Anda di halaman 1dari 44

BUKU PANDUAN

PRAKTIKUM BIOLOGI TANAH

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
1

KATA PENGANTAR

Peran biologi tanah sangat penting di masa depan dalam meningkatkan


produktivitas lahan. Mikroba dan fauna tanah dapat menjadi salah satu indikator dalam
menentukan kesehatan dan kualitas tanah. Dalam kegiatan eksplorasi dan telaah
biologi tanah perlu adanya penuntun analisis yang memadai agar data yang dihasilkan
dapat diandalkan dalam menyusun teknologi pengelolaan tanah yang tepat.
“Buku Panduan Pratikum Biologi Tanah” ini merupakan penuntun yang dipakai
mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan pratikum Biologi Tanah. Analisis dalam buku
panduan ini telah disesuaikan dengan petunjuk analisis biologi tanah yang diterbitkan
oleh Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian.
Dengan adanya buku panduan pratikum biologi tanah ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi para mahasiswa Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Jember dalam menempuh pratikum Biologi Tanah.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Balai Penelitian Tanah dan
semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan buku panduan ini.

Penulis

Tim Laboratorium Biologi Tanah

Laboratorium Biologi Tanah – Praktikum Biologi Tanah 2020


ACARA 1. PENGENALAN ALAT LABORATORIUM

PENGENALAN PERALATAN LABORATORIUM BIOLOGI TANAH


1.1 Keselamatan Kerja Lboratorium
Keselamatan kerja laboratorium merupakan upaya pencegahan terjadinya potensi kecelakaan
yang diakibatkan oleh desain, sistem, proses dan kegiatan di laboratorium yang dapat
menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda, peralatan maupun korban jiwa yang
terjadi dalam suatu proses kerja. Heinrich menyatakan lima urutan kejadian kecelakaan
berdasar teori domino, bahwa : Kecelakaan kerja terjadi karena faktor bawaan, kurangnya
pengetahuan dan keahlian dalam melakukan pekerjaan, lingkungan sosial dan lingkungan kerja
yang tidak tepat. potensi bahaya di laboratorium terdiri bahaya kimia termasuk di
dalamnya agen penyebab kanker (karsigonik), racun, iritan, polusi, bahan yang mudah terbakar,
asam dan basa kuat, dll. Potensi bahaya biologi bisa berasal dari darah dan cairan tubuh,
spesimen kultur, jaringan tubuh, hewan percobaan, maupun pekerja lainnya. Potensi bahaya
fisik termasuk di dalamnya radiasi ion dan non ion,ergonomi, kebisingan, tekanan panas,
pencahayaan, listrik, api.
Prosedur safety dasar :
1. Saat memasuki laboratorium letakkan tas, buku, dan semua barang yang tidak berhubungan
dengan praktikum pada rak yang telah disediakan.
2. Sebelum memulai praktikum, bersihkan meja kerja dengan desinfektan yang telah disediakan.
3. Sterilkan Peralatan-peralatan sebelum dan sesudah menggunakan. Jangan meletakkan
peralatan yang rentan terkontaminasi seperti loop, needle, dan pipet di atas meja kerja.
4. Sedapat mungkin bekerja secara aseptis di ruang laminar air fl ow (LAF) selama melakukan
percobaan menggunakan mikroba.
5. Pengambilan kultur cair atau suspensi dan bahan kimia harus menggunakan pipet dengan
bantuan fi ller atau menggunakan mikropipet.
6. Jika menggunakan jarum inokulum (loop/ose), ujung jarum harus dibakar sampai memijar
sebelum dan sesudah bekerja menggunakan alat ini.
7. Setelah praktikum selesai, bersihkan hasil pekerjaan dan letakkan kultur mikroba dan sampel
yang mengandung mikroba di tempat khusus pembuangan mikroba yang telah disediakan.

1.2 Pengenalan alat laboratorium

NO ALAT FUNGSI
1 Centrifuge alat untuk memutar sampel pada
kecepatan tinggi, memaksa partikel
yang lebih berat terkumpul ke dasar
tabung centrifuge

2 Shaker / Mesin Penggojok alat yang digunakan untuk mengaduk


atau mencampur suatu larutan
dengan larutan yang lain sehingga
bersifat homogen dengan gerakan
satu arah

3 Timbangan untuk mengetahui bobot/massa


suatu benda atau sebagai alat ukur
massa/berat

4 Hot plate stirrer Hot plate di laboratorium biasanya


terdiri dari pemanas dan magnetic
stirrer (batang pengaduk). Alat
pemanas dan pencampur larutan
hingga homogen

5 Kompor Listrik Untuk memanaskan media yang


berisi bakteri sebelum di buang.
Untuk memanskan media,
mencairkan media dsb.

