Anda di halaman 1dari 9

NAMA : Joyo Margosae Abdillah

NIM : 1810801052
TTTD :

UNIVERSITAS TIDAR
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TIDAR
UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL 2020/2021

Jurusan/Prodi : Agronomi/ Akuakultur


Mata kuliah : Kolokium
Hari/Tanggal : Rabu, 21 Oktober 2020
Waktu : 09.00 – 11.00 WIB
Dosen : Ayuningtyas S.Pi, M.Biotech.*
Abdul Qadir Jailani, S. Kel., M.P

Buatlah sebuah draf proposal penelitian sesuai dengan tema penelitian yang dipilih dan
memiliki nilai kebaruan sesuai dengan template yang sudah disediakan di bawah ini!

1. Judul Penelitian (Point 5)

Pertumbuhan Ikan Gabus (Channa striata) yang Diberi Pakan Cacing Tanah (Lumbricus
rubellus) Segar dan Kering

2. Latar Belakang Masalah (Point 20)

Ikan gabus (Channa striata) merupakan jenis ikan air tawar yang banyak dijumpai di
perairan umum, diantaranya di muara sungai, danau, rawa, bahkan dapat hidup di perairan
yang kandungan oksigennya rendah. Ikan gabus bersifat karnivor dengan memakan cacing,
udang, katak, dan ikan lain (Mohsin & Ambak, 1983). Dalam ilmu kedokteran, ikan gabus
dimanfaatkan untuk mempercepat proses penyembuhan luka pasca operasi karena memiliki
kandungan albumin yang tinggi pada ikan gabus. Disisi lain, ikan gabus banyak
dimanfaatkan sebagai bahan makanan (Yusliman et al, 2012). Budidaya ikan gabus
mempunyai potensi sangat besar untuk dikembangkan. Potensi tersebut dapat dilihat dari
potensi biologi ikan gabus sebagai hewan budidaya, potensi lahan yang dapat digunakan
untuk budidaya ikan gabus, serta potensi pasar (Muslim, 2017).
Cacing tanah (Lumbricus rubellus) adalah makanan alami dengan sumber protein tinggi
dan budidayanya relatif mudah, efisien dan murah. Untuk membudidayakan cacing ini

1
NAMA : Joyo Margosae Abdillah
NIM : 1810801052
TTTD :

hanya dibutuhkan suatu media berupa tanah dan kompos. Maka, cacing tanah menjadi
prospek yang sangat bagus sebagai pakan alternative mengingat ikan gabus merupakan
karnivor dan mampu meningkatkan laju pertumbuhan ikan. Sehingga menurut Chilmawati
et al. (2012), penggunaan pakan cacing tanah dapat menurunkan biaya pakan buatan
sebesar 28,84%.
Dalam penelitan Herlina (2016), mengenai pengaruh pemberian jenis pakan yang
berbeda antara cacing tanah, keong mas, dan pellet pakan terhadap kelangsungan hidup dan
pertumbuhan benih ikan gabus, cacing tanah terbukti meningkatkan laju pertumbuhan pada
benih ikan gabus. Karena kandungan protein cacing yang cukup tinggi yang mencapai 64-
76% untuk memacu pertumbuhan ikan. Penyimpanan cacing tanah segar sebagai pakan
alternative tidak dapat bertahan lama kecuali jika dipelihara kembali, maka cacing tanah
perlu dilakukan pengeringan sehingga memudahkan penyimpanan dan menghemat biaya.
Dalam berbagai penelitian pakan ikan, menurut pendapat Istiqomah et al. (2009), tepung
cacing tanah dapat menjadi protein utama untuk rasum pakan ikan dan menjadi substitusi
tepung ikan yang makin sulit dijumpai. Diperkuat dari Umaya (2010), bahwa tepung cacing
tanah lebih unggul daripada tepung ikan karena kadar proteinnya sebesar 72% jauh lebih
tinggi daripada kadar protein tepung ikan sebesar 22,65%.
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah ikan gabus bersifat karnivora dengan
pakan utamanya berupa ikan-ikan kecil, cacing tanah, termasuk beberapa jenis molusca air
tawar. Cacing tanah dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein bagi usaha budidaya ikan
gabus. Kondisi ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan baik alam bentuk segar maupun
kering. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pertumbuhan ikan
gabus (Channa striata) yang diberi pakan cacing tanah segar atau kering.
Penelitian bertujuan mengetahui pertumbuhan ikan gabus (Channa striata) yang diberi
pakan cacing tanah segar atau kering.

