Anda di halaman 1dari 51

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Proyek

Proyek pembangunan Gedung Gereja Katedral Santa Maria, Lokasi Kota


Samarinda provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu usaha Dinas
Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Timur dalam upaya renovasi gedung
gereja lama yang dianggap kurang memadai. Proyek ini dilaksanakan oleh PT.
Cahaya Mitra Nusantara sebagai kontraktor pelaksana, konsultan perencana yaitu
PT. Marannu Maraya Maindan dan PT. Blantika Multi Engineer sebagai
manajemen konstruksi.

Berdasarkan metode pelaksanaannya, pembangunan Gedung Gereja Katedral


Santa Maria merupakan konstruksi beton bertulang yang dalam proses
pekerjaannya dilaksanakan dengan metode Bottom-up dimana proses
pembangunan gedung diawali dari proses pembangunan struktur bagian bawah
menuju bagian atas. Pemilihan metode pelaksanaan ini disebabkan oleh beberapa
hal seperti ketersediaan sumber daya manusia yang terlatih cukup memadai jika
dibandingkan dengan metode Top-Bottom serta ketersediaan alat berat yang lebih
memungkinkan untuk menggunakan metode konstruksi Bottom-up.

4.2 Alat dan Bahan yang digunakan

Setiap kegiatan konstruksi membutuhkan alat-alat tertentu yang sesuai dengan


kebutuhan untuk mendukung kegiatan di dalamnya. Alat-alat yang digunakan bisa
berupa alat berat, alat bantu, ataupun alat pendukung.

1
4.2.1 Alat Berat

Adapun alat berat yang digunakan dalam proyek Pembangunan Gedung Gereja
Katedral Santa Maria, antara lain:

4.2.1.1. Concrete Mixer Truck

Concrete truck mixer seperti pada Gambar 4.1 adalah alat pengangkut beton dari
tempat pembuatannya (batching plant) ke lokasi proyek. Truk ini terus mengaduk
dan selama proses pengangkutan, molen truk mixer harus selalu dalam keadaan
berputar sesuai dengan arah jarum jam dalam perjalanannya agar pasta beton yang
ada di dalamnya tidak mengeras.

Gambar 4.1 Concrete Mixer Truck

Saat hendak mengeluarkan adukan maka putarannya akan berubah menjadi


berlawanan dengan arah jarum jam. Truk mixer dilengkapi oleh tangki air yang
berada di atas alat pengaduk yang berfungsi untuk membersihkan pengaduk dari
sisa-sisa campuran beton setelah digunakan untuk mencampur. Truk ini
disediakan oleh perusahaan pembuat beton.

2
4.2.1.2. Crane

Crane (Gambar 4.2) diperlukan terutama sebagai pengangkut vertikal bahan-


bahan untuk pekerjaan struktur, seperti besi beton, bekisting beton cor, dan
material lainnya. Penempatan crane harus direncanakan bisa menjangkau seluruh
areal proyek konstruksi bangunan yang akan dikerjakan dengan manuver yang
aman tanpa terhalang. Penggunaan crane tersebut harus memperhitungkan beban
maksimal yang mampu diangkatnya. Operator crane harus siap untuk
mengakomodasi perintah pengangkutan dari mandor atau pengawas di daerah
jangkauannya.

6
Gambar 4.2 Crane

Crane ini digunakan untuk memindahkan benda-benda yang sulit diangkat dengan
tenaga manusia seperti, tiang pancang, besi, dan bagian dari alat berat. Dalam
proyek ini digunakan 1 crane.

4.2.1.3. Concrete Pump

Concrete pump (Gambar 4.3) adalah sebuah mesin/alat yang digunakan untuk


menyalurkan adonan beton segar dari bawah ke tempat pengecoran atau tempat
pengecoran yang letaknya sulit dijangkau oleh truck mixer. Struktur beton

3
bertulang banyak dipilih untuk bangunan tingkat tinggi, maka diperlukan alat-alat
konstruksi yang dapat menunjang proses pembangunan tersebut.

Gambar 4.3 Concrete Pump

Concrete pump jenis mobile berupa alat pompa beton yang menjadi satu kesatuan
dengan truk sehingga lebih mudah untuk berpindah tempat. Sedangkan, concrete
pump jenis fixed  berupa alat pompa beton yang biasanya dalam posisi menetap.

4.2.1.4. Truck

truck berfungsi sebagai alat pengangkut material dari jarak sedang hingga jauh.
Pada proyek Pembangunan Gedung Gereja Katedral Samarinda, truck digunakan
untuk mengangkut material yang akan digunakan seperti tulangan, kayu, pasir,
dan sebagainya.

4
Gambar 4.4 Truck

4.2.1.5. Excavator

Excavator (Gambar 4.5) adalah alat berat yang biasa digunakan dalam industri
konstruksi, pertanian atau perhutanan. Excavator memiliki fungsi utama untuk
menggali dan memuat tanah galian tersebut ke dalam truck atau lokasi
penumpukan. 

Gambar 4.5 Excavator


4.2.2 Alat Bantu

5
4.2.2.1 Waterpass

Waterpass (sipat datar) merupakan salah satu alat pengukuran yang digunakan
khusus untuk menentukan beda tinggi antara titik-titik di permukaan bumi.

Gambar 4.6 Waterpass

4.2.2.2 Bar Cutter

Bar Cutter merupakan mesin yang digunakan untuk memotong besi


tulangan. Cara kerja alat ini yaitu baja yang akan dipotong dimasukkan ke dalam
gigi bar cutter, kemudian pedal pengendali di pijak dan dalam hitungan detik baja
tulangan akan terpotong.

6
Gambar 4.7 Bar Cutter

4.2.2.3 Concrete Vibrator

Concrete vibrator (Gambar 4.8) digunakan untuk memadatkan beton pada saat
pengecoran sehingga memperkecil rongga-rongga udara yang ada di dalamnya
dan meratakan adukan agar menyebar ke segala arah. Alat ini terdiri dari ujung
penggetar dan kabel penghubung dengan mesin diesel. Cara kerja alat ini adalah
dengan menggetarkan ujung getar (nail) yang dimasukkan ke dalam adonan beton
hingga ke sela-sela bekisting dan tulangan selama proses pengecoran berlangsung.

