BAB IV
Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini terletak 3,5 km dari pusat kota
lahan 25,6 ha yang terdiri dari 3 ha perkantoran, 17,6 ha perkolaman (362 kolam)
ketinggian 700 m diatas permukaan laut dengan suhu harian 27°C-29°C. Adapun
±700 meter diatas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 2500-3000
terlihat pada lahan yang telah dimanfaatkan untuk perkolaman dan fasilitas
budidaya yang lain. Sumber air berasal dari sungai Panjalu dan sungai Cisarua
Sukabumi
(BBPBAT) Sukabumi
sebagai sekolah dengan nama Landbouw School (School Pertanian) atau Culture
sampai dengan tahun 1942. Pada masa pemerintahan Jepang tahun 1943-1953
diubah menjadi “noo gakko”. Kemudian pada tahun 1953 berganti nama
menjadi Pusat Latihan Perikanan. Pada tahun 1968 menjadi Trainning Centre
Perikanan. Pada tahun 1967 berkembang dan berganti nama menjadi Pangkalan
Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Sukabumi, salah satu unit pelaksanaan teknis
dan fungsi dalam pelaksanaan tugas-tugas serta beban kerja yang juga
Tawar Sukabumi berubah nama menjadi Balai Besar Perikanan Budidaya Air
teknis dibidang pengembangan budidaya air tawar yang berada dibawah dan
4.1.3. Tugas dan Fungsi Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar
(BBPBAT) Sukabumi
budidaya air tawar yang berada dan bertanggung jawab kepada Direktorat
mempunyai tugas melaksanakan uji terap teknik dan kerja sama, pengelolaan
4.1.4. Visi dan Misi Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT)
Sukabumi
a. Visi
b. Misi
(BBPBAT) Sukabumi
Terap Teknik dan Kerjasama, Bidang Pengujian dan Dukungan Teknik, Bagian
Perikanan, Pengendali Hama dan Penyakit Ikan (PHPI), Pranata Humas, Pranata
sebagai berikut :
Kepala Balai
Besar
Bagian Tata
Usaha
(Sumber : Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar Sukabumi Tahun, 2019)
jabatan fungsional, persuratan, barang kekayaan milik Negara dan rumah tangga
dan ketatausahaa;
ketatausahaan.
uji terap teknik, penyiapan bahan standardisasi, sertifikasi, kerjasama teknis, serta
36
pengelolaan dan pelayanan system informasi perikanan budidaya air tawar. Dalam
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Bidang Uji Terap Teknik dan Kerja
mutu pakan, residu, dan kesehatan ikan dan lingkungan, produksi induk unggul,
benih bermutu, dan sarana produksi, serta bimbingan teknis perikanan budidaya
d. Pelaksanaan produksi vaksin dan pakan perikanan budidaya air tawar; dan
d. Jabatan Fungsional
pembenihan dan pembudidayaan ikan air tawar, pengendalian hama dan penyakit
ikan, pengawasan benih dan budidaya serta kegiatan lain yang sesuai dengan
memiliki staf dan pegawai dengan tingkat pendidikan formal yang beragam yang
berjumlah 102 orang pegawai diisi mulai dari pendidikan SMA/SLTA (39 Orang),
diikuti oleh sarjana Strata I/D4 (30 Orang), Sarjana S2 (18 Orang), Sarjana
Tabel 3. Kondisi PNS BBPBAT Berdasarkan Pendidikan dan Jabatan Tahun 2019
Kepala 1 1
Balai
1 Bagian Tata 1 4 2 12 19
Usaha
38
Bidang Uji
Terap 1 2 2 5
Teknik dan
Kerjasama
Bidang
Pengujian
dan 1 2 2 6 1 12
Dukungan
Teknis
Fungsional
Perekayasa 1 13 7 21
Litkayasa 3 5 16 24
Pengawas 1 11 2 2 16
dan PHPI
2 Pustakawan
Pranata 1 1 2
Humas
Pranata 1 1
Komputer
Arsiparis 1 1
Jumlah 1 18 30 13 39 1 102
nemurus)
17 x 5,5 x 1 meter dengan kedalaman air 100 cm dan padat tebar 0,5 per m 2.
