara. Pertama, karena zona intertidal terbuka pada saat pasang
surut kemudian digenangi air atau aliran air akibat ujan lebat, salinitas yang turun.
Kedua, ada hubungannya dengan genangan pasang surut, yaitu daerah yang
menampung air laut ketika pasang turun.
4

4. Gelombang merupakan parameter utama dalam proses erosi atau sedimentasi


besarnya erosi tergantung pada besarnya energi dihempaskan oleh gelombang.
Gelombang/ ombak dibagi 2 macam yaitu ombak terjun dan ombak landai
a. Ombak terjun biasanya terlihat dipantai yang lautnya terjal. Ombak ini
mengulung tinggi. Kemudian jatuh dengan bunyi yang keras dan bergemuruh.
b. Ombak landai terbentuk di pantai yang dasar lautnya di landai. Sehingga
bergulung ke pantai agak jauh sebelum pecah.
Salinitas dapat mempengaruhi penyebaran organisme Crustacea baik secara
horizintal, maupun vertikal. Secara tidak langsung mengakibatkan adanya perubahan
komposisi organisme dalam suatu ekosistem (Odum dalam Syamsurisal, 2011).
Pantai yang terdiri dari batu-batuan (rocky shore) merupakan tempat yang sangat
baik nagi hewan-hewan atau tumbuhan-tumbuhan yang dapat menempelkan diri pada
lapisan ini. Golongan ini termasuk banyak jenis gastropoda, moluska dan tumbuh-
tumbuhan yang berukuran besar. Dua spesies Uttorina undulata dan tectarius
malaccensis, tinggal dan hidup di bagian batas atas dari pantai di bawahnya berturut-
turut ditempati oleh jenis spesies lain monodonta labio dan Nerita undata. Kemudian
oleh cerithium morus dan turbo intercostalis. Akhirnya pada batas yang paling bawah
terdapat lambis-lambis dan trochus gibberula (Hutabarat, 2008).
Biota pada ekosistem pantai berbatu adalah salah satu daerah ekologi yang paling
familiar, habitat dan interaksinya sudah diketahui oleh ilmuan, penelitian diadakan di
pulau Cruger yang pantai utaranya merupakan ( freshwater ) air tawar dan berbatu.
Fauna pada pantai berbatu pulau cruger berkarakteristik dominan pada binatang air
tawar. Sebagian besar berupa Dipterans, Nematodes, Microannelida, Gastropoda,
Bivalves dan Flatworms secara keseluruhan, macroinvertebrate yang ada di pantai ini
berasal dari golongan Tubellaria, Nematoda, Oligochaeta, Gastropoda, Dreissna,
Acari, Amphipoda, Ephemeroptera, Trichoptera, coteoptera, Ceratopogonidae,
Chironomidae.
Dalam kondisi normal, perilaku dan proses makan organisme pada karang
tidak akan mempengaruhi kelimpahan karang, sebaliknya justru akan membantu
karang karena mendapatkan makanan yang terjebak pada mukus akibat proses makan
organisme itu (Sadhukhan and Raghunathan, 2012).
5

Dalam kondisi normal, perilaku dan proses makan organisme pada karang tidak akan
mempengaruhi kelimpahan karang, sebaliknya justru akan membantu karang karena
mendapatkan makanan yang terjebak pada mukus akibat proses makan organisme itu
(Sadhukhan and Raghunathan, 2012).
Keragaman faktor lingkungannya dapat dilihat dari perbedaan faktor lingkungan
secara fisik , yang mempengaruhi terbentuknya tipe atau karakteristik komunitas
biota serta habitatnya. Sebagian besar gradien ekologi dapat terlihat pada wilayah
intertidal yang dapat berupa daerah pantai berpasir, berbatu maupun estuari dengan
substrat berlumpur. Perbedaan pada seluruh tipe pantai ini dapat dipahami melalui
parameter fisika dan biologi lingkungan yang dipusatkan pada perubahan utamanya
serta hubungan antara komponen biotik (parameter fisika - kimia lingkungan) dan
komponen abiotik (seluruh komponen makhluk atau organisme) yang berasosiasi di
dalamnya.
Adaptasi yang dilakukan fauna intertidal mulai saat organisme mulai terpapar
di udara terbuka sehingga kehilangan cairan tubuh untuk adaptasi tersebut mulai
berlangsung. Fauna intertidal memiliki system tubuh yang dapat menyesuaikan diri
terhadap kehilangan cairan yang cukup besar selama berada di udara terbuka dalam
rentang waktu yang bervariasi saat menunggu saat datangnya pasang air
laut.Mekanisme sederhana dari adaptasi dilakukan oleh fauna intertidal untuk
berbagai macam aktivitas hidupnya. Adaptasi pada fauna intertidal ini berupa adaptasi
terhadap kehilangan air, pemeliharaan keseimbangan panas, tekanan mekanik,
pernafasan, cara makan, tekanan salinitas, dan reproduksi (Nontji, 2007).
Serangga yang terdapat adalah Epheraroptera, Trichoptera, coleoptera dan
diptera. Di lingkungan laut khususnya di intertidal (Gorrison, 2005).
6

