DosenPengampuh
Ir. NURAINI, MS.
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2:
DARLI MURIB 1804195431
DIMAS OKY PRATAMA 1804111139
DIO IZMI HASYIM 1804123895
FEBBIYANTI YOFANGKA D 1804124253
GHAIDA LATHIA NIMAH 1804125283
NUHAYA RAFI FAUZAN 1804113019
produksi perikanan, terutama untuk jenis ikan yang bernilai ekonomis. Besarnya
akan protein hewani yang terus meningkat dari tahun-ketahun, sehingga perlu
dilakukan inovasi dalam proses kegiatan akuakultur terutama perikanan darat atau
perikanan laut, maka perlu ditemukan solusi yang tepat dalam pemecahan masalah
menjaga stok populasi ikan di alam, yang mana lama kelamaan sudah mengalami
selain untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan juga untuk untuk memperbaiki
ikan, pakan yang mengandung pigmen atau zat warna tertentu seperti karoten
(Puspita, 2016).
Masalah utama dalam budidaya ikan yaitu tingginya kematian benih pada
kelangsungan hidup ikan. Laju pertumbuan dan tingkat kelangsungan hidup ikan
dipengaruhi oleh ketersediaan pakan sebagai sumber energi untuk tumbuh dan
berkembang. Salah satu upaya mengatasinya yaitu dengan memberikan pakan
yang tepat baik dalam jumlah pakan yang diberikan, ukuran pakan yang
disesuaikan dengan bukaan mulut larva ikan, serta kandungan gizi dari pakan
Larva memiliki ukuran tubuh yang kecil dan bukaan mulut yang kecil juga.
Dengan ukuran tubuh yang kecil dan bukaan mulut larva juga kecil, dibutuhkan
pakan larva yang berukuran lebih kecil dari bukaan mulut tersebut. Pakan larva
ikan umumnya berupa pakan alami. Kelebihan penggunaan pakan alami yaitu
memiliki ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut larva, selalu bergerak sehingga
menarik perhatian ikan, mudah dicerna serta tingkat pencemaran pada air media
pemeliharaan lebih rendah. Beberpa jenis pakan alami yang sering digunakan oleh
pembudidaya yaitu Tubifex sp., Artemia sp., Daphnia sp., dan Chlorella sp.
Keempat jenis pakan alami tersebut mempunyai kandungan nutrisi yang cocok
untuk diberikan pada larva ikan untuk itu kami tertarik untuk membahasnya dalam
Pakan alami ikan adalah organisme hidup yang juga diproduksi bersama-
sama dengan spesies yang dibiakkan, atau dipelihara secara terpisah dalam unit
produksi yang spesifik atau dikumpulkan dari alam liar (misalnya penangkapan
dan zooplankton. Jenis-jenis pakan alami yang dimakan ikan sangat bermacam-
macam, bergantung pada jenis ikan dan tingkat umurnya. Benih ikan yang baru
(Yumrawati, 2007).
Kandungan gizi yang terdapat dalam pakan alami antara lain protein, lemak,
karbohidrat, vitamin dan mineral. Nilai kandungan gizi yang cukup tinggi dan
baik dalam pakan alami sangat diperlukan oleh benih ikan pada masa kritis untuk
hidup dan tumbuh dari fase benih ke fase selanjutnya. Pakan alami yang diberikan
kepada benih ikan harus memenuhi syarat antara lain berukuran lebih kecil dari
diameter bukaan mulut benih ikan, mengandung kandungan nutrisi tinggi, mudah
dicerna dengan baik, dan memiliki warna yang mencolok, dapat bergerak dan
terapung atau tersuspensi dalam air sehingga dapat merangsang benih ikan untuk
daya toleransi yang tinggi terhadap lingkungan. Keunggulan dari pakan alami
sebagai pakan benih ikan antara lain pakan alami memiliki kandungan gizi yang
cukup tinggi, mudah dicerna, gerakan pakan menarik perhatian ikan, ukuran
diameter pakan yang relatif kecil berkisar 150-1 mm sehingga benih ikan mudah
Kriteria pakan alami yang baik untuk larva adalah kandungan gizi tinggi,
sesuai dengan bukaaan mulut larva, kontinuitas terjaga, dan memiliki warna yang
menarik perhatian larva (Suprapto et al. 2012). Beberapa jenis pakan alami yang
masuk dalam kriteria tersebut adalah Tubifex sp., Artemia sp., Daphnia sp. dan
Chlorella sp.
