Anda di halaman 1dari 20

PAPER TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN

4 JENIS PAKAN ALAMI YANG DIGUNAKAN SEBAGAI PAKAN


LARVA IKAN (Tubifex sp., Artemia sp., Daphnia sp., dan Chlorella sp.)

DosenPengampuh
Ir. NURAINI, MS.

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2:
DARLI MURIB 1804195431
DIMAS OKY PRATAMA 1804111139
DIO IZMI HASYIM 1804123895
FEBBIYANTI YOFANGKA D 1804124253
GHAIDA LATHIA NIMAH 1804125283
NUHAYA RAFI FAUZAN 1804113019

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
I. PENDAHULUAN

Pembudidayaan ikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

produksi perikanan, terutama untuk jenis ikan yang bernilai ekonomis. Besarnya

permintaan dari konsumen akan komiditi perikanan dan kebutuhan masyarakat

akan protein hewani yang terus meningkat dari tahun-ketahun, sehingga perlu

dilakukan inovasi dalam proses kegiatan akuakultur terutama perikanan darat atau

inland water. Dengan terbatasnya area penangkapan perikanan darat maupun

perikanan laut, maka perlu ditemukan solusi yang tepat dalam pemecahan masalah

tersebut. Pembudidaya secara intensif merupakan solusi yang tepat dalam

menjaga stok populasi ikan di alam, yang mana lama kelamaan sudah mengalami

penurunan pada jumlah individu yang ditangkap (Zarkasih, 2014).

Pakan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatan ikan, pakan juga

berfungsi meningkatkan intensitas warna. Kecukupan pakan, baik dalam jumlah

maupun dalam kandungan gizinya sangatlah penting, sehingga pakan yang

berikan sebaiknya ditambahkan suplemen bahan-bahan tertentu. Pakan tersebut

selain untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan juga untuk untuk memperbaiki

penampilan terutama kualitas warna. Untuk meningkatkan kualitas warna dari

ikan, pakan yang mengandung pigmen atau zat warna tertentu seperti karoten

(Puspita, 2016).

Masalah utama dalam budidaya ikan yaitu tingginya kematian benih pada

tahap larva. Tingginya angka kematian larva menunjukkan rendahnya

kelangsungan hidup ikan. Laju pertumbuan dan tingkat kelangsungan hidup ikan

dipengaruhi oleh ketersediaan pakan sebagai sumber energi untuk tumbuh dan
berkembang. Salah satu upaya mengatasinya yaitu dengan memberikan pakan

yang tepat baik dalam jumlah pakan yang diberikan, ukuran pakan yang

disesuaikan dengan bukaan mulut larva ikan, serta kandungan gizi dari pakan

yang mendukung pertumbuhan tersebut.

Larva memiliki ukuran tubuh yang kecil dan bukaan mulut yang kecil juga.

Dengan ukuran tubuh yang kecil dan bukaan mulut larva juga kecil, dibutuhkan

pakan larva yang berukuran lebih kecil dari bukaan mulut tersebut. Pakan larva

ikan umumnya berupa pakan alami. Kelebihan penggunaan pakan alami yaitu

memiliki ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut larva, selalu bergerak sehingga

menarik perhatian ikan, mudah dicerna serta tingkat pencemaran pada air media

pemeliharaan lebih rendah. Beberpa jenis pakan alami yang sering digunakan oleh

pembudidaya yaitu Tubifex sp., Artemia sp., Daphnia sp., dan Chlorella sp.

Keempat jenis pakan alami tersebut mempunyai kandungan nutrisi yang cocok

untuk diberikan pada larva ikan untuk itu kami tertarik untuk membahasnya dalam

pembuatan paper teknologi pembenihan ikan ini.


II. ISI

2.1. Pakan Alami

Pakan alami ikan adalah organisme hidup yang juga diproduksi bersama-

sama dengan spesies yang dibiakkan, atau dipelihara secara terpisah dalam unit

produksi yang spesifik atau dikumpulkan dari alam liar (misalnya penangkapan

ikan). Contohnya adalah organisme akuatik tingkat rendah seperti fitoplankton

dan zooplankton. Jenis-jenis pakan alami yang dimakan ikan sangat bermacam-

macam, bergantung pada jenis ikan dan tingkat umurnya. Benih ikan yang baru

belajar mencari makan, pakan utamanya adalah plankton nabati (fitoplankton)

namun sejalan dengan bertambah besar ikan berubah pula makanannya

(Yumrawati, 2007).

