Anda di halaman 1dari 26

PROSEDUR TAHAPAN PEKERJAAN

PASAK DAN MAHKOTA JAKET

Disusun Oleh:
Falensia Octaria, S.K.G
04074881618015

Dosen Pembimbing:
drg. Siti Rusdiana Puspa Dewi, M. Kes

PENDIDIKAN PROFESI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017

1
I. Informasi Kasus

Data Pribadi Pasien


Nama Pasien : Arfah Anggraina
Umur : 19 tahun
Suku : Melayu
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat Tetap : Lorong Sawah No.218 RT 07 RW 03 Kelurahan
30 Ilir Palembang
Telepon/Hp : 089674627068
Pendidikan Terakhir : SLTA
Pekerjaan : Mahasiswa
Peserta Asuransi : -
Riwayat Penyakit/ Kelainan Sistemik
Penyakit/ kelainan Penyakit/ kelainan
Ada Disangkal Ada Disangkal
sistemik sistemik
Alergi  HIV + AIDS 
Penyakit jantung  Penyakit pernafasan/ 
paru
Penyakit tekanan darah  Kelainan pencernaan 
tinggi
Penyakit kencing manis/  Penyakit ginjal 
DM
Penyakit kelainan darah  Penyakit/ kelainan 
kelenjar ludah
Penyakit hepatitis  Epilepsi 
Kelainan hati lainnya 

2
STATUS UMUM PASIEN
Rujukan : Datang sendiri
Keadaan umum : Sehat, Compos mentis
Berat badan : 46 kg
Tinggi badan : 160 cm
Indeks Massa Tubuh (IMT) : kg/m2 (Kurus)
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88 denyut/ menit
Pernafasan : 22 kali/ menit
Pupil mata : Normal

ANAMNESIS
Keluhan utama :
Pasien perempuan berusia 19 tahun mengeluhkan gigi seri yang besar atas
kiri dan kanan berlubang besar dan berwarna kehitaman sejak 1 tahun lalu dan
pernah terasa sakit spontan 5 bulan lalu, sampai sekarang gigi tersebut masih
terasa ngilu jika terkena makanan atau minuman yang dingin dan pernah ditambal
sementara di dokter gigi 2 minggu lalu. Pasien juga mengeluhkan gigi seri yang
kecil atas kiri berlubang besar dan berwarna kehitaman sejak 1,5 tahun lalu,
pasien tidak mengeluhkan rasa sakit dan gigi tersebut belum pernah dirawat
sebelumnya. Pasien ingin gigi-giginya tersebut dirawat.

Kebiasaan buruk : -
Riwayat sosial : -

PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL


Wajah :  Simetri  Asimetri
Bibir :  Sehat  Ada kelainan

Kelenjar getah bening submandibula :


Kanan :  Tidak teraba  Teraba (lunak/kenyal/keras)
 Sakit  Tidak sakit

3
Kiri :  Tidak teraba  Teraba (lunak/kenyal/keras)
 Sakit  Tidak sakit
Kelenjar lainnya : -

KEADAAN UMUM INTRA ORAL


Debris :  Tidak ada Ada, regio: d,f
Kalkulus :  Tidak ada Ada, regio: -
Plak :  Tidak ada Ada, regio: a,b,c,d,e,f
Perdarahan papilla interdental :  Tidak ada Ada, regio: a,c
Gingiva :  Sehat
 Ada kelainan:
Nodula pada permukaan distal gigi 46
meluas ke oklusal berwarna sama dengan
gingival sekitarnya, tidak sakit saat palpasi
kecuali sisi distal yang berwarna
kemerahan dan sakit saat palpasi.
Mukosa :  Sehat
 Ada kelainan:
Lesi ulseratif berwarna putih dikelilingi tepi
kemerahan agak cekung sakit saat palpasi
diameter ± 0,5 cm.