6 Inkubator Isolat Berfungsi untuk mengontrol kondisi


lingkungan, seperti suhu dan
klembapan. Inkubator Laboratorium
Sering digunakan untuk penelitian
pertumbuhan bakteri/fungi, atau
memberikan lingkungan yang cocok
untuk kondisi biologis atau reaksi
kimia.

7 Inkubator (Oven) Berfungsi untuk inkubasi kadar air


dan jaringan.

8 Autoclave Autoclave adalah alat laboratorium


yang berfungsi sebagai alat
sterilisasi dengan cara basah yang
mengunakan uap air jenuh
bertekanan tinggi. Digunakan untuk
sterilasasi media pembiakan,
bahan-bahan atau alat yang tidak
rusak karena pemanasan dan
tekanan tinggi, dan untuk destruksi
media pembiakan.

9 Colony Counter Adalah alat bantu yang digunakan


untu menghitung koloni bakteri
yang ditumbuhkan dimedia yang
disimpan dalam cawan petridish.
10 Mikroskop untuk mengamati obyek yang
berukuran sangat

kecil (mikroskopis) sehingga akan


tampak lebih besar dari ukuran
aslinya.

11 Lemari Es / Kulkas Untuk menyimpan isolat, media dan


bahan-bahan

12 Freezer Untuk menyimpan sampel tanah


untuk analisis biologi dan bahan-
bahan lainnya.

13 Alat Sterilisasi Untuk sterilisasi media seperti tanah


dalam ukuran yang lebih besar
14 Laminar Air Flow tempat yang digunakan untuk
melakukan inokulasi mikro-biologi.

15 Sprektofotometer digunakan untuk mengukur


absorbansi dengan
cara melewatkan
cahaya dengan panjang gelombang
tertentu pada suatu objek kaca atau
kuarsa yang disebut kuvet.

16 pH meter Untuk mengukur pH larutan

17 Gelas Ukur Sebagai alat untuk mengukur


volume larutan
18 Tabung Reaksi Untuk mencampur, menampung
dan memanaskan bahan-bahan
kimia cair atau padat

19 Labu Ukur digunakan untuk mengencerkan


larutan hingga mencapai volume
tertentu

20 Labu Erlenmeyer untuk mencampur, mengukur dan


menyimpan cairan

21 Gelas Beaker/ Gelas Piala berfungsi sebagai penampung


22 Rak Tabung Reaksi sebagai tempat menyimpan tabung
reaksi, mengeringkan dan menjaga
tabung reaksi agar tidak berjamur.

23 Pipet Tetes memindahkan cairan dalam jumlah


yang sangat kecil yaitu berupa
tetesan

24 Pipet Ukur untuk memindahkan larutan secara


terukur sesuai dengan volume.
Pada pipet ini juga terdapat skala
yang menunjukan volume tersebut.
Ukuran volume terbesat pipet ukur
sendiri adalah 50 ml

25 Pipet Volume untuk mengambil larutan dengan


volume yang tepat dan sesuai
dengan label yang tertera pada
bagian yang menggelembung
tersebut

26 Filler/ Ball Pipet alat yang digunakan untuk


menyedot larutan, yang biasanya
dipasang pada pangkal pipet
27 Batang Pengaduk digunakan untuk mencampur cairan
dengan bahan kimia untuk
keperluan praktek di laboratorium

28 Mortar dan Alue (Pestle) untuk menghancurkan atau


menghaluskan suatu bahan atau
zat yang masih bersifat padat atau
Kristal

29 Petridish sebuah wadah yang bentuknya


bundar dan terbuat dari plastik atau
kaca yang digunakan untuk
membiakkan sel.