Kandungan gizi yang terdapat dalam pakan alami antara lain protein, lemak,

karbohidrat, vitamin dan mineral. Nilai kandungan gizi yang cukup tinggi dan

baik dalam pakan alami sangat diperlukan oleh benih ikan pada masa kritis untuk

hidup dan tumbuh dari fase benih ke fase selanjutnya. Pakan alami yang diberikan

kepada benih ikan harus memenuhi syarat antara lain berukuran lebih kecil dari

diameter bukaan mulut benih ikan, mengandung kandungan nutrisi tinggi, mudah

dicerna dengan baik, dan memiliki warna yang mencolok, dapat bergerak dan

terapung atau tersuspensi dalam air sehingga dapat merangsang benih ikan untuk

memakannya (Djariah, 1995).

Pakan alami dapat dibudidayakan, cepat berkembang biak, dan memiliki

daya toleransi yang tinggi terhadap lingkungan. Keunggulan dari pakan alami

sebagai pakan benih ikan antara lain pakan alami memiliki kandungan gizi yang
cukup tinggi, mudah dicerna, gerakan pakan menarik perhatian ikan, ukuran

diameter pakan yang relatif kecil berkisar 150-1 mm sehingga benih ikan mudah

memakannya dan tidak mencemari media pemeliharaan (Wijayanti, 2010).

Kriteria pakan alami yang baik untuk larva adalah kandungan gizi tinggi,

sesuai dengan bukaaan mulut larva, kontinuitas terjaga, dan memiliki warna yang

menarik perhatian larva (Suprapto et al. 2012). Beberapa jenis pakan alami yang

masuk dalam kriteria tersebut adalah Tubifex sp., Artemia sp., Daphnia sp. dan

Chlorella sp.

2.2. Tubifex sp.

Tubifex sp. atau cacing sutera merupakan anggota dari kingdom Animalia,

filum Annelida, kelas Oligochaeta, ordo Haplotaxida, famili Tubificidae, genus

Tubifex, dan spesies Tubifex sp. Tubifex sp. hidup di dasar perairan yang banyak

mengandung bahan organik, misalnya sungai atau selokan yang airnya selalu

mengalir, dan semakin berlimpah bila berada di lingkungan yang rendah oksigen.

Kebersihan Tubifex sp. juga kurang terjamin karena produksinya yang

mengandalkan perairan umum. Oleh karena itu, perlu dilakukan pencucian

terlebih dahulu sebelum diberikan sebagai pakan ikan. (Wijayanti, 2010).

Menurut Amri dan Khairu dalam (Purnama, 2016) Klasifikasi cacing

sutra (Tubifex) adalah sebagai berikut :

Phylum : Annelida
Class : Oligochaet
Ordo : Haplotaxida
Famili : Tubificidae
Genus : Tubifex
Spesies : Tubifex sp
Gambar 1. Tubifex sp.

Cacing sutra memiliki warna tubuh yang dominan kemerah – merahan.

Ukuran tubuhnya sangat ramping dan halus dengan panjang 1 – 2 cm. cacing ini

sangat senang hidup berkelompok atau bergerombolan karena masing – masing

individu berkumpul menjadi koloni yang sulit diurai dan saling berkaitan satu

sama lain. Selain cacing tanah, cacing tubifex juga dikenal sebagai pakan alami

untuk ikan. Cacing sutra (Tubifex sp.) merupakan cacing yang bersifat

hermaprodit, pada satu organisme mempunyai 2 alat kelamin. Cacing ini dapat

dibudidayakan dan digunakan langsung untuk larva ikan. Cacing ini dapat juga di

simpan dalam bentuk beku (fresh) maupun kering (oven) (Hariati, 2010).

Cacing sutra umumnya ditemukan pada daerah air perbatasan seperti daerah

yang terjadi polusi zat organik secara berat, daerah endapan sedimen dan perairan

oligotropis. Ditambahkan bahwa spesies cacing ini bisa mentolerir perairan

dengan salinitas 10 ppt. Dua faktor yang mendukung habitat hidup cacing sutra

ialah endapan lumpur dan tumpukan bahan organik yang banyak, dari setiap tubuh

cacing sutra pada bagian punggung dan perut kekar serta ujung bercabang dua

tanpa rambut. Sementara sifat hidup cacing sutra menunjukan organisme dasar

yang suka membenamkan diri dalam lumpur seperti benang kusut dan kepala

terkubur serta ekornya melambai-lambai dalam air kemudian bergerak berputar-

putar (Khairuman, 2008).