Gambar 4.8 Concrete Vibrator

7
4.2.2.4 Scafolding

Kegunaan dari alat ini adalah sebagai penyangga pekerjaan struktur (perancah),
penyangga bekisting, membantu pekerjaan finishing, pemasangan kabel dan lain-
lain. Scaffolding juga dapat memperkecil lendutan yang terjadi pada saat adukan
beton dituangkan ke dalam bekisting. Tinggi rendahnya scaffolding dapat diatur
sesuai dengan kebutuhan. Cara operasionalnya adalah dengan menggabungkan
tiap bagian di atas, sehingga menjadi suatu konstruksi penyangga sementara
seperti pada Gambar 4.9.

Gambar 4.9 Scaffolding

Scaffolding terdiri dari beberapa bagian, antara lain:


a. Jack base, bagian yang terdapat di bagian paling bawah, dilengkapi
dengan ulir untuk mengatur ketinggian.
b. Main frame, portal besi yang dirangkai di atas jack base.
c. Cross brace, penghubung dua main frame dipasang arah melintang.
d. Ladder, tambahan di atas main frame jika ketinggian mengalami kekurangan.
e. Joint pin, penghubung main frame dan ladder.
f. U-head jack, bagian atas main frame dan ladder yang berfungsi untuk
penyangga kayu kaso pada bagian bekisting.

8
4.2.2.5 Gerobak Dorong

Gerobak sorong seperti pada Gambar 4.10 merupakan wahana kecil untuk
membawa barang yang biasanya mempunyai satu roda saja. Gerobak di desain
untuk didorong dan dikendalikan oleh seseorang menggunakan dua pegangan di
bagian belakang gerobak. Penggunaan gerobak roda satu juga memudahkan
pengguna untuk mengosongkan isi muatan. Pada proyek pembangunan Gedung
Gereja Katedral Santa Maria gerobak sorong digunakan untuk mengangkut tanah
hasil galian ke lokasi pembuangan.

Gambar 4.10 Gerobak Sorong

4.2.2.6 Mesin Molen

Mesin molen atau concrete mixer (Gambar 4.11) digunakan untuk mencampur
semen, pasir, kerikil, dan air untuk membentuk beton. Dengan mesin ini hasil
adukan akan tercampur lebih merata dan lebih sempurna. Mesin molen
menggunakan drum berputar untuk mencampur komponen-komponen tersebut.

9
Gambar 4.11 Mesin Molen (Concrete Mixer)

4.2.2.7 Alat Cetak Benda Uji

Alat cetak benda uji beton (Gambar 4.12) berfungsi sebagai cetakan dalam
pembuatan benda uji beton. Setiap proses produksi beton, diambil sample untuk
benda uji beton. Setelah itu tiap masing-masing benda uji diberi nama sesuai
dengan lokasi pengecoran dan tipe beton/mutu betonnya. Alat cetak benda uji
beton ini mempunyai bentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.

Gambar 4.12 Alat Cetak Benda Uji Beton (Silinder)

10
4.2.2.8 Alat Uji Slump

Uji slump adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan


kekakuan/konsistensi (dapat dikerjakan atau tidak) dari campuran beton segar
untuk menentukan tingkat workability-nya. Kekakuan dalam suatu campuran
beton menunjukkan berapa banyak air yang digunakan. Untuk itu uji slump
menunjukkan bahwa campuran beton kekurangan, kelebihan, atau cukup air.
Adapun alat yang digunakan adalah cetakan kerucut, linggis dan penggaris

Gambar 4.13 Alat uji slump

4.2.2.9 Rambu Ukur

Rambu ukur merupakan alat bantu yang digunakan untuk membantu waterpass
dalam proses penentuan aelevasi.

11
Gambar 4.14 Rambu ukur

4.2.2.10 Unting-unting

Unting-unting merupakan alat yang digunakan para proses pengecekan


kedudukan bekisting.

Gambar 4.15 Unting-unting

12
4.2.3 Bahan

4.2.3.1 Kayu

Kayu yang dipakai pada proyek ini digunakan sebagai bantalan base plate pada
scaffolding dan beberapa untuk waller pada bekisting. Kayu yang digunakan
harus berkualitas baik, tua, belum kering, dan tidak bercacat.

Gambar 4.16 Kayu


4.2.3.2 Paku

Paku meruakan bahan yang sangat penting dalam pekerjan bekisting. Paku
digunakan sebagai alat penyambung antar kayu atau plywood tebal yang ingin
dijadikan bekisting.

Gambar 4.17 Paku

13
4.2.3.3 Kawat Bendrat

Kawat bendrat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.18 berfungsi sebagai
pengikat rangkaian tulangan-tulangan antara satu tulangan dengan yang lainnya.
Sehingga, membentuk suatu rangkaian rangka elemen struktur yang siap dicor.

Gambar 4.18 Kawat Bendrat

4.2.3.4 Beton Decking

Beton decking adalah beton atau spesi yang dibentuk sesuai ukuran selimut beton
yang diinginkan. Biasanya berbentuk kotak-kotak seperti tahu atau berbentuk
silinder seperti terlihat pada Gambar 4.19. Pada saat membuatnya diisikan kawat
bendrat pada bagian tengah yang nantinya digunakan dengan cara diikatkan pada
tulangan.

Gambar 4.19 Beton Decking


4.2.3.5 Baja Tulangan

14
Baja tulangan biasanya digunakan sebagai kerangka dari kolom, balok, dan plat
lantai. Beton hanya diperhitungkan dalam memikul gaya tekan sedangkan
tulangan diperhitungkan memikul gaya tarik.

Oleh karena itu, fungsi utama baja tulangan adalah menahan gaya tarik dan
mencegah retak beton agar tidak melebar. Terdapat dua jenis baja tulangan yang
digunakan pada proyek ini yaitu tulangan ulir dan tulangan polos.

Gambar 4.20 Baja Tulangan

4.2.3.6 Bata Merah

Bata merah merupakan material penyusun dinding. Bata merah yang digunakan
para proyek pembangunan Gedung Gereja Katedral Santa Maria merupakan bata
merah dengan dimensi 23 cm x 11 cm dengan tebal 5 cm.

15
Gambar 4.21 Bata Merah

4.3 Tahapan Pekerjaan

Selama kegiatan praktik kerja lapangan berlangsung, Pembangunan Gedung


Gereja Katedral Santa Maria telah berada pada tahap pekerjaan upper structure
yaitu pekerjaan kolom, balok dan plat lantai. Oleh sebab itu maka penulisan
selanjunya akan diuraikan mengenai pekerjaan kolom, pekerjaan balok dan plat
lantai.