Palatum :  Sehat
 Kelainan/ anomali
Lidah :  Sehat/ normal
 Kelainan/ anomali:
Terdapat 3 alur pada permukaan dorsal 2/3
anterior lidah 1 alur dipertengahan lidah dengan
kedalaman ± 0,5 mm dengan panjang ± 0,5 cm (2
alur) dan 3 cm (1 alur), berwarna sama dengan
jaringan sekitar, tidak sakit saat palpasi.
Dasar mulut :  Sehat  Ada kelainan

4
Hubungan rahang :  Ortognati  Retrognati  Prognati
Kelainan gigi-geligi :  Tidak ada  Ada

OHI-S
DI CI OHI-S = DI + CI Ket :  baik
0 0 0 0 0 0 = 2/6 + 0  sedang
1 0 1 0 0 0 = 0,33  buruk

Temuan Masalah
1. Pemeriksaan klinis
- Gigi 21
Terdapat tambalan sewarna gigi di mesial gigi 21, warna tambalan berbeda
dengan gigi aslinya dan terdapat sedikit tambalan yang lepas.
Pemeriksaan Subjektif : tidak ada keluhan
Pemeriksaan Objektif : perkusi (-), dan palpasi (-)
- Gigi 22
Terdapat tambalan sementara di mesial gigi 22, tambalan dalam keadaan
baik dan tidak lepas.
Pemeriksaan Subjektif : tidak ada keluhan
Pemeriksaan Objektif : perkusi (-), dan palpasi (-)
2. Pemeriksaan radiografi

Pada gigi 21 dan 22 terdapat gambaran radiopak di mesial mahkota yang


di bawahnya terdapat gambaran radiolusen hingga mencapai tanduk kamar

5
pulpa. Memiliki satu saluran akar berbentuk lurus dan terdapat gambaran
radiopak di sepanjang saluran akar. Garis kontinuitas lamina dura yang
mengelilingi akar gigi terputus di daerah apikal.
3. Diagnosis : Nekrosis Pulpa post endodontik gigi 21 dan 22
4. Rencana perawatan : Pasak logam cor dan mahkota jaket akrilik.

6
I
)y
(w
c
g
M
d
b
n
tlu
o
k
h
im
s
a
p
re
P
Preparasi Mahkota Pasak
1. Preparasi Bagian Mahkota
PASAK

Pasak adalah bahan restoratif kaku yang dimasukkan dalam saluran akar
gigi. Fungsi pasak untuk menambah retensi restorasi dan melindungi struktur gigi
yang tersisa.

Prosedur tahapan pembuatan pasak dan mahkota jaket:

 Preparasi dimulai dengan membuang sisa jaringan mahkota. Pemotongan


bagian distal dimulai dari sudut mesial menuju disto-servikal. Bagian
mesial yang tersisa dipotong serong mulai dari tengah diagonal menuju
sudut mesio-servikal. Cara ini dilakukan agar gigi sebelahnya tidak ikut
terpreparasi.

7
 Sisa bagian tengah digerinda sehingga hasilnya terdiri dari dua bidang
yaitu labial dan palatal.
 Sebaiknya jaringan gigi pada bagian labial dan palatal jangan dipreparasi
sampai di bawah tepi gusi agar tidak terjadi penutupan pinggiran
preparasi oleh gusi yang dapat mengganggu ketepatan pencetakan. Nanti
sebelum pasak dipasang, barulah pinggiran gigi dapat dipreparasi
kembali sampai 0,5 mm di bawah permukaan gusi pada bagian labial
dengan tujuan agar estetis dan mengurangi penumpukan plak.
Setelahnya, baru dilakukan pencetakan untuk pembuatan crown.

2. Preparasi Saluran Akar


 Preparasi dimulai terlebih dahulu dengan menggunakan bur bulat
tergantung pada besarnya garis tengah akar.
 Pengambilan guttapercha dapat dilakukan dengan instrumen putar yang
disebut dengan peso reamers/drill yang dipasang pada contra angle low
speed. Perlu diusahakan agar bahan pengisi saluran akar tidak tertarik
keluar semua, tetapi pada daerah apeks masih terisi dengan guttapercha
dan pasta pengisi saluran akar (sekitar 5 mm) dengan tujuan untuk
mempertahankan integritas penutupan saluran akar(menjaga hermetis
seal apeks) dan mencegah terjadinya re-infeksi.Penggunaan peso
reamersdimulai dari ukuran yang terkecil untuk membuat jalan masuk
(perintis), kemudian dilanjutkan ke ukuran yang lebih besar untuk
melebarkan saluran akar.
 Saluran akar dilebarkan dan dibentuk hingga penampangnya berbentuk
oval dengan sumbu panjang dalam arah labiolingual untuk mencegah
rotasi.
 Diameter saluran akar kurang lebih 1/3 ukuran penampang permukaan
akar. Dalamnya 2/3 panjang akar atau sedikitnya sama dengan panjang
mahkota gigi asli yang diganti.
 Dibuat seat atau dudukan berbentuk shoulder sedalam 0,7-1 mm dengan
bentuk mengikuti keliling akar dengan lebar 1/6 diameter akar,

8
tujuannya untuk mencegah patahnya inti oleh adanya daya gigit dari gigi
lawan.
 Untuk memeriksa hasil preparasi digunakan santigen yang dipanaskan
sampai lunak kemudian dicetakkan ke dalam preparasi. Jika preparasi
sudah memadai, tahap selanjutnya adalah membuat pola lilin pasak inti.