Pemeliharaan induk baung dilakukan terpisah antara jantan dan betina dengan
saluran pemasukan (inlet) dan saluran pengeluaran (outlet). Sumber air yang
digunakan berasal dari saluran irigasi gunung gede. Selama pemeliharaan, induk
diberi pakan pelet dengan kandungan protein 40%. Pakan diberikan sebanyak 1%
dari bobot bimassa dengan frekuensi pemberian dua kali sehari (pagi dan sore).
Cara pemberian pakan yaitu dengan menebar pakan satu titik, agar induk lebih
Pada pemeliharaan induk ini kualitas air selalu diupayakan dalam kondisi
yang baik seperti yang telah disyaratkan, terutama untuk kandungan oksigen
terlarut sehingga pada malam hari digunakan aerasi dengan pompa air. Suhu
perairan optimum untuk pemeliharaan induk ikan baung sekitar 27°C (Ali dan
Junianto 2014).
nilai pH 6,0–8,5. Muflikhah dan Aida (1994) menyatakan bahwa kisaran pH yang
Menurut Tang (2003) Ikan baung dapat hidup secara optimal pada kadar
oksigen antara 5–6 mg/L. Kandungan oksigen terlarut dalam air >4 mg/L
dibutuhkan untuk ikan baung (Effendi, 2000). Induk ikan baung membutuhkan
kadar oksigen tinggi karena kadar oksigen terlarut yang optimum dapat
antara 0,6–2,0 mg/L. Kadar amonia dalam air tawar dapat bersifat racun bagi ikan
4.2.2. Pemijahan
Seleksi induk merupakan salah satu tahap dalam kegiatan budidaya ikan
induk ini juga merupakan kegiatan untuk memilih induk-induk yang sudah
matang gonad dan siap dipijahkan dimana telur bisa dibuahi dan sperma bisa
41
setelah induk ikan mengalami matang gonad. Tingkat kematangan gonad pada
indukan baung untuk betina memiliki berat sekitar 1,3 kg dan berumur minimal 2
tahun sedangkan pada jantan yaitu memiliki berat sekitar 0,8 kg dan berumur
minimal 2 tahun.
Dalam seleksi induk pada ikan baung perlu dilakukan dengan seksama
dimana dilakukannya penanganan induk yang baik pada saat menangkap agar
indukan terhindar dari stress. Cara agar indukan terhindar dari stress yaitu dengan
cara terlebih dahulu dilakukannya pengeringan kolam induk dengan air yang
masih tersisa atau tidak membuang semua air di dalam kolam tersebut kemudian
akuarium dengan tujuan mengurangi kandungan lemak yang berada pada tubuh.
Menurut Subagja et al. (2019) Kandungan lemak yang berlebihan pada tubuh
telur.
Secara umum, Ikan baung jantan dan betina yang telah matang gonad dan
siap memijah cukup mudah dibedakan dengan melihat tanda-tanda pada tubuh.
Induk jantan ditandai dengan memiliki alat kelamin dengan ujung genital papilla
yang meruncing mengarah ke pangkal sirip anal. Ciri induk betina alat kelamin
kecoklatan.
42
A B
C D
Gambar 5. Morfologi Induk Jantan (a) (c) dan Morfologi Induk Betina (b) (d)
(Sumber : Buku Bunga Rampai Potensi Budidaya Ikan Baung dan Dokumentasi
Pribadi, 2022)
Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai perbedaan induk jantan dan betina
Ikan Baung (Mystus nemurus) dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perbedaan Jantan dan Betina
1 Ukuran tubuh ramping dan panjang Ukuran tubuh gemuk dan melebar
2 Warna kulit lebih cerah Warna kulit kusam
43
proses pemijahan. Untuk menghindari pergeseran sirip oleh induk betina satu dan
lainnya, penampungan induk betina hanya dimasukkan satu ekor induk per wadah.