Tubifex sp. atau cacing sutera merupakan anggota dari kingdom Animalia,
Tubifex, dan spesies Tubifex sp. Tubifex sp. hidup di dasar perairan yang banyak
mengandung bahan organik, misalnya sungai atau selokan yang airnya selalu
mengalir, dan semakin berlimpah bila berada di lingkungan yang rendah oksigen.
Phylum : Annelida
Class : Oligochaet
Ordo : Haplotaxida
Famili : Tubificidae
Genus : Tubifex
Spesies : Tubifex sp
Gambar 1. Tubifex sp.
Ukuran tubuhnya sangat ramping dan halus dengan panjang 1 – 2 cm. cacing ini
individu berkumpul menjadi koloni yang sulit diurai dan saling berkaitan satu
sama lain. Selain cacing tanah, cacing tubifex juga dikenal sebagai pakan alami
untuk ikan. Cacing sutra (Tubifex sp.) merupakan cacing yang bersifat
hermaprodit, pada satu organisme mempunyai 2 alat kelamin. Cacing ini dapat
dibudidayakan dan digunakan langsung untuk larva ikan. Cacing ini dapat juga di
simpan dalam bentuk beku (fresh) maupun kering (oven) (Hariati, 2010).
Cacing sutra umumnya ditemukan pada daerah air perbatasan seperti daerah
yang terjadi polusi zat organik secara berat, daerah endapan sedimen dan perairan
dengan salinitas 10 ppt. Dua faktor yang mendukung habitat hidup cacing sutra
ialah endapan lumpur dan tumpukan bahan organik yang banyak, dari setiap tubuh
cacing sutra pada bagian punggung dan perut kekar serta ujung bercabang dua
tanpa rambut. Sementara sifat hidup cacing sutra menunjukan organisme dasar
yang suka membenamkan diri dalam lumpur seperti benang kusut dan kepala
dengan warna tubuh kemerahan. Ditambahkan bahwa spesies cacing ini bisa
mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. Dua faktor yang mendukung habitat
hidup cacing sutra ialah endapan lumpur dan tumpukan bahan organik yang
banyak, dari setiap tubuh cacing sutra pada bagian punggung dan perut kekar serta
ujung bercabang dua tanpa rambut. Sementara sifat hidup cacing sutra
menunjukan organisme dasar yang suka membenamkan diri dalam lumpur seperti
benang kusut dan kepala terkubur serta ekornya melambai-lambai dalam air
Cacing Tubifex sp. merupakan pakan alami yang paling disukai oleh ikan
air tawar. mempunyai peranan yang penting karena mampu memacu
pertumbuhan ikan lebih cepat dibandingkan pakan alami lain seperti kutu air
(Daphnia sp. atau Moina sp.), hal ini disebabkan cacing sutra mempunyai
kelebihan dalam hal nutrisinya. Selain itu cacing Tubifex tubifex memiliki
kandungan gizi yang cukup baik yaitu protein (57%), lemak (13,3%), serat kasar
(2,04%), kadar abu (3,6%) dan air (8,7%). Sedangkan menurut Hariati (2010),
cacing sutera mengandung 51,9% protein, 20,3% karbohidrat, 22,3% lemak, dan
5,3% bahan abu. Kadar protein yang terkandung di dalam cacing sutera sesuai
dengan jumlah protein yang dibutuhkan oleh larva Menurut Nurhayati (2014),
larva ikan lele dumbo yang diberikan pakan cacing sutera menghasilkan laju
pertumbuhan lebih tinggi (22,56%) dibandingkan pakan buatan (19,94%). Selain
itu, cacing ini juga mengandung pigmen karotenoid yang mampu meningkatkan
ketajaman warna bagi ikan hias. (Kusumorini, 2017). Cacing sutera yang bersifat
autolisis serta mengandung berbagai enzim eksogen yang merangsang
pembentukan enzim pencernaan membuat pertumbuhan larva ikan lele dumbo
menjadi lebih baik.