Secara umum cacing sutra atau cacing rambut terdiri atas dua lapisan otot

yang membujur dan melingkar sepanjang tubuhnya. Panjangnya 10–30 mm

dengan warna tubuh kemerahan. Ditambahkan bahwa spesies cacing ini bisa

mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. Dua faktor yang mendukung habitat

hidup cacing sutra ialah endapan lumpur dan tumpukan bahan organik yang

banyak, dari setiap tubuh cacing sutra pada bagian punggung dan perut kekar serta

ujung bercabang dua tanpa rambut. Sementara sifat hidup cacing sutra

menunjukan organisme dasar yang suka membenamkan diri dalam lumpur seperti

benang kusut dan kepala terkubur serta ekornya melambai-lambai dalam air

kemudian bergerak berputar-putar (Purnama, 2016).

Cacing Tubifex sp. merupakan pakan alami yang paling disukai oleh ikan
air tawar. mempunyai peranan yang penting karena mampu memacu
pertumbuhan ikan lebih cepat dibandingkan pakan alami lain seperti kutu air
(Daphnia sp. atau Moina sp.), hal ini disebabkan cacing sutra mempunyai
kelebihan dalam hal nutrisinya. Selain itu cacing Tubifex tubifex memiliki
kandungan gizi yang cukup baik yaitu protein (57%), lemak (13,3%), serat kasar
(2,04%), kadar abu (3,6%) dan air (8,7%). Sedangkan menurut Hariati (2010),
cacing sutera mengandung 51,9% protein, 20,3% karbohidrat, 22,3% lemak, dan
5,3% bahan abu. Kadar protein yang terkandung di dalam cacing sutera sesuai
dengan jumlah protein yang dibutuhkan oleh larva Menurut Nurhayati (2014),
larva ikan lele dumbo yang diberikan pakan cacing sutera menghasilkan laju
pertumbuhan lebih tinggi (22,56%) dibandingkan pakan buatan (19,94%). Selain
itu, cacing ini juga mengandung pigmen karotenoid yang mampu meningkatkan
ketajaman warna bagi ikan hias. (Kusumorini, 2017). Cacing sutera yang bersifat
autolisis serta mengandung berbagai enzim eksogen yang merangsang
pembentukan enzim pencernaan membuat pertumbuhan larva ikan lele dumbo
menjadi lebih baik.
Cacing sutera tidak memiliki kandungan serat kasar sehingga mudah
dicerna untuk larva yang memiliki sistem pencernaan belum sempurna (Suprapto,
2012). Enzim eksogen yang terkandung di dalam cacing sutera dapat
mempengaruhi perkembangan kelenjar pencernaan berupa pankreas untuk
memproduksi enzim pencernaan di dalam tubuh (Farhoudi et al. 2013). Menurut
Tjodi (2016) cacing sutera mengandung beberapa jenis enzim pencernaan yang
berfungsi sebagai enzim eksogen untuk meningkatkan daya cerna larva.
Sebagai pakan ikan hias air tawar, cacing ini mempunyai peranan yang
cukup penting. Pakan dari cacing mampu memacu pertumbuhan ikan jauh lebih
cepat dibanding pakan alami jenis lainnya. Hal ini disebabkan kandungan lemak
dan protein cacing ini cukup tinggi. Cacing tubifex dapat diberikan secara
langsung dalam keadaan segar sebagai makanan tambahan bagi ikan atau dalam
keadaan beku. Cacing dalam keadaan beku masih mempunyai nutrisi yang sama
dengan keadaan segar.
2.3. Artemia sp.

Artemia merupakan pakan alami yang sangat penting dalam pembenihan

ikan laut, krustacea, ikan konsumsi air tawar dan ikan hias air tawar karena

ukurannya yang sangat kecil. Disamping ukurannya yang kecil, nilai gizi

Artemia juga sangat tinggi dan sesuai dengan kebutuhan gizi untuk larva ikan

dan krustacea yang tumbuh dengan sangat cepat. Sampai saat ini Artemia

sebagai pakan alami belum dapat digantikan oleh pakan lainnya. Artemia

biasanya diperjual belikan dalam bentuk kista, sehingga sebagai pakan alami

Artemia merupakan pakan yang paling mudah dan praktis, karena hanya

tinggal menetaskan kista saja.Akan tetapi, menetaskan kista Artemia bukan

suatu hal yang dengan begitu saja dapat dilakukan oleh setiap orang. Sebab

membutuhkan suatu keterampilan dan pengetahuan tentang penetasan itu

sendiri.Kegagalan dalam menetaskan kista Artemia barakibat fatal terhadap

larva ikan yang sedang dipelihara. (Purnama, 2016).