30 Pembakar Spiritus untuk memanasi larutan, mem-


bakar zat proses percobaan kimia
atau untuk mensterilkan alat
sebelum digunakan dengan cara
membakar

31 Jarum Ose Pada batang ose ujung kolongan


biasanya digunakan untuk inokulasi
pada media cair sedangkan ose
yang berbentuk lurus biasanya
digunakan pada inokulasi dengan
cara metode gores pada media
agar.
32 Micropipette digunakan untuk memindahkan
cairan dalam jumlah kecil secara
akurat.
33 Pipette Tips untuk menampung cairan
sementara saat dipindah

34 Vortex Mencampurkan suatu bahan hingga


homogeny

35 Kaca pembesar (lup) Melihat objek dengan ukuran kecil


melalui kaca yang dapat membuat
objek nampak lebih besar

1. Sterilisasi ruangan, peralatan dan media

1.1 Sterilisasi ruangan


1) Siapkan alat dan bahan yang diprlukan
2) Lakukan pembersihan kaca terlebih dahulu
3) Bersihkan ruangan dengan disapu bersih
4) Untuk diruang isolasi lakukan pembersihan laminar dengan menghidupkan lampu
UV beberapa menit dan setelah dimatikan lakukan penyemprotan alkohol kedalam
laminar air flow.
5) Kemudian hidupkan UV ruang isolasi selama kurang lebih satu jam.
6) Setelah satu jam, matikan UV ruangan, tunggu kurang lebih setengah jam.
Kemudian matikan UV LAF.
7) Tunggu selama kurang lebih 15 menit.
8) Ruang Isolasi sudah siap digunakan.

1.2 Sterilisasi peralatan


1) Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam autoklaf. Jika air
kurang dari batas yang ditentukan, maka dapat ditambah air sampai batas tersebut.
Gunakan air hasil destilasi, untuk menghindari terbentuknya kerak dan karat.
2) Masukkan peralatan dan bahan yang sudah di bungkus rapi menggunakan kertas.
Jika mensterilisasi botol beretutup ulir, maka tutup harus dikendorkan.
3) Tutup autoklaf dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak ada uap
yang keluar dari bibir autoklaf. Klep pengaman jangan dikencangkan terlebih dahulu.
4) Nyalakan autoklaf, diatur timer dengan waktu minimal 15 menit pada suhu 121℃.
5) Tunggu sampai air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen autoklaf dan
terdesak keluar dari klep pengaman. Kemudian klep pengaman ditutup
(dikencangkan) dan tunggu sampai selesai. Penghitungan waktu 15’ dimulai sejak
tekanan mencapai 2 atm.
6) Jika alarm tanda selesai berbunyi, maka tunggu tekanan dalam kompartemen turun
hingga sama dengan tekanan udara di lingkungan (jarum pada preisure gauge
menunjuk ke angka nol). Kemudian klep-klep pengaman dibuka dan keluarkan isi
autoklaf dengan hati-hati.

1.3 Sterilisasi media


Dengan autoklaf, yaitu alat serupa tangki minyak yang dapat diisi dengan uap.
Medium yang akan disterilkan ditempatkan di dalam autoklaf ini selama 15 sampai
20 menit; hal ini bergantung kepada banyak sedikitnya barang yang perlu disterilkan.
Setelah pintu autoklaf ditutup rapat, barulah kran pada pipa uap dibuka, dan
temperatur akan terus menerus naik sampai 121 o C. Biasanya autoklaf sudah diatur
demikian rupa, sehingga pada suhu tersebut, tekanan ada sebesar 15 lbs (pounds)
per inch persegi yang berarti 1 atmosfer per 1 cm 2. Perhitungan waktu 15 atau 20
menit itu dimulai semenjak termometer pada autoklaf menunjuk 121 oC. Pendinginan
dilakukan sedikit demi sedikit.
2. Mikroskop

Bagian-bagian dari mikroskop adalah sebagai berikut:

1) Cermin

Cermin merupakan salah satu bagian utama dari mikroskop yang berguna
sebagai penerima dan pemantul cahaya untuk seterusnya diarahkan ke objek
dengan bantuan kondensor.
2) Lensa Okuler
Dalam mikroskop, lensa okuler berguna untuk memperbesar bayangan.
Bayangan yang dihasilkan berasal dari lensa objektif. Lensa okuler dapat
memperbesar bayangan dengan ukuran 4 – 25 kali. Lensa ini terletak pada ujung
atas tabung mikroskop.
3) Lensa Objektif

Lensa objektif terletak paling dekat dengan preparat dan berfungsi untuk
membentuk bayangan pertama. Lensa ini dapat memperbesar objek dengan
ukuran 10x, 40x, dan 100x sehingga menentukan struktur dan bagian renik yang
terlihat pada bayangan akhir. Agar memperoleh bayangan benda yang jelas,
pengamat disarankan mengoles minyak emersi terlebih dulu pada lensa objektif
sebelum digunakan. Daya pisah spesimen pada lensa objektif diukur dengan nilai
apertura (NA).
4) Kaki

