1
4.2.1 Alat Berat
Adapun alat berat yang digunakan dalam proyek Pembangunan Gedung Gereja
Katedral Santa Maria, antara lain:
Concrete truck mixer seperti pada Gambar 4.1 adalah alat pengangkut beton dari
tempat pembuatannya (batching plant) ke lokasi proyek. Truk ini terus mengaduk
dan selama proses pengangkutan, molen truk mixer harus selalu dalam keadaan
berputar sesuai dengan arah jarum jam dalam perjalanannya agar pasta beton yang
ada di dalamnya tidak mengeras.
2
4.2.1.2. Crane
6
Gambar 4.2 Crane
Crane ini digunakan untuk memindahkan benda-benda yang sulit diangkat dengan
tenaga manusia seperti, tiang pancang, besi, dan bagian dari alat berat. Dalam
proyek ini digunakan 1 crane.
3
bertulang banyak dipilih untuk bangunan tingkat tinggi, maka diperlukan alat-alat
konstruksi yang dapat menunjang proses pembangunan tersebut.
Concrete pump jenis mobile berupa alat pompa beton yang menjadi satu kesatuan
dengan truk sehingga lebih mudah untuk berpindah tempat. Sedangkan, concrete
pump jenis fixed berupa alat pompa beton yang biasanya dalam posisi menetap.
4.2.1.4. Truck
truck berfungsi sebagai alat pengangkut material dari jarak sedang hingga jauh.
Pada proyek Pembangunan Gedung Gereja Katedral Samarinda, truck digunakan
untuk mengangkut material yang akan digunakan seperti tulangan, kayu, pasir,
dan sebagainya.
4
Gambar 4.4 Truck
4.2.1.5. Excavator
Excavator (Gambar 4.5) adalah alat berat yang biasa digunakan dalam industri
konstruksi, pertanian atau perhutanan. Excavator memiliki fungsi utama untuk
menggali dan memuat tanah galian tersebut ke dalam truck atau lokasi
penumpukan.
5
4.2.2.1 Waterpass
Waterpass (sipat datar) merupakan salah satu alat pengukuran yang digunakan
khusus untuk menentukan beda tinggi antara titik-titik di permukaan bumi.
6
Gambar 4.7 Bar Cutter
Concrete vibrator (Gambar 4.8) digunakan untuk memadatkan beton pada saat
pengecoran sehingga memperkecil rongga-rongga udara yang ada di dalamnya
dan meratakan adukan agar menyebar ke segala arah. Alat ini terdiri dari ujung
penggetar dan kabel penghubung dengan mesin diesel. Cara kerja alat ini adalah
dengan menggetarkan ujung getar (nail) yang dimasukkan ke dalam adonan beton
hingga ke sela-sela bekisting dan tulangan selama proses pengecoran berlangsung.
7
4.2.2.4 Scafolding
Kegunaan dari alat ini adalah sebagai penyangga pekerjaan struktur (perancah),
penyangga bekisting, membantu pekerjaan finishing, pemasangan kabel dan lain-
lain. Scaffolding juga dapat memperkecil lendutan yang terjadi pada saat adukan
beton dituangkan ke dalam bekisting. Tinggi rendahnya scaffolding dapat diatur
sesuai dengan kebutuhan. Cara operasionalnya adalah dengan menggabungkan
tiap bagian di atas, sehingga menjadi suatu konstruksi penyangga sementara
seperti pada Gambar 4.9.
8
4.2.2.5 Gerobak Dorong
Gerobak sorong seperti pada Gambar 4.10 merupakan wahana kecil untuk
membawa barang yang biasanya mempunyai satu roda saja. Gerobak di desain
untuk didorong dan dikendalikan oleh seseorang menggunakan dua pegangan di
bagian belakang gerobak. Penggunaan gerobak roda satu juga memudahkan
pengguna untuk mengosongkan isi muatan. Pada proyek pembangunan Gedung
Gereja Katedral Santa Maria gerobak sorong digunakan untuk mengangkut tanah
hasil galian ke lokasi pembuangan.