hormon, jenis hormon yang biasa dipergunakan adalah hormone ovaprim dengan
dosis 0,6 mL/kg untuk induk betina. Dosis yang digunakan pada penyuntikan ikan
(dibelakang sirip punggung) dengan sudut penyuntikan 45° atau di bagian sisi
c. Stripping
Proses pemijahan ikan baung belum bisa dilakukan secara alami sehingga
telur. Demikian juga dengan sperma dari ikan jantan diperoleh dari hasil
pembedahan. Setiap pemijahan dilakukan dengan rasio 1:3 (satu ekor jantan
menggunting dari arah lubang dubur hingga sampai kearah dada. Kemudian
yang melekat dengan menempelkan tisu pada testis. Kemudian, testis dipotong-
scoopnet bersih sambil dibilas menggunakan larutan infus (NaCl), sperma hasil
perasan ditampung menggunakan toples. Sperma dari satu induk jantan bisa
46
membuahi tiga ekor induk betina. Teknik pemotongan sperma ditampilkan pada
(Gambar 8).
A B
C D
Gambar 8. Testis Induk Jantan (a), Pemotongan testis (b), Hasil ranjangan di peras
dengan NaCl (c) dan Sperma Induk Jantan (d)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2022)
Induk ikan baung yang telah disuntik hormon akan mengalami ovulasi
setelah 10–14 jam setelah penyuntikan. Induk betina yang sudah siap ovulasi
dicirikan tidak aktif bergerak dan perut sangat mengembang. Tahap selanjutnya
adalah melakukan stripping ikan betina. Ikan betina yang siap ovulasi diangkat
dari wadah kemudian ditimbang terlebih dahulu, kemudian badan ikan dibalut
pangkal urogenital dan pastikan semua telur keluar dari perut induk betina. Telur
47
mulai keluar dan ditampung menggunakan baskom. Telur hasil stripping lalu
ditimbang.
Telur yang sudah ditampung pada wadah baskom kemudian diberi sperma.
Campurkan larutan sperma sebanyak 120 ml ke dalam telur kemudian diberi air
lalu aduk hingga rata menggunakan bulu ayam sebagai alat pengaduk. hingga
campuran telur dan sperma tersebut yaitu agar terjaidinya proses fertilisasi di
sperma ikan baung akan aktif bergerak dan bertahan hidup hampir tiga menit
A B
C D
Gambar 9. Pencampuran Telur dan Sperma (a), Penebaran Telur dan Sperma yang
telah tercampur (b), Telur yang di ratakan (c) dan, Inkubasi Telur (d)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2022)
e. Inkubasi Telur
pada proses inkubasi telur, telur akan langsung ke dasar akuarium. Akuarium
yang telah ditebar telur sebelumnya telah distrerilisasi, diberi water heater dan
aerasi kemudian ditutup menggunakan plastik penutup untuk mejaga suhu yang
tetap stabil. Telur akan menetas optimal pada suhu 29-31°C setelah 20-24 jam.
Telur yang terbuahi berwarna bening atau transparan, sedangkan telur yang tidak
butir/kg, derajat pembuahan atau FR (Fertilization rate) adalah 97% dan derajat
penetasan atau HR (Hatching rate) 84%. Dari hasil tersebut dinilai baik karena
sesuai dengan pendapat Subagja et al. 2012, Fekunditas telur ikan baung biasa
a. Pemeliharaan Larva
Telur yang telah terbuahi akan menjadi larva. Larva yang baru menetas
belum dapat diberi pakan dari luar karena larva ikan baung masih memiliki
cadangan kuning telur (yolk sack) selama 2–3 hari. Pemanenan larva dilakukan
setelah 2 hari telur menetas. Pada periode tersebut, cadangan makanan berupa
kuning telur (yolk sack) pada larva sudah mulai menipis. Larva yang telah
50
menetas akan berenang pada permukaan akuarium dan yang tersisa telur yang
tidak menetas karena telur yang tidak menetas akan tetap menempel pada dasar
yang memiliki botol, larva akan terkumpul di dalam botol, kemudian dipindahkan
padat tebar sebanyak 256,3 per m2 dengan kepadatan sebanyak 25.630 ekor pada
Larva ikan baung baru bisa membuka mulut pada umur tiga hari (Handoyo
et al. 2010). Setelah itu, larva diberi pakan berupa cacing sutra (Tubifex sp.)