Gambar 1. Restorasi pasak dengan panjang yang ideal. A. Mahkota pasak, B. Panjang pasak, C.
Bahan pengisian saluran akar pada bagian apeks.

Gambar 2. Preparasi mahkota pasak


1. Dilihat dari labial
2. Dilihat dari proksimal
3. Dilihat dari insisal
a. Gigi masih utuh
b. Pemotongan mahkota bagian mesial
c. Pemotongan mahkota bagian distal
d. Pemotongan sisa mahkota
e. Pembentukan saluran akar dan dudukan
1) Diameter akar
2) Lebar dudukan 1/6 diameter akar
3) Diameter pasak 1/3 diameter akar
4) Lebar pundak 1/6 diameter akar 9
Ferrule Effect

Efek Ferrule didefinisikan sebagai vertical band dari struktur gigi pada

aspek gingival dari suatu preparasi mahkota gigi. Efek ini digunakan pada

preparasi pasak dalam bentuk kontrabevel melingkari gigi. Untuk menghasilkan

efek ferrule, jaringan gigi yang sehat disisakan sekitar 2 mm diatas gusi. Preparasi

ferrule ini menguatkan aspek koronal dari preparasi pasak, menghasilkan suatu

dudukan oklusal, dan bertindak sebagai bentuk antirotasi.

Gambar 3. Preparasi Ferrule Effect 2 mm Berbentuk Kontra Bevel Melingkari Gigi di atas
Servikal Gigi untuk Menambah Resistensi Pasak
(Baum dan Phillips, 1995; Garoushi dan Vallitu, 2006)

Efek ferrule manambah retensi, tetapi yang lebih utama adalah menyediakan

resistensi pada gigi. Preparasi ferrule dengan tinggi 1 mm telah menunjukkan

resistensi yang lebih baik daripada gigi yang direstorasi pasak tanpa menggunakan

sistem ferrule. Penelitian lain menunjukkan bahwa preparasi ferrule 1,5 - 2 mm

memberikan keuntungan ketahanan pasak maksimum dan dapat mencegah

terjadinya fraktur akar, walaupun ada beberapa pola fraktur pada koronal yang

masih dapat direstorasi kembali.

10
Pembuatan Pola Lilin Untuk Pasak Dan Inti
Pembuatan pola lilin dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu langsung
(direct method) dan cara tidak langsung (indirect method)

1. Metode Tidak Langsung (indirect method)


 Memasukkan bahan cetak elastomer ke dalam saluran akar dengan
semprotan.
 Sebatang kawat yang diulas bahan perekat (tray-adhesive).
 Kawat dengan adhesive dilumuri bahan cetak.
 Kawat dimasukkan ke saluran akar dengan gerak memompa (pumping-
action).
 Dengan kawat pada tempatnya dilakukan pencetakan dengan bahan cetak
elastomer.
 Cetakan (impression) yang sudah jadi.
 Model kerja dengan pola lilin.

Gambar 4.Pembentukan pola lilin untuk pasak/inti

2. Metode Langsung (direct method)

11
 Lilin inlay dipanaskan di atas lampu spiritus, ditekan menyerupai bentuk
kerucut sampai lunak. Lilin dimasukkan ke dalam saluran akar yang telah
dibasahi dengan aquades. Dipadatkan penuh pada seluruh preparasi saluran
akar dan membentuk atap.
 Membuat guratan pada kawat stift (paper-clip)(sebagai retensi
inlay).Kemudiankawat dipanaskan terlebih dahulu, laluditekan masuk ke
dalam lilin di saluran akar. Pada bagian atap stift disisakan tidak tertutup
lilin dan dibengkokkan sebagai tanda yang membedakan bagian palatal dan
labial.
 Setelah lilin mengeras dan melekat pada kawat, pola lilin ditarik keluar dari
saluran akar untuk melakukan koreksi. Koreksi ini dapat dilakukan dengan
membandingkan hasil preparasi saluran akar yang tercetak pada santigen.
 Bentuk akhir pola inti menyerupai bentuk preparasi mahkota jaket hanya
saja ukurannya lebih kecil. Setelah model malam telah baik, maka model
tersebut dapat ditanam dan dicor dengan logam.

