Anda di halaman 1dari 17

TUGAS

EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN
MERKURI
OLEH:
KELOMPOK 3
ANGGOTA:
1. FANNY LAORENSIA (1110941004)

11. SILVIA FITRIANI

(1110942024)

2. MURSYIDA FADIL (1110941005)

12. ROHIMA RIRIN

(1110942026)

3. RAVANY YOLANDA (1110941008)

13. ELSA FITRIANI

(1110942030)

4. RATI APRIANI (1110941010)

14. SRI RAHMIWATI Y(1110942032)

5. UTARI AMALINA G.(1110942006)

15. WINDY PRATIWI

6. MIRNA SARI S. (1110942008)

16. PUTRI MEKAR K. (1110942040)

7. CHINTYA MAYA S. (1110942011)

17. DURA VENDELA

8. AROIYA ALAWIYAH(1110942013)

18. MAMIK SURYANI (1110942044)

9. MEGA WAHYUNI

19. WILSON SAPUTRA (1110942048)

10. YUNIA RUSDA

(1110942016)
(1110942022)

(1110942034)

(1110942043)

DOSEN:
DILLA SRIWAHYUNI, SKM., AAAK

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit minamata mendapat namanya dari kota Minamata, Prefektur Kumamoto
di Jepang, yang merupakan daerah penyakit ini mewabah mulai tahun 1958. Pada
waktu itu terjadi masalah wabah penyakit di kota Mintamana Jepang. Ratusan
orang mati akitbat penyakit yang aneh dengan gejala kelumpuhan syaraf.
Mengetahui hal tersebut, para ahli kesehatan menemukan masalah yang harus
segera diamati dan dicari penyebabnya. Melalui pengamatan yang mendalam
tentang gejala penyakit dan kebiasaan orang jepang, termasuk pola makan
kemudian diambil suatu hipotesis. Hipotesisnya adalah bahwa penyakit tersebut
mirip orang yang keracunan logam berat. Kemudian dari kebudayaan setempat
diketahui bahwa orang Jepang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi ikan laut
dalam jumlah banyak. Dari hipotesis dan kebiasaan pola makan tesebut kemudian
dilakukan eksperimen untuk mengetahui apakah ikan-ikan di Teluk Minamata
banyak mengandung logam berat (merkuri). Kemudian di susun teori bahwa
penyakit tesebut diakibatkan oleh keracunan logam merkuri yang terkandung

pada ikan. Ikan tesebut mengandung merkuri akibat adanya orang atau pabrik
yang membuang merkuri ke laut. Penelitian berlanjut dan akihirnya ditemukan
bahwa sumber merkuri berasal dar pabrik batu baterai Chisso. Akhirnya pabrik
tersebut ditutup dan harus membayar kerugian kepada penduduk Minamata
kurang lebih dari 26,6 juta dolar.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Dimana letak Minamat?
2. Panyakit apa saja yang disebabkan oleh tragedi Minamata?
3. Penyebab dari tragedi Minamata?
4. Dampak dari tragedi Minamata?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Lingkungan
2. Mengetahui penyebab penyebab dari penyakit minamata

BAB II
ISI
2.1 Umum
Penyakit minamata atau Sindrom minamata adalah sindrom kelainan fungsi saraf
yang disebabkan oleh keracunan akut air raksa. Gejala-gejala sindrom ini seperti
kesemutan pada kaki dan tangan, lemas-lemas, penyempitan sudut pandang dan
degradasi kemampuan berbicara dan pendengaran. Pada tingkatan akut, gejala ini
biasanya memburuk disertai dengan kelumpuhan, kegilaan, jatuh koma dan akhirnya
mati.
2.2 Definisi Hg
Merkuri atau air raksa (Hg) merupakan golongan logam berat dengan nomor atom 80
dan berat atom 200,6. Unsur golongan logam transisi ini berwarna keperakan dan
merupakan satu dari lima unsur (bersama cesium, fransium, galium, dan brom) yang
berbentuk cair dalam suhu kamar. Merkuri merupakan unsur yang sangat jarang
dalam kerak bumi, dan relatif terkonsentrasi pada beberapa daerah vulkanik dan
endapan-endapan mineral biji dari logam-logam berat. Raksa banyak digunakan
sebagai bahan amalgam gigi, termometer, barometer, dan peralatan ilmiah lain,
walaupun penggunaannya untuk bahan pengisi termometer telah digantikan (oleh

