Anda di halaman 1dari 5

C.

SIFAT ENZIM

• Enzim merupakan biokatalisator yang mempercepat jalannya reaksi tanpa ikut bereaksi
Thermolabil. Mudah rusak bila dipanskan lebih dari 60°C
• Merupakan senyawa protein, shingga sifat protein
• Dibutuhkan dalam jumlah sedikit, sebagai biokatalisator, reaksi menjadi sangat cepat dan
berulang-ulang. masih melekat pada enzim
• Bekerja didalam sel (endoenzim) dan diluar sel (ektoenzim) Umumnya enzim bekerja
mengkatalis reaksi satu arah, meskipun ada yang mengkatalis reaksi dua arah
• Bekerjanya spesifik, karena sisi aktif enzim setangkup dengan permukaan subtrat tertentu.
• Umumnya enzim tidak dapat bekerja tampa adanya suatu zat non protein tambahan yang disebut
kofaktor
• Enzim bersifat koloid, luas permukaan besar, bersifat hidrofil
• Dapat bereaksi dengan senyawa asam maupun basa, kation maupun anion
• Enzim sangat peka terhadap faktor-faktor yang menyebabkan denaturasi rotein misalnya suhu,
pH dll
• Enzim dapat dipacu maupun dihambat aktifitasnya
• Enzim merupakan biokatalisator yang dalam jumlah sedikit memacu laju reaksi tanpa merubah
keseimbangan reaksi
• Enzim tidak ikut terlibat dalam reaksi, struktur enzim tetap baik sebelum maupun setelah reaksi
berlangsung
• Enzim bermolekul besar
• Enzim bersifat khas/spesifik
• Suhu: optimum 30°C, minimum 0°C, maksimum 40°C
• Logam, memacu aktifitas enzim: Mg, Mn, Co, Fe
• Logam berat, menghambat aktivitas enzim: Pb, Cu, Zn, Cd, Ag
• pH, tergantung pada jenis enzimnya (pepsin aktif kondisi masam, amilase kondisi netral, tripsin
kondisi basa)
• Konsentrasi substrat, substrat yang banyak mula-mula memacu aktifitas enzim, tetapi kemudian
menghambat karena: penumpukan produk (feed back effect)
• Konsentrasi enzim, peningkatan konsentrasi enzim memacu aktifitasnya
• Air, memacu aktifitas enzim
• Vitamin, memacu aktifitas enzim
D. Ciri-ciri Enzim

1. Merupakan sebuah protein. Jadi sifatnya sama dengan protein yaitu dapat menggumpal dalam
suhu tinggi dan terpengaruh oleh temperatur.

2. Bekerja secara khusus. Artinya hanya untuk bekerja dalam satu reaksi saja tidak dapat
digunakan dalam beberapa reaksi.

3. Dapat digunakan berulang kali. Enzim dapat digunakan berulang kali karena enzim tidak
berubah pada saat terjadi reaksi.

4. Rusak oleh panas. Enzim tidak tahan pada suhu tinggi, kebanyakan enzim hanya bertahan
pada suhu 500C, rusaknya enzim oleh panas disebut dengan denaturasi,

5. Dapat bekerja bolak – balik. Artinya satu enzim dapat menguraikan satu senyawa menjadi
senyawa yang lain.

E. Aktivitas enzim
Enzim sebagai biokatalisator berstruktur protein, dalam mekanisme kerja aktivitasnya
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, pH, suhu, konsentrasi substrat, konsentrasi enzim,
kehadiran aktivator atau inhibitor (Poedjiadi, 1994). Potensial Hidrogen (pH) merupakan salah
satu faktor penting yang harus diperhatikan apabila bekerja dengan enzim, hal ini dikarenakan
enzim hanya mampu bekerja pada kondisi pH tertentu saja. Suatu kondisi pH dimana enzim
dapat bekerja dengan aktivitas tertinggi yang dapat dilakukannya dinamakan pH optimum.
Sebaliknya pada pH tertentu enzim sama sekali tidak aktif atau bahkan rusak. Hal ini dapat
dijelaskan karena diketahui bahwa enzim merupakan molekul protein, molekul protein
kestabilannya dapat dipengaruhi oleh tingkat keasaman lingkungan, pada kondisi keasaman yang
ekstrim molekul-molekul protein dari enzim akan rusak.

1. Hubungan antara pengaruh pH terhadap aktivitas enzim yaitu sebagai berikut :


Pengaruh pH terhadap laju reaksi (Poedjiadi, 1994) Seperti halnya pH, aktivitas kerja enzim
juga dipengaruhi oleh temperatur lingkungan dimana enzim bekerja. Sama seperti reaksi kimia
biasa, suhu biasanya pH Laju Reaksi, dapat mempercepat proses reaksi, namun demikian pada
titik suhu tertentu kecepatan reaksi yang dikatalisis oleh enzim akan mulai menurun bahkan
aktivitasnya tidak lagi nampak. Kondisi suhu dimana enzim dapat menghasilkan aktivitas
tertinggi dinamakan suhu atau temperatur optimum. Oleh karena enzim berstruktur protein,
sebagaimana diketahui bahwa protein dapat dirusak oleh panas, sehingga pada suhu tinggi
tertentu aktivitas enzim mulai menurun dan bahkan aktivitasnya menghilang. Hal ini sangat
dimungkinkan karena terjadinya denaturasi atau kerusakan struktur enzim yang dapat
menyebabkan kerusakan enzim baik secara keseluruhan maupun sebagian terutama sisi aktifnya.

