Anda di halaman 1dari 22

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Untuk kesempurnaan dari sebuah praktikum, maka diwajibkan kepada

setiap pratikan untuk membuat laporan praktikum. Atas dasar inilah penulis

menyusun laporan ini. Laporan yang disusun ini mengenai penengenalan jenis

ikan dan identifikasinya, seksualitas ikan, tingkat kematangan gonad, dan

fekunditas dan diameter telur. Perikanan adalah suatu usaha manusia untuk dapat

memanfaatkan sumber daya hayati perairan sedemikian rupa untuk memperoleh

hasil guna dan daya guna untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kebutuhan

masyarakat akan ikan sebagai sumber protein hewani yang murahdan mudah

didapat dewasa ini semakin meningkat. Peningkatan kebutuhan ini seiring dengan

pertambahan jumlah penduduk dan sadar akan pentingnya nilai gizi dalam

kehidupan.

Biologi Perikanan adalah ilmu yang mempelajari tentang keadaan ikan

mulai ikan itu menetas, tumbuh dan berkembang sampai ikan itu mati baik secara

alami maupun dikarenakan oleh factor lain. Oleh karena itu maka kita harus

mengetahui aspek biologi ikan diantaranya tentang seksualitas, pergerakan dan

ruaya, gonad, fekunditas, pemijahan, sel kelamin, pembelahan dan pembuahan,

dsb. Hal ini ditujukan untuk pengelolaan bidang perikanan dan lingkungan

perairan.

Penentuan jenis kelamin suatu individu dari suatu populoasi ikan dapat

dilakukan melalui pengamatan ciri seksual primer dan ciri seksual sekunder yang

dimiliki. Seksual primer adalah penentuan jenis kelamin ikan berdasarkan gonad
2

yang dimiliki. Jika gonad yang dimiliki berupa testes maka individu ikan itu

tergolong sebagai jantan, tetapi jika gonad yang dimiliki berbentuk ovari maka

individu ikan tersebut tergolong sebagai ikan betina (Pulungan et, al. 2004).

Penentuan jenis kelamin ikan dengan cara memperhatikan penampakan ciri

seksual sekunder yang terlihat pada permukaan tubuh. Cara ini paling disenangi

karena tidak mematikan ikannya. Penampakan ciri seksual sekunder ini ada yang

bersifat permanen dan ada yang bersifat temporer (hanya muncul pada saat musim

mijah). Selesai mijah maka ciri seksual tersebut akan berubah kembali ke bentuk

semula.

Penampakan ciri-ciri seksual pada beberapa spesies ikan baru nyata terlihat

apabila individu ikan sudah mengalami matang gonad (kelamin), akan tetapi pada

beberapa spesies ikan lainnya ciri-ciri seksual tersebut dapat terlihat jelas

walaupun individu ikan tersebut belum matang gonad ataupun sudah selesai

memijah.

Gonad adalah alat kelamin pada ikan, jika terdapat pada ikan jantan disebut

testes dan jika terdapat pada ikan betina disebut ovari, alat kelamin ini akan

menghasilkan spermatozoa (sel kelamin jantan) atau telur.

Tingkat kematangan gonad adalah tahap tertentu dari perkernbangan gonad

sebelum dan sesudah ikan mernijah. Catatan mengenai tingkat kematangan gonad

sangat penting untuk mengetahui ikan yang masak gonadnya dengan ikan yang

belum masak dari stok yang ada dalam perairan, ukuran atau umur ikan pertama-

tama menjadi masak gonadnya, apakah ikan sudah memijah atau belum, kapan

masa pemijahannya, berapa lama masa pemijahannya, berapa kali pemijahannya

dalam setahun.
3

Tingkat kematangan gonad diukur dengan cara: 1. Histologi, yaitu dengan

cara melakukan penelitian di dalam laboratorium yang akan menghasilkan data

anatomi perkembangan gonad secara lebih jelas dan mendetail. 2. Pengamatan

morfologi, yaitu pengamatan dengan melihat bentuk, ukuran panjang berat, warna

dan perkembangan isi gonad yang dapat dilihat.

Perkembangan gonad di dalam tubuh ikan sangat dipengaruhi oleh kuantitas

dan kualitas makanan yang dimakan , serta kondisi lingkungan seperti

suhu.Gonad tersebut akan mempengaruhi pertambahan berat tubuh induk.