4.3.1 Pekerjaan Kolom

Pekerjaan kolom yang ditinjau pada proyek Pembangunan Gedung Gereja


Katedral Santa Maria adalah pekerjaan kolom dengan struktur beton bertulang.
Disebut sebagai struktur beton bertulang karena struktur kolom pada proyek ini
tersusun dari besi dan beton dimana beton yang digunakan adalah beton ready
mix dengan mutu beton K-300. Terdapat dua tipe kolom yang digunakan pada
proyek proyek Pembangunan Gedung Gereja Katedral Santa Maria yaitu kolom
utama dan kolom praktis. Berikut ialah spesifikasi terhadap kolom yang
digunakan pada pekerjaan Pembangunan Gedung Gereja Katedral Santa Maria.

16
Tabel 4.1 Spesifikasi Kolom Proyek Pembangunan Gedung Gereja Katedral Santa Maria

No. Jenis Kolom Tulangan Sengkang


1. K1 (O. D=500) 12 D19 D10-150
2. K2 (60 x 60) 20 D19 D10-150
3. K3 (50 x 50) 20 D19 D10-150
4. K4 (40 x 40 ) 12 D16 D10-150
5. K5 (20 x 20) 8 D16 D10-150

Pada bangunan lantai 1 menggunakan jenis kolom K1 sampai dengan K4. Untuk
lantai 2 menggunakan jenis kolom K1, K3, K4 dan K5. Sedangankan untuk lantai
3 menggunakan jenis kolom K1 dan K3. Adapun letak dan posisi dari keseluruhan
kolom tersebut selanjutnya dijelaskan kedalam Gambar 4.22, Gambar 4.23 dan
Gambar 4.24.

17
.

Gambar 4.22 Denah Kolom Lantai 1 pada proyek Pembangunan Gedung Gereja
Katedral Santa Maria

Gambar 4.23 Denah Kolom Lantai 2 pada proyek Pembangunan Gedung Gereja
Katedral Santa Maria

18
Gambar 4.24 Denah Kolom Lantai 3 pada proyek Pembangunan Gedung Gereja
Katedral Santa Maria

Kolom yang digunakan pada proyek Pembangunan Gedung Gereja Katedral Santa
Maria banyak yang merupakan kolom portal dimana kolom dari tiap lantai
terletak menerus dari lantai bawah hingga lantai atas. Jika ditinjau dari bentuk dan
komposisi material penyusunnya, tipe dari kolom pada proyek ini ialah kolom
persegi dengan tulangan longitudinal (utama) dan tulangan pengikat lateral
(sengkang). Jika ditinjau dari beban yang bekerja, tipe kolom pada proyek ini
adalah kolom yang dibebani secara konsentrik. Hal tersebut dapat dilihat
berdasarkan tipe tulangan yang digunakan berupa tulangan terdistribusi.

Selama proses pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan, proses pelaksanaan


pekerjaan kolom hanya terdapat pada pekerjaan kolom lantai 1 yang sisa sedikit
sampai dengan lantai 3.

19
4.3.1.1 Marking As Kolom

Titik–titik as kolom diperoleh dari hasil pekerjaan pengukuran dan pematokan,


yaitu marking berupa titik-titik atau garis yang digunakan sebagai dasar
penentuan letak kolom. Cara penentuan as-as kolom adalah dengan menggunakan
alat waterpass, yaitu dengan menentukan letak as awal dan kemudian dibuat as-
as yang lain dengan mengikuti jarak yang telah disyaratkan dalam perencanaan
awal. Letak as-as ini harus selalu dikontrol karena ada kemungkinan satu dan lain
hal, as-as tersebut berubah dari yang telah dibuat. Garis bantu berupa marking
lurus pada plat lantai membantu dalam penentuan as kolom ini.

4.3.1.2 Pekerjaan Pembesian

Pada proyek Pembangunan Gedung Gereja Katedral Santa Maria, sistem perakitan
tulangan kolom dilaksanakan secara langsung dengan menggunakan tenaga
manusia (konvensional). Adapun langkah pekerjaan pembuatan tulangan kolom
adalah sebagai berikut:
1) Tulangan dengan ukuran sesuai gambar kerja (shop drawing) didatangkan
oleh pihak logistik ke lokasi proyek sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan di
lapangan.
2) Pemotongan tulangan dilakukan dengan bar cutter. Pemotongan tulangan
utama dilakukan sepanjang tinggi kolom perlantai bangunan ditambah dengan
panjang penyaluran tulangan untuk keperluan penyambungan tulangan.
Panjang penyaluran kolom minimal sebesar 50 kali diameter tulangan
terbesar yang disambung. Proses pemotongan dapat dilihat pada Gambar
4.25.

20
Gambar 4.25 Pemotongan Besi Tulangan

3) Pembengkokan tulangan dilakukan dengan menggunakan mesin bending.


Untuk sengkang dengan pembengkokan pengait dengan sudut 135 ο, panjang
tulangan yang diperlukan adalah sepanjang keliling tulangan ditambah
dengan panjang pengait sebesar 6 kali diameter tulangan. Sementara untuk
pengait di ujung tulangan yang dibengkokan dengan sudut 90ο panjang
pengait yang dibutuhkan adalah 12 kali diameter tulangan. Proses
pembengkokan tulangan dapat dilihat pada Gambar 4.26.

Gambar 4.26 Pembengkokan Besi Tulangan

21
4) Perakitan kolom dilakukan secara konvensional oleh tenaga pekerja dan
dilakukan dengan mengikat tulangan sengkang dengan tulangan utama
kolom dengan menggunakan kawat bendrat. Proses perakitan tulangan dapat
dilihat pada Gambar 4.27.

Gambar 4.27 Perakitan Tulangan Kolom

Setelah tulangan kolom terakit sempurna, tahap selanjutnya ialah pekerjaan


pemasangan tulangan kolom. Adapun tahapan secara rinci terkait pekerjaan
pemasangan tulangan kolom antara lain:
1) Proses mobilisasi tulangan kolom dilakukan degan menggunakan tower
crane untuk meletakan tulangan kolom ke titik as kolom. Proses mobilisasi
tulangan dapat dilihat pada Gambar 4.28.