3. Rumusan Masalah (Point 15)

a. Bagaimana laju pertumbuhan ikan gabus apabila diberi pakan alami berupa cacing
tanah?
b. Diantara pakan cacing tanah segar maupun kering dan dosis yang sama, manakah
yang lebih optimal untuk pertumbuhan ikan gabus?

2
NAMA : Joyo Margosae Abdillah
NIM : 1810801052
TTTD :

4. Tujuan Penelitian (Point 5)

a. Mengetahui laju pertumbuhan ikan gabus apabila diberi pakan alami berupa cacing
tanah.
b. Mengetahui perbandingan pertumbuhan ikan gabus yang optimal diantara penggunaan
cacing tanah segar maupun kering dengan dosis yang sama.

5. Tinjauan Pustaka (Point 15)

Ikan Gabus (Channa striata) merupakan ikan yang hidup di air tawar. Ikan ini
mampu bertahan hidup selama musim kemarau dengan menggali lumpur pada danau,
kanal, dan rawa. Ikan gabus merupakan ikan air tawar liar dan predator benih yang
rakus dan sangat ditakuti pembudidaya ikan. Ikan ini merupakan ikan buas (carnivore
yang bersifat predator). Di alam, ikan gabus tidak hanya memangsa benih ikan tetapi
juga ikan dewasa dan serangga discuss lainnya termasuk kodok. Ikan ini memiliki nilai
ekonomi yang terus meningkat dan memiliki 7 pasaran yang tinggi karena rasanya enak
dan ketersediaannya sepanjang tahun. Daging ikan ini biasanya dimanfaatkan sebagai
bahan terapi pengobatan setelah pembedahan (Gam et al., 2006). Peningkatan
kebutuhan terhadap ikan gabus tentunya akan mempengaruhi ketersediaan stok di
perairan umum. Salah satu cara untuk menjaga ketersediaannya adalah dengan
mengembangkan kegiatan budidaya. Budidaya ikan gabus telah dilakukan di sungai
dan waduk menggunakan karamba (Adamson, 2010; Poulsen et al., 2008), juga di rawa
lebak menggunakan karamba dan sistem pagar (Muthmainnah, 2013).
Menurut Bloch (1793), klasifikasi ikan gabus sebagai berikut:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Channidae
Spesies : Channa striata
Morfologis ikan gabus secara umum, memiliki bentuk tubuh memanjang,
permukaan tubuh dan kepalanya ditutupi oleh sisik tebal dan permukaannya kasar. Sirip
punggungnya panjang hingga mencapai pangkal ekor, sirip ini posisinya dimulai dari

3
NAMA : Joyo Margosae Abdillah
NIM : 1810801052
TTTD :

atas atau sedikit di belakang sisip dada, dan kepalanya berbentuk seperti kepala ular.
Pada sisi badan ikan gabus mempunyai pita warna berbentuk > mengarah ke depan.
Sirip dada lebih pendek dari pada bagian kepala di belakang mata. Umumnya pada
bagian punggung tubuh berwarna gelap dan bagian perut (abdominal) berwarna putih.
Sirip ekor berbentuk bundar (rounded). Ikan gabus merupakan ikan yang mampu
bertahan di luar air, karena mempunyai alat pernafasan tambahan yang berupa lipatan
kulit tipis yang berliku-liku yang disebut labirin. (Saanin, 1986; Pulungan et al., 1986;
Kottelat et al., 1993 dan Pulungan 2000).
Pada beberapa daerah yang dilalui aliran sungai besar, ikan gabus seringkali
terbawa banjir ke parit-parit di sekitar rumah, atau memasuki kolam-kolam
pemeliharaan ikan dan menjadi hama yang memangsa ikan-ikan peliharaan. Jika sawah,
kolam atau parit mengering, ikan ini akan berupaya pindah ke tempat lain, apabila
terpaksa, ikan ini akan mengubur diri di dalam lumpur hingga tempat itu kembali berair.
Maka dari itu, ikan gabus sering kali ditemui berjalan di daratan khususnya di malam
hari pada musim kemarau untuk mencari tempat lain yang masih berair.
Pemijahan ikan gabus bersifat musiman, memijah pada musim hujan dari Bulan
Oktober hingga Desember. Pada musim kawin, ikan gabus jantan dan betina
bekerjasama menyiapkan sarang diantara tumbuhan di tepi air dan memiliki kelompok
yang bergerak bersama-sama untuk mencari makanan.
Cacing tanah Lumbricus rubellus tergolong ke dalam kelompok binatang
Avertebrata (tidak bertulang belakang) sehingga sering disebut binatang lunak. Seluruh
tubuhnya tersusun atas segmen-segmen yang berbentuk cincin sehingga digolongkan
dalam filum Annelida. Cacing tanah hidup di tempat atau tanah yang terlindung dari
sinar matahari, lembap, gembur, dan mengandung banyak serasah. Habitat ini sangat
spesifik bagi cacing tanah untuk tumbuh dan berkembang biak dengan baik. Marga
Lumbricus ini sangat menyukai bahan organik yang berasal dari kotoran ternak dan
sisa-sisa tumbuhan (Palungkun, 2010). Menurut Rusyana (2011). Sistematika dari
cacing tanah adalah:
Kingdom : Animal
Phylum : Annelida

4
NAMA : Joyo Margosae Abdillah
NIM : 1810801052
TTTD :

Class : Oligochaeta
Ordo :-
Family : Lumbricidae
Genus : Lumbricus
Spesies : Lumbricus rubellus
Cacing tanah bergerak menggunakan otot-otot tubuhnya yang panjang dan tebal
yang melingkari tubuhnya. Adanya kelenjar pada tubuhnya yang dihasilkan oleh
kelenjar epidermis dapat mempermudah pergerakannya di tempat-tempat yang padat
dan kasar (Palungkun, 2010). Cacing tanah tidak memiliki mata, tetapi pada tubuhnya
terdapat prostomium. Prostomium ini merupakan organ saraf perasa dan berbentuk
seperti bibir. Prostomium terdapat di bagian depan tubuhnya. Adanya prostomium ini
membuat cacing tanah peka terhadap benda-benda di sekelilingnya. Cacing tanah
dewasa memiliki klitelium yang merupakan alat untuk membantu perkembangbiakan.
Organ ini merupakan bagian dari tubuh yang menebal dan warnanya lebih terang dari
warna tubuhnya. Pada cacing yang masih muda, organ ini belum tampak karena hanya
terbentuk saat cacing mencapai dewasa, sekitar 2-3 bulan (Edwards dan Bohlen, 1996).
Cacing tanah L. rubellus ini sering menjadi alternative pengganti tepung ikan.
Karena kandungan gizinya cukup tinggi, terutama kandungan protein. Menurut
Aslamsyah dan Muhammad (2013), bahwa komposisi gizi cacing tanah, yaitu protein
kasar 60-72%, lemak 7-10%, abu 8-10%, dan energi 900-1400 kalori/g. Budi daya
cacing tanah relatif mudah, efisien dan murah hanya membutuhkan suatu media berupa
kompos. Disamping itu, menurut Hayati et al. (2011) komposisi asam amino tepung
cacing tanah umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan tepung ikan.