Layaknya kaki pada manusia, kaki mikroskop berguna untuk menyangga dan
memperkuat kedudukan mikroskop. Terdapat lengan dan sejenis engsel yang
melekat erat pada kaki mikroskop.
5) Diafragma

Sama seperti pupil pada mata (baca juga: cara kerja mata), bagian ini berfungsi
untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk dan mengenai preparat (objek
benda).
6) Lengan

Lengan pada mikroskop digunakan pengamat sebagai pegangan pada saat ingin
mengangkat atau memindahkan mikroskop.
7) Tabung Mikroskop

Tabung mikroskop ini berguna sebagai penghubung antara lensa objektif dan
lensa okuler pada mikroskop.
8) Revolver

Mengatur perbesaran lensa objektif merupakan bagian fungsi dari bagian ini.

9) Mikrometer

Mikrometer biasa disebut juga dengan pemutar halus. Mikrometer berguna


menaikturunkan tabung dengan lambat agar mendapat gambaran preparat yang
jelas.
10) Makrometer
Berlawanan dengan mikrometer, bagian yang biasa disebut juga dengan pemutar
kasar ini dapat menaikturunkan tabung dengan cepat dengan tujuan yang sama,
yaitu menghasilkan gambaran preparat yang jelas.
11) Kondensor

Kondensor terdiri atas lensa gabungan yang dapat diputar untuk mengumpulkan
cahaya yang dipusatkan ke objek akibat dipantulkan dari cermin.
12) Meja Preparat

Seperti namanya, meja ini berfungsi untuk meletakkan objek benda yang akan
diamati atau yang disebut dengan preparat. Preparat diletakkan di meja dengan
bantuan penjepit. Pada beberapa jenis mikroskop, kedudukan meja preparat ini
dapat diatur ketinggiannya.

Langkah-langkah penggunaan mikroskop adalah sebagai berikut:

1) Letakkan meja preparat dalam permukaan yang darat agar memudahkan


pengamatan.
2) Atur perbesaran lensa objektif pada fase yang lebih rendah menggunakan
revolver. Lensa objektif harus diletakkan pada sumbu pengamatan agar berada
pada garis yang sama dengan arah masuknya cahaya dan lensa okuler.
3) Jika mikroskop yang Anda gunakan berjenis monokuler maka Anda harus
menggunakan lensa okuler dengan satu mata. Begitu pula jika mikroskop yang
Anda gunakan adalah binokuler maka Anda dapat melihatnya dengan kedua
mata.
4) Nyalakan lampu dan atur cermin sedemikian rupa agar jumlah sinar yang
diperlukan dapat terpenuhi untuk melakukan pengamatan preparat.
5) Bukalah diafragma dengan menggunakan tuas dan sesuaikan lubangnya agar
sinar yang diterima mata dapat optimal, tidak terlalu redup maupun terang.
6) Pastikan lensa objektif berada cukup jauh dari meja preparat dengan cara
mengatur makrometer searah jarum jam.
7) Letakkan preparat yang telah disiapkan pada meja preparat, tepat di bawah
lensa objektif. Gunakan penjepit agar preparat tidak bergeser.
8) Naikkan meja preparat mendekati lensa objektif hingga berjarak sekitar 0.5 cm
dengan menggunakan makrometer
9) Lihatlah bayangan benda melalui lensa okuler sambil menaikturunkan meja
preparat menggunakan mikrometer agar mendapatkan bayangan objek yang
jelas.
10) Lihatlah objek preparat dari arah samping sambil menyesuaikan lensa objektif
dengan perbesaran yang lebih tinggi pada kedudukannya.
11) Pastikan lensa objektif tidak bersentuhan dengan preparat karena dapat merusak
hasil pengamatan.
12) Fokuskan preparat dengan cara memutar mikrometer ke arah berlawanan jarum
jam dengan perlahan.
13) Jika hasil pengamatan belum terlihat jelas maka atur pencahayaan.

14) Putar revolver pada lensa objektif ke keadaan semula yaitu perbesaran paling
kecil setelah Anda selesai melakuka pengamatan.
15) Turunkan meja preparat dan naikkan tabung mikroskop.

16) Ambil preparat dari meja preparat.