Individu-individu ikan yang sudah matang gonad sempurna, berat testes

mempengaruhi pertambahan berat ikan jantan sekitar 10-15%, dan ovari pada ikan

betina sekitar 15-25%, kecuali pada ikan vivivar dan ovovivivar, pertambahan

beratnya dapat mencapai 35-50%. (Putra et al. 2019).

Studi mengenai jenis kelamin dari suatu spesies yagn memiliki banyak

strain merupakan suatu hal yang sangat menarik dan penting untuk dilakukan

terutama bagi orang-orang yang menekuni bidang budidaya perikanan dan

melakukan penelitian di bidang Biologi Perikanan. Hal ini karena setiap individu

dari setiap spesies ikan memiliki ciri – ciri khusus sebagai penentu apakah indi-

vidu ikan itu berjenis kelamin jantan atau betina. Penampakan ciri – ciri seksual

ini pada beberapa spesies ikan baru nyata terlihat apabila individu ikan mengalami

kematangan gonad (kelamin), akan tetapi pada beberapa spesies ikan lainnya ciri

– ciri seksual itu dapat terlihat dengan jelas walaupun individu ikan tersebut

belum matang gonad ataupun sudah selesai memijah karena dapat terlihat pada

ciri – ciri morfologi pada permukaan tubuhnya. Oleh karena itu sangat diperlukan

pengetahuan tentang tingkat kematangan gonad dari setiap individu ikan sehingga
4

membantu mereka yang berkecimpung di bidang budidaya perikanan dan biologi

perikanan untuk menghitung jumlah ikan dewasa yang siap bereproduksi dan

memijah, kapan mereka akan memijah dan bertelur serta kapan dan berapa telur

yang akan dibuahi dan menetas serta perbandingan antara ikan yang belum

matang gonad dengan yang sudah matang, ikan yang belum dewasa dengan yang

sudah dewasa dan ikan yang belum bereproduksi dengan yang sudah.

Mahasiswa perikanan harus dapat mengenali tingkat kematangan gonad

setiap jenis ikan yang populer di masyarakat sehingga dapat membantu jika ingin

membudidayakannya. Karena itulah praktikum tentang tingkat kematangan gonad

sangat diperlukan untuk memberikan latihan kepada mahasiswa.

1.2. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui ciri-

ciri seksualtias primer dan sekunder pada ikan, menegetahui gonad (jenis kelamin)

ikan dan mengetahui tingkat kematangan gonad serta untuk mengetahu iukuran

telur terhadap perkembangan individu menjelang pemijahan yang kemudian kita

dapat menentukan, mengetahui fekunditas atau jumlah telur, dari ikan sampel

yang telah ditentukan (Ikan Tambakan).


II. TINJAUAN PUSTAKA

Ikan adalah hewan bertulang belakang yang berdarah dingin, hidup di air,

pergerakan dan keseimbangan tubuhnya menggunakan sirip dan bernafas dengan

menggunakan insang (Raharjo, 1980).

Ikan tambakan, Helostoma temminckii (Cuvier dalam Nuraini, 2018)

merupakan salah satu ikan air tawar yang dikenal dengan nama kissing gouramy.

Ikan ini dapat hidup dengan baik pada habitat sungai atau danau yang memiliki

vegetasi yang lebat dan arus air yang lambat. Ikan ini memakan berbagai tanaman

air dan hewan kecil, ganggang hijau dan zooplankton. Bentuk tubuhnya

menyerupai ikan gurame, yang membedakannya adalah mulut pada ikan ini dapat

disembulkan. Ikan tambakan termasuk anggota famili Helostomatidae yang

bernilai ekonomis, tetapi belum banyak dibudidayakan (Setyaningrum dalam

Nuraini 2018). Namun pada tahun 2017 Balai Penelitian dan Pengambangan

Budidaya Air Tawar di Cijeruk Bogor telah berhasil membudidayakan ikan

tersebut.