termometer alkohol, digital, atau termistor) dengan alasan kesehatan dan keamanan
karena sifat toksik yang dimilikinya. Unsur ini diperoleh terutama melalui proses
reduksi dari cinnabar mineral. Densitasnya yang tinggi menyebabkan benda-benda
seperti bola biliar menjadi terapung jika diletakkan di dalam cairan raksa hanya
dengan 20% volumenya terendam.
Merkuri digunakan pada berbagai aplikasi seperti amalgam gigi, sebagai fungisida,
dan beberapa penggunaan industri termasuk untuk proses penambangan emas. Dari
kegiatan penambangan tersebut menyebabkan tingginya konsentrasi merkuri dalam
air tanah dan air permukaan pada daerah pertambangan. Elemen air raksa relatif tidak
berbahaya kecuali kalau menguap dan terhirup secara langsung pada paru-paru.Unsur
ini diperoleh terutama melalui proses reduksi dari cinnabar mineral. Densitasnya yang
tinggi menyebabkan benda-benda seperti bola biliar menjadi terapung jika diletakkan
di dalam cairan raksa hanya dengan 20% volumenya terendam.
Bentuk racun dari air raksa pada proses masuk pada tubuh manusia adalah methyl
mercury (CH3Hg+ dan CH3-Hg-CH3) dan garam organik, partikel mercuric khlor
(HgCl2). Methyl mercury dapat dibentuk oleh bakteri pada endapan dan air yang
bersifat asam. Ion merkuri anorganik adalah bersifat racun akut. Elemen merkuri
mempunyai waktu tinggal yang relatif pendek pada tubuh manusia tetapi
persenyawaan methyl mercury tinggal pada tubuh manusia 10 kali lebih lama merkuri
berbentuk metal (logam) dan menyebabkan tidak berfungsinya otak, gelisah/gugup,
ginjal, dan kerusakan liver pada kelahiran (cacat lahir).
Methyl mercury terakumulasi pada rantai makanan, sebagai contoh adalah merkuri
bisa masuk ke dalam tubuh manusia dengan mengkonsumsi ikan yang hidup pada
perairan yang tercemar merkuri. Senyawa phenyl mercury (C6H5Hg+ dan C6H5-HgC6H5) bersifat racun moderat dengan waktu tinggal yang pendek pada tubuh tetapi
senyawa ini berubah bentuk secara cepat pada lingkungan menjadi bentuk merkuri
anorganik. Dari survei efek bahaya, merkuri ini adalah bersifat racun bagi semua

bentuk kehidupan, dan bersifat lambat untuk dikeluarkan dari tubuh manusia. Methyl
mercury beracun 50 kali lebih kuat daripada merkuri anorganik.
2.3 Nilai Ambang Batas
Daya racun suatu bahan tergantung pada kualitas dan kuantitas bahan tersebut.
Dengan jumlah sedikit sudah membahayakan manusia ini tidak lain karena
kualitasnya cukup memadai untuk membunuh. Oleh sebab itu pengetahuan akan sifat
fisika dan kimia bahan beracun dan berbahaya sangat penting bagi karyawan yang
bekerja dalam pabrik.
Kegunaan bahan, akibatnya terhadap manusia dan lingkungan, tanaman dan hewan,
walau sebagai pengetahuan umum sangat penting peranannya. Demikian juga sifat
bahan

terhadap

pengaruh

temperatur

tinggi,

terhadap

air,

terhadap benturan dan sebagainya perlu dipahami oleh para karyawan di pabrik.
Nilai ambang batas pada mulanya ditujukan pada karyawan yang bekerja di
perusahaan industri yaitu untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja selama
mereka bekerja dalam pabrik. Sebagai karyawan yang bekerja untuk puluhan tahun
harus terjamin kesehatannya akibat kondisi udara dan lingkungan kerjanya. Udara
sekelilingnya haruslah memenuhi syarat kesehatan walaupun mengandung bahan
tertentu. Agar udara memenuhi syarat kesehatan maka konsentrasi bahan dalam udara
ditetapkan batasannya.
Artinya konsentrasi bahan tersebut tidak mengakibatkan penyakit atau kelainan
selama delapan jam bekerja sehari atau 40 jam seminggu. Ini menunjukkan bahwa di
tempat kerja tidak mungkin bebas polusi udara.
Nilai ambang batas adalah alternatif bahwa walau apapun yang terdapat
dalam lingkungan kerjanya, manusia merasa aman. Dalam perkataan lain, nilai
ambangbatas juga diidentikkan dengan kadar maksimum yang diperkenankan. Kedua
pengertian ini mempunyai tujuan sama.