Phylum : Anthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Anostraca
Familia : Artemidae
Genus : Artemia
Spesies : Artemia salina

Gambar 2. Artemia sp

Kista artemia berbentuk bulat berlekuk dalam keadaan kering dan bulat penuh

dalam keadaan basah. Warnanya coklat yang diselubungi oleh cangkang yang

tebal dan kuat. Cangkang ini berguna untuk melindungi embrio terhadap pengaruh

kekeringan, benturan keras, sinar ultra violet dan mempermudah pengapungan

(Mudjiman, 2008). Artemia dewasa memiliki ukuran antara 10-20 mm dengan

berat sekitar 10 mg. Bagian kepalanya lebih besar dan kemudian mengecil hingga

bagian ekor. Mempunyai sepasang mata dan sepasang antenulla yang terletak

pada bagian kepala. Pada bagian tubuh terdapat sebelas pasang kaki yang disebut

thoracopoda.

Artemia memiliki kandungan protein yang cukup tinggi selain faktor

protein, faktor daya tarik makanan diduga juga memainkan peran yang penting

dalam pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan. Hal ini diperkuat oleh

Muchlisin dalam (Tampubolon, 2016). mengatakan bahwa artemia merupakan

pakan alami yang aktif bergerak sehingga menarik perhatian larva ikan untuk
menangkap dan memakannya. Makanan yang memiliki daya tarik yang lebih baik

akan merangsang nafsu makan larva ikan untuk memangsanya. Hal ini

membuktikan bahwa pemberian pakan alami berupa artemia pada pemeliharaan

dapat memberikan kelangsungan hidup yang tinggi pada larva. Kandungan nutrisi

artemia cukup tinggi yaitu protein 40-60%, karbohidrat 15-20%, lemak 15-20%,

abu 3-4%, dan air 1-10%. Kandungan protein mencapai 60% dengan kandungan

asam amino esensial yang lengkap dalam jumlah tinggi. Artemia salina pada umur

1 hari terdapat kandungan asam amino prolin, isoleusin, lisin, dan asam glutamate

yang tinggi, sedangkan pada artemia dewasa umur 30 hari terdapat kandungan

asam amino prolin, isoleusin dan asam glutamate yang tinggi (Wibowo, 2013).

Pakan berupa artemia pada pemeliharaan dapat memberikan pertumbuhan yang

tinggi pada larva ikan komet dikarenakan ada kaitannya dengan kandungan

protein dan enzim pencernaan yang ada pada artemia sp. Artemia mengandung

protein 40% hingga 60 %, tergantung pada umurnya, dan Artemia dewasa

memiliki kandungan protein lebih tinggi daripada nauplii (Isnansetyo dan

Kuniastuty, 1995).

2.4. Daphnia sp.

Menurut Pennak (1953) dan Ivleva (1973) dalam (Purnama, 2016)

adalah sebagai berikut :

Philum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Cladocera
Famili : Daphnidae
Genus : Daphnia
Spesies : Daphnia sp.
Gambar 3. Dapnia sp

Daphnia sp. merupakan salah satu pakan alami yang potensial untuk

dikembangkan guna memenuhi kebutuhan pembenihan ikan air tawar terhadap

ketersediaan pakan alami yang sesuai bagi larva ikan. Daphnia sp. digunakan

sebagai sumber pakan alami bagi larva ikan 10 karena memiliki beberapa

keunggulan yaitu kandungan nutrisi yang tinggi, ukuranya sesuai dengan bukaan

mulut larva ikan, dan dapat dibudidayakan secara massal, sehingga produksinya

dapat tersedia dalam jumlah mencukupi (Rahman, 2012)

Daphnia sp. merupakan zooplankton yang hidup diperairan tawar yang

memiliki ukuran 1-3 mm, tubuh lonjong, pipih, terdapat ruas/segmen meskipun

ruas ini tidak terlihat. Pada bagian kepala Daphnia terdapat sebuah mata majemuk

dan lima pasang alat tambahan yang pertama disebut antena pertama, kedua

disebut antenna kedua yang mempunyai fungsi utama sebagai alat gerak. Tiga

pasang yang terakhir adalah bagian-bagian dari mulut. (Mokoginta, 2003).