Ikan tambakan termasuk jenis ikan yang dimorphisme sexual-nya tidak

jelas sehingga informasi tentang perbedaan jenis kelamin pada ikan tambakan

penting untuk dikaji (Suryaningsih dalam Nuraini, 2018). Informasi tentang

sexing tersebut bermanfaat bagi upaya konservasi, antara lain untuk rasionalisasi

penangkapan di perairan umum dan pada upaya proses pemijahan. Calon induk

yang dapat diidentifikasi secara tepat memungkinkan keberhasilan pemijahan

dapat ditingkatkan.
6

Seksualitas ikan dapat ditentukan dengan mengamati ciri-ciri seksual

sekunder dan seksual primer. Pengamatan seksual primer harus dengan

pembelahan diperut ikan. Sedangkan seksual sekunder dengan memperhatikan

ciri-ciri morfologi yaitu bentuk tubuh. Organ pelengkap dan warna.Akibat adanya

perbedaan kecepatan pertumbuhan, maka ikan-ikan muda yang berasal dari telur

yang menetas pada waktu yang bersamaam akan mencapai tingkat kematangan

gonad pada umur yang berlainan. Ukuran ikan jika pertama kali matang gonad

tidak selalu sama, disebabkan antara lain oleh suhu air dan dan ketersediaan pakan

(Atmaja, 2012).

Perbedaan antara ikan jantan dan ikan betina pada jenis ikan yang sama

dapat dilihat pada ukuran kepala, bentuk kepala, permukaan tengkorak kepala,

bentuk sirip ekor, bentuk badan, bentuk perut, bentuk sirip anus, dasar sirip dada,

bentuk sirip perutdan sirip anus, bentuk serta ukuran lubang pelepasan alat

kelamin(Wahyudi dan Febri, 2013).

Gonad atau sebutan lainnya kelamin ikan terdiri dari ganad jantan dan

gonad betina. Gonad jantan disebut juga testes berfungsi untuk menghasilkan sel

kelamin jantan (sperma), dan gonad betina disebut juga ovarium yang berfungsi

menghasilkan sel telur (ovum), (Muslim, 2010).

Ovari terdapat pada ikan betina yang berada dalam rongga tubuh ikan yang

mana umumnya berjumlah sepasang. Ovari pada ikan betina berwarna kuning

kekuningan yang mana jika diperhatikan dengan jelas maka akan tampak seperti

telur kecil-kecil (Nisya, 2010). Siregar et al , (1983) mengatakan bahwa ovarium

merupakan bagian alat kelamin betina yang utama karena menghasilkan telur

yang sering disebut indung telur. Ovarium mengandung komponen yang sangat
7

penting, yaitu polikel. Polikel pada ovarium berasal dari sel epitel benih yang

melapisi permukaan ovarium. Polikel berfungsi memelihara dan melindungi sel

telur selama musim perkembangan.

Organ kelamin pada ikan jantan disebut juga sebagai testes. Testes adalah

organ kelamin jantan yang apabila telah matang gonad maka akan menghasilkan

sel spermatozoa. Dimana spermatozoa ini berfungsi untuk membuahi sel telur

pada ikan betina. Testes terdapat dalam rongga tubuh ikan yang umumnya

berjumlah sepasang. Warna testes umumnya seperti warna putih susu,

(Permatasari, 2011)

Tingkat kematangan gonad adalah tahap tertentu dari perkernbangan gonad

sebelum dan sesudah ikan mernijah. Catatan mengenai tingkat kematangan gonad

sangat penting untuk mengetahui ikan yang masak gonadnya dengan ikan yang

belum masak dari stok yang ada dalam perairan, ukuran atau umur ikan pertama-

tama menjadi masak gonadnya, apakah ikan sudah memijah atau belum, kapan

masa pemijahannya, berapa lama masa pemijahannya, berapa kali pemijahannya

dalam setahun (Zultaminet et al, 2014).

Tingkat kematangan gonad ikan diamati secara morfologi, yang terdiri atas

bentuk gonad, warna gonad, ukuran panjang dan berat gonad. Ukuran ikan pada

saat pertama kali matang gonad tidak selalu sama. Perbedaan ukuran ini terjadi

akibat perbedaan kondisi ekologis perairan. Ikan kurisi dan jenis ikan rawa

lainnya melakukan pemijahan di awal atau pertengahan musim hujan, (Sitepu,

2010).