Daya tahan manusia atau reaksi fisiologi manusia berbeda terhadap bahan
tertentu seperti misalnya reaksi suatu bangsa terhadap penyakit tertentu. Di samping
itu efek cuaca dan dan musim turut mempengaruhi konsentrasi sehingga antara satu
periode perlu mendapat perubahan. Untuk keadaan lain nilai ambang batas ini
diambil secara rata-rata.

2.4 Dampak merkuri


Mercury memiliki sejumlah efek yang sangat merugikan pada manusia, di antaranya
sebagai berikut :

Keracunan oleh merkuri nonorganik terutama mengakibatkan terganggunya


fungsi ginjal dan hati.

Mengganggu sistem enzim dan mekanisme sintetik apabila berupa ikatan


dengan kelompok sulfur di dalam protein dan enzim.

Merkuri (Hg) organik dari jenis methyl mercury dapat memasuki placenta dan
merusak janin pada wanita hamil sehingga menyebabkan cacat bawaan,
kerusakan DNA dan Chromosom, mengganggu saluran darah ke otak serta
menyebabkan kerusakan otak.

Walaupun mekanisme keracunan merkuri di dalam tubuh belum diketahui dengan


jelas, beberapa hal mengenai daya racun merkuri dapat dijelaskan sebagai berikut
(Fardiaz, 1992) :

Semua komponen merkuri dalam jumlah cukup, beracun terhadap tubuh.

Masing-masing komponen merkuri mempunyai perbedaan karakteristik dalam


daya racun, distribusi, akumulasi, atau pengumpulan, dan waktu retensinya di
dalam tubuh.

Transformasi biologi dapat terjadi di dalam lingkungan atau di dalam tubuh,


saat komponen merkuri diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya.

Pengaruh buruk merkuri di dalam tubuh adalah melalui penghambatan kerja


enzim dan kemampuannya untuk berikatan dengan grup yang mengandung
sulfur di dalam molekul enzim dan dinding sel.

Kerusakan tubuh yang disebabkan merkuri biasanya bersifat permanen, dan


sampai saat ini belum dapat disembuhkan.

2.5 Studi Kasus


Minamata adalah sebuah desa kecil yang menghadap ke laut Shiranui, bagian selatan
Jepang sebagian besar penduduknya hidup sebagai nelayan, dan merupakan
pengkonsumsi ikan cukup tinggi, yaitu 286-410gram/hari. hasil tangkapan mulai
menurun drastis ditandai dengan punahnya jenis karang yang menjadi habitat ikan
yang menjadi andalan nelayan Minamata. Tahun 1908 berdiri PT Chisso dengan
Motto dahulukan Keuntungan perkembangannya pada tahun 1932. Industri ini
berkembang dan memproduksi berbagai jenis produk dari pewarna kuku sampai
peledak. Dengan dukungan militer industri ini merajai industri kimia dan dengan
leluasa membuang limbahnya ke teluk Minamata diperkirakan 200-600 ton Hg
dibuang selama tahun 1932-1968. Selain merkuri limbah PT Chisso juga berupa
mangan, thalium dan selenium. Bencana mulai nampak pada tahun 1949 ketika
Pada tahun 1953 beberapa ekor kucing yang memakan ikan dari teluk Minamata
mengalami kejang, menari-nari, dan mengeluarkan air liur beberapa saat kemudian
kucing ini mati. Tahun 1956 adanya laporan kasus gadis berusia 5 tahun yang
menderita gejala kerusakan otak, gangguan bicara, dan hilangnya keseimbangan
sehingga tidak dapat berjalan. Menyusul kemudian adalah adik dan empat orang

