Anda di halaman 1dari 13

KLIPING MENGENAI JENIS IKAN

MATA KULIAH ISLAM DAN PERIKANAN

Dosen Pengampu:

Jumahir, S.Ag.,MM,.M.Pd

OLEH

Siti Israwati (19061009)

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LUWUK

2021
Ikan Ekor Pedang (Xiphophorus helleri)

A. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Actinopterygii

Ordo : Cyprinodontiformes

Family : Poeciliidae

Genus : Xiphophorus

Species : X. Helleri
B. Morfologi

Menurut Susanto (2003), Ciri-ciri ikan plati pedang yaitu tubuh memanjang dengan

potongan melintang compressed, mempunyai gonopodium berbentuk jangkar yang

mengembang dan pedang panjang. Pedang ini sebenarnya adalah sirip anal yang tumbuh

memanjang. Sirip punggung dan ekornya relatif lebar.

Ikan jantan memiliki sirip ekor yang panjang dan bentuknya menyerupai seperti

pedang, sedangkan ikan betina tidak. Bentuk tubuh ikan ini adalah pipih memanjang

dengan warna biru kehijauan dan sedikit putih di bagian perut. Ekobiologi ikan ekor pedang

sangat menarik untuk dipelajari dan penting untuk diinformasikan.

C. Habitat

Habitat Ikan Ekor Pedang merupakan ikan hias yang berasal dari Meksiko. Habitat liar

dari ikan ini merupakan di sungai-sungai Meksiko selatan hingga turun ke Gueatemala di

Amerika tengah. Namun karena peminatnya yang luar biasa ikan ini sekarang mudah untuk

ditemukan di Indonesia. Banyak pecinta ikan hias yang membudidayakan ikan ini untuk
diperjual-belikan. Swordtail fish ini merupakan ikan air tawar yang bisa hidup di air payau

juga. Namun ikan ini akan lebih baik jika hidup di kondisi air payau. Ikan Ekor Pedang

dapat hidup di suhu sekitar 18 – 27 derajad celcius. Tingkat keasaman air yang baik untuk

memlihara ikan ini merupakan ph ada pada kisaran 6,8 – 7,8.

Ikan Ekor Pedang dapat menoleransi pada perbedaan suhu air. Mereka dapat hidup

pada suhu dari 18 – 27 derajad celcius. Di alam liar ikan ekor pedang dapat hidup pada

situasi air payau. Ikan ekor pedang biasa dipelihara pada situasi komune air tawar tetapi

situasi air payau tambah baik. Upayakan ph ada pada kisaran 6, 8 – 7, 8. Ikan ekor pedang

hijau lebih menyukai sungai dan sungai yang berarus deras dan banyak tumbuhan, tetapi

juga ditemukan di mata air dan kanal yang hangat.

D. Cara Perlindungan

Agar ikan endemik bisa terus bertahan dan populasinya meningkat lagi, perlu

dilaksanakan konservasi sumberdaya ikan yang ada di perairan daratan. Prinsip konservasi,

menurut Pengajar Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor Sulistiono, sudah dijelaskan dalam Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.

Dalam melaksanakan konservasi sumber daya ikan, prosesnya tidak dapat dipisahkan

dengan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara keseluruhan. Selain dalam

UU, konservasi juga diatur lebih rinci di dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60
Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan yang di dalamnya diatur tentang

pengelolaan konservasi atau habitat ikan.

Selain mengatur tentang konservasi, di dalam PP disebutkan juga aturan tentang

pemanfaatan berkelanjutan dari jenis-jenis ikan serta terpeliharanya keanekaragaman

genetik ikan.

Dengan adanya konservasi, upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan sumber

daya ikan, termasuk di dalamnya adalah ekosistem, jenis, dan genetika bisa menjamin

keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan dengan tetap memelihara dan meningkatkan

kualitas nilai dan keanekaragaman sumber daya ikan.