Mesin molen atau concrete mixer (Gambar 4.11) digunakan untuk mencampur
semen, pasir, kerikil, dan air untuk membentuk beton. Dengan mesin ini hasil
adukan akan tercampur lebih merata dan lebih sempurna. Mesin molen
menggunakan drum berputar untuk mencampur komponen-komponen tersebut.
9
Gambar 4.11 Mesin Molen (Concrete Mixer)
Alat cetak benda uji beton (Gambar 4.12) berfungsi sebagai cetakan dalam
pembuatan benda uji beton. Setiap proses produksi beton, diambil sample untuk
benda uji beton. Setelah itu tiap masing-masing benda uji diberi nama sesuai
dengan lokasi pengecoran dan tipe beton/mutu betonnya. Alat cetak benda uji
beton ini mempunyai bentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.
10
4.2.2.8 Alat Uji Slump
Rambu ukur merupakan alat bantu yang digunakan untuk membantu waterpass
dalam proses penentuan aelevasi.
11
Gambar 4.14 Rambu ukur
4.2.2.10 Unting-unting
12
4.2.3 Bahan
4.2.3.1 Kayu
Kayu yang dipakai pada proyek ini digunakan sebagai bantalan base plate pada
scaffolding dan beberapa untuk waller pada bekisting. Kayu yang digunakan
harus berkualitas baik, tua, belum kering, dan tidak bercacat.
Paku meruakan bahan yang sangat penting dalam pekerjan bekisting. Paku
digunakan sebagai alat penyambung antar kayu atau plywood tebal yang ingin
dijadikan bekisting.
13
4.2.3.3 Kawat Bendrat
Kawat bendrat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.18 berfungsi sebagai
pengikat rangkaian tulangan-tulangan antara satu tulangan dengan yang lainnya.
Sehingga, membentuk suatu rangkaian rangka elemen struktur yang siap dicor.
Beton decking adalah beton atau spesi yang dibentuk sesuai ukuran selimut beton
yang diinginkan. Biasanya berbentuk kotak-kotak seperti tahu atau berbentuk
silinder seperti terlihat pada Gambar 4.19. Pada saat membuatnya diisikan kawat
bendrat pada bagian tengah yang nantinya digunakan dengan cara diikatkan pada
tulangan.
14
Baja tulangan biasanya digunakan sebagai kerangka dari kolom, balok, dan plat
lantai. Beton hanya diperhitungkan dalam memikul gaya tekan sedangkan
tulangan diperhitungkan memikul gaya tarik.
Oleh karena itu, fungsi utama baja tulangan adalah menahan gaya tarik dan
mencegah retak beton agar tidak melebar. Terdapat dua jenis baja tulangan yang
digunakan pada proyek ini yaitu tulangan ulir dan tulangan polos.
Bata merah merupakan material penyusun dinding. Bata merah yang digunakan
para proyek pembangunan Gedung Gereja Katedral Santa Maria merupakan bata
merah dengan dimensi 23 cm x 11 cm dengan tebal 5 cm.
15
Gambar 4.21 Bata Merah
16
Tabel 4.1 Spesifikasi Kolom Proyek Pembangunan Gedung Gereja Katedral Santa Maria
Pada bangunan lantai 1 menggunakan jenis kolom K1 sampai dengan K4. Untuk
lantai 2 menggunakan jenis kolom K1, K3, K4 dan K5. Sedangankan untuk lantai
3 menggunakan jenis kolom K1 dan K3. Adapun letak dan posisi dari keseluruhan
kolom tersebut selanjutnya dijelaskan kedalam Gambar 4.22, Gambar 4.23 dan
Gambar 4.24.
17
.