(a) (b) (c) (d) (e)


Gambar 5.Pembentukan pola lilin untuk pasak inti dengan metode langsung.
a) Pengisian saluran akar dengan lilin inlay. b) Penekanan/pemadatan lilin dengan alat.
c) Pola pasak dengan kawat paper-clip. d)Pembentukan inti dilihat dari labial
e) Pembentukan inti dilihat dari proksimal

Pembuatan Mahkota Sementara


Pada pembuatan mahkota pasak seluruh jaringan mahkota akan dihilangkan,
maka untuk melekatkan suatu mahkota diperlukan pasak sementara. Pasak
sementara dapat dibuat dari sisa paper-clipyang dilipat sampai kedua ujungnya

12
merapat seperti pada Gambar6. Kedua ujung yang merapat dapat direnggangkan
seperlunya agar jika dimasukkan dalam saluran akar terdapat friksi/gesekan
terhadap dinding saluran akar agar dapat memegang pasak pada tempatnya.
Mahkota sementara untuk keperluan ini dapat digunakan mahkota sementara
buatan pabrik yang ukuran, bentuk, dan warna disesuaikan. Dapat juga
menggunakan gigi artifisial yang terbuat dari akrilik dan harus memenuhi syarat
estetik. Bagian palatal gigi akrilik dikurangi sedemikian rupa, sehingga tersedia
tempat yang cukup untuk penempatan kawat paper clip yang berfungsi sebagai
pasak sementara (Gambar7). Kemudian mahkota ini disemenkan pada preparasi.
Untuk memudahkan pengeluaran, digunakan semen fletcher yang biasa digunakan
sebagai bahan tambalan sementara.

Gambar 6.Pembuatan pasak/ inti sementara


a) Sebagai bahan pasak dapat dipakai kawat paper-clips yang
diluruskan dan dipotong menurut ukuran.
b) Kawat dipegang di tengahnya dengan tang berparuh lancip,
kemudian ditekuk dengan ibu jari dan jari telunjuk.
c) Dengan tang berparuh lebar kedua ujung kawat dirapatkan.
d) Kedua ujung diregangkan untuk mendapatkan retensi gesek
dengan dinding saluran akar.
e) Pasak/inti sementara pada tempatnya di saluran akar.

13
Gambar 7.Pembuatan mahkota sementara
a. (1) Pasak/ inti sementara
(2) Gigi artifisial yang telah diubah bentuknya
(3) Self-curing acrylic
b. Pembentukan dan penyelesaian mahkota sementara
c. Mahkota berpasak sementara :
(1) Pasak kawat; (2) Gigi artificial; (3) Self-curing acrylic

Pengecoran Pasak
Tahap kerja pengecoran logam terdiri dari :
1. Pemasangan saluran cor (sprue) pada pola lilin
Kawat yang dipakai untuk membuat pola lilin dapat berfungsi sebagai sprue.
Untuk mencegah terjadinya porositas pengisutan (shrinkage porosity) pada
sprue ditambahkan reservoir.
2. Pemendaman (investing)
Sebelum pemendaman dilakukan, terlebih dahulu dibuat pembentuk kawah
(crucible form) dari lilin pada sebuah tabung casting ring. Kawah pengecoran
dengan slinger sebaiknya dibuat dangkal, yaitu kerucut kawah yang bersudut
±120º, sedangkan jika pengecoran dilakukan dengan mesin sentrifugal harus
dibentuk lebih curam yaitu 80º- 90º. Pola lilin harus dibersihkan terlebih
dahulu menggunakan kuas dan air sabun atau denganalkohol untuk
menghilangkan tegangan permukaan. Adukan bahan pendam diulaskan secara

14
tipis pada permukaan pola lilin sampai semua lilin diliputi oleh adukan semen.
Pola lilin yang telah terulas dimasukkan ke dalam tabung cor.Kemudian tabung
cor diletakkan pada pembentuk kawah lalu diisi dengan bahan pendam.
3. Pembakaran (burning out)
4. Pengecoran (casting)
5. Penyelesaian (finishing)
Pada tahap ini, hasil cor tidak perlu dipoles karena permukaan yang kasar
menjadi tempat retensi antara semen dengan permukaan pasak.