Adakalanya indeks kematangan gonad dihubungkan dengan tingkat

kematangan gonad yang pengamatannya berdasarkan ciri-ciri morfologi


8

kematangan gonad. Dengan merperbandingkan demikian akan tampak hubungan

antara perkembangan di dalam dan di luar gonad, atau nilai-nilai morfologi yang

kuantitatif. Bergantung pada macam dan pola pemijahannya, maka akan

didapatkan nilai indeks yang sangat bervariasi setiap saat (Solang, 2010).

Fekunditas adalah jumlah telur yang terdapat pada ovari ikan betina yang

telah matang gonad dan siap untuk dikeluarkan pada waktu memijah. Besarnya

fekunditas spesies dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain fertilitas,

frekuensi pemijahan, perlindungan induk (parental care), kondisi lingkungan,

kepadatan populasi, ketersediaan makanan, ukuran panjang dan bobot ikan,

ukuran diameter telur, dan faktor lingkungan ( Makmur dan Prasetyo, 2010).

Fekunditas juga merupakan suatu subyek yang dapat menyesuaikan dengan

bermacam-macam kondisi terutama dengan respons terhadap makanan

(Lesmana,2010).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 30 Oktobet 2019 pada pukul

07.45-10.00 WIB di Laboratorium Biologi Perairan Fakultas Perikanan dan

Kelautan, Universitas Riau.

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam kegiatan pratikum ini adalah

timbangan, nampan, serbet, gunting bedah, kertas label, pensil, penggaris,

penghapus, buku Penuntun Praktikum Biologi Perikanan, dan data Sementara.

Sedangkan vahan yang digunakan sebagai objek dalam praktikum ini adalah ikan

Tambakan (Helostoma temminckii).

3.3. Metode Praktikum

Dalam praktikum ini, penulis menggunakan metode pengamatan secara

langsung terhadap objek yang diamati. Selain itu, penulis juga berpedoman pada

literatur-literatur yang berhubungan dengan praktium ini, yaitu Buku Penuntun

Praktikum Biologi Perikanan dan literatur-literatur yang lainnya.

3.4. Prosedur Praktikum

Pertama-tama, menyusun dan memberi label atau nomor pada ikan yang

telah di sediakan di dalam nampan. Dalam satu kelompok diharuskan ada 1

nampan yang berisi 25 ikan dengan spesies sama yang akan diamati. Kemudian

dilakukan pengukuran bagian-bagian tubuh ikan untuk mendapatkan data

morfometriknya. Data morfometrik yang diukur meliputi panjang total (TL),

panjang baku/standar (SL), lebar badan (BDH), dan panjang kepala (HDL).
10

Selanjutnya menghitung berat tubuh (BT) satu-persatu ikan tambakan tersebut di

atas timbangan.

Untuk penentuan jenis kelamin dengan penampakan ciri seksualitas primer,

ke-25 ikan tersebut dibedah bagian abdomennya untuk mengetahui gonadnya

berupa testis atau ovari, yang diamati meliputi bentuk dan warna gonad, serta ada

tidaknya butiran telur. Jika gonadnya berwarna putih susu dan lembek berarti ikan

tersebut jantan, tetapi jika berwarna kuning keemasan dan terdapat butiran telur di

dalamnya berarti ikan tersebut betina. Diamati juga gonadnya pada tahap TKG

berapa. Sedangkan untuk ciri seksualitas sekunder, pengamatan dilakukan dengan

memperhatikan permukaan tubuhnya, yaitu meliputi bentuk, ukuran, serta warna

pada permukaan tubuh dan organ-organ pelengkap lainnya.

Selanjutnya gonad-gonad ikan tersebut dikeluarkan dari bagian abdomennya

dan dihitung beratnya melalui metode volumetrik, dimana berat gonad (BG)

tersebut bisa digunakan untuk mencari IKG-nya.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Adapun hasil yang didapatkan dalam praktikum ini yaitu berupa gambar

ikan tambakan, gambar gonad, perbedaan ikan alu-alu jantan dan betina

berdasarkan ciri seksualitas primer dan ciri seksualitas sekunder serta pengukuran

morfometrik, TKG, dan IKG pada ikan tambakan (Helostoma temminckii).