Alasan kenapa beberapa jenis ikan perlu diberikan tindakan konservasi, karena mereka

mengandung nilai ekonomi, nilai sosial, nilai ekologi, nilai budaya, nilai religi, nilai

estetika, dan adanya ancaman kepunahan.

Adapun, tujuan dilaksanakan konservasi jenis ikan tertentu, adalah: 1) Menjaga atau

meningkatkan produksi; 2) Keseimbangan alam; 3) Perbaikan genetika/spesies; 4)

Menggali manfaat potensial; 5) Turisme; 6) Pendidikan dan penelitian; 7) Estetika; 8)

Endemik, etnik; 9) Kesehatan lingkungan; dan 10) Kelestarian keanekaragaman.


Ikan Gobi Belted Merah (Sicyopus zosterophorus)

A. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Family : Gobiidae

Genus : Sicydiinae

Species : Sicyopus zosterophorus


B. Morfologi

Ikan Goby Belted Merah (Sicyopus zosterophorus) adalah ikan gobi kerdil air

tawar khas yang berasal dari Indonesia, Taiwan, Jepang, Filipina, Polinesia Prancis,

dan banyak negara pulau lainnya di Asia Tenggara dan Oseania. Diketahui dengan

sirip punggung kedua berwarna kuning dan warna merah / jingga cerah yang

ditunjukkan oleh spesimen jantan dewasa di bagian belakang tubuh. Betina tidak begitu

berwarna, tetapi masih sangat aktif dan menarik.

C. Habitat

Substrat biasanya dari batuan dasar dengan tumpukan bebatuan dan bebatuan

yang tersebar, dan sementara vegetasi tepi sungai / tepi sungai dan serasah daun yang

terendam adalah tanaman air yang umum biasanya tidak ada. Habitat yang paling

disukai semuanya mengandung air yang sangat jernih dan teroksigenasi baik yang,

bersekutu dengan matahari tropis, memfasilitasi perkembangan permukaan terendam

karpet biofilm yang kaya.


S. zosterophorus tampaknya hanya ditemukan di aliran hulu yang murni, sering

kali gradien tinggi. Suhu : 22 - 26 ° C ; peningkatan agitasi permukaan diperlukan

untuk mempertahankan tingkat oksigen terlarut menuju ujung atas kisaran ini. pH : 6,0

- 7,5 Kekerasan : 36 - 215 ppm.

D. Cara perlindungan

Ancaman akan kepunahan spesies ikan ini masih belum sepenuhnya disadari

dan dipahami oleh banyak kalangan. Seringkali terjadi mereka baru tersadar ketika

segalanya sudah terlambat karena kekayaan plasma nutfah hilang. Pertanyaan yang

mengemuka adalah apa tindakan yang perlu dilakukan agar kepunahan spesies atau

penurunan keanekaragaman hayati ikan dapat dicegah. Jawabannya adalah perlu

tindakan konservasi ikan. Konservasi tidak boleh dimaknai hanya sekedar spesies tidak

punah, melainkan lebih dari itu. Pada hakekatnya konservasi ikan adalah upaya

perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan ikan. Dalam praksisnya, konservasiikan

dapat dilakukan melaluidua cara yaitu konservasi in situ dan konservasi ex situ.

Konservasi in situ adalah perlindungan populasi dan komunitas di habitat

alaminya. Perlindungan spesies bukan sekedar melindungi spesies itu sendiri, tetapi

juga lingkungannya. Ini adalah bentuk konservasi yang terbaik mengingat satu

populasi tidak dapat hidup sendiri. Dia memerlukan interaksi dengan spesies lain dan

lingkungannya. Langkah-langkah yang ditempuh untuk melaksanakan konservasi in


situ ialah: (a) pembatasan eksploitasi (alat, waktu, dan area); (b) pencegahan kerusakan

lingkungan perairan; dan (c) penetapan daerah lindungan (reservat).