III. METODE PRAKTIKUM

III.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini di laksanakan di daerah Pesisir Selatan Painan, tepatnya di

pantai Cerocok pada tanggal 9 April 2016, kemudian dilanjutkan dengan identifikasi

spesies di Laboratorium Biologi Laut Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Riau.
III.2. Variabel, Definisi Operasional
1. Variabel Praktikum
a. Variabel bebas (X) yaitu keanekaragaman dan kelimpahan organisme

yang terdapat di daerah intertidal pantai Cerocok.


7

b. Variable terikat (Y) yaitu daerah intertidal pantai Cerocok Sumatra

Barat.
2. Definisi Operasional
a. Zona intertidal merupakan wilayah yang terletak di antara garis batas

pasang tinggi dan garis batas surut rendah air laut


b. Keanekaragaman (Biodiversity) adalah tingkat variasi spesies

organisme hidup di dalam suatu area tertentu (Biome).


c. Kepadatan organisme adalah jumlah individu organisme per satuan

luas pengamatan.
III.3. Populasi dan Sampel
1. Puolasi dalam sampel praktikum ini yaitu seluruh spesies

organisme yng hidup di daerah intertidal pantai Cerocok.


2. Sampel dalam praktikum ini yaitu seluruh spesies organisme yang

berhasil dikumpulkan dari daerah intertidal pantai.


III.4. Metode dan Desain Praktikum
III.4.1.Metode Praktikum
Metode yang di lakukan dalam praktikum yaitu metode penempatan plot yaitu

dengan membuat plot-plot pada setiap transek pengamatan.


III.4.2.Desain Sampling
Desain praktikum ini adalah penggunaan transek pengamatan sebanyak 3

buah transek per kelompok, didalam tiap transek dibuat 3 plot pengambilan sampel

pengamatan (1x1m), sehingga secara keseluruhan terdapat 9 kali pengambilan data.

LAUT DARAT

TRANSEK 1

TRANSEK 2
Gambar 1. Desain Sampling

TRANSEK 3
8

III.5. Instrumen dan Prosedur pengumpulan data


III.5.1.Istrumen Praktikum

No. Bahan Kegunaan


Kertas Memberi label pada plastik tempat penyimpanan sampel
1 Label pengamatan
2 Tali Rafia Membuat transek pengamatan
Kantung
3 Kresek Menyimpan sampel yang ditemukan
Formalin
4 10% Mengawetkan sampel

III.5.2.Prosedur Pengumpulan Data Organisme


III.5.2.1. Teknik Pengumpulan Data
1. Melakukan observasi area pengamatan.
2. Memilih lokasi pengamatan yaitu pada daerah intertidal.
3. Membuat transek pengamatan sebanyak 3 buah yang di dalam tiap transek
dibuat plot-plot pengamatan.
4. Mengukur parameter lingkungan pada tiap transek pengamatan yang
berupa suhu salinitas dan karakteristik substrat.