Menurut (Froese dan Pauly dalam Nuraini 2017) ikan tambakan (Helostoma

temminckii) memiliki taksonomi sebagai berikut:

Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Helostomatidae
Genus : Helostoma
Spesies : Helostoma temminckii
12

Gambar 1. ikan tambakan (Helostoma temminckii)

Berikut merupakan gambar dari gonad ikan tambakan

Testis Ovari

Gambar 2. Gonad

Dibawah ini merupakan tabel dari hasil data yang didapat pada saat praktikum:

Tabel 1. Perbedaan Jantan dan Betina Berdasarkan Ciri Seksualitas Primer


dan Ciri Seksualitas Sekunder:
Penampakan Seksual Jantan Betina
Ciri seksual primer
Bentuk Gonad Memanjang Memanjang
Warna Gonad Putih susu Kuning
Ciri seksual sekunder
dimorphisme
Ukuran tubuh Kecil Besar
Bentuk tengkuk pada kepala Ada Tidak ada
Halus kasarnya permukaan Halus Kasar
kepala
Bentuk ujung sirip punggung Memanjang Bundar
Bentuk abdominal Ramping Bulat besar
Bentuk papila genital Lonjong Bulat
Jumlah lubang genital Satu Satu
Bentuk lubang genital Memanjang Pendek
Bentuk salah satu jari sirip anal Meruncing Membundar
Bentuk salah satu jari sirip perut Lancip Bulat
sebelah kiri
Ciri seksual sekunder
dichromatisme
Warna pada badan Mencolok atau cerah Gelap dan kusam
Warna pada sirip punggung Gelap Terang
13

Garis-garis warna pada sirip Gelap Agak terang


ekor dan tubuh
Warna noktah pada batang ekor Gelap Lebih gelap
Warna pada dasar sirip dada dan Terang Putih transparan
sirip perut

Tabel 2. Pengukuran Morfometrik, TKG, dan IKG


No. TL SL HDL BDH JK BT BG TKG IKG
(cm) (cm) (cm) (cm) (gr) (gr) (%)
1. 12,5 9,5 3,5 4,5 Jantan 37 14,10 3 11,08
2. 11 8,5 3 4 Betina 28 3,4 3 12,14
3. 11 8,5 3 3,5 Jantan 26 3. 2 3 12,30
4. 10 8 2,5 3,5 Betina 21 3,1 3 14,76
5. 10 8 3 4 Betina 24 2,9 3 12,08
6. 11 9 3 3,5 Jantan 28 3,3 2 11,78
7. 11 8,5 2,5 4,5 Jantan 27 3, 2 3 11,85
8. 11 8,5 2,5 4 Jantan 24 2,9 3 12,08
9. 10,5 7,5 3.5 4 Jantan 27 3,12 3 11,55
10. 11 8,5 2,5 4 Jantan 25 3,15 3 12,6
11. 16 13 5 7 Betina 89 11,5 4 12,92
12. 14 11 3 6 Betina 54 9,13 3 16,90
13. 13 11 3 6 Betina 58 4, 21 3 7, 25
14. 12 10 4 5 Betina 35 3,8 3 10,85
15. 14 10,8 3 4,7 Jantan 53 10,5 4 19,81
16. 12,5 9,5 2,5 5 Betina 50 8,13 4 16, 26
17. 11,5 8,5 3 4,5 Jantan 39 3,13 1 8,02
18. 15 12 4 6 Betina 77 6,1 4 7,92
19. 13 10 3 5 Betina 46 3,51 3 7,60
20. 14 11 4 6 Betina 63 11,6 3 7,30
21 13 11 4 5 Betina 53 2,8 3 5, 28
22 16 12 4 6,5 Jantan 97 2,82 4 2,90
23 14,5 11.5 3.5 5,5 Betina 50 3,37 3 7,94
24 14,5 11 3,5 5 Jantan 20 2, 23 3 11.15
25 13,5 10,5 3,5 5 Betina 50 2,53 3 5,06
14

Keterangan :

TL : Panjang Total

SL : Panjang Baku/Standar

BdH : Lebar Badan

HdL : Panjang Kepala

BT : Berat Tubuh

JK : Jenis Kelamin

BG : Berat Gonad

TKG : Tingkat Kematangan Gonad

IKG : Indeks Kematangan Gonad

4.2. Pembahasan

Salah satu ciri khas dari ikan tambakan adalah mulutnya yang memanjang.

