Anda di halaman 1dari 8

21

BAB III

METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 1 Februari

2022 sampai dengan 10 Maret 2022, yang bertempat di Balai Besar Perikanan

Budidaya Air Tawar (BBPBAT) terletak di kota Sukabumi, Provinsi Jawa Barat.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

Adapun alat yang digunakan untuk kegiatan pembenihan ikan baung dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat yang digunakan dalam pembenihan ikan baung (Mystus nemurus)
No Alat Fungsi

1 Ember Sebagai wadah air atau garam

2 Baskom Sebagai wadah telur, pencampuran

telur dan sperma serta wadah untuk

panen benih

3 Toples Sebagai wadah pengenceran sperma

4 Scoopnet Sebagai alat untuk mengambil benih

dari akuarium

5 Petridish Sebagai wadah untuk mencacah

sperma

6 Batu aerator, selang, dan Sebagai penambah oksigen ke media


22

blower budidaya

7 Water heater Sebagai alat untuk menstabilkan suhu

pada media budidaya

8 Suntik Sebagai alat untuk menyuntikan

ovaprim ke induk

9 Plastik/Terpal Sebagai penutup akuarium/bak fiber

10 Bak Fiber Sebagai wadah pemeliharssn benih

setelah pendederan

11 Akuarium Sebagai wadah pemeliharaan larva

dan benih

12 Pisau Sebagai alat untuk mencincang cacing

sutra

13 Gunting Bedah Sebagai alat untuk membedah ikan

baung (Mystus nemurus) jantan

14 Centong Sebagai alat untuk memberi pakan

cacing sutra dan alat untuk

menghitung larva

15 Bulu Ayam Sebagai alat untuk mengaduk sperma

dan telur

16 Alat Tulis Sebagai alat untuk mencatat

17 Alat ukur kualitas Air Sebagai alat untuk mengukur kualitas

air

18 Peralatan siphon (Selang dan Sebagai alat untuk membersihkan


23

Spons) kotoran yang menempel

19 Timbangan Sebagai alat untuk menimbang ikan,

larva, benih atau telur

20 Penggaris Sebagai alat untuk sampling larva atau

benih

3.2.2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan untuk kegiatan pembenihan ikan baung

(Mystus nemurus) dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam pembenihan ikan baung (Mystus nemurus)

No Bahan Fungsi

1 NaCl Sebagai bahan untuk mengencerkan

sperma

2 Hormon Ovaprim Sebagai perangsang terjadinya ovulasi

3 Cacing Sutera Sebagai pakan alami larva dan benih

4 Air Sebagai media ikan untuk hidup

5 Garam Sebagai bahan untuk menigkatkan

salinitas

6 Tetracycline Hydrochloride Sebagai bahan obat untuk larva

maupun benih yang sakit

7 Pellet PF 100 Sebagai pakan indukan


24

8 Indukan Betina Sebagai indukan betina

9 Indukan Jantan Sebagai indukan jantan

3.3. Metode Pelaksanaan

3.3.1. Metode Pengambilan Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung

dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau orang yang bersangkutan

dan yang memerlukannya. Data ini diperoleh secara langsung dengan melakukan

pengamatan dan pencatatan dari hasil observasi, wawancara dan partisipasi aktif

selama kegiatan pembenihan ikan baung (Mystus nemurus) di Balai Besar

Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat.

A. Observasi

Observasi adalah pengamatan secara langsung dan pencatatan secara

sistematis terhadap gejala yang diselidiki. Dalam praktek kerja lapangan ini

observasi dilakukan terhadap berbagai kegiatan pembenihan meliputi

kolam, konstruksi kolam, pengairan, pemanenan, pemasaran dam

pemuliaan.

B. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara pengambilan data yang digunakan untuk

memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini digunakan

bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam.

Wawancara pada Praktek Kerja Lapangan ini meliputi sejarah berdirinya

Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi,


25

letak umum, struktur organisasi, teknik atau cara pembenihan,

permasalahan yang dihadapi, hasil yang dicapai dan sebagainya.

C. Partisipasi Aktif

Bentuk dari partisipasi aktif merupakan suatu kegiatan dimana kita turut

serta secara langsung dalam semua bentuk kegiatan yang berkaitan dengan

Praktek Kerja Lapangan.

3.3.2. Metode Pengambilan Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara mengumpulkan

informasi dan data dengan bantuan berbagai macam material atau dikumpulkan

oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data

ini biasanya diperoleh dari perpustakaan seperti dokumen, buku, majalah, kisah-

kisah sejarah atau dari laporan-laporan penelitian terdahulu. Data sekunder dapat

disebut juga sebagai data tersedia.

Dalam praktek kerja lapangan ini data sekunder diperoleh dari laporan

perpustakaan seperti buku yang menunjang ataupun jurnal ilmiah serta data yang

diperoleh dari lembaga pemerintah, pihak swasta yang berhubungan maupun

masyarakat yang terkait dengan usaha berbagai macam pembenihan ikan baung.
26

3.4. Analisis Data

3.4.1. Fekunditas

Jumlah telur yang dihasilkan oleh induk betina setelah matang gonad dapat

disebut dengan fekunditas. Menurut Andy Omar (2005) menghitung fekunditas

dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

Bg
F= × Fs
Bs

Keterangan :

F = Fekunditas (Butir)

Bg = Berat gonad (g)

Bs = Berat sampel telur (g)

Fs = Jumlah sampel telur (butir)


27

3.4.2. Fertilization Rate (FR)

Banyaknya telur yang terbuahi dari jumlah telur disebut dengan

fertilization rate (FR) atau derajat pembuahan. Menurut Winarsih (1996)

perhitungan Fertilization Rate (FR) dapat dihitung menggunakan rumus sebagai

berikut :

FR=
∑ Tb × 100 %
∑ Tt
Keterangan :

FR = Fertilization rate atau derajat pembuahan (%)

∑ Tb = Jumlah telur terbuahi (butir)

∑ Tt = Jumlah total telur (butir)

3.4.3. Hatching Rate (HR)

Jumlah telur yang menetas terhadap jumlah telur yang terbuahi dalam

persentase disebut dengan Hatching Rate (HR) atau derajat penetasan. Menurut

Slamet et al. (1989) perhitungan Hatching Rate (HR) dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

HR=
∑ Tm ×100 %
∑ Tb
Keterangan :

HR = Hatching rate atau derajat penetasan (%)

∑ Tb = Jumlah telur menetas (butir)


28

∑ Tt = Jumlah telur terbuahi (butir)

3.4.4. Survival Rate (SR)

Jumlah akhir larva atau benih yang masih hidup terhadap jumlah awal

larva atau benih pada awal pengamatan disebut dengan Survival Rate (SR).

Menurut Effendie (1979) dalam Pratama et al. (2015) perhitungan Survival Rate

(SR) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Nt
SR= ×100 %
No

Keterangan :

SR = Kelangsungan hidup (%)

Nt = Jumlah larva yang hidup pada akhir percobaan (ekor)

No = Jumlah larva yang hidup pada awal percobaan (ekor)

Anda mungkin juga menyukai