2. Hubungan antara pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim yaitu sebagai berikut:
Pengaruh suhu terhadap laju reaksi (Poedjiadi, 1994) Reaksi-reaksi biokimia yang dikatalisis
oleh enzim dipengaruhi pula oleh jumlah substrat. Jika melakukan pengujian konsentrasi substrat
dari rendah ke tinggi terhadap kecepatan reaksi enzimatis, maka pada awalnya akan diperoleh
hubungan kesebandingan yang menyatakan kecepatan reaksi akan meningkat seiring dengan
meningkatnya konsentrasi substrat, namun kemudian akan Suhu Laju Reaksi diperoleh data yang
menyatakan pada konsentrasi substrat tinggi tertentu kecepatan reaksi tidak lagi bertambah. Pada
kondisi ini konsentrasi substrat menjadi jenuh dan kecepatan reaksi menjadi maksimum yang
sering juga disebut sebagai kecepatan maksimum (Vmax).

3. Hubungan antara pengaruh konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim yaitu sebagai berikut :
Pengaruh konsentrasi substrat terhadap laju reaksi (Poedjiadi, 1994) Seperti pada katalis lain,
kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim tergantung pada konsentrasi enzim tersebut.
Pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya
konsentrasi enzim.

4. Hubungan antara pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim yaiyu sebagai berikut :
Pengaruh konsentrasi enzim terhadap laju reaksi (Poedjiadi, 1994) Sejumlah besar enzim
membutuhkan suatu komponen lain untuk dapat berfungsi sebagai katalis. Komponen ini secara
umum disebut kofaktor.
Kofaktor ini dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu : gugus prostetik, koenzim dan
aktivator. Aktivator pada umumnya ialah ion-ion logam yang dapat terikat atau mudah terlepas
dari enzim. Contoh aktivator logam adalah K+ , Mn++, Mg++, Cu++ , atau Zn++ (Poedjiadi,
1994). Mekanisme enzim dalam suatu reaksi ialah melalui pembentukan kompleks enzim-
substrat (ES). Oleh karena itu hambatan atau inhibisi pada suatu reaksi yang menggunakan
enzim sebagai katalis dapat terjadi apabila penggabungan substrat pada bagian aktif enzim
mengalami hambatan. Molekul atau ion yang dapat menghambat reaksi tersebut dinamakan
inhibitor (Poedjiadi, 1994).

f. PENGENDALIAN ENZIM
Enzim bekerja secara serentak dan terkoordinasi sehingga semua kegiatan kimiawi dalam sel
menjadi saling terpadu. Salah satu akibatnya yang jelas adalah sel hidup membutuhkan dan
menguraikan bahan-bahan yang dibutuhkan bagi metabolisme dan pertumbuhan normal. Hal ini
mengisyaratkan adanya mekanisme pengendalian metabolisme selular yang tepat pada akhirnya
menyangkut pengendalian kegiatan enzim.
Aktivitas enzim dapat diatur melalui 2 cara, yaitu pengendalian katalis secara langsung dan
pengendalian genetic:
Pengendalian langsung mekanisme katalitik itu terjadi dengan mengubah konsentrasi
substrat atau reaktan. Artinya, jika konsentrasi substrat bertambah, maka laju reaksi
meningkat sampai tercapai suatu nilai pembatas dan jika produk menumpuk maka laju
reaksi menurun.
Pangendalian langsung melalui penggandengan dengan proses-proses lain, maksudnya
adalah pengaturan oleh ligan (molekul yang dapat terikat pada enzim) yang tidak ikut
berperan dalam proses katalitik itu sendiri.
Ada berbagai macam pengendalian seperti itu, diantaranya:
1. Hambatan arus balik, ligan pengaturnya adalah produk akhir suatu lintasan metabolik yang
dapat menghentikan sintesisnya sendiri dengan cara menghambat aktivitas salah satu enzim pada
awal lintasan biosintetiknya.
2. Aktivasi prekursor, ligan pengaturnya merupakan prekursor pertama suatu lintasan.
3. Pengendalian yang berkaitan dengan energi, ligan pengaturnya adalah reaksi-reaksi yang
berkaitan dengan energi .
4. Sifat-sifat pengikatan enzim pengatur, tidak semua enzim merupakan enzim pengatur yang
aktivitasnya dapat dikendalikan secara langsung.

Enzim tersebut dapat dipengaruhi oleh metabolit pengatur. Enzim pengatur disebut enzim
alosterik. Enzim yang berperan pada waktu sel beradaptasi pada lingkungan yang berubah
Adalah induksi dan represi enzim. Pengendalian genetis memiliki dua proses, yaitu induksi dan
represi enzim. Untuk terjadinya sintesis enzim dibutuhkan suatu induser, yaitu substansi berberat
molekul rendah dan bisa berupa substrat atau senyawa dari reaksi yang dikatalis oleh enzim yang
bersangkuatan, prosesnya disebut induksi. Bila substansi berberat molekul rendah baik produk
ataupun senyawa yang sekerabat bagi reaksi yang bersangkutan, berlaku sebagai korepressor
dengan cara mencegah sintesis enzim tersebut, disebut represi.

Anda mungkin juga menyukai