Karakteristik mulutnya yang menjulur ke depan membantunya mengambil

makanan seperti lumut dari tempatnya melekat. Bibirnya diselimuti oleh

semacam gigi bertanduk, namun gigi-gigi tersebut tidak ditemukan di bagian

mulut lain seperti faring, premaksila, dentary, dan langit-langit mulut. Ikan

tambakan juga memiliki tapis insang (gill raker) yang membantunya menyaring

partikel-partikel makanan yang masuk bersama dengan air. Ikan tambakan juga

memiliki alat pernafasan tambahan yang biasanya disebut labirin (Pulungan, et al,

2004).

Ikan tambakan hidup di perairan tawar yang bersifat benthopelagis, yaitu

perairan dengan sumber makanan berupa benthos dan zooplankton. Ikan

benthopelagis memiliki daya apung netral sehingga mereka bisa mengapung di

kedalaman air dengan mudah. Ikan tambakan dapat hidup pada kisaran pH 6,0 -
15

8,0 dapat hidup pada iklim tropis dengan kisaran suhu 22 – 28oC pada kisaran

lintang 16° LU - 6° LS (Froese dan Pauly dalam Nuraini, 2017).

Menurut (Nikolsky dalam Effendi, 2002), reproduksi pada ikan merupakan

suatu cara yang dilakukan oleh ikan untuk mendapatkan keturunan untuk

menjamin keberlangsungan hidup suatu spesies ikan, yang merupakan tahapan

penting dalam siklus hidupnya. Untuk kepentingan pengelolaan dan budidaya

suatu spesies, dibutuhkan informasi tentang aspek-aspek reproduksi di antaranya

adalah penentuan jenis kelamin, nisbah kelamin, ukuran ikan pertama kali matang

gonad, indeks kematangan gonad (IKG), fekunditas, dan diameter telur.

Penentuan jenis kelamin diaspekkan dalam pemilihan calon indukan untuk

budidaya ikan.

Perbedaan antara ikan jantan dan betina begitu mencolok, di mana ikan

jantan memiliki ukuran tubuh yang kecil, lubang genital satu, warna badannya

lebih terang, dan jika di bedah bagian abdomennya akan ditemukan testis yang

berwarna putih susu. Sedangkan pada ikan betina ukurannya cenderung lebih

besar, lubang genitalnya berjumlah satu, dan warna pada badannya gelap kusam

dan ovari yang berwarna kuning. Berdasarkan tabel perbedaan ikan alu-alu

(Sphyraena barracuda)jantan dan betina, dilihat dari ciri seksualitas primer dan

ciri seksualitas sekunder ke-25 ikan. tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

jumlah individu ikan jantan sebanyak 11 ekor dan individu ikan betina berjumlah

14 ekor.

Dari ke 25 ikan TKG I ikan jantan berjumlah 1 ekor dimana testis seperti

benang lebih pendek (terbatas) yang terlihat ujungnya di rongga tubuh dan

berwarna jernih dan TKG I betina tidak ada dimana ciri dari ovari TKG 1 seperti
16

benang sampai ke rongga tubuh, warna jernih, permukaan jernih dan permukaan

kecil.

TKG II ikan jantan berjumlah 2 ekor dimana ukuran testis lebih besar dan

berwarna putih susu serta bentuknya lebih jelas dari TKG I dan TKG II betina

tidak ada, dimana ciri dari ovari ukuran ovari lebih besar, berwarna kekuningan,

telur belum dapat terlihat oleh mata.

TKG III ikan jantan berjumlah 7 ekor dimana permukaan testes tampak

bergerigi, warna makin putih, ukuran testes makin besar. sedangkan TKG III

betina berjumlah 11 ekor dimana ovarinya berwarna kuning, dan secara morfologi

butiran telurnya mulai terlihat oleh mata.

TKG IV ikan jantan berjumlah 2 ekor dimana keadaan testes sepeti tingkat

III tampak jelas dan testes menebal sedangkan TKG IV ikan betina berjumlah 3

ekor dimana ovari semakin membesar, telut berwarna kunng dan mudah mudah

dipisahkan, butir minyak tidak ada, mengisi 1/2 - 2/3 rongga perut, usus terdesak
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan, sampel ikan yang

berjumlah 25 ekor diantaranya 14 ekor betina dan sisanya 11 ekor jantan. Ikan

tambakan jantan warna pada badannya lebih terang sedangkan pada betina gelap

mengusam. Ke 25 individu ikan sampel tersebut terbagi menjadi 5 fase TKG,

yaitu TKG I , TKG II, TKG III, TKG IV dan TKG V. TKG I ikan jantan

berjumlah 1 ekor dan ikan betinatidak ada, TKG II ikan jantan berjumlah 1 ekor

dan ikan betina tidak ada, TKG III ikan betina berjumlah 11 ekor dak TKG III

ikan jantan berjumlah7 ekor. TKG IV ikan jantang berjmlah 2 ekor dan TKG IV

ikan betina berjumlah 3 ekor.