Pada habitatnya Daphnia sp. dapat hidup dalam air yang kandungan oksigen

terlarutnya sangat bervariasi yaitu dari hampir nol sampai lewat jenuh. Ketahanan

Daphnia sp. pada perairan yang rendah kadar oksigen mungkin disebabkan oleh

kemampuannya dalam mensintesis haemoglobin. Dalam kenyataannya, laju

pembentukan haemoglobin berhubungan dengan kandungan oksigen

lingkungannya. Naiknya kandungan haemoglobin dalam darah Daphnia. dapat


juga diakibatkan oleh naiknya temperatur, atau tingginya kepadatan populasi.

Untuk dapat hidup dengan baik daphnia memerlukan oksigen terlarut yang cukup

besar yaitu di atas 3,5 ppm (Mokoginta, 2003).

Daphnia sp. merupakan salah satu jenis pakan alami yang dibudidayakan

untuk memenuhi kebutuhan pembenihan ikan air tawar. Larva ikan merupakan

konsumen terbanyak yang membutuhkan pakan alami yaitu Daphnia sp, karena

sifatnya yang sesuai bagi larva ikan. Daphnia sp. adalah pakan alami larva yang

bersifat filter feeder (Pennak, 1989). Daphnia sp. digunakan sebagai sumber

pakan alami bagi larva ikan karena memiliki beberapa keunggulan yaitu

kandungan nutrisi yang tinggi, ukuranya yang sesuai dengan bukaan mulut larva

ikan, dan dapat dibudidayakan secara massal. Kandungan gizi Daphnia sp. antara

lain protein 4%, lemak 0,54%, karbohidrat 0,67% dan abu 0,15% (Haryati, 2005).

Menurut Pangkey (2018), Daphnia sp. memiliki persentase protein 50% dan

lemak 4-5% . Daphnia sp. sesuai dengan bukaan mulut larva, mudah dicerna dan

mempunyai kadar protein yang tinggi, yakni kurang lebih 50% bobot kering.

Daphnia sp. sebagai pakan alami yang merupakan sumber asam lemak esensial

bagi larva mengandung komposisi asam lemak n-6 dan n-3 yakni masing-masing

sebesar 3,74% dan 0,97% (Mokoginta etal., 2003). Menurut Pangkey (2009)

Daphnia sp. mengandung beberapa enzim pencernaan yang berfungsi sebagai

enzim eksogen untuk membantu kecernaan larva.

Menurut Pangkey (2009) Daphnia sp. memiliki kandungan enzim

pencernaan yang dapat berperan sebagai enzim eksogen bagi larva. Tetapi,

Daphnia sp. memiliki kandungan khitin pada bagian luar tubuhnya. Khitin

merupakan zat berbentuk kristal dan tidak larut dalam larutan asam kuat sehingga
sulit dicerna oleh tubuh (Retnosari, 2007). Zat khitin dapat menghambat

penyerapan nutrien yang terkandung di dalam pakan. Menurut Rachmawati dan

Istiyanto (2012) semakin besar persentase kandungan khitin pada pakan dapat

meningkatkan nilai FCR dan menurunkan efisiensi pakan.

2.5. Chlorella sp.

Menurut Prabowo (2009) adalah sebagi berikut:


Kingdom : Plantae
Filum : Chlorophyta
Kelas : Trebouxiophyceae
Ordo : Chlorellales
Famili : Chlorellaceae
Genus : Chlorella
Spesies : Chlorella sp.

Gambar 4. Chlorella sp.


Bentuk umum sel-sel Chlorella adalah bulat atau elips (bulat telur),

termasuk fitoplankton bersel tunggal (unicellular) yang soliter, namun juga dapat

dijumpai hidup dalam koloni atau bergerombol. Diameter sel umumnya berkisar

antara 2-12 mikron, warna hijau karena pigmen yang mendominasi adalah klorofil

(Bold dan Wynne, 1985). Chlorella sp. merupakan organisme eukariotik

(memiliki inti sel) dengan dinding sel yang tersusun dari komponen selulosa dan

pektin sedangkan protoplasmanya berbentuk cawan (Isnansetyo dan Kurniastuty

1995).
Berdasarkan habitat hidupnya Chlorella dapat dibedakan menjadi Chlorella

air tawar dan Chlorella air laut. Chlorella air tawar dapat hidup dengan kadar

salinitas hingga 5 ppt. Contoh Chlorella yang hidup di air laut adalah Chlorella

vulgaris, Chlorella pyrenoidosa, Chlorella virginica dan lain-lain (Isnansetyo dan