III.5.2.2. Pengumpulan Data


1. Mengambil setiap sampel spesies fauna yang ditemukan disetiap plot
pengamatan
2. Memasukkan setiap sampel pengamatan yang diperoleh ke dalam plastik
sampel
3. Bubuhkan larutan formalin 10% sampai menggenangi sampel
4. Mengidentifikasi spesies organisme yang ditemukan di laboratorium.
5. Menghitung jumlah dari spesies yang diperoleh menurut transk dan plot
pemgamatan kemudian memasukkannya dalam table pengamatan
6. Menghitung indeks kelimpahan (D) dan keanekaragaman komunitas(H) dari
setiap spesies yang diperoleh
III.6. Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif dengan
menggunakan rumus berikut :
III.6.1.Keanekaragaman (Diversitas)
9

Keanekaragaman spesies dapat dikatakan sebagai keheterogenan


spesies dan merupakan ciri khas dari struktur komunitas. Rumus yang
digunakan untuk menghitung keanekaragaman spesies adalah rumus dari
indeks diversitas Shannon-Wiener (Magurran, 1983), yaitu :

H = - [(ni/N) x log2 (ni/N)]


Dimana :
H : indeks Diversitas Shannon-Wiener
ni : jumlah individu spesies ke-i
N : jumlah total individu semua spesies
III.6.2.Kepadatan ( Densitas)
Kepadatan adalah jumlah individu per satuan luas (Brower dan Zar,
1977) dengan rumus sebagai berikut :
D = Ni/A
Dimana :
D : kepadatan moloska (ind/m2)
Ni : Jumlah individu
A : luas petak pengambilan contoh (m2)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Jenis Jenis Organisme Yang Ditemukan


1. Conus taeniatus
Klasifikasi

Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Caenogastropoda
Genus : Conus
Spesies : Conus taeniatus
Ciri-ciri :
10

Bentuk tubuh dan cangkangnya seperti kerucut dan bagian luarnya terlihat garis

melingkar di sekeliling tubuhnya seperti konde. Puncak kerucut merupakan yang

tertua, disebut apex, sedangkan galung yang terbesar disebut body whorl, yang kecil

disebut spire.

2. Planaxis sulcatus

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Cherithioea
Famili : Planaxidae
Genus : Planaxis
Spesies : Planaxis sulcatus
Ciri-ciri :

Planaxis sulcatus adalah herbivora, makan terutama pada mikroalga yang tumbuh di
substrat di habiats yang menghuni (Houbrick 1987) Mereka pengumpul merangkak
aktif, yang muncul dari batu-batu di pasang masuk untuk merumput di mikroalga
(Houbrick 1987; Rohde 1981).. Selama pasang surut, P. sulcatus menarik diri ke
dalam cangkangnya belakang operkulum dan menempel ke substratum (Ruppert, Fox
& Barnes 2004). Dengan demikian mereka dapat sering terlihat terpapar pada batu,
batu dan batu-batu di agregat atau berlindung di kolam batu, celah-celah dan di
bawah batu-batu besar selama pasang surut (Houbrick 1987; Rohde 1981).

3. Pyramidella macullosa
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Cherithioea
Famili : Pyramidellidae
Genus : Pyramidella
Spesies : Pyramidella macullosa
Ciri-ciri :
11

Shell putih serba-nebula longitudinal strigate dengan pucat oranye-cokelat,

sering putus dalam bergulir titik-titik. The aperture disalurkan di aperture. The

kolumela adalah tiga uji coba penerapan. Panjang shell bervariasi antara 18 mm dan

50 mm.
4. Padina australis Hauck
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Filum : Phaeophyta
Kelas : Phaeophyceae
Ordo : Dictyotales
Famili : Dictyotaceae
Genus : Padina
Spesies : Padina australis Hauck
Ciri-ciri :

Padina australis Hauck memiliki berbentuk seperti batang, berdaun banyak


atau seperti pedang, berbentuk seperti kipas dan mempunyai warna cokelat. Akarnya
berbentuk serabut yang disebut holdfast untuk menempel kuat pada substrat sehingga
dapat digunakan untuk beradaptasi terhadap gerakan ombak pada daerah intertidal.