5.2. Saran

Sebelum melaksanakan praktikum, seharusnya praktikan membaca dan

mempelajari terlebih dahulu materi atau judul yang akan dipraktikumkan agar

praktikum berjalan dengan lancar. Selain itu, sarana dan prasarana yang

mendukung kegiatan praktikum, baik dari praktikan maupun laboratorium

diharapkan juga memadai sehingga memudahkan proses pengamatan dan

perhitungan terhadap objek yang akan diamati.


DAFTAR PUSTAKA

Effendi, M. I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nustama. Yogyakarta.


255 hal.
Lesmana. D., 2010. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Makmur, S. dan D. Prasetyo. 2006. Kebiasaan Makan, Tingkat Kematangan
Gonad dan Fekunditas Ikan Haruan (Channa striata Bloch) di Suaka
Perikanan Sungai Sambujur DAS Barito Kalimantan Selatan. Jurnal
Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 13 (1): 27-31.
Muslim. 2010. Tingkat Perkembangan Gonad (TKG) Ikan Kurisi (Channa
striata Blkr) di Rawa Sekitar Sungai Kelekar. Agria. 3 (2): 25-27.
Nisya, 2010. Penetuan Organ Kelamin Pada Ikan. IPB. Bogor.
Nuraini, Atik. 2018. PENENTUAN JENIS KELAMIN IKAN TAMBAKAN,
Helostoma temminckii (Cuvier, 1829) MENGGUNAKAN METODE
MORFOMETRIK TRUSS. Univeristas Lampung. Lampung. 35 hal.
Permata Sari, Indah 2011. Reproduksi Ikan Air Tawar. UI. Indonesia.
Pulungan, Putra, Nuraini, Aryani Dan Efiyeldi. 2004. Fisiologi Ikan. UNRI.
Pekanbaru. 126 hal.
Putra, R.M., Windarti.Budjiono dan Neli Safrina. 2019. Buku Penuntun
Praktikum Biologi Perikanan. Labolatorium Biologi Perairan. Fakultas
Perikanan Dan Ilmu Kelautan ,Universitas Riau.Pekan Baru.
Raharjo. 1980. Sistem Morfologi dan Anatomi Ikan. Bandung. 21 hal.
Siregar, M. M. 1983. Jenis-jenis ikan yang tertangkap di perairan umum
Kecamatan Kampar, Kampar. Kertas Karya. Fakultas Perikanan Universitas
Riau, Pekanbaru. (Tidak diterbitkan).
Sitepu, F. G. 2010. Biologi Reproduksi Ikan Kurisi (Channa Striata Bloch,
(1973) Di DanauTempe. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Solang, M. 2010. Indeks Kematangan Gonad Ikan Nila (Oreochromis Niloticus L)
yang Diberi Pakan Alternatif dan Dipotong Sirip Ekornya. Saintek. 5
(2):17.
Wahyudi, Febri. 2013. Ichthyology. IPB. Bogor.
Zultamin., Muslim dan Yulisman. 2014. Pematangan Gonad Ikan Kurisi Betina
(Channa striata) Menggunakan HormonHuman Chorionic
Gonadotropin Dosis Berbeda. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 2 (2):
162-174.
19

LAMPIRAN
20

Lampiran 1. Alat Praktikum

Timbangan Gunting bedah

Penggaris Serbet

Nampan Pena
21

Lampiran 2. Ikan yang diamati

Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)

Ikan tambakan yang dibedah


22

Lampiran 3. Rumus indeks kematangan gonad

𝐵𝐺
IKG = x 100 %
𝐵𝑇

Keterangan :

IKG : Indeks Kematangan Gonad

BG : Berat Gonad (gram)

BT : Berat Tubuh (gram)

Anda mungkin juga menyukai