Konservasi ex Situ Konservasi ex situ adalah perlindungan populasi di luar

habitat alaminya. Konservasi ex situ tidaklah mudah. Banyak spesies yang bila dibawa

keluar dari habitat aslinya tidak mudah beradaptasi dengan lingkungan barunya. Upaya

yang perlu dilakukan ialah: (a) membuat suatu kolam atau lingkungan perairan yang

meniru lingkungan habitat asli spesies; (b) menyediakan pakan alami.

Kedua cara konservasi tersebut (ex situ dan in situ) saling melengkapi. Bila

pada konservasi ex situ spesies dapat tumbuh dan berkembang, maka sebagian individu

dari populasi tersebut secara berkala dilepaskan ke habitat aslinya.


Ikan (Lentipes whittenorum)

A. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Family : Gobiidae

Genus : Lentipes

Species : Lentipes whittenorum


B. Morfologi

Laki-laki memilik tubuh keabu-abuan; sedikit kehitaman dan dengan tiga

ver-garis hitam miring antara punggung kedua dan anus. Pertama sirip punggung

tampak keabu-abuan. Sirip punggung kedua dengan warna hitam tempat secara

medial; sebagian besar membran antara tulang belakang dan sinar tanpa pigmen.

Area antara punggung kedua danbagian anal berwarna kemerahan. Caudal fin

dengan sinar keabu-abuan; sebagian besar membran tanpa pigmen. Dasar sirip

dubur bening. Panggul cakram keputihan kehitaman. Sepertiga pertama dari sirip

dada dan sirip dada dasar agak kemerahan menjadi kehitaman. Wanita memiliki

warna kebanyakan abu-abu. Kepala kehitaman di bagian atas; tubuh tergelap di

tengah-tengah di ekor gagang bunga; terkadang kuning pita di sepanjang garis


tengah lateral. Opercle dengan bercak kehitaman. Sebuah bercak kuning hadir di

dasar sirip dada seperti pada keempat pertama dari sirip dada ini dan seperti pada

dasar sirip ekor. Sinar punggung dan duri berwarna keabu-abuan. Sirip kaudal

kehitaman; membran tanpa pigmen. Diskus panggul tidak berpigmen melainkan

bagian anterior bagian dari frenum berwarna kekuningan.

C. Habitat

Vegetasi lentipes berada di tepi sungai dan serasah daun yang terendam

adalah tanaman air yang umum biasanya tidak ada. Habitat yang paling disukai

semuanya mengandung air yang sangat jernih dan teroksigenasi baik yang,

bersekutu dengan matahari tropis, memfasilitasi perkembangan permukaan

terendam karpet biofilm yang kaya.

Habitat Lentipes yang berada di vegetasi terlindung, sungai berair jernih

dan kaya oksigen menjadikan jenis ini sebagai indikator lingkungan yang

bersih dan terjaga kualitas bagi konservasi jenis hayati.

D. Cara perlindungan

Kekhususan morfologi, pola warna yang cantik dan endemisitas dari

Lentipes berpotensi sebagai ikan hias; tentunya hal ini harus diimbangi dan

didayaupayakan agar pemanfaatan potensi yang lestari dan konservasi

Lentipes ikan tetetap terjaga.


Pelestarian Lestipes dan jenis hayati lainnya dapat dilakukan dengan

menyadarkan masyarakat bahwa sungai beserta isi dan vegetasinya sangat perlu

dijaga dan dilindungi. Tidak boleh ada introduksi jenis lain ke perairan

sebelum dilakukan riset dan kajian yang komprehensif serta tidak boleh ada

penangkapan berlebihan menggunakan alat dan bahan yang bersifat merusak-

meracuni air, habitat dan vegetasi. Upaya pangawasan dan penjagaan kawasan

tersebut harus dilakukan pihak terkait bersinergis dengan masyarakat. Hal

tersebut dilakukan agar sediaan plasma nutfah dan bahan pemuliaan

termasuk Lentipes ikeaeterjaga di masa mendatang, selanjutnya bermuara pada

ketersediaan sumber potensi konsumsi-ornamental yang berasal dari sungai

dan vegetasi sekitarnya dapat dimanfaatkan lestari bagi masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai