Disusun Oleh:
Hanafi Farid A. 1810801028
Firman Sugiono 1810801029
M. Rafi Musyaffa 1810801042
Joyo Margosae A. 1810801052
Budi Susanto 1810801059
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dari mata kuliah
Budidaya Pakan Alami yang berjudul “Budidaya Artemia Salina sebagai Pakan
Alami Ikan”. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Budidaya
Pakan Alami dalam menempuh pendidikan di Universitas Tidar.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari teman-teman pembaca demi kesempurnaan makalah ini, semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Demikian makalah ini kami susun,
apabila ada kata-kata yang kurang berkenan penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1 Klasifikasi Artemia salina ........................................................................ 3
2.2 Habitat Artemia salina .............................................................................. 4
2.3 Kandungan Nutrisi Artemia salina ........................................................... 5
2.5 Tahapan Budidaya Artemia salina ........................................................... 6
2.5.1.1. Kultur Murni Skala Laboratorium ................................................. 8
2.5.1.2. Kultur Massal Artemia salina...................................................... 10
BAB III KESIMPULAN ....................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15
ii
BAB I PENDAHULUAN
keberhasilan usaha budidaya ikan. Sebagian besar pakan alami ikan adalah
plankton yaitu fitoplankton dan zooplankton. Pakan alami untuk larva atau benih
ikan mempunyai beberapa kelebihan yaitu ukurannya relatif kecil serta sesuai
dengan bukaan mulut larva dan benih ikan, nilai nutrisinya tinggi, mudah
berkembang biak dengan cepat sehingga ketersediaanya dapat terjamin serta biaya
menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Salah satu pakan alami
yang penting dan cocok untuk kebutuhan larva ikan maupun ikan hias adalah
Artemia sp. merupakan pakan alami yang banyak digunakan dalam usaha
budidaya ikan dan udang, di indonesia belum ditemukan adanya artemia, sehingga
Walaupun pakan buatan dalam berbagai jenis telah berhasil dikembangkan dan
cukup tersedia untuk larva ikan dan udang, namun artemia masih tetap merupakan
bagian yang esensial sebagai pakan larva ikan dan udang di unit pembenihan.
kenyataan bahwa kebutuhan artemia untuk larva ikan kakap dan kerapu 10 kali
1
lebih banyak dibandingkan dengan larva udang, maka kebutuhan kista artemia
Artemia sp. merupakan pakan alami yang sangat penting dalam pembenihan
ikan laut, krustacea, ikan konsumsi air tawar dan ikan hias. Ini terjadi karena
artemia memiliki gizi yang tinggi, serta ukurannya sesuai dengan bukaan mulut
hampir seluruh jenis larva ikan (Djarijah, 2003). Kebutuhan artemia pada
produksi benih ikan dan udang skala intensif harus dipenuhi dalam waktu
beberapa jam saja karena laju pencernaan pada larva begitu cepat. Sedangkan
dalam waktu normal penetasan kista artemia dalam air laut adalah 24-36 jam pada
suhu 25oC. Penetasan kista (telur) artemia harus dilakukan dalam waktu yang
lebih singkat dan dalam jumlah yang besar. Sehingga dibutuhkan teknologi
1.2 Tujuan
2
BAB II PEMBAHASAN
Filum : Anthropoda
Kelas : Crustacea
Subkelas : Branchiopoda
Ordo : Anostraca
Family : Artemidae
Genus : Artemia
Kista artemia berbentuk bulat berlekuk dalam keadaan kering dan bulat
3
cangkang yang tebal dan kuat. Cangkang ini berguna untuk melindungi
embrio terhadap pengaruh kekeringan, benturan keras, sinar ultra violet dan
ukuran antara 10-20 mm dengan berat sekitar 10 mg. Bagian kepalanya lebih
besar dan kemudian mengecil hingga bagian ekor. Mempunyai sepasang mata
dan sepasang antenulla yang terletak pada bagian kepala. Pada bagian tubuh
Alat kelamin terletak antara ekor dan pasangan kaki paling belakang.
sedangkan pada betina antena berfungsi sebagai alat sensor. Jika kandungan
oksigen optimal, maka artemia akan berwarna kuning atau merah jambu.
mengkonsumsi mikroalga. Pada kondisi yang ideal seperti ini, artemia akan
Artemia sp. secara umum tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 25-30
o
C. Kista artemia kering tahan terhadap suhu -273 hingga 100 oC. Artemia
dapat ditemui di danau dengan kadar garam tinggi, disebut dengan brain
shrimp. Kultur biomasa artemia yang baik pada kadar garam 30-50 ppt. Untuk
100 ppt (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Faktor lain yang penting adalah
pH, cahaya, dan oksigen. Nilai pH berkisar antara 8-9 merupakan nilai yang
4
membunuh artemia. Cahaya minimal diperlukan dalam proses penetasan akan
Karena Artemia salina paling banyak digunakan untuk pakan larva ikan,
lemak 15-20%, abu 3-4%, dan air 1-10%. Kandungan protein mencapai 60%
dengan kandungan asam amino esensial yang lengkap dalam jumlah tinggi.
Artemia salina pada umur 1 hari terdapat kandungan asam amino prolin,
isoleusin, lisin, dan asam glutamate yang tinggi, sedangkan pada artemia
dewasa umur 30 hari terdapat kandungan asam amino prolin, isoleusin dan
yaitu untuk memenuhi kebutuhan pakan larva ikan dan udang. Artemia salina
adalah jasad renik berupa cc. Hingga saat ini Indonesia masih mengimpor
5
Artemia salina untuk memenuhi kebutuhan panti-panti pembenihan ikan dan
teknik dekapulasi.
prospek usaha yang bagus. Harga jual sebagai pakan alami terbilang mahal di
yang dapat melakukan budidaya pakan Artemia dengan sukses. Nutrisi yang
dapat menggunakan dengan wadah kaca, poly etilen (ember plastik) atau fiber
glass. Ukuran wadah dapat disesuaikan dengan kebutuhan, mulai dari volume
1 l sampai dengan volume 1 ton bahkan 40 ton. Hal yang penting untuk
wadah penetasan Artemia sebaiknya bulat. Hal ini dikarenakan jika diaerasi
tidak ditemukan titik mati, yaitu suatu titik dimana Artemia akan mengendap
dan tidak teraduk secara merata. Artemia yang tidak teraduk pada umumnya
6
waktu yang lebih lama. Sebelum diisi media penetasan, wadah Artemia dicuci
terlebih dahulu dengan menggunakan sikat sampai bersih. Agar sisa lemak
Media untuk penetasan Artemia dapat menggunakan air laut yang telah
difilter. Hal ini ditujukan agar cyste dari jamur atau parasit tersaring.
Penyaringan dapat dilakukan dengan menggunakan filter pasir atau filter yang
dijual secara komersial seperti catridge filter misalnya. Disamping dengan air
laut, media penetasan Artemia juga dapat dilakukan dengan menggunakan air
laut buatan. Air laut ini dibuat dengan jalan menambahkan garam yang tidak
beriodium ke air tawar. Garam yang digunakan harus bebas dari kotoran.
Jumlah garam yang dibutuhkan berkisar antara 25-30 g per liter air tawar,
sehingga memiliki kadar garam 25-30 ppt. Setelah garam dimasukkan maka
media penetasan (air laut ataupun air laut buatan) sampai menetas. Proses
penetasan terdiri dari beberapa tahapan yang membutuhkan waktu sekitar 18-
24 jam yaitu proses penyerapan air, pemecahan dinding cyste oleh embrio,
embrio terlihat jelas dan masih diselimuti oleh membran, menetas dimana
menetaskan kista Artemia adalah aerasi, suhu, kadar garam, kepadatan kista,
dan cahaya.