tetangganya. Penyakit ini kemudian oleh Dr. Hosokawa disebut sebagai Minamata
Desease. Pada tahun 1958 terdapat bukti bahwa penyakit minamata disebabkan oleh
keracunan Methyl-Hg, hal ini ditunjukkan dengan kucing yang mengalami kejang dan
disusul kematian setelah diberi makan Methyl-Hg.
Pada tahun 1960 bukti menyebutkan bahwa PT Chisso memiliki andil besar dalam
tragedi Minamata, karena ditemukan Methyl-Hg dari ekstrak kerang dari teluk
Minamata. Sedimen habitat kerang tersebut mengandung 10-100 ppm Methyl-Hg,
sedangkan di dasar kanal pembuangan pabrik Chisso mencapai 2000 ppm. pada tahun
1968 pemerintah secara resmi mengakui bahwa pencemaran dari pabrik Chisso
sebagai sumber penyakit minamata. Penyakit ini ternyata juga ditemukan pada janin
bayi. Penyakit ini ternyata menurun secara genetis sehingga keturunnya dipastikan
akan menidap penyakit minamata, sehingga orang-orang disana tidak mau mengakui
bahwa mereka berasal dari Minamata karena takut tidak ada orang yang mau menjadi
jodohnya.
2.6 Penyebab
Tahun 1959 merupakan tahun yang penting, baik bagi para penderita penyakit
Minamata maupun terhadap riwayat penelitian dari penyakit tersebut. Merkuri, yang
telah dicurigai sebagai penyebab sejak sekitar September 1958, mengundang lebih
banyak perhatian lagi. Tanggal 19 Februari 1959, Tim Survei Penyakit
Minamata/Keracunan Makanan dari Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan
mengumumkan pentingnya penelitian terhadap distribusi merkuri pada Teluk
Minamata. Tim ini dibentuk pada Januari 1959 sebagai tim penelitian di bawah
Kementerian Kesehatan Masyarakat, semua anggotanya berasal dari Kelompok
Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Kumamoto. Sebagai hasil survey
tersebut, terungkap sebuah fakta yang mengejutkan. Disebutkan, kadar merkuri yang
sangat tinggi dideteksi pada tubuh ikan, kerang-kerangan, dan lumpur dari Teluk
Minamata yang dikumpulkan pada saat terjadinya penjangkitan Penyakit Minamata.

Secara geografi, merkuri ditemukan dalam konsentrasi tertingginya di sekitar mulut


kanal pembuangan pabrik Chisso dan kadarnya menurun pada jarak yang jarak
semakin jauh ke laut lepas. Data tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa merkuri
berasal dari kanal pembuangan pabrik dalam lumpur (masyarakat menyebutnya dobe)
sekitar mulut saluran pembuangan di Hyakken, dua kilogram merkuri per ton, seakan
tempat tersebut merupakan tambang merkuri. Wajar jika kemudian kelompok
penelitian yang melakukan studi di tempat tersebut dibuat terkejut. Kelak, sebuah
cabang baru perusahaan Chisso Minamata Chemicalsdibuat khusus untuk
mengklaim merkuri yang terdapat di dalam Teluk Minamata, maka Pantai Minamata
memang telah menjadi sebuah tambang merkuri.Konsentrasi merkuri yang tinggi
tidak hanya ditemukan di Teluk Minamata. Kadar yang tinggi juga ditemukan pada
rambut warga yang tinggal di sepanjang Laut Shiranui, khususnya di distrik
Minamata. Setelah dibandingkan dengan penduduk di kota Kumamoto. Level
tertinggi dari merkuri yang dideteksi pada rambut penderita penyakit Minamata
adalah 705 ppm, jumlah tertinggi dari warga Minamata yang sehat adalah 191 ppm,
dan mereka yang tinggal di luar areal Minamata adalah sekitar 4,42 ppm. Kadar
merkuri yang besar juga dideteksi pada air seni penderita Penyakit Minamata,
berkisar antar 30-120 gamma per hari.
Konsentrasi merkuri yang tinggi ditemukan pada ikan dan kerang-kerangan yang
berasal dari Teluk Minamata, dan menyebabkan Penyakit Minamata pada tikus dan
kucing percobaan. Mereka memiliki kandungan merkuri antara 20-40 ppm, yang
memperkuat dugaan bahwa merkuri telah menyebar luas pada area Laut Shiranui.
Standar nasional merkuri yang diperbolehkan di lingkungan saat ini adalah 1,0 ppm.
Tingkat merkuri yang tinggi juga ditemukan pada organ-organ mayat penderita
penyakit Minamata dan dalam organ kucing, baik yang secara alami, maupun yang
mengalaminya karena dalam percobaan diberi makan ikan dan kerang-kerangan dari
Teluk Minamata. Ditemukannya kadar merkuri yang tinggi pada rambut penduduk di
distrik ini menunjukkan mereka-orang dewasa, bayi, anak-anak dan ibu merekasemua terkontaminasi merkuri berat, dengan atau tanpa adanya gejala dengan mereka.