Cacing sutera tidak memiliki kandungan serat kasar sehingga mudah
dicerna untuk larva yang memiliki sistem pencernaan belum sempurna (Suprapto,
2012). Enzim eksogen yang terkandung di dalam cacing sutera dapat
mempengaruhi perkembangan kelenjar pencernaan berupa pankreas untuk
memproduksi enzim pencernaan di dalam tubuh (Farhoudi et al. 2013). Menurut
Tjodi (2016) cacing sutera mengandung beberapa jenis enzim pencernaan yang
berfungsi sebagai enzim eksogen untuk meningkatkan daya cerna larva.
Sebagai pakan ikan hias air tawar, cacing ini mempunyai peranan yang
cukup penting. Pakan dari cacing mampu memacu pertumbuhan ikan jauh lebih
cepat dibanding pakan alami jenis lainnya. Hal ini disebabkan kandungan lemak
dan protein cacing ini cukup tinggi. Cacing tubifex dapat diberikan secara
langsung dalam keadaan segar sebagai makanan tambahan bagi ikan atau dalam
keadaan beku. Cacing dalam keadaan beku masih mempunyai nutrisi yang sama
dengan keadaan segar.
2.3. Artemia sp.
ikan laut, krustacea, ikan konsumsi air tawar dan ikan hias air tawar karena
ukurannya yang sangat kecil. Disamping ukurannya yang kecil, nilai gizi
Artemia juga sangat tinggi dan sesuai dengan kebutuhan gizi untuk larva ikan
dan krustacea yang tumbuh dengan sangat cepat. Sampai saat ini Artemia
sebagai pakan alami belum dapat digantikan oleh pakan lainnya. Artemia
biasanya diperjual belikan dalam bentuk kista, sehingga sebagai pakan alami
Artemia merupakan pakan yang paling mudah dan praktis, karena hanya
suatu hal yang dengan begitu saja dapat dilakukan oleh setiap orang. Sebab
Phylum : Anthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Anostraca
Familia : Artemidae
Genus : Artemia
Spesies : Artemia salina
Gambar 2. Artemia sp
Kista artemia berbentuk bulat berlekuk dalam keadaan kering dan bulat penuh
dalam keadaan basah. Warnanya coklat yang diselubungi oleh cangkang yang
tebal dan kuat. Cangkang ini berguna untuk melindungi embrio terhadap pengaruh
berat sekitar 10 mg. Bagian kepalanya lebih besar dan kemudian mengecil hingga
bagian ekor. Mempunyai sepasang mata dan sepasang antenulla yang terletak
pada bagian kepala. Pada bagian tubuh terdapat sebelas pasang kaki yang disebut
thoracopoda.
protein, faktor daya tarik makanan diduga juga memainkan peran yang penting
dalam pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan. Hal ini diperkuat oleh
pakan alami yang aktif bergerak sehingga menarik perhatian larva ikan untuk
menangkap dan memakannya. Makanan yang memiliki daya tarik yang lebih baik
akan merangsang nafsu makan larva ikan untuk memangsanya. Hal ini
dapat memberikan kelangsungan hidup yang tinggi pada larva. Kandungan nutrisi
artemia cukup tinggi yaitu protein 40-60%, karbohidrat 15-20%, lemak 15-20%,
abu 3-4%, dan air 1-10%. Kandungan protein mencapai 60% dengan kandungan
asam amino esensial yang lengkap dalam jumlah tinggi. Artemia salina pada umur
1 hari terdapat kandungan asam amino prolin, isoleusin, lisin, dan asam glutamate
yang tinggi, sedangkan pada artemia dewasa umur 30 hari terdapat kandungan
asam amino prolin, isoleusin dan asam glutamate yang tinggi (Wibowo, 2013).
tinggi pada larva ikan komet dikarenakan ada kaitannya dengan kandungan
protein dan enzim pencernaan yang ada pada artemia sp. Artemia mengandung
Kuniastuty, 1995).
Philum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Cladocera
Famili : Daphnidae
Genus : Daphnia
Spesies : Daphnia sp.