22
Gambar 4.28 Proses Mobilisasi Tulangan Kolom

2) Besi tulangan utama selanjutnya dirakit dengan menyambungkan tulangan


utama ke tulangan yang telah terpasang sebelumnya. Proses
menyambungakan tulangan dapat dilihat pada Gambar 4.29.

Gambar 4.29 Proses Pemasangan Tulangan Kolom

4.3.1.3 Pekerjaan Bekisting Kolom

Pekerjaan pabrikasi bekisting kolom pada proyek Gedung Gereja Katedral Santa
Maria dilakukan bersamaan saat proses pabrikasi tulangan kolom. Hal tersebut
dilakukan guna mempersingkat waktu pelaksanaan pekerjaan dilapangan. Hal ini

23
dapat dilakukan karena pada proyek Pembangunan Gedung Gereja Katedral Santa
Maria memiliki tenaga pekerja yang diklasifikasi berdasarkan material pekerjaan
yaitu tenaga kerja spesialis pembesian serta tenaga kerja spesialis kayu. Adapun
bekisting yang digunakan pada proyek ini merupakan bekisting kayu yang
dikerjakan secara konvensional dilapangan. Adapun tahap pekerjaan bekisting
kolom adalah sebagai berikut:
1) Plywood/multipleks yang digunakan sebagai material penyusun papan cetakan
bekisting dipotong sesuai dengan ukuran dimensi kolom.
2) Pada saat terpisah, balok LVL atau biasa disebut dengan gelagar bekisting
dipotong sesuai dengan letak rencna balok tersebut yang disesuaikan dengan
ukuran dimensi kolom.
3) Selanjutnya dilakukan pemotongan balok kayu lain untuk digunakan sebagai
cincin balok pengikat bekisting ataupun tiang acuan.

Gambar 4.30 Proses Pemotongan Plywood Gambar 4.31 Proses Pemotongan


Balok

Setelah seluruh komponen bekisting kolom telah dibuat, maka tahapan pekerjaan
selanjutnya ialah perakitan bekisting kolom. Adapun tahapan pekerjaan
pemasangan bekisting kolom, antara lain:

24
1) Proses mobilisasi bekisting kolom dilakukan degan menggunakan excavator,
selanjutnya mendistribusikannya kepada crane untuk meletakan bekisting
kolom ke area terdekat pada as kolom.
2) Bekisting selanjutnya dirakit pada titik-titik kolom dengan dimulai dari
dirakitnya multipleks dan balok LVL
3) Selanjutnya dipasangkan cincin balok pengikat pada playwood dan balok
LVL yang telah terpasang sebelumnya
4) langkah selanjutnya ialah dipasangnya balok penyangga.
5) Kemudian dipasang balok acuan yang berada diposisi bagian atas tiap
bekisting yang terhubung dengan bekisting lainnya. Hal ini bertujuan agar
tiap-tiap bekisting tetap berapa pada posisinya dengan cara saling mengikat
antar bekisting.

Gambar 4.32 Bekisting Kolom yang telah Terpasang

25
4.3.1.4 Pengecoran Kolom

Dalam proses pengecoran kolom terlebih dahulu dilakukan proses pengujian


beton segar berupa pengujian slump. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
tingkat kemudahan dalam proses pengecoran beton. Berikut ialah tahapan proses
pengujian slump.
1. Dilakukan proses persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
proses pengujian slump seperti gerobak dorong, palu karet, linggis, papan
kayu, cetakan benda uji serta meteran.
2. Secara bersamaan, beton readymix yang baru didatangkan dari pabrik
selanjutnya dituangkan kedalam satu unit gerobak dorong hingga terisi penuh.
3. Proses selanjutnya ialah memasukan beton readymix kedalam cetakan uji
slump sebanyak 3 lapisan dengan pengisian tiap lapisannya ialah 1/3 dari
ukuran cetakan.
4. Selanjutnya beton readymix ditusuk dengan linggis sebanyak 25 tusukan
keseluruh permukaan. Hal ini bertujuan agar tidak terdapat gelembung udara
pada beton.
5. Selanjutnya cetakan ditarik dan diletakan tepat disamping posisi beton
readymix.
6. Selanjtunya diletakan pula linggis diatas cetakan yang diposisikan dengan
bentuk seperti pada gambar dibawah.
7. Tahap selanjutnya adalah pengukuran penurunan yang terjadi pada beton
readymix. Pada proses ini akan diketahui apakah nilai penurunan yang terjadi
masih masuk kedalam nilai toleransi penurunan ataukah tidak. Proses ini
dapat dilihat pada Gambar 4.33.

26
Gambar 4.33 Proses Uji Slump di Lapangan

Adapun nilai slump untuk tiap masing-masing beton readymix yang digunakan
sebagai material pengisi kolom lantai 1 sampai dengan lantai 3 selanjutnya
dijelaskan didalam Tabel 4.2

Tabel 4.2 Tabel Nilai Slump


No Beton Readymix Nilai Slump Batas nilai Keterangan
. slump
1. Kolom lantai 1 10.7 cm Memenuhi syarat
2. Kolom lantai 2 10.5 cm 7.5 s/d 15 cm Memenuhi syarat
3. Kolom lantai 3 10.5 cm Memenuhi syarat

Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa seluruh beton readymix yang
digunakan sebagai material pengisi kolom pada proyek Pembangunan Gedung
Gereja Katedral Santa Maria masih memenuhi syarat dimana batas nilai slump
adalah 8 sampai dengan 12 cm untuk nilai penurunannya. Pada dasarnya, nilai
slump yang memenuhi syarat tersebut dapat dikatakan sebagai beton readymix
yang memiliki tingkat kemudahan (workability) yang baik. Dalam hal ini, pada
proses pengecoran beton yang digunakan tidak terlalu cair ataupun tidak terlalu
padat sehingga memudahkan proses pengecoran. Pada dasarnya, semakin kecil

27
nilai penurunan slumpnya, maka semakin kaku beton readymix. Hal tersebut
membuat tingkat kemudahan beton tersebut menjadi tidak baik. Begitu pula jika
nilai penurunannya semakin besar dan melampaui batas maka semakin cair beton
readymix tersebut. Hal ini membuat tingkat kemudahan beton tersebut menjadi
tidak baik. tersebut sehingga tingkat kemudahan.

Setelah beton readymix diuji dengan pengujian slump, tahap selanjutnya ialah
proses pembuatan sampel beton. Proses pembuatan sampel dilakukan untuk
mengetahui apakah beton yang digunakan sesuai dengan mutu beton yang
direncanakan dengan melakukan proses pengujian kuat tekan setelah sampel beton
berumur 28 hari. Pada proyek Pebangunan Gedung Gereja Katedral Santa Maria,
jenis sampel yang digunakan hanya satu jenis yaitu sampel yang berbentuk
silinder. Penggunaan satu jenis sampel didasari berdasarkan ketersediaan cetakan
benda uji yang dimiliki oleh pabrik pembuat beton readymix tersebut. Salah satu
keuntungan penggunaan jenis sampel berbentuk silinder adalah memudahkan
laboran dalam proses perhitungan kalibrasi kuat tekan beton tersebut.

Gambar 4.34 Pembuatan Sampel Beton

Setelah proses pembuatan benda uji, pekerjaan pengecoran kolom siap untuk
dilakukan. Adapun urutan pengecoran kolom pada proyek pembangunan Gedung
Gereja Katedral Santa Maria ialah sebagai berikut.

28
1) Beton readymix yang terdapat didalam concrete mixer truck didistribusikan
kedalam concrete bucket.
2) Penuangan beton harus dilakukan dengan ketentuan beton harus dituang
sedekat-dekatnya dengan tujuan akhir untuk mencegah terjadinya
pemisahan bahan-bahan akibat pemindahan adukan di dalam cetakan (RSNI
Tata Cara Perancangan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung).
3) Pemadatan tiap layer pada kolom dilakukan dengan menggunakan palu karet
yang dipukul kebagian dinding bekisting. Pemadatan dilakukan untuk
mengeluarkan gelembung-gelembung udara yang terjebak di dalam adukan
semen yang timbul pada saat penuangan beton.

Gambar 4.35 Proses Pengecoran Kolom

4.3.1.5 Pelepasan Bekisting Kolom

Proses pelepasan bekisting kolom pada proyek Pembangunan Gedung Gereja


Katedral Santa Maria dilakukan setelah 1-2 hari pengecoran dengan

29
menggunakan tenaga pekerja dalam proses pelepasan tersebut. Setiap satu
susunan bekisting kolom dapat di gunakan 2-3 kali untuk kolom berikutnya.
Proses pelepasan bekisking dilakukan dengan menggunakan alat-alat seperti
linggis dan palu. Berikut ialah proses pelepasan bekisting:
1. Pelepasan bekisting diawali dengan pelepasan balok acuan bekisting
2. Setelah balok acuan bekisting terlepas, langkah selanjutnya ialah pelepasan
cincin balok pengikat
3. Selanjutnya dilakukan pelepasan balok dan multipleks secara bersamaan.

Gambar 4.36 Proses Pelepasan Bekisting

4.3.2 Pekerjaan Balok dan Plat Lantai

Pekerjaan balok dan plat lantai yang ditinjau pada proyek Pembangunan Gedung
Gereja Katedral Santa Maria adalah pekerjaan dengan struktur beton bertulang.
Disebut sebagai struktur beton bertulang karena struktur balok dan plat lantai
pada proyek ini tersusun dari besi dan beton dimana beton yang digunakan adalah
beton ready mix dengan mutu beton K-300. Pada proyek pembangunan Gedung

30
Gereja Katedral Santai Maria, seluruh tahapan pekerjaan struktur balok dan plat
lantai dilakukan secara bersamaan. Hal tersebut dilakukan agar balok dan plat
lantai dapat terkunci dengan baik sehingga dapat meminimalisir proses perbedaan
penyusutan.

Terdapat dua tipe balok yang digunakan pada proyek Pembangunan Gedung
Gereja Katedral Santa Maria yaitu balok induk dan balok sederhana. Berikut
ialah spesifikasi terhadap balok yang digunakan pada pekerjaan Pembangunan
Gedung Gereja Katedral Santai Maria serta posisi kedua tipe balok tersebut.

Gambar 4.37 Denah Balok lantai 1 pada Proyek Pembangunan Gedung Gereja Katedral
Santa Maria

31
Gambar 4.38 Denah Balok lantai 2 pada Proyek Pembangunan Gedung Gereja Katedral
Santa Maria

Gambar 4.39 Denah Balok lantai 3 pada Proyek Pembangunan Gedung Gereja Katedral
Santa Maria

32
Tabel 4.3 Klasifikasi Balok
Tulangan Tulangan Tulangan
Jenis Sengkang
Atas Samping Bawah
Balok
Tump. Lap. Tump. Lap. Tump. Lap. Tump. Lap.
S1 (300 x 500) 5D19 5D19 6D19 6D19 ∅ 10 – 100 ∅ 10 - 200
S2 (250 x 400) 3D19 3D19 4D19 4D19 ∅ 10 – 100 ∅ 10 - 200
S3 (500 x 500) 5D16 5D16 6D19 6D19 ∅ 10 – 100 ∅ 10 - 200
B1-1(500X750) 8D19 6D19 2D10 2D10 6D19 8D19 ∅ 10 – 100 ∅ 10 - 200
B2-1(450X650) 7D19 5D19 5D19 7D19 ∅ 10 – 100 ∅ 10 - 200
B3-1(350X550) 9D19 7D19 7D19 9D19 ∅ 10 – 100 ∅ 10 - 200
B3-2(350X550) 6D19 4D19 4D19 6D19 ∅ 10 – 100 ∅ 10 - 200
B3-3(350X550) 4D19 3D19 3D19 4D19 ∅ 10 – 100 ∅ 10 - 200
B4-1(250X450) 6D19 4D16 4D16 6D16 ∅ 10 – 100 ∅ 10 - 200
B4-2(250X450) 4D16 3D16 3D16 4D16 ∅ 10 – 100 ∅ 10 - 200
B5-1(200X400) 4D16 3D16 3D16 4D16 ∅ 10 – 100 ∅ 10 - 200

Pada Lantai 1 menggunakan jenis balok S1, S2, dan S3. Pada Lantai 2
menggunakan jenis balok B1-1 sampai dengan B5-1. Sedangkan pada lantai 3
menggunakan jenis balok B3-2 sampai dengan B5-1.

