BAB III
METODOLOGI
2022 sampai dengan 10 Maret 2022, yang bertempat di Balai Besar Perikanan
Budidaya Air Tawar (BBPBAT) terletak di kota Sukabumi, Provinsi Jawa Barat.
3.2.1. Alat
Adapun alat yang digunakan untuk kegiatan pembenihan ikan baung dapat
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam pembenihan ikan baung (Mystus nemurus)
No Alat Fungsi
panen benih
dari akuarium
sperma
blower budidaya
ovaprim ke induk
setelah pendederan
dan benih
sutra
menghitung larva
dan telur
air
benih
3.2.2. Bahan
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam pembenihan ikan baung (Mystus nemurus)
No Bahan Fungsi
sperma
salinitas
dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau orang yang bersangkutan
dan yang memerlukannya. Data ini diperoleh secara langsung dengan melakukan
pengamatan dan pencatatan dari hasil observasi, wawancara dan partisipasi aktif
A. Observasi
sistematis terhadap gejala yang diselidiki. Dalam praktek kerja lapangan ini
pemuliaan.
B. Wawancara
C. Partisipasi Aktif
Bentuk dari partisipasi aktif merupakan suatu kegiatan dimana kita turut
serta secara langsung dalam semua bentuk kegiatan yang berkaitan dengan
informasi dan data dengan bantuan berbagai macam material atau dikumpulkan
oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data
ini biasanya diperoleh dari perpustakaan seperti dokumen, buku, majalah, kisah-
kisah sejarah atau dari laporan-laporan penelitian terdahulu. Data sekunder dapat
Dalam praktek kerja lapangan ini data sekunder diperoleh dari laporan
perpustakaan seperti buku yang menunjang ataupun jurnal ilmiah serta data yang
masyarakat yang terkait dengan usaha berbagai macam pembenihan ikan baung.
26
3.4.1. Fekunditas
Jumlah telur yang dihasilkan oleh induk betina setelah matang gonad dapat
Bg
F= × Fs
Bs
Keterangan :
F = Fekunditas (Butir)
berikut :
FR=
∑ Tb × 100 %
∑ Tt
Keterangan :
Jumlah telur yang menetas terhadap jumlah telur yang terbuahi dalam
persentase disebut dengan Hatching Rate (HR) atau derajat penetasan. Menurut
Slamet et al. (1989) perhitungan Hatching Rate (HR) dapat dihitung dengan
HR=
∑ Tm ×100 %
∑ Tb
Keterangan :
Jumlah akhir larva atau benih yang masih hidup terhadap jumlah awal
larva atau benih pada awal pengamatan disebut dengan Survival Rate (SR).
Menurut Effendie (1979) dalam Pratama et al. (2015) perhitungan Survival Rate
Nt
SR= ×100 %
No
Keterangan :