Pemasangan Pasak
1. Pasak dicoba dimasukkan ke dalam saluran akar. Jika terdapat kelebihan logam
seperti bintil logam yang dapat menghalangi arah masuk atau insersi, maka
kelebihan logam tersebut dipotong/dibuang. Kemudian diperiksa apakah
retensinya sudah baik, hubungan tepi inti dengan sisa mahkota juga diperiksa.
2. Inti tidak boleh tergigit gigi antagonis. Khusus untuk koreksi posisi gigi, inti
dapat dibengkokkan sesuai dengan maksud koreksi maksimal 30°.
3. Pada pasak terlebih dahulu dibuat alur lolos (escape vent) sebagai tempat
mengalirnya semen dengan mudah untuk menghilangkan adanya tekanan balik
dari pasak pada saat penyemenan. Tekanan balik ini akan menyulitkan
pengepasan pasak (Gambar 8).

Gambar 8. Pembuatan alur lolos (escape vent) pada pasak

4. Untuk melekatkan pasak dalam saluran akar digunakan adukan semen yang
agak encer à dimasukkan ke saluran akar menggunakan sonde atau reamer.
Semen yang digunakan yaitu GIC tipe 1.
5. Pasak juga dilumuri dengan adukan semen tersebut kemudian dimasukkan ke
dalam saluran akar dan dipertahankan kedudukan yang semestinya sampai

15
semen setting. Untuk memudahkan pekerjaan, kelebihan semen dibuang
sebelum semen mengeras.

Preparasi Bagian Mahkota


1. Dilakukan preparasi seperti pada prinsip preparasi mahkota jaket, hanya saja
disesuaikan dengan sisa jaringan gigi yang tertinggal.
 Pengurangan bagian insisal
 Setebal 1,5 - 2 mm menggunakan batu roda kecil (putaran rendah)
fisura diamon/ roda diamon (putaran
cepat)
 Sebelah lingual-labial membentuk sudut 45 derajat

 Pengurangan permukaan proksimal


Tonggak bagian proksimal bersudut 6 derajat terhadap bidang sagital
menggunakan:
 Diskus karborandum (putaran rendah)
 Fisura diamon bentuk meruncing diameter 0,8 - 1 mm (putaran cepat)

 Pengurangan permukaan labial


Cara pengurangan bagian labial menurut Hampson (1973) sama dengan
Baum (1981): Bur diamon bentuk tappered diletakkan dipertengahan

16
permukaan labial, selanjutnya dilakukan pengurangan gigi sampai sedikit
di bawah DEJ. Tindakan ini sebagai panduan sampai pada batas operator
melakukan pengurangan bagian labial. Preparasi dilanjutkan dengan
menggerakkan bur ke arah mesial dan distal sampai seluruh email dan sedikit
dentin hilang dengan arah bur yang konstan sehingga tidak terjadi undercut.
Pengurangan setebal 0,7 - 1 mm. Hasil preparasi :
 miniatur bentuk gigi asli konveksitas arah mesiodistal dan gingivo-
insisal.
 untuk menghindan terjadinya undercut dan perforasi karena bentuk
ruang pulpa sesuai dengan bentuk anatomi gigi.

Cara pengurangan bagian labial menurut McLean (1979) :


Bur diamon bentuk tapered  panduan berbentuk salib.

 Pengurangan permukaan palatal


 Email daerah cingulum dikurangi dengan bur fisura tapered/silindris
kearah servikal mengikut permukaan palatal 
kesejajaran/paralelisme akan menambah retensi mahkota jaket.
 Pengurangan cingulum ke insisal dengan menggunakan bur roda/wheel
stone

17
 Preparasi daerah servikal gigi
 Sesuai dengan indikasi.
 Menggunakan bur fisura,cutting egde halus.
 Pundak bagian labial masuk ke subgingival 0,5 mm.
 Pundak bagian palatal tepat pada margin gingiva.