Jika masalah ini ditanggapi dengan baik, mungkin dapat meramalkan datangnya
perjangkitan Penyakit Minamata yang laten. Sebelum kasus-kasus pasien dengan
omset yang lambat dan gejala-gejala laten menjadi masalah serius seperti sekarang
ini. Meski demikian, dalam kenyataannya, kandungan merkuri pada rambut tidak
dianggap sebagai faktor menentukan dalam menegakkan diagnosa Penyakit
Minamata, dan meletakkan garis batas bahwa kandungan merkuri pada rambut
penduduk adalah tinggi, baik pasien ataupun bukan. Jadi, di sini juga terjadi suatu
kesalahan dalam memanfaatkan data yang ada. Meski harus diakui, Kelompok
Penelitian telah mengumpulkan data-data yang berguna menyangkut Penyakit
Minamata dan merkuri.
Pada 22 Juli 1959, Kelompok Penelitian Penyakit Minamata mengambil kesimpulan
di akhir penemuan: Penyakit Minamata merupakan suatu penyakit neurologis yang
disebabkan oleh konsumsi ikan dan kerang-kerangan lokal, dan merkuri telah
menarik perhatian besar sebagai racun yang telah mencemari ikan dan kerangkerangan. Teori Merkuri Organik.
Tanggal 12 November 1959, anggota Komite Dewan Investigasi Makanan dan
Sanitasi Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan memaparkan laporan berikut ini
kepada menteri berdasarkan laporan oleh Tim Survei Keracunan Makanan/Penyakit
Minamata. Penyakit Minamata adalah suatu penyakit keracunan yang utamanya
mempengaruhi sistim saraf pusat akibat mengkonsumsi ikan dan kerang-kerangan
dari Teluk Minamata dan sekitarnya dalam jumlah besar, dimana agen penyebab
utamanya adalah semacam campuran merkuri organik. Jadi, dalam hal ini merkuri
organik secara resmi diumumkan sebagai substansi penyebab Penyakit Minamata.
Walau begitu, tanggal 13 November, di hari berikutnya, Tim Survei Penyakit
Minamata/Keracunan Makanan dari Dewan Investigasi Makanan dan Sanitasi
dibubarkan secara resmi oleh Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan.
Sementara itu, Dr. Leonard T. Kurland (NIH USA) mengunjungi Minamata pada
September 1958 dan memeriksa beberapa pasien. Ia mengambil beberapa contoh
makanan dari laut, air laut dan lumpur untuk dibawa ke Amerika dan dianalisa. Ia

menulis sebuah artikel pada sebuah surat kabarAsahi Shinbun dan Mainiji Shinbun
tanggal 8 Desember 1959, yang memperkuat kesimpulan yang dibuat oleh
Universitas Kumamoto bahwa substansi penyebab dari Penyakit Minamata adalah
merkuri organik.
Sebelum ditemukan bahwa merkuri merupakan penyebab dari penyakit minamata,
banyak teori yang muncul dari berbagai peneliti mengenai penyebab dari penyakit
minamata ini.
Adapun teori-teori tersebut antara lain:
a. Teori Mangan
September 1956, beredar sebuah isu di Minamata bahwa kemungkinan mangan
merupakan penyebab utamanya. Sumber dari berita ini adalah Kelompok Peneliti
Kumamoto. Mangan wajar dicurigai sebagai substansi penyebab, karena kelainan
pada sistem ekstrapiramidal ditetapkan sebagai salah satu gejala klinis yang khas,
ditambah lagi bila ada alterasi pada gangguan basalis. Mangan juga merupakan
suatu kemungkinan yang logis karena kandungannya ditemukan pada air laut, air
limbah, ikan, kerang, dan juga dalam organ-organ dalam penderita dalam jumlah
besar. Secara resmi, mangan diumumkan sebagai penyebab yang dicurigai pada
tanggal 4 November 1956, pada konferensi pertama yang diadakan Kelompok
Peneliti Penyakit Minamata untuk melaporkan temuan mereka.
b. Teori Thallium
Pada Mei 1958, diperkenalkan sebuah teori baru, yang mengajukan thallium
sebagai penyebab. Hal ini terjadi karena thallium ditemukan dalam jumlah besar
(300 ppm) pada limbah dan pembuangan pabrik di Teluk Minamata. Thallium
yang secara eksperimental sangat beracun, ditemukan terkandung dalam debu
yang dihasilkan oleh Cottreli precipitator yang digunakan dalam produksi asam
sulfur di pabrik.Namun setelah diadakan penelitian lebih lanjut ternyata gejala
penyakit akibat thallium, cukup berbeda dengan penyakit Minamata. Sehingga
teori thallium tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
c. Teori Selenium