Gambar 4.22 Denah Kolom Lantai 1 pada proyek Pembangunan Gedung Gereja
Katedral Santa Maria
Gambar 4.23 Denah Kolom Lantai 2 pada proyek Pembangunan Gedung Gereja
Katedral Santa Maria
18
Gambar 4.24 Denah Kolom Lantai 3 pada proyek Pembangunan Gedung Gereja
Katedral Santa Maria
Kolom yang digunakan pada proyek Pembangunan Gedung Gereja Katedral Santa
Maria banyak yang merupakan kolom portal dimana kolom dari tiap lantai
terletak menerus dari lantai bawah hingga lantai atas. Jika ditinjau dari bentuk dan
komposisi material penyusunnya, tipe dari kolom pada proyek ini ialah kolom
persegi dengan tulangan longitudinal (utama) dan tulangan pengikat lateral
(sengkang). Jika ditinjau dari beban yang bekerja, tipe kolom pada proyek ini
adalah kolom yang dibebani secara konsentrik. Hal tersebut dapat dilihat
berdasarkan tipe tulangan yang digunakan berupa tulangan terdistribusi.
19
4.3.1.1 Marking As Kolom
Pada proyek Pembangunan Gedung Gereja Katedral Santa Maria, sistem perakitan
tulangan kolom dilaksanakan secara langsung dengan menggunakan tenaga
manusia (konvensional). Adapun langkah pekerjaan pembuatan tulangan kolom
adalah sebagai berikut:
1) Tulangan dengan ukuran sesuai gambar kerja (shop drawing) didatangkan
oleh pihak logistik ke lokasi proyek sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan di
lapangan.
2) Pemotongan tulangan dilakukan dengan bar cutter. Pemotongan tulangan
utama dilakukan sepanjang tinggi kolom perlantai bangunan ditambah dengan
panjang penyaluran tulangan untuk keperluan penyambungan tulangan.
Panjang penyaluran kolom minimal sebesar 50 kali diameter tulangan
terbesar yang disambung. Proses pemotongan dapat dilihat pada Gambar
4.25.
20
Gambar 4.25 Pemotongan Besi Tulangan
21
4) Perakitan kolom dilakukan secara konvensional oleh tenaga pekerja dan
dilakukan dengan mengikat tulangan sengkang dengan tulangan utama
kolom dengan menggunakan kawat bendrat. Proses perakitan tulangan dapat
dilihat pada Gambar 4.27.
22
Gambar 4.28 Proses Mobilisasi Tulangan Kolom
Pekerjaan pabrikasi bekisting kolom pada proyek Gedung Gereja Katedral Santa
Maria dilakukan bersamaan saat proses pabrikasi tulangan kolom. Hal tersebut
dilakukan guna mempersingkat waktu pelaksanaan pekerjaan dilapangan. Hal ini
23
dapat dilakukan karena pada proyek Pembangunan Gedung Gereja Katedral Santa
Maria memiliki tenaga pekerja yang diklasifikasi berdasarkan material pekerjaan
yaitu tenaga kerja spesialis pembesian serta tenaga kerja spesialis kayu. Adapun
bekisting yang digunakan pada proyek ini merupakan bekisting kayu yang
dikerjakan secara konvensional dilapangan. Adapun tahap pekerjaan bekisting
kolom adalah sebagai berikut:
1) Plywood/multipleks yang digunakan sebagai material penyusun papan cetakan
bekisting dipotong sesuai dengan ukuran dimensi kolom.
2) Pada saat terpisah, balok LVL atau biasa disebut dengan gelagar bekisting
dipotong sesuai dengan letak rencna balok tersebut yang disesuaikan dengan
ukuran dimensi kolom.
3) Selanjutnya dilakukan pemotongan balok kayu lain untuk digunakan sebagai
cincin balok pengikat bekisting ataupun tiang acuan.