33
Gambar 4.40 Denah Plat Lantai 1 pada Proyek Pembangunan Gedung Gereja Katedral
Santa Maria

Gambar 4.41 Denah Plat Lantai 2 pada Proyek Pembangunan Gedung Gereja Katedral
Santa Maria

34
Gambar 4.42 Denah Plat Lantai 3 pada Proyek Pembangunan Gedung Gereja Katedral
Santa Maria

Pada proyek Pembangunan Gedung Gereja Katedral Santai Maria, sistem


pemasangan plat yang dilakukan adalah sistem plat dua arah untuk plat lantai 1-3.
Jika ditinjau dari aksi strukturalnya, plat lantai pada proyek Pembangunan
Gedung Gereja Katedral Santai Maria merupakan plat dengan jenis kaku. Untuk
plat lantai 1-3 digunakan besi ulir sebagai tulangannya.

Tabel 4.4 Penulangan Plat Lantai Proyek Pembangunan Gedung Gereja Katedral Santa
Maria

Plat Lantai Tulangan Sistem Plat

Besi Ulir D13-200


Lantai 1 T = 150 Sistem Plat Dua Arah
(Tulangan Atas dan Bawah)
Besi Ulir D10-150
Lantai 2 T = 120 Sistem Plat Dua Arah
(Tulangan Atas dan Bawah)

35
Besi Ulir D13-200
Lantai 3 T = 140 Sistem Plat Dua Arah
(Tulangan Atas dan Bawah)

Berikut ialah tahapan dalam proses pekerjaan balok dan plat lantai

4.3.2.1 Penentuan Elevasi Balok dan Plat Lantai

Penentuan elevasi balok dan plat lantai harus dilakukan secara cermat dan teliti,
agar menghasilkan elevasi yang sama dalam pembuatan balok dan plat lantai.
Penentuan ini dilakukan dengan mengukur dari kolom atau dinding yang telah di
labeling. Ada beberapa langkah untuk menentukan elevasi balok dan plat lantai:
1. Mengukur setinggi 1,00 m dari dasar kolom dan diberi kode pada kolom
tersebut.
2. Kemudian dengan menggunakan waterpass, kolom yang lain juga diberi kode
elevasi
3. Dari kode tersebut, diukur sesuai tinggi yang diinginkan sebagai elevasi dasar
bekisting balok.
4. Kemudian dari dasar bekisting balok tersebut diukur setinggi ketinggian balok
sebagai elevasi dasar bekisting plat lantai.

4.3.2.2 Pekerjaan Bekisting/Perancah

Pekerjaan bekisting dilaksanakan setelah pekerjaan marking selesai. Pekerjaan


bekisting merupakan tahapan pekerjaan sebelum pekerjaan pengecoran. Bekisting
sendiri berfungsi sebagai wadah atau cetakan untuk beton. Pekerjaan bekisting
pada balok dan plat lantai menggunakan sistem semi modern terlihat dengan
adanya pemakaian plywood dan scaffolding.

Dalam proses pekerjaan bekisting, proses pembuatan perancah atau scaffolding


dilakukan terlebih dahulu. Setelah perancah telah terpasang selanjutnya barulah
proses pekerjaan pabrikasi bekisting plat dan balok dilakukan. Hal tersebut

36
disebabkan karena perancah merupakan bagian bekisting balok dan plat lantai
yang menahan keberadaan acuan. Sehingga pekerjaan pemasangan perancah harus
dilakukan terlebih dahulu kemudian pekerjaan pabrikasi bekisting atau acuan.
Berikut ialah proses pekerjaan pemasangan perancah pada proyek Pembangunan
Gedung Gereja Katedral Santa Maria:
1. Proses awal dilakukan pemasangan Jack Base (Jack Base)

Gambar 4.43 Pemasangan Jack Base


Keterangan:
a = Jarak main frame
b = Lebar main frame
L = Panjang jack base
c = Tinggi jack base (maks. 2/3 l)

2. Selanjutnya dilakukan pemasangan Main Frame (MF) dan Cross Brace (CB)

Gambar 4.44 Pemasangan Main Frame (2) dan Cross Brace (3)

37
3. Selanjutnya dilakukan pemasangan U-Head

Gambar 4.45 Pemasangan U-Head

4. Setelah U-Head terpasang, dilakukan pemasangan balok kayu yang berfungsi


untuk menahan beban pada saar proses pengecoran.

Gambar 4.46 Balok Kayu


5. Memasang Bottom Form

Gambar 4.47 Pemasangan Bottom Form

38
6. Memasang Side Form

Gambar 4.48 Pemasangan Side Form

7. Memasang Beam Clamp dan Stronger Beam

Gambar 4.49 Pemasangan Beam Clamp (8) dan Stronger Beam (9)

8. Memasang Balok Gelagar 8/12 arah memanjang.

Gambar 4.50 Pemasangan Balok Gelagar (10), Pemasangan Horry Beam (11), dan
Pemasangan Plywood (12)

39
Gambar 4.51 Pemasangan Scafolding di Lapangan

4.3.2.3 Pekerjaan Penulangan Balok

Pada pelaksanaan penulangan balok tahapan yang dilakukan sebagai berikut:


1. Pemasangan tulangan balok pada elevasi yang telah ditentukan dari kode
elevasi pada kolom. Tidak lupa pula dengan memperhitungkan tebal selimut
beton.
2. Tulangan atas dipasang dengan menjangkarkan ujungnya pada tulangan kolom.
Sedangkan, sengkang dimasukkan ke dalam tulangan balok satu per satu dan
diukur jarak tiap sengkang.
3. Pemasangan tulangan sengkang yang diatur jaraknya dimana jarak sengkang
pada tumpuan lebih rapat dibandingkan jarak pada lapangan. Sengkang diikat
dengan kawat bendrat. Pasang beton decking pada bagian bawah serta samping
untuk selimut beton.

40
Gambar 4.53 Pemasangan Tulangan Balok

4.3.2.4 Pembuatan Bekisting Plat Lantai

Tahapan pembuatan bekisting plat lantai adalah sebagai berikut:


2. Penyusunan scaffolding sebagai penyangga terhadap lantai di bawahnya.
Sebelum scaffolding didirikan, buatlah dasaran (base) yang cukup rata dan
kokoh. Misal dengan menggunakan papan dan kayu untuk tanah yang kurang
rata di bawahnya.
2. Setelah sejumlah scaffolding berdiri, dilanjutkan dengan kaso untuk penyangga
plywood nya.
3. Setelah semua penyangga terpasang dengan baik, dilanjutkan dengan
pemasangan plywood sebagai tahapan akhir bekisting.