Gambar 3. Dapnia sp
Daphnia sp. merupakan salah satu pakan alami yang potensial untuk
ketersediaan pakan alami yang sesuai bagi larva ikan. Daphnia sp. digunakan
sebagai sumber pakan alami bagi larva ikan 10 karena memiliki beberapa
keunggulan yaitu kandungan nutrisi yang tinggi, ukuranya sesuai dengan bukaan
mulut larva ikan, dan dapat dibudidayakan secara massal, sehingga produksinya
memiliki ukuran 1-3 mm, tubuh lonjong, pipih, terdapat ruas/segmen meskipun
ruas ini tidak terlihat. Pada bagian kepala Daphnia terdapat sebuah mata majemuk
dan lima pasang alat tambahan yang pertama disebut antena pertama, kedua
disebut antenna kedua yang mempunyai fungsi utama sebagai alat gerak. Tiga
Pada habitatnya Daphnia sp. dapat hidup dalam air yang kandungan oksigen
terlarutnya sangat bervariasi yaitu dari hampir nol sampai lewat jenuh. Ketahanan
Daphnia sp. pada perairan yang rendah kadar oksigen mungkin disebabkan oleh
Untuk dapat hidup dengan baik daphnia memerlukan oksigen terlarut yang cukup
Daphnia sp. merupakan salah satu jenis pakan alami yang dibudidayakan
untuk memenuhi kebutuhan pembenihan ikan air tawar. Larva ikan merupakan
konsumen terbanyak yang membutuhkan pakan alami yaitu Daphnia sp, karena
sifatnya yang sesuai bagi larva ikan. Daphnia sp. adalah pakan alami larva yang
bersifat filter feeder (Pennak, 1989). Daphnia sp. digunakan sebagai sumber
pakan alami bagi larva ikan karena memiliki beberapa keunggulan yaitu
kandungan nutrisi yang tinggi, ukuranya yang sesuai dengan bukaan mulut larva
ikan, dan dapat dibudidayakan secara massal. Kandungan gizi Daphnia sp. antara
lain protein 4%, lemak 0,54%, karbohidrat 0,67% dan abu 0,15% (Haryati, 2005).
Menurut Pangkey (2018), Daphnia sp. memiliki persentase protein 50% dan
lemak 4-5% . Daphnia sp. sesuai dengan bukaan mulut larva, mudah dicerna dan
mempunyai kadar protein yang tinggi, yakni kurang lebih 50% bobot kering.
Daphnia sp. sebagai pakan alami yang merupakan sumber asam lemak esensial
bagi larva mengandung komposisi asam lemak n-6 dan n-3 yakni masing-masing
sebesar 3,74% dan 0,97% (Mokoginta etal., 2003). Menurut Pangkey (2009)
pencernaan yang dapat berperan sebagai enzim eksogen bagi larva. Tetapi,
Daphnia sp. memiliki kandungan khitin pada bagian luar tubuhnya. Khitin
merupakan zat berbentuk kristal dan tidak larut dalam larutan asam kuat sehingga
sulit dicerna oleh tubuh (Retnosari, 2007). Zat khitin dapat menghambat
Istiyanto (2012) semakin besar persentase kandungan khitin pada pakan dapat
termasuk fitoplankton bersel tunggal (unicellular) yang soliter, namun juga dapat
dijumpai hidup dalam koloni atau bergerombol. Diameter sel umumnya berkisar
antara 2-12 mikron, warna hijau karena pigmen yang mendominasi adalah klorofil
(memiliki inti sel) dengan dinding sel yang tersusun dari komponen selulosa dan
1995).
Berdasarkan habitat hidupnya Chlorella dapat dibedakan menjadi Chlorella
air tawar dan Chlorella air laut. Chlorella air tawar dapat hidup dengan kadar
salinitas hingga 5 ppt. Contoh Chlorella yang hidup di air laut adalah Chlorella
bersimbiosis dengan hewan lain misalnya Hydra dan beberapa Ciliata air tawar
dalam kultur dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: media, nutrien atau
unsur hara, cahaya, suhu, serta salinitas. Media merupakan tempat hidup bagi
kultur Chlorella yang pemilihannya ditentukan pada jenis Chlorella sp. yang akan
dibudidayakan. Bahan dasar untuk preservasi media yang dapat digunakan adalah
Salah satu pakan alami yang digunakan untuk budidaya ikan yaitu Chlorella
sp. Chlorella sp memiliki kandungan nutrisi yang di butuhkan oleh larva ikan
lemak 14-22%, dan asam nukleat 4-5%, vitamin B12, (Rachmaniah., 2010).Salah
satu cara untuk memperoleh biakan murni Chlorella sp. agar dapat memenuhi
ketersediaan pakan alami dalam jumlah yang cukup, berkesinambungan dan tepat
waktu adalah dengan adanya tindakan kultur. Chlorella sp. mampu menyerap
vitamin B12 didalam media kultur. Pengkayaan dengan penambahan Chlorella sp.