Setelah seluruh komponen bekisting kolom telah dibuat, maka tahapan pekerjaan
selanjutnya ialah perakitan bekisting kolom. Adapun tahapan pekerjaan
pemasangan bekisting kolom, antara lain:
24
1) Proses mobilisasi bekisting kolom dilakukan degan menggunakan excavator,
selanjutnya mendistribusikannya kepada crane untuk meletakan bekisting
kolom ke area terdekat pada as kolom.
2) Bekisting selanjutnya dirakit pada titik-titik kolom dengan dimulai dari
dirakitnya multipleks dan balok LVL
3) Selanjutnya dipasangkan cincin balok pengikat pada playwood dan balok
LVL yang telah terpasang sebelumnya
4) langkah selanjutnya ialah dipasangnya balok penyangga.
5) Kemudian dipasang balok acuan yang berada diposisi bagian atas tiap
bekisting yang terhubung dengan bekisting lainnya. Hal ini bertujuan agar
tiap-tiap bekisting tetap berapa pada posisinya dengan cara saling mengikat
antar bekisting.
25
4.3.1.4 Pengecoran Kolom
26
Gambar 4.33 Proses Uji Slump di Lapangan
Adapun nilai slump untuk tiap masing-masing beton readymix yang digunakan
sebagai material pengisi kolom lantai 1 sampai dengan lantai 3 selanjutnya
dijelaskan didalam Tabel 4.2
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa seluruh beton readymix yang
digunakan sebagai material pengisi kolom pada proyek Pembangunan Gedung
Gereja Katedral Santa Maria masih memenuhi syarat dimana batas nilai slump
adalah 8 sampai dengan 12 cm untuk nilai penurunannya. Pada dasarnya, nilai
slump yang memenuhi syarat tersebut dapat dikatakan sebagai beton readymix
yang memiliki tingkat kemudahan (workability) yang baik. Dalam hal ini, pada
proses pengecoran beton yang digunakan tidak terlalu cair ataupun tidak terlalu
padat sehingga memudahkan proses pengecoran. Pada dasarnya, semakin kecil
27
nilai penurunan slumpnya, maka semakin kaku beton readymix. Hal tersebut
membuat tingkat kemudahan beton tersebut menjadi tidak baik. Begitu pula jika
nilai penurunannya semakin besar dan melampaui batas maka semakin cair beton
readymix tersebut. Hal ini membuat tingkat kemudahan beton tersebut menjadi
tidak baik. tersebut sehingga tingkat kemudahan.
Setelah beton readymix diuji dengan pengujian slump, tahap selanjutnya ialah
proses pembuatan sampel beton. Proses pembuatan sampel dilakukan untuk
mengetahui apakah beton yang digunakan sesuai dengan mutu beton yang
direncanakan dengan melakukan proses pengujian kuat tekan setelah sampel beton
berumur 28 hari. Pada proyek Pebangunan Gedung Gereja Katedral Santa Maria,
jenis sampel yang digunakan hanya satu jenis yaitu sampel yang berbentuk
silinder. Penggunaan satu jenis sampel didasari berdasarkan ketersediaan cetakan
benda uji yang dimiliki oleh pabrik pembuat beton readymix tersebut. Salah satu
keuntungan penggunaan jenis sampel berbentuk silinder adalah memudahkan
laboran dalam proses perhitungan kalibrasi kuat tekan beton tersebut.
Setelah proses pembuatan benda uji, pekerjaan pengecoran kolom siap untuk
dilakukan. Adapun urutan pengecoran kolom pada proyek pembangunan Gedung
Gereja Katedral Santa Maria ialah sebagai berikut.
28
1) Beton readymix yang terdapat didalam concrete mixer truck didistribusikan
kedalam concrete bucket.
2) Penuangan beton harus dilakukan dengan ketentuan beton harus dituang
sedekat-dekatnya dengan tujuan akhir untuk mencegah terjadinya
pemisahan bahan-bahan akibat pemindahan adukan di dalam cetakan (RSNI
Tata Cara Perancangan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung).