41
Gambar 4.54 Pemasangan Balok Kayu Gambar 4.55 Pemasangan Plywood

4.3.2.5 Penulangan Plat Lantai

Pada proyek pembangunan Gedung Gereja Katedral Santa Maria, penulangan


plat lantai digunakan sistem dua arah dengan menggunakan besi ulir. Adapun
tahapan pekerjaan pembesian plat lantai, antara lain:

1. Menyiapkan tulangan sesuai shop drawing, selanjutnya dibawa ke lokasi plat


lantai rencana. Tulangan dibawa dengan perantara tower crane dan excavator.
Hal itu tergantung pada lokasi keberadaan plat lantai rencana.
2. Untuk menjaga jarak antara tulangan atas dengan tulangan bawah maka diberi
tulangan cakar ayam diletakkan di antara tulangan atas dan tulangan bawah.

42
Gambar 4.56 Tulangan Cakar Ayam

3. Untuk menjaga agar besi tidak menempel dengan bekisting maka diberi beton
decking.

Gambar 4.57 Beton Decking Gambar 4.58 Penulangan Plat Lantai

Beton decking yang digunakan pada proyek Pembangunan Gedung Gereja


Katedral Santa Maria merupakan beton decking yang berbentuk kubus dan
memiliki tebal 40 mm. Penggunaan beton decking berbentuk kubus disebabkan
karena proses produksinya jauh lebih mudah jika dibandingkan dengan beton
decking berukuran silinder.

43
4.3.2.6 Pengecoran Balok dan Plat Lantai

Sebelum proses pengecoran dilaksanakan, dilakukan pengujian slump terlebih


dahulu.
Berikut ialah tahapan proses pengujian slump.
a. Dilakukan proses persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
proses pengujian slump seperti gerobak dorong, palu karet, linggis, papan
kayu, cetakan benda uji serta meteran.
b. Secara bersamaan, beton readymix yang baru didatangkan dari pabrik
selanjutnya dituangkan kedalam satu unit gerobak dorong hingga terisi
penuh.
c. Proses selanjutnya ialah memasukan beton readymix kedalam cetakan uji
slump sebanyak 3 lapisan dengan pengisian tiap lapisannya ialah 1/3 dari
ukuran cetakan.
d. Selanjutnya beton readymix ditusuk dengan linggis sebanyak 25 tusukan
keseluruh permukaan. Hal ini bertujuan agar tidak terdapat gelembung
udara pada beton.
e. Selanjutnya cetakan ditarik dan diletakan tepat disamping posisi beton
readymix.
f. Selanjtunya diletakan pula linggis diatas cetakan yang diposisikan dengan
bentuk seperti pada gambar dibawah.
g. Tahap selanjutnya adalah pengukuran penurunan yang terjadi pada beton
readymix. Pada proses ini akan diketahui apakah nilai penurunan yang
terjadi masih masuk kedalam nilai toleransi penurunan ataukah tidak.

Adapun nilai slump untuk tiap masing-masing beton readymix yang digunakan
sebagai material pengisi balok dan plat lantai 1 sampai dengan balok dan plat
lantai 3 dijelaskan didalam Tabel 4.5

44
Tabel 4.5 Tabel Nilai Slump Balok
Beton Nilai Batas nilai
No. Keterangan
Readymix Slump slump
1. Balok lantai 1 11.5 cm Memenuhi syarat
2. Balok lantai 2 11.2 cm 7.5 s/d 15 cm Memenuhi syarat
3. Balok lantai 3 10.8 cm Memenuhi syarat

Tabel 4.6 Tabel Nilai Slump Plat Lantai


Beton Nilai Batas nilai
No. Keterangan
Readymix Slump slump
1. Plat lantai 1 11.5 cm Memenuhi syarat
2. Plat lantai 2 11.2 cm 7.5 s/d 15 cm Memenuhi syarat
3. Plat lantai 3 10.8 cm Memenuhi syarat

Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa seluruh beton readymix yang
digunakan sebagai material pengisi balok dan plat lantai pada proyek
Pembangunan Gedung Gereja Katedral Samarinda masih memenuhi syarat
dimana batas nilai slump adalah 8 sampai dengan 12 cm untuk nilai
penurunannya. Pada dasarnya, nilai slump yang memenuhi syarat tersebut
dapat dikatakan sebagai beton readymix yang memiliki tingkat kemudahan
(workability) yang baik. Dalam hal ini, pada proses pengecoran beton yang
digunakan tidak terlalu cair ataupun tidak terlalu padat sehingga memudahkan
proses pengecoran. Pada dasarnya, semakin kecil nilai penurunan slumpnya,
maka semakin kaku beton readymix. Hal tersebut membuat tingkat kemudahan
beton tersebut menjadi tidak baik. Begitu pula jika nilai penurunannya semakin
besar dan melampaui batas maka semakin cair beton readymix tersebut. Hal ini
membuat tingkat kemudahan beton tersebut menjadi tidak baik. tersebut
sehingga tingkat kemudahan.

Dalam proses pengecoran terlebih dahulu dilakukan proses pengujian beton


segar berupa pengujian slump. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
tingkat kemudahan dalam proses pengecoran beton. Setelah beton readymix
diuji dengan pengujian slump, tahap selanjutnya ialah proses pembuatan

45
sampel beton. Adapun tahapan pekerjaan yang dilakukan pada proses
pembuatan benda uji beton adalah sebagai berikut.
5. Pekerjaan pembuatan benda uji diawali dengan proses mempersiapkan alat
dan bahan yang akan digunakan. Adapun alat dan bahan yang digunakan
pada proses pembuatan benda uji adalah sama pada saat proses pengujian
slump. Yang membedakan adalah pada pekerjaan ini tidak dibutuhkan
cetakan berbentuk kerucut melainkan digunakannya cetakan berbentuk
silinder yang terbuat dari material baja.
6. Beton readymix yang masih tersisa pada saat proses pengujian slump
dimasukan kedalam cetakan benda uji berbentuk silinder.
7. Proses memasukan beton readymix kedalam benda uji memiliki kesamaan
dengan proses pengujian slump dimana beton readymix dimasukan
sebanyak 3 lapisan dengan masing-masing lapisan terisi sebanyak 1/3 dari
ukuran cetakan benda uji.
8. Setiap layernya dilakukan proses penusukan dengan linggis guna
menghilangkan gelembung udara didalam sampel benda uji. Pada saat
yang bersamaan, dinding cetakan benda uji dipukul dengan menggunakan
palu karet. Hal ini bertujuan agar permukaan tiap lapisan memiliki
permukaan yang rata.
1. Proses pada poin 3 dan poin 4 dilakukan secara menerus hingga lapisan
beton readymix ke tiga atau pada saat cetakan benda uji telah terisi.
2. Setelah seluruh cetakan terisi, cetakan benda uji selanjutnya dibawa
kepabrik asal pembuatan beton readymix untuk disimpan hingga umur
beton mencapai 28 hari.