5. Cyclograpsus granulosus

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Cherithioea
Famili : Varinidae
Genus : Cyclograpsus
Spesies : Cyclograpsus granulosus

Ciri-ciri :
Cyclograpsus granulosus ini paling sering ditemukan pada batu atau batu
pantai. Spesies menempati kedua pinggiran supralitoral (daerah di atas permukaan
dicuci oleh semua pasang surut, tetapi dengan terbang semprot) dan wilayah
midlittoral (di atas permukaan yang tidak ditemukan oleh semua pasang). Namun,
spesies biasanya menempati wilayah midlittoral atas. C. granulosus kadang goresan
12

keluar depresi dangkal di bawah batu, dan yang paling sering ditemukan di bawah
batu.
6. Turbinaria conoides
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Filum : Thallophyta
Kelas : Phaeophyta
Ordo : Phaeophyceae
Famili : Sargassaceae
Genus : Tubinaria
Spesies : Turbinaria conoides

Ciri-ciri :
Algae jenis ini memiliki ciri-ciri batang berbentuk silindris, tegak, kasar,

terdapat bekas-bekas percabangan. Holdfast berupa cakram kecil dengan terdapat

perakaran yang berekspansi radial. Percabangan berputar sekeliling batang utama dan

daun merupakan kesatuan yang terdiri dari tangkai dan lembaran.


7. Cypriae tigris
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Classis : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda
Family : Crypraeidae
Genus : Cyperaea
Species : Cypriae tigris

Ciri-ciri :

Cypraea tigris merupakan salah satu jenis hewan Mollusca yang termasuk
dalam kelas gastropoda yang banyak ditemukan di laut. Siput laut ini memiliki
cangkang yang keras dan berbentuk mirip seperti helm yang ditelungkupkan. Warna
cangkangnya putih dengan mosaik bintik-bintik coklat. Cangkang siput laut ini
memiliki tekstur permukaan yang licin, mengkilap dan memiliki motif yang sangat
indah. Sehingga dapat dijadikan sebagai hiasan.
8. Ruditapes decussantus
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
13

Phylum : Mollusca
Classis : Bivalva
Ordo : Veneroida
Family : Veneridae
Genus : Ruditapes
Species : Ruditapes decussantus

Ciri-ciri :

Hewan itu sendiri berwarna abu-abu pucat atau krem dengan mantel dibatasi

dengan warna putih. Interior potih glossy kadang-kadang dengan seburat kuning dan

sering kebiruan dekat engsel. Garis pertumbuhan tahunan terlihat dengan jelas.

9. Scylla sp.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Family : Portunidae
Genus : Scylla
Species : Scylla sp.
Ciri-ciri :
Lengan sepit (chelipeds) besar dan kokoh, dengan dua duri runcing di sisi luar
carpus (ruas kedua, dihitung dari pangkal). Sisi muka karapas (frontal margin, di
antara dua mata) biasanya dengan gerigi yang tajam.

IV.2. Keanekaragaman
Berikut ini adalah table keanekaragaman organisme :

pi
Ukura log2 log2
Transek Spesies n ni pi Pi2 log pi pi pi
plot
-

1 Conus taneiatus 3,7 1


0,020
4
0,00
04
16,90 0,006
4 1
0,000
1
14

-
1,9 0,816 0,66 0,991 0,245 0,200
Planaxis sulcatus (1) 40 3 63 4 7 6
1,3
(3)
1,1
(4)
1
(12)
1,2
(4)
0,8

1 (5)
0,9
(4)
0,7
(3)
0,6
(2)
0,4
(1)
1,8
(1)
-
0,040 0,00 13,89 0,012 0,000
Pyramedella 2,8 2 8 17 3 3 5
2,2
Padina australis 0,102 0,01 0,991 0,030 0,003
2 Hauck 4 (2) 5 0 04 4 7 1
4,5
5
4,8
-
Cyclograpsus 0,020 0,00 16,90 0,006 0,000
3 granulosus 4 1 4 04 4 1 1
0,67 0,204
TOTAL 49 92 4
Tabel 1. Transek 1

pi
log2 log2
Transek Spesies Ukuran ni pi Pi2 log pi pi pi
0,50 0,25 0,150 0,075
plot 3 00 00 5 3
15