sp. dan berkurangnya kontaminasi bakteri didalam kultur Cholrella sp. diharapkan
akan mampu meningkatkan tingkat pertumbuhan dan kelulus hidupan larva.
Chlorella sp juga banyak terdapat pigmen hijau (klorofil) yang berfungsi sebagai
pakan yang diberikan harus mudah dicerna dan memiliki nutrisi yang tinggi.
pakan dan jumlah pakan yang diberikan. Jumlah pakan yang diberikan dapat
dipelihara memerlukan pakan yang memiliki gizi tinggi yang terdiri dari protein
dan asam amino, lemak, karbohidrat, serta vitamin dan mineral sehingga ikan
yang dibesarkan dapat tumbuh dengan baik. Protein yang diserap oleh ikan
digunakan untuk pertumbuhan dan merupakan sumber gizi utama untuk semua
jenis ikan.
Menurut Murtidjo (2001) nutrisi dalam pakan merupakan faktor utama yang
Kebutuhan ikan akan protein bergantung pada ukuran ikan, jumlah, kuantitas
pakan yang dimakan ikan, ketersediaan dan kualitas pakan alami dan kualitas
protein. Ikan pada stadia larva membutuhkan protein yang lebih tinggi
dibandingkan ikan dewasa, dan tingkat protein optimum dalam pakan untuk
pertumbuhan ikan berkisar 25– 50%. Pakan yang sesuai dengan ukuran bukaan
Menurut Huet (1971) diacu dalam Jenitasari B.A (2012) makanan yang
diberikan pada larva ikan sebaiknya pakan alami selain sebagai sumber
karbohidrat, lemak, dan protein. Pakan alami juga memiliki asam amino dan
mineral yang lengkap pada larva ikan, selain itu mudah mencerna dan tidak
pertumbuhan tergantung pada jumlah makanan yang diberikan, ruang, suhu, dan
untuk memelihara tubuh dan mengganti alat-alat tubuh yang rusak setelah itu
digunakan untuk pertumbuhan. untuk memelihara tubuh dan mengganti alat tubuh
pencegahan penyakit, ikan memerlukan zat- zat gizi untuk melengkapi kebutuhan
protein energi, mineral, dan lainnya. zat gizi tersebut digunakan untuk proses
mengandung nutrisi Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Adelina dan Boer
(2006) bahwa makanan merupakan salah satu factor yang paling berpengaruh
energi pakan digunakan untuk memlihara fungsi tubuh dan pergerakan kemudian
bersama- sama dengan spesies yang dibiakkan, atau dipelihara secara terpisah
dalam unit produksi yang spesifik atau dikumpulkan dari alam liar (misalnya
Artemia sp., Daphnia sp., dan Chlorella sp. Pakan alami sangat diperlukan dalam
benih ikan.
DAFTAR PUSTAKA
Hariati, E. 2010. Potensi Tepung Cacing Sutera (Tubifex sp.) dan Tepung
Potensi Tepung Tapioka untuk Subtitusi Pakan Komersil Ikan Patin (Pangasius
hypophtalmus). [Skripsi]. Universitas Atmajaya Yogyakarta. Yogyakarta.
Pangkey H, Ngatung JE, Mokolensang JF. 2018. Budi Daya Cacing Sutera
(Tubifex sp.) Dengan Sistem Air Mengalir di Balai Perikanan Budidaya Air
Tawar (BPBAT) Tatelu, Sulawesi Utara. Jurnal Budidaya Perairan. Vol:5(3) ; 18-
22.
Rahman, M.S. 2012. Stuktur Protein Budidaya Pakan Alami Daphnia sp.
Fakultas Kedokteran, Univesitas Sumatra Utara, Medan.