3) Pemadatan tiap layer pada kolom dilakukan dengan menggunakan palu karet
yang dipukul kebagian dinding bekisting. Pemadatan dilakukan untuk
mengeluarkan gelembung-gelembung udara yang terjebak di dalam adukan
semen yang timbul pada saat penuangan beton.
29
menggunakan tenaga pekerja dalam proses pelepasan tersebut. Setiap satu
susunan bekisting kolom dapat di gunakan 2-3 kali untuk kolom berikutnya.
Proses pelepasan bekisking dilakukan dengan menggunakan alat-alat seperti
linggis dan palu. Berikut ialah proses pelepasan bekisting:
1. Pelepasan bekisting diawali dengan pelepasan balok acuan bekisting
2. Setelah balok acuan bekisting terlepas, langkah selanjutnya ialah pelepasan
cincin balok pengikat
3. Selanjutnya dilakukan pelepasan balok dan multipleks secara bersamaan.
Pekerjaan balok dan plat lantai yang ditinjau pada proyek Pembangunan Gedung
Gereja Katedral Santa Maria adalah pekerjaan dengan struktur beton bertulang.
Disebut sebagai struktur beton bertulang karena struktur balok dan plat lantai
pada proyek ini tersusun dari besi dan beton dimana beton yang digunakan adalah
beton ready mix dengan mutu beton K-300. Pada proyek pembangunan Gedung
30
Gereja Katedral Santai Maria, seluruh tahapan pekerjaan struktur balok dan plat
lantai dilakukan secara bersamaan. Hal tersebut dilakukan agar balok dan plat
lantai dapat terkunci dengan baik sehingga dapat meminimalisir proses perbedaan
penyusutan.
Terdapat dua tipe balok yang digunakan pada proyek Pembangunan Gedung
Gereja Katedral Santa Maria yaitu balok induk dan balok sederhana. Berikut
ialah spesifikasi terhadap balok yang digunakan pada pekerjaan Pembangunan
Gedung Gereja Katedral Santai Maria serta posisi kedua tipe balok tersebut.
Gambar 4.37 Denah Balok lantai 1 pada Proyek Pembangunan Gedung Gereja Katedral
Santa Maria
31
Gambar 4.38 Denah Balok lantai 2 pada Proyek Pembangunan Gedung Gereja Katedral
Santa Maria
Gambar 4.39 Denah Balok lantai 3 pada Proyek Pembangunan Gedung Gereja Katedral
Santa Maria
32
Tabel 4.3 Klasifikasi Balok
Tulangan Tulangan Tulangan
Jenis Sengkang
Atas Samping Bawah
Balok
Tump. Lap. Tump. Lap. Tump. Lap. Tump. Lap.
S1 (300 x 500) 5D19 5D19 6D19 6D19 ∅ 10 – 100 ∅ 10 - 200
S2 (250 x 400) 3D19 3D19 4D19 4D19 ∅ 10 – 100 ∅ 10 - 200
S3 (500 x 500) 5D16 5D16 6D19 6D19 ∅ 10 – 100 ∅ 10 - 200
B1-1(500X750) 8D19 6D19 2D10 2D10 6D19 8D19 ∅ 10 – 100 ∅ 10 - 200
B2-1(450X650) 7D19 5D19 5D19 7D19 ∅ 10 – 100 ∅ 10 - 200
B3-1(350X550) 9D19 7D19 7D19 9D19 ∅ 10 – 100 ∅ 10 - 200
B3-2(350X550) 6D19 4D19 4D19 6D19 ∅ 10 – 100 ∅ 10 - 200
B3-3(350X550) 4D19 3D19 3D19 4D19 ∅ 10 – 100 ∅ 10 - 200
B4-1(250X450) 6D19 4D16 4D16 6D16 ∅ 10 – 100 ∅ 10 - 200
B4-2(250X450) 4D16 3D16 3D16 4D16 ∅ 10 – 100 ∅ 10 - 200
B5-1(200X400) 4D16 3D16 3D16 4D16 ∅ 10 – 100 ∅ 10 - 200
Pada Lantai 1 menggunakan jenis balok S1, S2, dan S3. Pada Lantai 2
menggunakan jenis balok B1-1 sampai dengan B5-1. Sedangkan pada lantai 3
menggunakan jenis balok B3-2 sampai dengan B5-1.