Kurniastuty 1995). Umumnya Chlorella bersifat planktonis yang melayang di

dalam perairan, namun beberapa jenis Chlorella juga ditemukan mampu

bersimbiosis dengan hewan lain misalnya Hydra dan beberapa Ciliata air tawar

seperti Paramecium bursaria (Dolan 1992). perkembangbiakan Chlorella sp.

dalam kultur dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: media, nutrien atau

unsur hara, cahaya, suhu, serta salinitas. Media merupakan tempat hidup bagi

kultur Chlorella yang pemilihannya ditentukan pada jenis Chlorella sp. yang akan

dibudidayakan. Bahan dasar untuk preservasi media yang dapat digunakan adalah

agar-agar. (Bold dan Wynne ,1985),

Salah satu pakan alami yang digunakan untuk budidaya ikan yaitu Chlorella

sp. Chlorella sp memiliki kandungan nutrisi yang di butuhkan oleh larva ikan

yaitu; protein sebesar 51–58%, minyak sebesar 28-32%, karbohidrat 12-17%,

lemak 14-22%, dan asam nukleat 4-5%, vitamin B12, (Rachmaniah., 2010).Salah

satu cara untuk memperoleh biakan murni Chlorella sp. agar dapat memenuhi

ketersediaan pakan alami dalam jumlah yang cukup, berkesinambungan dan tepat

waktu adalah dengan adanya tindakan kultur. Chlorella sp. mampu menyerap

vitamin B12 didalam media kultur. Pengkayaan dengan penambahan Chlorella sp.

mampu meningkatkan kandungan nutrisi Branchionus sp., serta meningkatkan

pertumbuhan dan kelulushidupan larva. Meningkatnya nilai nutrisi pada Chlorella

sp. dan berkurangnya kontaminasi bakteri didalam kultur Cholrella sp. diharapkan
akan mampu meningkatkan tingkat pertumbuhan dan kelulus hidupan larva.

Chlorella sp juga banyak terdapat pigmen hijau (klorofil) yang berfungsi sebagai

katalisator dalam proses fotosintesis untuk meningkatkan pertumbuhan dan

kelulusan hidup (Chilmawati dan Suminto, 2007).

2.6. Pemberian Pakan Alami Bagi Larva Ikan

Pakan merupakan faktor penting dalam pemeliharaan ikan. Pada dasarnya

pakan yang diberikan harus mudah dicerna dan memiliki nutrisi yang tinggi.

Menurut Susanto (2002), pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh kualitas

pakan dan jumlah pakan yang diberikan. Jumlah pakan yang diberikan dapat

mempengaruh kecepatan pertumbuhan, baik bobot maupun panjangnya. Ikan yang

dipelihara memerlukan pakan yang memiliki gizi tinggi yang terdiri dari protein

dan asam amino, lemak, karbohidrat, serta vitamin dan mineral sehingga ikan

yang dibesarkan dapat tumbuh dengan baik. Protein yang diserap oleh ikan

digunakan untuk pertumbuhan dan merupakan sumber gizi utama untuk semua

jenis ikan.

Menurut Murtidjo (2001) nutrisi dalam pakan merupakan faktor utama yang

diperlukan dalam pertumbuhan dan meningkatkan tingkat kelangsungan hidup.

Kebutuhan ikan akan protein bergantung pada ukuran ikan, jumlah, kuantitas

pakan yang dimakan ikan, ketersediaan dan kualitas pakan alami dan kualitas

protein. Ikan pada stadia larva membutuhkan protein yang lebih tinggi

dibandingkan ikan dewasa, dan tingkat protein optimum dalam pakan untuk

pertumbuhan ikan berkisar 25– 50%. Pakan yang sesuai dengan ukuran bukaan

mulut larva serta untuk meningkatkan laju pertumbuhan larva ikan.

Menurut Huet (1971) diacu dalam Jenitasari B.A (2012) makanan yang
diberikan pada larva ikan sebaiknya pakan alami selain sebagai sumber

karbohidrat, lemak, dan protein. Pakan alami juga memiliki asam amino dan

mineral yang lengkap pada larva ikan, selain itu mudah mencerna dan tidak

mencemari lingkungan perairan dan media pemeliharaan larva. Asmawi (1986)

diacu dalam Jenitasari B.A et al (2012) menyatakan bahwa kecepatan

pertumbuhan tergantung pada jumlah makanan yang diberikan, ruang, suhu, dan

dalamnya suatu perairan. Makanan ini dimanfaatkan oleh ikan pertama-tama

untuk memelihara tubuh dan mengganti alat-alat tubuh yang rusak setelah itu

digunakan untuk pertumbuhan. untuk memelihara tubuh dan mengganti alat tubuh

yang rusak setelah itu digunakan untuk pertumbuhan.

Menurut Murtidjo (2005) yang mengatakan bahwa, makanan bagi ikan

merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu budidaya

perikanan, disamping faktor-faktor lain seperti: benih, pengelolaan dan

pencegahan penyakit, ikan memerlukan zat- zat gizi untuk melengkapi kebutuhan

protein energi, mineral, dan lainnya. zat gizi tersebut digunakan untuk proses

pertumbuhan, produksi, reproduksi dan pemeliharaan tubuhnya. Makanan yang

mengandung nutrisi Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Adelina dan Boer

(2006) bahwa makanan merupakan salah satu factor yang paling berpengaruh

terhadap pertumbuhan. Setiap organisme di dalam laju pertumbuhannya akan

terhambat bila kebutuhan makan tidak terpenuhi. Kekurangan makanan atau

energi yang dibutuhkan dapat mengakibatkan berkurangnya pertumbuhan karena

energi pakan digunakan untuk memlihara fungsi tubuh dan pergerakan kemudian

sisanya untuk pertumbuhan.


III. PENUTUP

Pakan alami ikan adalah organisme hidup yang juga diproduksi

bersama- sama dengan spesies yang dibiakkan, atau dipelihara secara terpisah

dalam unit produksi yang spesifik atau dikumpulkan dari alam liar (misalnya

penangkapan ikan). Contohnya adalah organisme akuatik seperti Tubifex sp.,

Artemia sp., Daphnia sp., dan Chlorella sp. Pakan alami sangat diperlukan dalam

budidaya ikan dan pembenihan, karena akan menunjang kelangsungan hidup

benih ikan.
DAFTAR PUSTAKA

Adelina, I. dan Boer. 2006. Diktat dan Penuntun Praktikum Analisa


Formulasi Pakan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
Pekanbaru. 60 hal.

Bold,H.C dan M.J. Wynne.1985. Introduction To The Alga Structure And.


Reproduction. Prentice Hall Inc. Englewood. New Jersey

Chilmawati, D. dan Suminto. 2007. Aplikasi Pengkayaan Rotifer sebagai


Pemacu Pertumbuhan dan Tingkat Kelulushidupan Larva Kerapu Macan. Jurnal
Saintek Perikanan. 2 (2): 193-203.

Djariah, A. S. 1995. Pakan Ikan Alami. Kanisius. Yogyakarta. 87 Hal.

Dolan, J. (1992). Mixotrophy in ciliates: A review of Chlorella symbiosis


and chloroplast retention. Aquatic Microbial Ecology, 6(2), 115-132.

Farhoudi A, Abedian KAM, Nazari RM, Makhdoomi C. 2013. Changes of


Digestive Enzymes Activity in Common Carp (Cyprinus carpio) During Larval
Ontogeny. Iranian Journal of Fisheries Sciences. 12(2); 320-334.

Hariati, E. 2010. Potensi Tepung Cacing Sutera (Tubifex sp.) dan Tepung
Potensi Tepung Tapioka untuk Subtitusi Pakan Komersil Ikan Patin (Pangasius
hypophtalmus). [Skripsi]. Universitas Atmajaya Yogyakarta. Yogyakarta.

Isnansetyo dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan


Zooplankton. Pakan Alami Untuk Pembenihan Organisme Laut. Kanasius,
Yogyakarta.

Jenitasari, B.A, Sukendi, Nuraini. 2012. Pengaruh Pemberian Pakan Alami


Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Larva Ikan Tawes (Puntius Javanicus
Blkr). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
Pekanbaru.

Khairuman, Amri K, dan Sihombing T. 2008. Peluang Usaha Budidaya


Cacing Sutra. Jakarta: PT Agromedia Pustaka

Kusumorini Astuti, T. C. dan L. D. U. (2017). PENGARUH PEMBERIAN


FERMENTASI KOTORAN AYAM TERHADAP POPULASI DAN
BIOMASSA CACING (Tubifex tubifex) Astuti. Jurnal Biologi, 10(1), 16–36.

Mokoginta, I. 2003. Budidaya Pakan Alami Air Tawar. Direktorat Jenderal


Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan Nasional. 37 hlm.

Mudjiman, A. 2008. Makanan Ikan Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Murtidjo, B. A. 2001. Pedoman Meramu Pakan. Kanisius, Yogyakarta.