ACARA 2. Kolom Winogradsky

Pendahuluan
Kolom winogradsky merupakan sebuah model sederhana yang berupa
miniatur ekosistem buatan yang berisi tanah atau sedimen untuk membiakkan
mikroba yang menyerupai kondisi ekologis yang sebenarnya. Lingkungan
merupakan faktor penting yang menentukan pertumbuhan mikroba tanah.
Contoh tanah yang digunakan dalam kolom winogradsky dibuat menjadi
lumpur. Tanah yang mengandung banyak bahan organik dan selulosa sangat
mendukung aktivitas mikroba tanah.
Pembuatan kolom winogradsky dilakukan dengan memasukkan sampel
tanah pada kolom atau tabung transparan yang kemudian diinkubasikan.
Tanah yang digunakan adalah tanah sawah. Pada kolom yang telah
diinkubasikan, akan terbentuk endapan-endapan yang mewakili jenis mikroba
yang hidup. Pertumbuhan mikroba diamati melalui adanya zona-zona
berwarna pada sepanjang kolom.
Prinsip
Kolom bagian atas dan bagian bawah memiliki kondisi yang berbeda.
Kolom bagian atas behubungan langsung dengan udara sehingga bersifat
aerob. Semakin ke bawah maka oksigen semakin berkurang, sehingga pada
bagian dasar kolom memiliki keadaan anaerob.

Alat dan Bahan :


 Media tanah
 Kapur (CaSO4/CaCO3/Dolomit)
 Bokashi
 Kertas saring
 Urea
 Pupuk kandang
 Kolom / plastik transparan / botol aqua 1,5l
 Penggaris
 Pisau cutter

Prosedur :
1. Setiap kelompok, membuat 2 perlakuan yaitu : (I) Kontrol, (II) Tanah +
perlakuan (urea/pupuk kandang/bokashi/kapur/dsb). Buat campuran tanah
atau lumpur dengan satu sendok CaSO4 atau satu sendok CaCO3 serta
sobekkan kecil-kecil kertas saring.
2. Campuran bahan tersebut dimasukkan ke dasar kolom sampai mencapai
ketinggian 2,5 – 3 cm. Jika campuran tanah kurang basah bisa ditambahi
air supaya diperoleh konsistensi seperti bubur.
3. Bubur tanah ditambahkan secara hati-hati, tiap kali diaduk untuk
menghindari adanya gelembung udara yang tersekap di dalam lumpur.
Penambahan bubur tanah tersebut dilakukan sampai ketinggian 15 – 20
cm. Kolom tanah makin tinggi makin baik supaya keadaan di dasar kolom
menjadi anaerob.
4. Diatas lapisan lumpur, ditambahkan air hingga 0,6 cm dan membiarkan
semalam. Apabila terdapat kelebihan air setelah dibiarkan semalam, maka
kelebihan air tersebut dibuang. Kolom dibiarkan terbuka dan dijaga jangan
sampai kering.
5. Inkubasi.
Kolom diinkubasi pada suhu kamar dengan penyinaran sinar matahari
secara tidak langsung. Kenampakan – kenampakan spesifik dapat dilihat
dalam waktu 6 minggu.
6. Pengamatan
Setelah diinkubasi, amati adanya zona – zona pertumbuhan sepanjang
kolom. Cairan pada lapisan atas diambil dan dibuat preparat mikroskopis,
amati adanya mikrobia : Bakteri, ganggang, protozoa, fungi dan metazoa.
Kolom plastik dipotong bagian atas dan bawah untuk diambil bagian tengah
yang menunjukkan adanya pertumbuhan mikrobia. Mikrobia pada bagian
tersebut selanjutnya diisolasi.

DAFTAR PUSTAKA
Ernst, W. G. 2000. Earth Systems Processes and Issues. Cambridge:
Cambridge University Press.
ACARA 3. BIOFISIK TANAH