7
dari coklat muda menjadi oranye. Hal yang penting yang perlu diperhatikan
Artemia dan cangkang. Hal ini perlu dihindari mengingat cangkang Artemia
maka pengecekan apakah Artemia dalam wadah penetasan sudah menetas atau
belum.
kurang lebih 10 menit. Jika pemanenan dilakukan di malam hari maka dasar
wadah disinari dari arah samping agar Artemia terkonsentrasi di dasar wadah
terkonsentrasi maka kran dasar dibuka (jika ada) atau dilakukan penyiponan
dipanen disaring dengan saringan 125 mikron, setelah itu dibilas dengan air
laut.
8
Media diaerasi kuat dan suhu 25-30 0C dan p H 8,0-9,0.
jam.
Menurut Bold. Dan wyne, (1978) Nauplius harus dipisahkan dari kista
yang tidak menetas dan dari cangkang karena dapat sebagai pembawa
Tahapannya:
Matikan aerasi dan beri sinar pada bagian dasar wadah sehingga
Dekapsulasi.
embrio.
9
C. Proses Dekapsulasi
Cuci bersih dengan air laut hingga bau klorin hilang dan tidak ada
Kista diclup 2 kali dalam larutan HCL 0,1 N dan cuci bersih.
disimpan dalam larutan garam jenuh pada suhu 0-4 0C selama 1-6
10
A. Kontruksi Bak Untuk Budidaya
Konstruksi bak dapat dibuat dari berbagai bahan seperti fiber glass,
papan kayu yang dilapisi plastik, bak semen dan lainya. Bak dibuat dengan
B. Sistem Pemeliharaan
mengalir. Sistem air berputar lebih efisien dalam pemanfaatan air sehingga
C. Sistem Penyaring
demikian akan terjadi akumulasi metabolit Artemia, sisa pakan dan sisa
dari aktivitas ganti kulit. Sistem penyaringan pada budidaya air berputar
11
mempunyai nutrisi tinggi dapat digunakan beberapa kombinasi pakan
antara lain tepung beras, tepung maizena, tepung kedelai dan lain-lain.
E. Penetasan
dengan Chlorin. Agar daya tetasnya baik, kepadatan kista tidak boleh lebih
dari 2gr/lt, salinitas 15-35 ppt, suhu air 25-280C. Untuk penetasan
instar II. Pemberian pakan dimulai mulai esok harinya. Pakan yang
diberikan pakan hidup maupun pakan tambahan. Pakan hidup yang dapat
tambahan antara lain tepung spirulina, tepung roti, ragi bir, ragi laut,
G. Pemanenan
12
Akan tetapi pemanenan dapat dilakukan sesuai dengan ukuran yang
dikeringkan ditepung.
2-5 kg/m3 media budidaya, sedangkan pakan yang digunakan berkisar 4-6
13
BAB III KESIMPULAN
Artemia merupakan salah satu pakan alami hidup yang paling banyak
digunakan sebagai pakan larva dalam usaha budidaya, kandunga nutrisi artemia
cukup tinggi yaitu protein 40-60%, karbohidrat 15-20%, lemak 15-20%, abu 3-
4%, dan air 1-10%. Kandungan protein mencapai 60% dengan kandungan asam
amino esensial yang lengkap dalam jumlah tinggi. Artemia sp. secara umum
tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 25-30 oC. Kista artemia kering tahan
terhadap suhu -273 hingga 100 oC. Artemia dapat ditemui di danau dengan kadar
garam tinggi, disebut dengan brain shrimp. Artemia salina memiliki banyak
manfaat yaitu Budidaya Artemia salina perlu diperhatikan dari konstruksi tempat
budidayanya hingga pemanenan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Chumadi. MS. 1990. Petunjuk Teknik Budidaya Pakan Alamai Ikan Dan Udang
Pusat Penelitian dan pengembangan Perikanan. PHP/KAN/12/1990 Jakarta.
Daulay, T., 1998. Artemia Salina (Kegunaan, Biologi dan Kulturnya). INFIS
Manual Seri No.12. Direktorat Jendral Perikanan dan International
Development Research, Jakarta.
Dewi, 2007. Teknik kultur Artemia Sp. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
15