33
Gambar 4.40 Denah Plat Lantai 1 pada Proyek Pembangunan Gedung Gereja Katedral
Santa Maria
Gambar 4.41 Denah Plat Lantai 2 pada Proyek Pembangunan Gedung Gereja Katedral
Santa Maria
34
Gambar 4.42 Denah Plat Lantai 3 pada Proyek Pembangunan Gedung Gereja Katedral
Santa Maria
Tabel 4.4 Penulangan Plat Lantai Proyek Pembangunan Gedung Gereja Katedral Santa
Maria
35
Besi Ulir D13-200
Lantai 3 T = 140 Sistem Plat Dua Arah
(Tulangan Atas dan Bawah)
Berikut ialah tahapan dalam proses pekerjaan balok dan plat lantai
Penentuan elevasi balok dan plat lantai harus dilakukan secara cermat dan teliti,
agar menghasilkan elevasi yang sama dalam pembuatan balok dan plat lantai.
Penentuan ini dilakukan dengan mengukur dari kolom atau dinding yang telah di
labeling. Ada beberapa langkah untuk menentukan elevasi balok dan plat lantai:
1. Mengukur setinggi 1,00 m dari dasar kolom dan diberi kode pada kolom
tersebut.
2. Kemudian dengan menggunakan waterpass, kolom yang lain juga diberi kode
elevasi
3. Dari kode tersebut, diukur sesuai tinggi yang diinginkan sebagai elevasi dasar
bekisting balok.
4. Kemudian dari dasar bekisting balok tersebut diukur setinggi ketinggian balok
sebagai elevasi dasar bekisting plat lantai.
36
disebabkan karena perancah merupakan bagian bekisting balok dan plat lantai
yang menahan keberadaan acuan. Sehingga pekerjaan pemasangan perancah harus
dilakukan terlebih dahulu kemudian pekerjaan pabrikasi bekisting atau acuan.
Berikut ialah proses pekerjaan pemasangan perancah pada proyek Pembangunan
Gedung Gereja Katedral Santa Maria:
1. Proses awal dilakukan pemasangan Jack Base (Jack Base)
2. Selanjutnya dilakukan pemasangan Main Frame (MF) dan Cross Brace (CB)
Gambar 4.44 Pemasangan Main Frame (2) dan Cross Brace (3)
37
3. Selanjutnya dilakukan pemasangan U-Head
38
6. Memasang Side Form
Gambar 4.49 Pemasangan Beam Clamp (8) dan Stronger Beam (9)
Gambar 4.50 Pemasangan Balok Gelagar (10), Pemasangan Horry Beam (11), dan
Pemasangan Plywood (12)
39
Gambar 4.51 Pemasangan Scafolding di Lapangan
40
Gambar 4.53 Pemasangan Tulangan Balok
41
Gambar 4.54 Pemasangan Balok Kayu Gambar 4.55 Pemasangan Plywood
42
Gambar 4.56 Tulangan Cakar Ayam
3. Untuk menjaga agar besi tidak menempel dengan bekisting maka diberi beton
decking.