PENGAMBILAN CONTOH TANAH UNTUK ANALISIS MIKROBA


DAN PROFIL TANAH
Edi Husen

Tanah, dengan kandungan C-organik terbesar di alam, yakni 1,2 – 1,6 x 1015
kg C (Wagner & Wolf, 1997), menyokong kehidupan berbagai jenis mikroba dari
beragam tipe morfologi dan fisiologi, baik yang menguntungkan maupun yang
merugikan. Banyak diantaranya yang sudah dikomersialkan seperti mikroba
penambat N2 dari udara, pelarut P, pemacu tumbuh tanaman, dan pengendali
patogen. Berbagai atribut mikroba seperti keragaman jenis, kepadatan populasi, dan
laju respirasi menjadi indikator yang potensial untuk menilai kualitas dan kesehatan
tanah. Di dalam tanah, keberadaan mikroba sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik,
kimia, dan biologi tanah. Ungkapan Beijerinck (the Father of Microbial Ecology)
“Every-thing is everywhere and the milieu selects” menjelaskan besarnya peran
faktor lingkungan dalam seleksi mikroba; lingkunganlah yang memilih, jenis mikroba
mana saja yang dapat hidup dan berkembang- biak dalam suatu ekosistem tanah
tertentu. Perbedaan berbagai atribut mikroba pada berbagai kondisi tanah
disebabkan antara lain oleh perbedaan jenis dan kandungan bahan organik, kadar
air, jenis penggunaan tanah dan cara pengelolaannya. Dengan memperhatikan
keberagaman ini, teknik pengambilan contoh tanah yang tepat perlu dipahami agar
waktu, tenaga, dan biaya yang dicurahkan untuk pengambilan contoh tanah menjadi
lebih efisien. Jumlah contoh yang terlalu banyak merupakan pemborosan, namun
apabila jumlah contoh terlalu sedikit interpretasi data bisa keliru sehingga informasi
yang diperoleh bisa menjadi kurang bermanfaat.

Prinsip
Pada prinsipnya pengambilan contoh tanah adalah suatu aktivitas
pengumpulan sebagian volume tanah yang mewakili suatu wilayah tertentu secara
tepat untuk menghasilkan suatu data atau nilai yang bisa memberi gambaran kondisi
tanah di wilayah tersebut secara keseluruhan. Pengambilan contoh harus didahului
dengan perencanaan sesuai dengan tujuan pengambilan contoh dan tingkat
ketelitian data yang diinginkan. Untuk mendapatkan data tentang suatu atribut
mikroba, misalnya kepadatan populasi bakteri Gram negatif pada tanah lapisan atas
atau laju
respirasi tanah yang dipupuk dengan pupuk hijau (sisa-sisa tanaman segar), maka
perlu dirancang cara atau strategi pengambilan contoh tanah, jumlah contoh yang
diperlukan, kedalaman pengambilan contoh, dan ukuran contoh yang diperlukan.
Strategi pengambilan contoh tanah Pengambilan contoh tanah dapat
dilakukan dengan cara: (i) sistematis; (ii) random/acak; (iii) komposit; dan (iv) bebas,
tergantung pada tujuan dan sasaran yang ingin dicapai (Wollum, 1994). Beberapa
cara lain yang tidak dibahas di sini biasanya dilakukan untuk tujuan khusus seperti
evaluasi tingkat pencemaran dengan cara polar sampling atau algorithmorientated
sampling oleh Totsche (1995). Pengambilan contoh tanah cara sistematis ataupun
cara radom/acak ditujukan untuk mendapatkan nilai maksimum, minimum, dan rata-
rata berbagai atribut mikroba pada suatu areal tertentu berdasarkan analisis statistik.
Areal dibagi secara proporsional ke dalam beberapa areal kecil untuk pengambilan
contoh individu (sampling unit) dimana tiap contoh individu memberikan data sendiri-
sendiri. Pada pengambilan contoh cara sistematis, contoh tanah individu diambil di
tiap areal kecil, sedangkan pada cara random hanya dilakukan di beberapa areal
kecil yang dipilih secara acak (Gambar 1). Cara random lebih menghemat waktu dan
biaya asalkan banyaknya contoh individu yang diambil memperhatikan heterogenitas
areal lahan (lihat uraian perhitungan jumlah contoh).