5
NAMA : Joyo Margosae Abdillah
NIM : 1810801052
TTTD :

6. Alur Berpikir Penelitian (Point 10)

Pakan

Buatan Alami

fitoplankton benthos zooplankton

Cacing tanah (Lumbricus rubellus)

Segar Kering

Pertumbuhan Ikan Gabus (Channa


striata)

Pertambahan Pertambahan
panjang bobot

6
NAMA : Joyo Margosae Abdillah
NIM : 1810801052
TTTD :

7. Metode Penelitian (Point 20)

Metode penelitian dilakukan secara eksperimental, karena Menurut Nazir


(1988), metode penelitian eksperimental adalah observasi di bawah kondisi yang
diatur oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan data primer yaitu pengukuran
panjang dan bobot ikan, pengukuran rasio konversi pakan ikan, mortalitas, serta
beberapa faktor kualitas air yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan dan
mortalitas meliputi derajat keasaman, oksigen terlarut, dan suhu air. Data sekunder
dalam penelitian ini yaitu kandungan gizi antara cacing tanah segar dan cacing
tanah kering yang didapat dari beberapa penelitian yang mengukur kandungan gizi
tersebut
a. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah bak/akuarium, baskom,
timbangan analitik, mistar, seser, thermometer, Ph meter, DO meter, aerator,
alat tulis, dan kamera. Bahan yang digunakan adalah ikan gabus berukuran
5-7 cm, cacing tanah segar, dan cacing tanah kering.
b. Rancangan percobaan dan perlakuan
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 perlakuan 3 ulangan.
Penempatan satuan percobaan dilakukan secara acak. Masing-masing
perlakuan berupa pemberian 15% cacing tanah segar dan 15% cacing tanah
kering.
c. Cara kerja
Penelitian ini dilaksanakan di tempat terbuka, waktu penelitian
dilakukan selama 50 hari. Sirkulasi air secara tertutup, untuk melarutkan
oksigen menggunakan aerator. Padat tebar ikan pada tiap bak/akuarium
sebanyak 10 ekor. Frekuensi pemberian pakan dalam sehari sebanyak 3 kali.
Pada pagi hari sekitar pukul 07.30 - 08.00, pada siang hari sekitar pukul
12.30 – 13.00, dan pada sore hari pukul 17.30 – 18.00. Apabila ada ikan
gabus yang mati pada masa pemeliharaan satu minggu pertama, maka ikan

7
NAMA : Joyo Margosae Abdillah
NIM : 1810801052
TTTD :

yang mati tersebut diganti dengan ikan gabus yang berukuran sama sehingga
dapat memperkecil error yang terjadi dan tidak dicatat sebagai data
mortalitas. Untuk mengetahui pertumbuhan dari ikan yang dipelihara, maka
setiap 10 hari dilakukan sampling terhadap pertambahan panjang dan bobot
ikan, rasio konversi pakan, mortalitas, serta dilakukan pengukuran kualitas
air seperti tingkat keasaman, oksigen terlarut, dan suhu.

8. Rancangan Analisis Data (Point 5)

Data yang diperlukan ada dua yaitu data primer dan sekunder. Data primer berupa
pengukuran panjang dan bobot ikan gabus (Channa striata), pengukuran kualitas air
seperti suhu, derajat keasaman, dan kandungan oksigen terlarut. Data sekunder yang
dibutuhkan adalah kandungan gizi pada cacing tanah (Lumbricus rubellus) baik segar
maupun kering. Untuk membandingkan pertumbuhan ikan gabus yang diberi pakan berupa
cacing tanah segar maupun kering, maka data diolah dengan analisis regresi. Kemudian
parameter kualitas air dianalisis secara ANOVA (analysis of variance) one way untuk
membuktikan apakah berpengaruh pada pertumbuhan ikan gabus selama penelitian

8
NAMA : Joyo Margosae Abdillah
NIM : 1810801052
TTTD :

9. Bagan Alir Pelaksanaan Penelitian (Point 5)

Lebih baik cacing tanah (Lumbricus rubellus) segar


atau kering untuk pertumbuhan ikan gabus
(Lumbricus rubellus)?

Riset latar belakang terlebih tentang


ikan gabus dan cacing tanah

Hipotesis => cacing tanah kering dan segar


dapat menjadi alternatif pertumbuhan ikan gabus

Eksperimen dengan 2 perlakuan 3 pengulangan selama 50 Kaji ulang


hari pemberian pakan frekuensi 3 kali sehari hipotesis

Analisis hasil pertumbuhan ikan gabus


serta kualitas air seperti pH, DO,dan suhu

Hipotesis salah
Hipotesis benar atau hampir benar

Publikasi penelitian
9

Anda mungkin juga menyukai