43
4.3.2.6 Pengecoran Balok dan Plat Lantai
Adapun nilai slump untuk tiap masing-masing beton readymix yang digunakan
sebagai material pengisi balok dan plat lantai 1 sampai dengan balok dan plat
lantai 3 dijelaskan didalam Tabel 4.5
44
Tabel 4.5 Tabel Nilai Slump Balok
Beton Nilai Batas nilai
No. Keterangan
Readymix Slump slump
1. Balok lantai 1 11.5 cm Memenuhi syarat
2. Balok lantai 2 11.2 cm 7.5 s/d 15 cm Memenuhi syarat
3. Balok lantai 3 10.8 cm Memenuhi syarat
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa seluruh beton readymix yang
digunakan sebagai material pengisi balok dan plat lantai pada proyek
Pembangunan Gedung Gereja Katedral Samarinda masih memenuhi syarat
dimana batas nilai slump adalah 8 sampai dengan 12 cm untuk nilai
penurunannya. Pada dasarnya, nilai slump yang memenuhi syarat tersebut
dapat dikatakan sebagai beton readymix yang memiliki tingkat kemudahan
(workability) yang baik. Dalam hal ini, pada proses pengecoran beton yang
digunakan tidak terlalu cair ataupun tidak terlalu padat sehingga memudahkan
proses pengecoran. Pada dasarnya, semakin kecil nilai penurunan slumpnya,
maka semakin kaku beton readymix. Hal tersebut membuat tingkat kemudahan
beton tersebut menjadi tidak baik. Begitu pula jika nilai penurunannya semakin
besar dan melampaui batas maka semakin cair beton readymix tersebut. Hal ini
membuat tingkat kemudahan beton tersebut menjadi tidak baik. tersebut
sehingga tingkat kemudahan.
45
sampel beton. Adapun tahapan pekerjaan yang dilakukan pada proses
pembuatan benda uji beton adalah sebagai berikut.
5. Pekerjaan pembuatan benda uji diawali dengan proses mempersiapkan alat
dan bahan yang akan digunakan. Adapun alat dan bahan yang digunakan
pada proses pembuatan benda uji adalah sama pada saat proses pengujian
slump. Yang membedakan adalah pada pekerjaan ini tidak dibutuhkan
cetakan berbentuk kerucut melainkan digunakannya cetakan berbentuk
silinder yang terbuat dari material baja.
6. Beton readymix yang masih tersisa pada saat proses pengujian slump
dimasukan kedalam cetakan benda uji berbentuk silinder.
7. Proses memasukan beton readymix kedalam benda uji memiliki kesamaan
dengan proses pengujian slump dimana beton readymix dimasukan
sebanyak 3 lapisan dengan masing-masing lapisan terisi sebanyak 1/3 dari
ukuran cetakan benda uji.
8. Setiap layernya dilakukan proses penusukan dengan linggis guna
menghilangkan gelembung udara didalam sampel benda uji. Pada saat
yang bersamaan, dinding cetakan benda uji dipukul dengan menggunakan
palu karet. Hal ini bertujuan agar permukaan tiap lapisan memiliki
permukaan yang rata.
1. Proses pada poin 3 dan poin 4 dilakukan secara menerus hingga lapisan
beton readymix ke tiga atau pada saat cetakan benda uji telah terisi.
2. Setelah seluruh cetakan terisi, cetakan benda uji selanjutnya dibawa
kepabrik asal pembuatan beton readymix untuk disimpan hingga umur
beton mencapai 28 hari.
Setelah proses pembuatan benda uji, pekerjaan pengecoran balok siap untuk
dilakukan. Adapun Tahap pengecoran pada proyek pembangunan Gedung Gereja
Katedral Santa Maria antara lain:
46
1. Material pengisi beton diaduk kering dengan menggunakan mesin batching
plant dengan sistem pengadukan dry mix dimana selanjutnya dilakukan
pengadukan seluruh material pengisi beton didalam concrete mixer truck.
2. Beton segar yang telah diaduk selanjutnya dimasukan kedalam bucket pada
concrete pump.
3. Pendistribusian beton segar kebagian bekisting balok dan plat lantai
dilakukan dengan menggunakan concrete pump dan selang premi.