sebanyak ukuran satu gelas aqua 220 ml dengan frekuensi pemberian pakan dua
kali sehari. Adapun pakan cacing sutra diberikan dalam cara dicincang sampai
halus. Cacing sutra dimasukkan ke dalam baskom dan kemudian dibilas dengan
air bersih sampai air bilasan tidak berwarna merah. Kemudian, pakan tersebut
dilarutkan ke dalam air dan disebarkan ke bak fiber. Larva yang berumur 4-5 hari
di beri pakan cacing sutra yang dicincang tidak terlalu halus hingga larva berumur
51
14 hari. Kemudian pada umur 15 hari larva mulai diberi pakan pelet dengan
penyiponan dan pergantian air 2–3 hari sekali sebanyak 75% agar kondisi air tetap
terjaga.
b. Pendederan
Pendederan dilakukan pada bak fiber. Pada pendederan, ukuran larva ikan bisa
mencapai sekitar 2 cm. Sampling pertumbuhan dilakukan pada saat larva ikan
mengambil 15 ekor benih secara acak. Rata-rata bobot dan panjang larva dan
Tabel 6. Rata-rata berat dan panjang larva dan benih ikan baung (Mystus nemurus)
Gambar 13. Larva ikan baung (Mystus nemurus) yang telah berumur 14 hari
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2022)
4.2.4. Panen
Pada tahap pemanenan ini, benih yang telah berukuran 2-3 cm akan
dipanen. Panen benih dilakukan pada siang hari pukul 14.00 WIB sampai 16.00
kematian ikan serta harus banyak suplai oksigen. Pengambilan benih dengan
dari setiap satu kantong plastik berjumlah 500 ekor per-kantong dengan ukuran
Gambar 14. Benih ikan baung (Mystus nemurus) yang telah disortir
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2022)
54
Sintasan yang didapatkan yaitu 51% sehingga dinilai cukup baik, karena
sesuai dengan pendapat Subagja et al. (2012), kelangsungan hidup larva sampai
ukuran benih berumur 14 hari yang optimal yaitu dengan sintasan sebesar 50-
60%.
Benih ikan baung yang sudah siap dipasarkan akan dipelihara ke wadah
yang lebih luas agar mencapai ukuran 4–5 cm. Ukuran tersebut merupakan ukuran
bagi benih baung untuk dapat bertahan hidup, berkembang dan tumbuh sehingga
Penyiponan dan pergantian air merupakan cara yang tepat untuk menjaga kualitas
air. Penyiponan dan pergantian air dilakukan dengan tujuan untuk mengeluarkan
sisa pakan cacing sutra yang tidak termakan ataupun sisa feses ikan. Padat tebar
yang tinggi merupakan salah satu penyebab air di wadah pemeliharaan cepat
kotor, sebaiknya padat tebar disesuaikan dengan wadah sehingga kualitas air tetap
terjaga dan mencegah air yang cepat kotor. Penyiponan dilakukan sebanyak 75%
budidaya ikan. Hal ini karena selain faktor genetik, lingkungan sangat
pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi suhu, pH, dan oksigen terlarut. Adapun
data kualitas air pada pembenihan Ikan Baung (Mystus nemurus) disajikan pada
Tabel 7. Data Kualitas Air pada Pembenihan Ikan Baung (Mystus nemurus)
1. Akuarium Suhu °C 29
Oksigen Terlarut mg/L 4,24
pH - 7,34
Amonia mg/L 0,48
2. Bak Fiber Suhu °C 26,1
Oksigen Terlarut mg/L 4,9
pH - 7
Amonia mg/L 3,46
Pada media akuarium dimana proses inkubasi telur sedang terjadi, kualitas
air harus sangat diperhatikan untuk perkembangan embrio baung oleh karena itu
suhu air, pH, Oksigen Terlarut dan Amonia harus sesuai dengan yang telah
disyaratkan. Sama seperti pada wadah pemeliharaan seperti bak fiber pada