Akhiran Preparasi

Gambar 9. Desain cavosurface margin: (a). Knife-edge, (b). Chamfer,


(c). Shoulder, (d). Bevel shoulder
 Knife-edge/feather edge atau shoulderless
Bentuk preparasi ini dapat digunakan untuk restorasi yang terbuat dari
logam. Keuntungan dari bentuk akhiran preparasi ini adalah pengambilan
jaringan yang lebih sedikit, namun preparasi tidak dapat dievaluasi secara
tepat pengurangan di bagian tepi servikal sehingga dapat mengakibatkan
akhiran tepi servikal terlalu dalam di sulkus gingiva dan mengiritasi jaringan
periodontal.
Kekurangan dari akhiran tepi servikal knife-edge ini adalah batasnya sulit
dilihat secara jelas pada gigi yang dipreparasi maupun pada model. Bentuk
akhiran ini memerlukan pengamatan secara lebih teliti oleh laboran terutama
pada saat membuat pola malamnya. Bentuk knife-edge merupakan akhiran
tepi servikal yang digunakan pula pada restorasi yang terbuat dari bahan

18
emas karena preparasinya dapat dibuat secara lebih mudah dan pengambilan
jaringan gigi tidak terlalu banyak, sehingga tidak membahayakan jaringan
pulpa gigi.

 Preparasi shoulder
Preparasi shoulder ini adalah preparasi yang mempunyai bahu
mengelilingi seluruh servikal sehingga disebut full shoulder atau partial
shoulder jika hanya bagian labial/bukal. Preparasi ini lebih menjamin
adanya ruangan yang cukup di daerah servikal terutama untuk kelompok
restorasi metal porselen atau metal akrilik. Teknik preparasi ini lebih sulit
dan tidak mungkin dikerjakan pada gigi yang mempunyai ruang pulpa yang
besar. Bur yang digunakan dalam pembuatan akhiran tepi servikal ini adalah
bur bentuk fisur runcing yang ujungnya rata. Bur ini digunakan apabila
diperlukan ruangan untuk penempatan restorasi yang terbuat dari porselen.

 Preparasi bevel shoulder (bentuk setengah bahu)


Bentuk akhiran tepi servikal ini merupakan kombinasi dari bentuk bahu
penuh yang disertai dengan bevel. Preparasi bevel shoulder ternyata dapat
menghasilkan kontur yang baik untuk penempatan tepi restorasi karena jika
bahu ditempatkan pada lokasi yang tepat maka tepi bevel dapat berada
dalam sulkus gingival tanpa mengganggu dasar sulkus gingiva. Preparasi ini
memenuhi dua syarat penting pada daerah servikal yaitu, memberikan
ruangan yang cukup untuk bahan restorasi yang diperoleh dari bahu dan
memungkinkan adaptasi tepi yang adekuat dari bevel. untuk membuat bahu
dan bevel di sub gingiva, bahu perlu dipreparasi setinggi tepi gusi yang
sehat dan kemudian ditambahkan bevel 0,3-0,5 mm. Cara preparasi ini
memungkinkan kontrol penempatan tepi restorasi dengan baik. Bentuk bevel
shoulder ini digunakan sebagai akhiran tepi servikal pada restorasi metal
porselen, namun porselen tidak ditempatkan pada bagian bevelnya. Bagian
bevel biasanya ditempati oleh metal collar atau restorasi yang bagian
leher/tepi servikalnya terbuat dari logam.

19
 Akhiran preparasi bentuk chamfer
Beberapa peneliti menganggap sebuah akhiran servikal yang bersudut
tumpul atau bentuk dengan potongan melintang yang melengkung disebut
dengan chamfer. Bell dkk yang dikutip oleh Reitemeier menyatakan bahwa
preparasi dilakukan dengan pengurangan setebal 1,5 mm, sudut garis
internal yang membulat dari sudut cavosurface sebesar 135°. Desain
preparasi tepi ini sangat menguntungkan jika dipakai untuk lahkota logam
porselin, karena tepi logamnya dapat dibuat relatif tipis. Bentuk chamfer
seringkali digunakan sebagai akhiran tepi servikal dari restorasi yang terbuat
dari logam, namun bukan berarti bahwa bentuk chamfer lebih istimewa jika
dibandingkan dengan bentuk akhiran preparasi servikal lainnya.