Bulan April 1957, teori selenium sebagai penyebab utama diperkenalkan oleh
Profesor Kitamura, mengingat sejumlah besar selenium ditemukan pada cairan
lim bah yang dibuang oleh pabrik di teluk minamata. Secara klinis, gangguan
penglihatan dan ginjal akibat keracunan selenium terlihat lebih signifikan jika
dibandingkan dengan penyakit Minamata. Namun, pada keracunan selenium, lesi
pada sel korteks otak jarang ditemukan dan perwujudan klinisnya terbatas pada
bergugurannya rambut dan memberatnya gejala-gejala umum. Dengan demikian,
teori selenium akhirnya ditolak.
2.7 Kerugian
Hingga 30 April 1997, jumlah penduduk Propinsi Kumamoto dan Kagoshima yang
menyatakan diri sebagai korban Minamata disease berjumlah lebih dari 17.000 orang.
Sebanyak 2264 diantaranya telah diakui oleh Pemerintah dan 1408 diantaranya telah
meninggal sebelum 31 Oktober 2000. Penyakit Minamata terjadi akibat banyak
mengkonsumsi ikan dan kerang dari Teluk Minamata yang tercemar metil merkuri.
Penyakit Minamata bukanlah penyakit yang menular atau menurun secara genetis.
Pada tahun 1968 pemerintah Jepang menyatakan bahwa penyakit ini disebabkan oleh
pencemaran pabrik Chisso Co., Ltd. Metil merkuri yang masuk ke tubuh manusia
akan menyerang sistem saraf pusat. Gejala awal antara lain kaki dan tangan menjadi
gemetar dan lemah, kelelahan, telinga berdengung, kemampuan penglihatan
melemah, kehilangan pendengaran, bicara cadel dan gerakan menjadi tidak
terkendali. Beberapa penderita berat penyakit Minamata menjadi gila, tidak sadarkan
diri dan meninggal setelah sebulan menderita penyakit ini. Penderita kronis penyakit
ini mengalami gejala seperti sakit kepala, sering kelelahan, kehilangan indra perasa
dan penciuman, dan menjadi pelupa. Meskipun gejala ini tidak terlihat jelas tetapi
sangat mengganggu kehidupan sehari-hari. Selain itu yang lebih parah adalah
penderita congenital yaitu bayi yang lahir cacat karena menyerap metil merkuri dalam
rahim ibunya yang banyak mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi metil merkuri.
Ibu yang mengandung tidak terserang penyakit Minamata karena metil merkuri yang

masuk ke tubuh ibu akan terakumulasi dalam plasenta dan diserap oleh janin dalam
kandungannya.
Panyakit Minamata tidak dapat diobati, sehingga perawatan bagi penderita hanya
untuk mengurangi gejala dan terapi rehabilitasi fisik. Disamping dampak kerusakan
fisik, penderita Minamata juga mengalami diskriminasi sosial dari masyarakat seperti
dikucilkan, dilarang pergi tempat umum dan sukar mendapatkan pasangan hidup.
Hingga April 30 April 1997, jumlah penduduk Propinsi Kumamoto dan Kagoshima
yang menyatakan diri sebagai korban Minamata disease berjumlah lebih dari 17.000
orang. Sebanyak 2264 diantaranya telah diakui oleh Pemerintah dan 1408 diantaranya
telah meninggal sebelum 31 Oktober 2000. Disamping itu 10.353 yang telah resmi
dinyatakan sebagai penderita atau korban Minamata menerima ganti rugi sebagai
kompensasi, sehingga jumlah penderita penyakit Minamata akibat keracunan merkuri
dilaporkan sekitar 12.617 orang. Akan tetapi jumlah sesungguhnya masih belum
diketahui secara pasti karena ada sebagian korban yang telah meninggal dunia
sebelum dikeluarkannya pernyataan resmi oleh pemerintah dan terdapat pula sebagian
korban yang enggan melapor karena malu. Penyakit ini tidak hanya terjadi di
Minamata. Tahun 1965 penyakit Minamata menyerang warga yang tinggal di
sepanjang Sungai Agano di Kota Niigata akibat pembuangan limbah merkuri oleh
Showa Denko. Penyakit ini dikabarkan juga terjadi di China dan Kanada. Sungai dan
danau di Amazon dan Tanzania juga tercemar merkuri dan menimbulkan masalah
kesehatan yang mengkhawatirkan.
Penyelesaian
Pada kasus minamata pemerintah jepang mengawasi dengan ketat tentang
pembuangan limbah dari industri yang dapat berdampak mencemari lingkungan dan
mahluk hidup yang ada disekitarnya serta menindak dengan tegas apabila ada industri
yang nakal agar tidak terjadi bencana pada kasus minamata tersebut. Pada industriindustri yang menggunakan bahan baku air raksa dan merkuri sebisa mungkin
mengganti bahan baku tersebut dengan bahan baku pengganti yang aman untuk
kesehatan dan lingkungan hidup sekitaranya. Pemilihan bahan baku yang ramah