Untuk Suhu air, telur akan menetas pada suhu 26-30°C, berdasarkan data
yang didapatkan dilapangan suhu pada akuarium yaitu 29°C dengan bantuan
water heater sehingga termasuk dalam kategori baik dalam inkubasi telur dan
penetasan telur yang berkisar selama 2 hari. Pada media pemeliharaan bak fiber
yaitu diperoleh data 26,1°C dengan bantuan water heater, yang menurut Bunasir
56
et al. (2005) menyatakan suhu untuk perawatan larva dan pertumbuhan benih ikan
baung berkisar antara 27–30°C sehingga termasuk dalam kategori yang cocok
untuk pertumbuhan dan perawatan. Untuk menjaga suhu air yang tetap stabil pada
wadah pemeiliharaan baik akuarium atau bak fiber digunakan plastik/terpal untuk
menutupinya agar suhu pada air tetap hangat karena suhu air berpengaruh
ikan yaitu 3–7 mg/L (Mallya 2017). Kisaran oksigen terlarut yang didapatkan
berdasarkan data yaitu 4,24 mg/L maka hal ini termasuk dalam kategori optimum
pada pemeliharaan telur. Pada stadia larva dan benih baung diperlukan 3,7–5,6
mg/L (Heltonika dan Karsih, 2017), berdasarkan data yang didapatkan dilapangan
yaitu oksigen terlarut pada wadah pemeliharaan bak fiber 4,9 mg/L ya
telur sampai dengan penetasan telur yaitu 7,34, seperti yang dikatakan oleh
Kusmini et al. (2018) bahwa standar kisaran oksigen yang baik berdasarkan
didapatkan termasuk dalam kondisi yang baik. Pada konsentrasi pH yang berada
di wadah pemeliharaan bak fiber yaitu 7 sehingga seperti yang dikatakan oleh
benih ikan baung berkisar antara 5,5–6,5 yang menjelaskan bahwa konsentrasi pH
sangat beracun bagi ikan (Benli et al. 2008). Sumber amonia di perairan berasal
57
dari pemecahan nitrogen organik (protein, urea, feses) dan nitrogen anorganik
yang berasal dari dekomposisi bahan organik oleh mikroba atau jamur (Boyd
berdasarkan data yang didapatkan yaitu 0,48 mg/L sehingga termasuk dalam
kategori optimum dan pada wadah pemeliharaan (bak fiber) terdapat kandungan
amonia yaitu 3,46 mg/L hal tersebut akan mempunyai dampak pada penurunan
a. Pencegahan Penyakit
Penyakit yang sering menyerang ikan baung dan larva baung adalah
(Ichthyopthirius multifiliis) atau lebih dikenal dengan white spot (bintik putih).
yang baik, pemberian obat dan juga kualitas air yang selalu diperhatikan.
b. Pengobatan
Pada pengobatan untuk larva ataupun ikan baung yang telah terkena
penyakit yaitu dengan dilakukannya penebaran garam dapur sebanyak 200 gr/m³
setiap 10 hari selama pemeliharaan. Cara lain untuk pengobatan pada penyakit
yang menyerang larva ataupun benih baung yaitu dengan menggunakan kapsul
Tetracycline Hydrochloride 250 mg yang telah dibuka dari kapsulnya dan menjadi
58
obat serbuk kemudian menaburkannya ke bak fiber yang terdapat banyaknya larva
yang mati, sebelumnya larva atau benih yang telah mati di keluarkan terlebih
cacing sutra (Tubifex sp.) dengan dosis 5 mg/liter atau sebanyak 2 – 3 kapsul yang
dibutuhkan dan diberikan pada larva atau benih. Setelah penaburan kapsul yang
telah menjadi obat serbuk tadi, larva ataupun benih tidak diberikan pakan selama
6-24 jam setelah pengaplikasian obat. Hal ini juga untuk mengantisipasi efek
negatif akibat aplikasi obat terhadap ikan (stres), di mana pada kondisi tersebut
ikan memerlukan oksigen yang lebih tinggi dibandingkan pada kondisi normal.