Pencetakan

1. Bersihkan gigi dengan air dalam syringe (water spray), dan keringkan dengan
udara (air spray).
2. Pasang benang retraksi (retraction cord) dengan bantuan pinset dan plastic
filling, pada sulkus interproksimal mengelilingi cavosurface margin.
Sebelumnya benang retraksi dicelupkan pada larutan aluminium klorida 25%
atau epinephrine agar melunak sehingga tidak melukai gingiva. Pertama-tama
bentuklah benang retraksi menyerupai huruf “ U’ dan lingkarkan mengelilingi
gigi yang telah dipreparasi. Tahan benang dengan ibu jari dan jari telunjuk
sambil sedikit menekan benang ke arah subgingiva (Gambar A).
Kemudian perlahan-lahan selipkan benang di antara gigi dan gingiva bagian
mesial interproksimal dengan bantuan pinset dan plastic filling, setelah
terpasang dengan baik, lanjutkan memasang pada sisi distal interproksimal
(Gambar B). Lanjutkan pemasangan pada permukaan lingual yang diawali dari
sudut mesiolingual menuju sudut distolingual. Catatan: ujung/tip alat
diposisikan menghadap benang retraksi yang telah dipasang untuk mencegah
terlepasnya benang retraksi (Gambar C). Benang retraksi berfungsi untuk
mengekspos sementara akhiran preparasi (chamfer/shoulder) selama proses
pencetakan final agar didapat kerapatan tepi (marginal fit) yang baik antara

20
restorasi akhir dengan gigi untuk mencegah terjadinya iritasi gingiva dan
karies sekunder.

Gambar 10. Pemasangan benang retraksi. A) Bentuk loop U B) pemasangan pada sisi
interproksimal C) Pemasangan pada sisi lingual (Shillingburg et al, 1997)

Plastic filling diposisikan membentuk angulasi 45° terhadap akar gigi (tidak
sejajar sumbu gigi) untuk membantu penempatan benang retraksi pada
subgingiva (Gambar A). Benang retraksi dipotong pada sisi distal
interproksimal (Gambar B) dan sisanya dilanjutkan hingga menutupi sisi
mesial interproksimal (Gambar C).

21
3. Lakukan pencetakan dengan menggunakan bahan cetak elastomer. Beberapa
teknik pencetakan yang paling sering digunakan yaitu teknik pencetakan
putty/wash 1 tahap dan putty/wash 2 tahap.

 Teknik Pencetakan Putty/wash 1 Tahap


Pada pencetakan ini, bahan putty dan wash digunakan secara bersama-
sama.Pada teknik ini, sendok cetak diisi dengan bahan putty dan
materialwash diinjeksikan di sekitar gigi yang telah dipreparasi. Bahan
wash kemudian ditempatkan di atas sendok cetak yangtelah diisi dengan
bahan putty, dan setelah itu pencetakan dapat dilakukan. Teknik ini
merupakan teknik yang paling sederhana danpaling sering digunakan.
Metode ini dapat mengurangi waktu prosedur pencetakan.Keuntungan
lain dari teknik ini adalah lebih menghemat material yangdigunakan.

Gambar 11. Material wash diinjeksikan di sekitar gigi yang telah dipreparasi

Gambar 12. Bahan wash ditempatkan di atas sendok cetak yang telah diisi dengan
bahan putty, dan kemudian dilakukan pencetakan.

 Teknik Pencetakan Putty/wash 2 Tahap


 Berikan adhesif pada permukaan sendokcetak.
 Campur putty base dan tetesan katalis pada pad yang disediakan.

22
 Berikan alas plastik di atas seluruh lengkung gigi yang berfungsi
sebagai spacer. Masukan putty ke dalam sendok cetak, tempatkan pada
posisinya dalam mulut. Tahan kurang lebih 3 menit hingga
mengeras,sedikit perubahan bentuk tidaklah penting apabila
dipergunakan spacer.
 Keluarkan sendok cetak dan keringkan permukaannya. Buang spacer.
Aduk bahan light bodied. Masukkan bahan light bodied yang telah
dicampur kedalam cetakan di atas seluruh lengkung (tidak hanya di
sekitar cetakan pada gigi yangtelah dipreparasi).
 Suntikkan juga bahan light bodied di sekeliling gigi yang dipreparasi
(penggunaan semprotanudara secara perlahan akan membantu
menyebarkan bahan lightbodied di atas permukaan preparasi).
 Tempatkan kembali sendok cetak ke dalam mulut dan tahan selama
kira-kira 5 menit. Gunakan tekanan jari yang ringan. Lepaskan sendok
cetak, kemudian dilakukan pengecoran untuk mendapatkan model
kerja.

Pembuatan Mahkota
1. Bentuk, warna dan ukuran mahkota harus memenuhi estetika
2. Dilakukan penentuan warna gigi pasien dengan menggunakan shade guide.
3. Prosedur pembuatan mahkota pasak sama dengan pembuatan mahkota jaket.

Tabel 1. Perbedaan mahkota jaket akrilik dan porselen


Akrilik Porselen
Indikasi  Untuk mahkota jaket sementara  Untuk mahkota jaket permanen
 Untuk semua gigi anterior atas dan bawah  Khusus untuk gigi insisivus sentralis atas
(ideal)
Kontra-  Gigi yang kecil  Gigi anterior bawah
indikasi  Gigi crowded
 Gigitan edge to edge

23
 Deep overbite
Pundak Boleh penuh, sebagian, tanpa pundak Harus pundak penuh dengan tipe square sudut
90°

Pemasangan Mahkota Pasak (PostCrown)


Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat uji coba pemasangan/try in
mahkota pasak (post crown) antara lain :
1. Estetik
Warna dari post crown harus sesuai dengan gigi asli yang ada dalam rongga
mulut. Bentuk dan ukuran harus disesuaikan dengan anatomi gigi.
2. Oklusi
Tidak boleh terjadi kontakprematur yang akan mengakibatkan traumatik
oklusi. Untuk mengetahuinya digunakan articulating paper, adanya teraan
yang lebih tebal menunjukkan adanya kontak prematur.
3. Adaptasi
Periksa keakuratan/kerapatan tepi servikal antara tepi mahkota jaket dengan
bagian servikal gigi. Pada bagian pundak, pinggiran mahkota tidak boleh
menekan gusiatau overhang (terlihat margin gingiva yang pucat), karena
kelebihan mahkota dapat menjadi tempat tertimbunnya plak yang akan
mengakibatkan peradangan gusi.

4. Kedudukan
Mahkota tidak boleh labioversi ataupun palatoversi, disesuaikan dengan
kedudukannya terhadap gigi lain yang ada dalam rongga mulut.
5. Daerah Titik Kontak
Untuk pemeriksaan daerah titik kontak digunakan dental floss.Daerah titik
kontak harus dapat dilalui oleh dental flossini (harus ada hambatan tanpa
merobek dental floss).

Penyemenan Post Crown

24
Semen yang akan digunakan harus disesuaikan dengan bahan crown.
Semen-semen yang mengandung eugenol (zinc oxide eugenol cement, alumina
EBAcement) tidak cocok untuk menyemen mahkota yang terbuat dari bahan
akrilik, karena akan bereaksi dengan bahan akrilik dimana akrilik akan berubah
warna, menjadi lunak dan permukaannya menjadi retak-retak (crazing).
Semen jenis komposit memiliki sifat mekanis yang lebih baik. Semen jenis
polikarboksilat memiliki sifat adhesi terhadap dentin dan glasir lebih baik
daripada semen zincphospat dimana semen zinc phospat lebih mudah larut dalam
cairan mulut.
Semen yang akan digunakan adalah GIC tipe 1 (luting cement)dengan
jumlah powder : liquid, cara, dan lama pengadukan sesuai petunjuk pabrik.
Kemudian oleskan selapis adonan semen dengan merata ke dalam mahkota,
sebagian diulaskan merata pada sekeliling preparasi post untuk mencegah
terkurungnya gelembung udara pada sudut pundak.
Letakkan mahkota pada posisi yang benar, tekan perlahan untuk
memberikan kesempatan adonan semen mengalir dan mencegah terjadinya
jebakan udara. Ditekan sampai didapat fitness yang benar, lihat kedudukan ketika
oklusi, apakah sesuai dengan sebelum pemasangan, jika tidak segera dibuka dan
diulangi. Setelah baik kedudukannya, mahkota ditekan dengan jari secara merata
sampai setting time semen selesai. Pada bagian bukal dan palatal, sisa-sisa semen
dibersihkan menggunakan sonde atau ekskavator ketika semen setengah
mengeras,sedangkan pada bagian proksimal/interdental sebaiknya segera
dibersihkan menggunakan dental floss yang sudah diletakkan sebelumnya.

Instruksi Pada Pasien


Instruksi yang diberikan sama dengan instruksi pada pembuatan mahkota
jaket, dimana pasien diminta tidak menggunakan mahkota pasak untuk menggigit
sesuatu yang keras dengan sengaja. Pasien diminta untuk datang kembali untuk
kontrol 3-7 hari setelah pemasangan. Periksa: keluhan subjektif, kegagalan
sementasi, kegoyangan, keadaan gusi, dan kebersihan mulutnya (retensi

25
makanan). Serta dilakukan pengecekan kembali menggunakan dental floss pada
daerah proksimal.

Palembang,
Disetujui oleh
Pembimbing Konservasi Gigi

drg. Siti Rusdiana Puspa Dewi,


M.Kes

26

Anda mungkin juga menyukai