Turbinaria
1 conoides 2
2,4
9
Padina australis 0,33 0,11 0,150 0,033
Hauck 5,6 2 33 11 5 4
5
0,16 0,02 0,050 0,008
2 2 Cypraea tigris 3,9 1 67 78 2 4
0,38 0,117
Total 5 89 1
Tabel 2. Transek 2

pi
Ukura log2 log2
Transek Spesies n ni pi Pi2 log pi pi pi
-
Ruditapes 0,111 0,012 0,954 0,033 0,003
plot 1 decussatus 2 1 1 3 3 4 7
-
Padina australis 0,777 0,604 0,100 0,234 0,182
plot 2 Hauck 6,2 7 8 9 1 1 1
4 (2)
4,5
4,8
5,3
5,8
-
0,111 0,012 0,954 0,033 0,003
3 plot 3 Scylla sp. 5,7 1 1 3 3 4 7
0,629 0,189
Total 9 5 5
Tabel 3. Transek 3
16

IV.3. Kepadatan

Hasil dari data diatas, dibuat histogram, sebagai berikut :

0.7
0.6
0.5
Indeks keaneka ragaman Indeks kesera ga man Indeks domina si
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Transek 1

0.4
0.35
0.3
0.25
Indeks keanekaragaman Indeks keseragaman Indeks dominasi
0.2
0.15
0.1
0.05
0
Transet 2
17

0.7
0.6
0.5
Indeks keanekaragaman Indeks keseragaman Indeks dominasi
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Transek 3

IV.4. Pembahasan
Organisme yang ditemukan pada transek 2 yaitu Turbinarian conoides,

Padina australis Hauck, Cypraea tigris. Pada plot 1 yaitu jenis organisme

Turbinarian conoides, pada plot 2 yaitu jenis organisme Padina australis Hauck,

Cypraea tigris. Pada transek 2 tidak ada spesies yang mendominansi, dan tingkat

keragamannya juga rendah.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


V.1. Kesimpulan
18

Dari praktikum biologi laut yang dilakukan dapat diketahui bahwa tingkat

keragaman organisme namun kelimpahannya tinggi. Hal ini dapat terlihat ketika

pengambilan organisme-organisme laut yang di sepanjang daerah pantai Carocok

hanya beberapa spesies tertentu yang dapat ditemukan dan jumlahnya banyak.

Banyaknya spesies tertentu dapat diperkirakan disebabkan oleh tempat hidup

organisme-organisme laut tersebut sangat mendukung sebagai habitat hidupnya.

V.2. Saran
Diharapkan pada praktikum untuk selnjutnya asisten lebih teliti dalam

pengawetan sampel agar tidak terjadi kesalahankembali yang mengakibatkan sampel

rusak, pada saat identifikasi asisten juga mendampingi para praktikan dan

memberikan informasi yang jelas dan lengkap pada satiap jadwal dan hari pada saat

praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
19

Cambell NA., Reece JB dan Mitchell LG. 2008. Biologi Edisi Kelima Jilid 3,
Erlangga, Jakarta.
Garrison, T. 2005. Oceanography: An Invitation to Marine Science. 5ed.Thomson
Learning, Inc. USA.
Hutabarat, S. 2008. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Juwana, Sri . 2007. Biologi Laut. Jakarta: Djambatan.
Kordi, K. M. G. H. 2010. Ekosistem Terumbu Karang: Potensi, Fungsi dan
Pengelolaan. Jakarta. Rinela Cipta. xvi+212 hlm.
Nontji, Anugerah, Dr., 2005. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
Nontji, A. 2007. Laut Nusantara. Edisi revisi cetakan kelima. Penerbit Djambatan.
Jakarta. 356 hal.
Prajitno.A.2009.Biologi Laut.Universitas Brawijaya.Malang.
Romimohtarto, K. dan Juwana, S. 2009. Biologi Laut, Ilmu Pengetahuan tentang
Biota Laut. Jakarta. Djambatan.
Sadhukhan, K. and C. Raghunathan. 2012. A study on diversity and distribution of
reef associated Echinoderm fauna in South Andaman, India. Asian J. of
experimental biological association, 3:187-196.
Suharsono. 2008. Bercocok Tanam Karang dengan Transplantasi. Pusat Penelitian
Oseanografi - LIPI Press, Jakarta.
Suprapto,Joko. 2011. Ekofsisiologi Bivalvia, Ekologi dan Konsumsi Oksigen. Undip
Press, UniversitasDiponegoro, Semarang.
Syamsurisal.2011. Studi Beberapa Indeks Komunitas Makrozoobentos di Hutan
Mangrove, Universitas Hassanudin, Makasar.