4. Beton dipadatkan dengan concrete vibrator dengan maksud agar terbentuk
beton yang benar-benar padat, proses penggetaran tidak boleh terlalu lama,
bila adukan beton sudah terlihat agak mengeluarkan air (air semen sudah
memisah dengan agregat) maka vibrator dipindahkan ke titik yang lain.
5. Adukan kemudian diratakan dengan menggunakan penggaruk
6. Setelah itu adukan diratakan dengan jidar (kayu perata) sesuai dengan tinggi
plat yang sudah ditentukan.
47
4.3.2.8 Pelepasan Bekisting
Pelepasan bekisting balok dan plat lantai dapat dilakukan setelah ±7 hari jika di
atasnya tidak terdapat pekerjaan yang menumpu pada struktur balok atau plat
tersebut. Pelepasan dimulai dengan mengendurkan jack base atau U-head jack
pada susunan scaffolding penyangga bekisting balok dan plat lantai. Kemudian
dilanjutkan dengan pelepasan balok kasau dan diakhiri dengan pelepasan plywood
yang menempel pada beton. Pelepasan tersebut biasanya menggunakan alat
linggis untuk mempermudah pengerjaannya.
48
4.3.3.1 Persiapan Alat dan Material
Pada tahap ini, dilakukan persiapan alat dan material yang akan digunakan selama
proses pekerjaan pasangan dinding. Persiapan alat dan material pada proyek
pembangunan Gedung Gereja Katedral Santa Maria dilakukan dengan proses
koordinasi antara pelaksana lapangan dengan koordinator logistik dan peralatan.
Proses koordinasi dilakukan dengan cara memberikan permintaan terhadap
material, alat dan bahan yang akan digunakan selama proses pekerjaan pasangan
dinding. Selanjutnya koordinator logistik dan peralatan membuat daftar material,
alat dan bahan yang selanjutnya diberikan kepada pihak administrasi untuk
melakukan pemesanan material serta pembelian alat dan bahan yang dibutuhkan.
Adapun material, alat dan bahan yang digunakan selama pekerjaan pasangan
dinding adalah dinding batu bata merah, semen, pasir dan air sebagai material
yang digunakan, cangkul, sekop, ember, sendok semen, meteran, benang nylon
serta molen sebagai alat yng digunakan.
Pada tahap ini, material seperti semen, pasir dan air diaduk menjadi satu dengan
menggunakan molen. Material diaduk hingga ketiga material tersebut tercampur
dengan rata. Adapun perbandingan antara material semen pasir dan air adalah
1:3:5. Setelah dianggap rata, maka selanjutnya campuran adukan semen tersebut
didistribusikan kebagian yang akan dilaksanakan pekerjaan pasangan bata dengan
menggunakan sendok semen dan ember.
49
Gambar 4.61 Proses pencampuran material penyusun adukan semen
Adapun tahap pelaksanaan pasangan dindind bata ringan ialah sebagai beriktu:
1. Pertama dilakukan persiapan dengan cara membersihkan area yang akan
dipasang dinding bata merah, menghitung volume pekerjaan dan kebutuhan
material yang dibutuhkan.
2. Buat marking jalur-jalur dinding dua sisi setelah dinding dan dibuat tanda
posisi kolom praktis, ring balok, dan lubang kusen.
3. Memasang bata ringan pada jalur marking serta jalur benang acuan yang
telah dipasang pada profil kayu pada ujung jalur dinding.
4. Merekatkan bata ringan dengan menggunakan adulan semen yang telah
disiapkan.
5. Pada pelaksanaannya, adukan semen pasir tersebut diaplikasikan secara
merata ke permukaan bata merah.
6. Kemudian bata merah disusun di atas adukan mortar tersebut sambil terus
diperiksa kerataan pasangannya. Kemudian bata merah dipukul perlahan
sampai mencapai elevasi yang diinginkan.
50
Gambar 4.62 Kegiatan pekerjaan pasangan bata di lapangan
51