Nurhayati, Utomo NBP, Setiawati M. 2014. Perkembangan Enzim
Pencernaan dan Pertumbuhan Larva Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang
diberi Kombinasi Cacing Sutera dan Pakan Buatan. Jurnal Ikhtiologi indonesia.
14(3); 167-178.

Pangkey H, Ngatung JE, Mokolensang JF. 2018. Budi Daya Cacing Sutera
(Tubifex sp.) Dengan Sistem Air Mengalir di Balai Perikanan Budidaya Air
Tawar (BPBAT) Tatelu, Sulawesi Utara. Jurnal Budidaya Perairan. Vol:5(3) ; 18-
22.

Pangkey H. 2009. Daphnia dan Penggunaannya. Jurnal Perikanan dan


Kelautan. Vol: V( 3): 33-36.

Pennak, R.W. 1989. Coelenterata Fresh-water Invertebrates of the United


States: Protozoa to Molusca. 3rd edition. John Wiley and Sons, Inc, New
York.580 hlm.

Prabowo DA. 2009. Optimasi pengembangan media untuk pertumbuhan


Chlorella sp. Pada skala laboratorium. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Purnama, M. (2016). PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI YANG


BERBEDA PADA BENIH IKAN TAWES (Barbonymus gonionotus)
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP. In
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS TEUKU
UMAR. MEULABOH.

Puspita, E. 2016. Pengaruh Pemberian Pakan Hidup (Daphnia sp.) yang


Diperkaya dengan Tepung Spirulina terhadap Intensitas Warna dan Pertumbuhan
Ikan Guppy (Poecilia reticulata). [Skripsi]. Universitas Lampung. Bandar
Lampung.

Rahman, M.S. 2012. Stuktur Protein Budidaya Pakan Alami Daphnia sp.
Fakultas Kedokteran, Univesitas Sumatra Utara, Medan.

Retnosari, D. 2007. Pengaruh substitusi tepung ikan oleh tepung maggot


terhadap pertmbuhan benih nila (Oreochromis niloticus). (Laporan penelitian).
Bandung. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Panjadjaran.

Suprapto R, Iswanto B, Imron. 2012. Pengaruh Pemberian Pakan Alami


Berbeda Terhadap Performa Pertumbuhan dan Sintasan Benih Ikan Lele (Clarias
gariepinus). Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. 563-572.

Suprapto R, Iswanto B, Imron. 2012. Pengaruh Pemberian Pakan Alami


Berbeda Terhadap Performa Pertumbuhan dan Sintasan Benih Ikan Lele (Clarias
gariepinus). Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. 563-572.

Susanto, H. 2003. Usaha Pembenihan Dan Pembesaran Tawes. Penebar


Swadaya. Jakarta.
Tampubolon, T. P., Raharjo, E. I., Fakultas, A., Kelautan, I., Pontianak, U.
M., Perikanan, F., & Pontianak, U. M. (2016). PENGARUH BEBERAPA JENIS
PAKAN ALAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP
LARVA IKAN koi ( Cyprinus carpio ) EFFECT OF SOME TYPES OF NATURAL
FEED ON THE GROWTH AND SURVIVAL RATE OF FISH KOI LARVAE (
Cyprinus carpio ). 4(1), 28–33.

Tjodi R, Kalesaran OJ, Watung JC. 2016. Kombinasi Pakan Terhadap


Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Lele Sangkuriang (Clarias
gariepinus). Jurnal Budidaya Perairan. Vol: 4(2): 1-7.

Wibowo, A., Wijayanti, H., & Hudaidah, S. (2014). PEMANFAATAN


KOMPOS KULIT KAKAO (Theobroma cacao) UNTUK BUDIDAYA Daphnia
sp. Jurnal Rekayasa Dan Teknologi Budidaya Perairan, II(2), 1–6.

Wijayanti, K. 2010. Pengaruh Pemberian Pakan Alami yang Berbeda


terhadap Sintasan dan Pertumbuhan Benih Ikan Palmas (Polypterus senegalus
Cuvier, 1829). [Skripsi]. Universitas Indonesia. Depok.

Yumrawati. 2007. Pengaruh Pemberian Pakan Alami Berbeda terhadap


Pertumbuhan dan Kelulushidupan Larva Ikan Selais (Ompo hypophthalmus).
[Skripsi]. Universitas Riau. Pekanbaru.

Zarkasih, M. H. 2014. Pengaruh Pemberian Cacing Sutera (Tubifex sp.) dan


Keong Sawah (Pila ampullacea) terhadap Pertumbuhan Ikan Patin (Pangasius
sp.) [Skripsi]. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Anda mungkin juga menyukai