lingkungan sangat diperlukan. Selain itu tata cara pembuangan limbah berbahaya
harus dipatuhi.
2.7 Upaya Pengurangan Resiko Bahaya Terhadap Lingkungan:
1. Air limbah dari proses industri diperlukan proses pengolahan sebelum dibuang
ke lingkungan. Salah satu rangkaian proses sederhana yang diperlukan untuk
penurunan kadar merkuri adalah berupa proses koagulasi, sedimentasi, dan
filtrasi. Menurut Droste (1994), dari rangkaian proses tersebut dapat menurunkan
kadar merkuri sebesar 20 90 %.
2. Pada proses pemanasan / pemijaran campuran biji emas dengan air raksa akan
menguapkan air raksa yang ada, sehingga kegiatan ini harus dilakukan jauh dari
pemukiman penduduk, dan dalam pelaksanaannya harus memperhatikan arah
angin.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Penyakit minamata atau Sindrom minamata adalah sindrom kelainan fungsi saraf
yang disebabkan oleh keracunan akut air raksa. Gejala-gejala sindrom ini seperti
kesemutan pada kaki dan tangan, lemas-lemas, penyempitan sudut pandang dan
degradasi kemampuan berbicara dan pendengaran. Pada tingkatan akut, gejala ini
biasanya memburuk disertai dengan kelumpuhan, kegilaan, jatuh koma dan
akhirnya mati.
2. Konsentrasi merkuri yang tinggi ditemukan pada ikan dan kerang-kerangan yang
berasal dari Teluk Minamata, dan menyebabkan Penyakit Minamata pada tikus dan
kucing percobaan. Mereka memiliki kandungan merkuri antara 20-40 ppm, yang
memperkuat dugaan bahwa merkuri telah menyebar luas pada area Laut Shiranui.

Standar nasional merkuri yang diperbolehkan di lingkungan saat ini adalah 1,0
ppm.
3. Pada kasus minamata pemerintah Jepang mengawasi dengan ketat tentang
pembuangan limbah dari industri yang dapat berdampak mencemari lingkungan
dan mahluk hidup yang ada disekitarnya serta menindak dengan tegas apabila ada
industri yang nakal agar tidak terjadi bencana pada kasus minamata tersebut.
3.2 Saran
1. Agar setelah membuat makalah ini, penulis diharapkan lebih memahami lagi
dengan kasus Minamata.
2. Agar penulis lebih memerhatikan lagi skema penulisan.
3. Agar penulis lebih mengerti lagi apa dampak dari tragedi Minamata.

DAFTAR PUSTAKA
Soemirat, Juli. 1999. Epidemiologi Lingkungan. Bandung: Gajah Mada University
Press
Anonimus A, 2012. http://id.wikipedia.org/wiki/Epidemiologi. Tanggal akses: 19
November 2012
Anonimus B, 2012. http://id.wikipedia.org/wiki/Raksa.Tanggal akses: 19 November
2012
Anonimus C, 2012. http://www.artikellingkunganhidup.com/gambar/kasus+minama
ta+jepang.htm. Tanggal akses: 19 November 2012
Anonimus D, 2012. http://www.jejaringkimia.web.id/2010/12/belajar-dari-kasusmina mata-dan-tragedi.html. Tanggal akses: 19 November 2012
Anonimus E, 2012. http://zahirastore.blogspot.com/p/bahaya-merkuri. Tanggal
akses: 19 November 2012

Anda mungkin juga menyukai