4.3.2.7 Pekerjaan Pengecoran

Setelah proses pembuatan benda uji, pekerjaan pengecoran balok siap untuk
dilakukan. Adapun Tahap pengecoran pada proyek pembangunan Gedung Gereja
Katedral Santa Maria antara lain:

46
1. Material pengisi beton diaduk kering dengan menggunakan mesin batching
plant dengan sistem pengadukan dry mix dimana selanjutnya dilakukan
pengadukan seluruh material pengisi beton didalam concrete mixer truck.
2. Beton segar yang telah diaduk selanjutnya dimasukan kedalam bucket pada
concrete pump.
3. Pendistribusian beton segar kebagian bekisting balok dan plat lantai
dilakukan dengan menggunakan concrete pump dan selang premi.
4. Beton dipadatkan dengan concrete vibrator dengan maksud agar terbentuk
beton yang benar-benar padat, proses penggetaran tidak boleh terlalu lama,
bila adukan beton sudah terlihat agak mengeluarkan air (air semen sudah
memisah dengan agregat) maka vibrator dipindahkan ke titik yang lain.
5. Adukan kemudian diratakan dengan menggunakan penggaruk
6. Setelah itu adukan diratakan dengan jidar (kayu perata) sesuai dengan tinggi
plat yang sudah ditentukan.

Gambar 4.59 Proses Pengecoran Balok dan Plat Lantai

47
4.3.2.8 Pelepasan Bekisting

Pelepasan bekisting balok dan plat lantai dapat dilakukan setelah ±7 hari jika di
atasnya tidak terdapat pekerjaan yang menumpu pada struktur balok atau plat
tersebut. Pelepasan dimulai dengan mengendurkan jack base atau U-head jack
pada susunan scaffolding penyangga bekisting balok dan plat lantai. Kemudian
dilanjutkan dengan pelepasan balok kasau dan diakhiri dengan pelepasan plywood
yang menempel pada beton. Pelepasan tersebut biasanya menggunakan alat
linggis untuk mempermudah pengerjaannya.

Gambar 4.60 Proses Pelepasan Bekisting

4.3.3 Pekerjaan Dinding

Pekerjaan dinding pada proyek Pembangunan Gedung Gereja Katedral Santa


Maria menggunakan dinding batu bata merah. Selama proses kegiatan Praktik
Kerja Lapangan, kegiatan pelaksanaan pekerjaan dinding hanya terdapat pada
pekerjaan pasangan saja sehingga pembahasan selanjutnya hanya mengenai
proses pekerjaan pasangan. Dalam proyek Pembangunan Gedung Gereja Katedral
Santa Maria, pelaksanaan pekerjaan dinding memiliki tahapan pekerjaan yang
tersistematis.

48
4.3.3.1 Persiapan Alat dan Material

Pada tahap ini, dilakukan persiapan alat dan material yang akan digunakan selama
proses pekerjaan pasangan dinding. Persiapan alat dan material pada proyek
pembangunan Gedung Gereja Katedral Santa Maria dilakukan dengan proses
koordinasi antara pelaksana lapangan dengan koordinator logistik dan peralatan.
Proses koordinasi dilakukan dengan cara memberikan permintaan terhadap
material, alat dan bahan yang akan digunakan selama proses pekerjaan pasangan
dinding. Selanjutnya koordinator logistik dan peralatan membuat daftar material,
alat dan bahan yang selanjutnya diberikan kepada pihak administrasi untuk
melakukan pemesanan material serta pembelian alat dan bahan yang dibutuhkan.
Adapun material, alat dan bahan yang digunakan selama pekerjaan pasangan
dinding adalah dinding batu bata merah, semen, pasir dan air sebagai material
yang digunakan, cangkul, sekop, ember, sendok semen, meteran, benang nylon
serta molen sebagai alat yng digunakan.

4.3.3.2 Pembuatan Adukan Semen

Pada tahap ini, material seperti semen, pasir dan air diaduk menjadi satu dengan
menggunakan molen. Material diaduk hingga ketiga material tersebut tercampur
dengan rata. Adapun perbandingan antara material semen pasir dan air adalah
1:3:5. Setelah dianggap rata, maka selanjutnya campuran adukan semen tersebut
didistribusikan kebagian yang akan dilaksanakan pekerjaan pasangan bata dengan
menggunakan sendok semen dan ember.

49
Gambar 4.61 Proses pencampuran material penyusun adukan semen

4.3.3.3 Pekerjaan Pasangan Bata

Adapun tahap pelaksanaan pasangan dindind bata ringan ialah sebagai beriktu:
1. Pertama dilakukan persiapan dengan cara membersihkan area yang akan
dipasang dinding bata merah, menghitung volume pekerjaan dan kebutuhan
material yang dibutuhkan.
2. Buat marking jalur-jalur dinding dua sisi setelah dinding dan dibuat tanda
posisi kolom praktis, ring balok, dan lubang kusen.
3. Memasang bata ringan pada jalur marking serta jalur benang acuan yang
telah dipasang pada profil kayu pada ujung jalur dinding.
4. Merekatkan bata ringan dengan menggunakan adulan semen yang telah
disiapkan.
5. Pada pelaksanaannya, adukan semen pasir tersebut diaplikasikan secara
merata ke permukaan bata merah. 
6. Kemudian bata merah disusun di atas adukan mortar tersebut sambil terus
diperiksa kerataan pasangannya. Kemudian bata merah dipukul perlahan
sampai mencapai elevasi yang diinginkan. 

50
Gambar 4.62 Kegiatan pekerjaan pasangan bata di lapangan

51

Anda mungkin juga menyukai