KATA PENGANTAR
20

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang

telah di berikan sehingga laporan praktikum Biologi Laut Keanekaragaman dan

Kepadatan Organisme Intertidal ini dapat diselesaikan penulis dengan tepat waktu.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen

pembimbing mata kuliah Biologi Laut serta asisten pembimbing yaitu saudara Anton

Akbar Nugraha yang telah memberikan arahan, saran, bimbingan serta petunjuk

selama praktikum berlangsung.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan laporan

praktikum ini, namun tidak tertutup kemungkinan kesalahan dan kekurangan yang

tidak disengaja. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat

diharapkan demi kesempurnaan laporan ini.

Pekanbaru, Mei 2016

Yuliana D Kusumawati
21

DAFTAR ISI

Isi Halaman
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah........................................................................ 1
1.3. Tujuan dan Manfaat ................................................................... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 3

III. BAHAN PRAKTIKUM


3.1 Waktu dan Tempat ....................................................................... 7
3.2 Variabel, Definisi Operasional..................................................... 7
3.3. Populasi dan Sampel................................................................... 7
3.4. Metode dan Desain Praktikum.................................................... 8

3.4.1. Metode Praktikum........................................................ 8


3.4.2. Desain Sampling.......................................................... 8
3.5. Instrumen dan Prosedur Pengumpulan Sampel.......................... 9
3.5.1. Instrumen Praktikum.................................................... 9
3.5.2. Prosedur Pengumpulan Data Organisme..................... 9
3.5.2.1. Teknik Pengumpulan Data............................ 9
22

3.5.2.2. Pengumpulan Data........................................ 9


3.6. Teknik Analisa Data.................................................................... 10
3.6.1. Keanekaragaman Spesies............................................. 10
3.6.2. Kepadatan Organisme.................................................. 10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Jenis Organisme Yang Ditemukan.............................................. 11
4.2. Keanekaragaman......................................................................... 16
4.3. Kepadatan................................................................................... 18
4.4. Pembahasan................................................................................. 19
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 20
5.2 Saran ........................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
23

LAMPIRAN
24

Lampiran 1. Perhitungan hasil dari setiap transek

Perhitungan dari transek 1

Keanekaragaman (H) :
H = -pi log2 pi
= - (-0,2044)
= 0,2044
H < 1 (keragaman rendah)
Keseragaman (E)
E = H/ log2 s
= 0,2044 / 3,219 x 1,6901
= 0,2044 / 5,6143
= 0,0364 (seimbang)

Indeks dominasi

D = 0,6792 (ada spesies yang mendominasi)

Perhitungan dari transek 2

Keanekaragaman (H) :
H = -pi log2 pi
= - (-0,1171)
= 0,1171
H < 1 (keragaman rendah)
Keseragaman (E)
E = H/ log2 s
= 0,1171 / 3,219 x 0,7782
= 0,1171 / 2,5849
= 0,0453 (seimbang)
25

Indeks dominasi

D = 0,3889 (tidak ada spesies yang mendominasi)


Perhitungan dari transek 3
Keanekaragaman (H) :
H = -pi log2 pi
= - (-0,1895)
= 0,1895
H < 1 (keragaman rendah)
Keseragaman (E)
E = H / log2 s
= 0,1895 / 3,3219 x 0,9542
= 0,1895 / 3,1697
= 0,0597
Indeks dominasi
D = 0,6295 ( ada spesies yang mendominasi)
26

Conus taeniatus Planaxis sulcatus

Pyramidella Padina australis Hauck

Cyclograpsus granulous Turbinaria conoides


27

Scylla sp. Ruditapes decussatus

Cypraea tigris

Anda mungkin juga menyukai