Pengambilan contoh tanah komposit ditujukan untuk mendapatkan gambaran


umum (unbiased estimation) berbagai atribut mikroba di suatu areal atau petak tanah
yang relatif homogen. Contoh tanah komposit merupakan campuran dari anak-anak
contoh yang diambil dari beberapa tempat pada areal atau petak tanah yg sama
secara acak, zigzak, atau diagonal. Tiap areal atau petak tanah diwakili oleh satu
contoh tanah komposit. Banyaknya jumlah anak contoh disesuaikan dengan luas
areal atau petak tanah. Aturan umum adalah semakin banyak jumlah anak contoh,
semakin baik contoh komposit yang dihasilkan (Gambar 2).
Pengambilan contoh tanah cara bebas hanya ditujukan untuk keperluan isolasi
mikroba (contoh tanah sebagai sumber mikroba). Lokasi atau titik pengambilan
contoh dipilih secara bebas sesuai keinginan dan pertimbangan pengguna. Data
yang dihasilkan tidak bisa dipakai untuk menggambarkan kondisi umum wilayah di
sekitarnya.
Jumlah contoh Secara ilmiah tujuan pengambilan contoh adalah untuk
mendapatkan beberapa unit contoh dari suatu populasi pada tempat dimana
pengamatan dilakukan guna memperoleh perkiraan nilai rata-rata populasi tanpa
harus mengambil semua unit contoh dalam populasi tersebut. Dua pertanyaan
penting yang perlu diperhatikan adalah apakah populasi terdistribusi secara normal
dan seberapa dekat nilai rata-rata yang ditetapkan dengan nilai populasi rata-rata
(25%, 10%, atau 5%). Besar kecilnya nilai ini sangat berpengaruh terhadap
banyaknya jumlah contoh yang perlu diambil. Sebagai contoh, diasumsikan bahwa
populasi terdistribusi normal dan nilai rata-rata contoh yang diinginkan berada dalam
10% dari nilai ratarata populasi yang sebenarnya. Nilai rata-rata dan varian
(simpangan baku) dari contoh diperoleh dari hasil pengambilan contoh pendahuluan
(presampling). Dengan demikian banyaknya jumlah contoh yang diperlukan untuk
selang kepercayaan 95% (tα 0,05) dapat dihitung dengan persamaan berikut:
( ) ( )
Jumlah contoh = ( )( )

Penjelasan secara lebih rinci tentang perhitungan banyaknya jumlah contoh


dapat dilihat pada Wollum (1994).
Profil Tanah
Profil tanah merupakan tegakan yang dibuat pada kedalaman tanah kurang
lebih 1,5 meter atau sampai pada bahan induknya. Setiap lapisan, sifat dan
karakteristik pada profil tanah harus diamati untuk mengetahui sifat kimia, fisika dan
biologinya. Sifat lain yang harus diamati dalam profil tanah adalah pada, ketersediaan
air tanah, bahan organik dan batuannya. Lapisan-lapisan yang membentuk profil
tanah disebut dengan horizon. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, masing-masing
horizon memiliki perbedaan pada warna, tekstur, struktur dan sifat morfologi lain.
Horizon tanah antara lain adalah horizon O, horizon A, horizon B, horizon C dan
horizon R (Utomo, 2016).

Kedalaman pengambilan dan ukuran contoh


Kedalaman pengambilan contoh tanah disesuaikan dengan jenis penggunaan
tanah. Pengambilan contoh pada tanah-tanah pertanian dilakukan pada lapisan olah
atau pada kedalaman 20 cm. Untuk tanahtanah padang rumput dan semak/belukar
contoh tanah diambil pada lapisan tanah padat akar atau pada kedalaman 10 cm.
Pengambilan contoh dari suatu penampang tanah (profil tanah) dilakukan di setiap
lapisan horizon tanah. Ukuran (berat) tiap contoh tanah yang diperlukan tergantung
pada banyaknya jenis analisis. Secara umum, 100 g tanah per contoh sudah cukup
untuk analisis mikroba.

Prosedur Pengambilan Contoh Tanah


Alat dan bahan
• Sekop atau sendok tanah
• Plastik klip besar
• Pisau/gunting
• Ember atau baskom plastik
• Kotak es
• Alkohol 90-95%
• Kertas/karton label
• Botol selai bertutup atau botol lain yang sejenis (untuk contoh tanah anaerobik)
• Parafilm atau selotip
Bahan dan peralatan yang akan digunakan harus dalam kondisi bersih dan steril.
Sterilisasi alat dapat dilakukan dengan mencuci peralatan menggunakan air bersih,
kemudian dibilas atau diusap dengan kapas beralkohol dan dievaporasi dengan
nyala api.

Cara kerja
• Catat keadaan umum fisik lingkungan di lokasi pengambilan contoh, antara
lain: jenis penggunaan tanah, vegetasi atau tanaman yang diusahakan,
riwayat penggunaan tanah (bila tersedia), lereng, ketinggian tempat, dan
keadaan permukaan tanah (berbatu, dan lain-lain).
• Khusus contoh tanah untuk trapping mikroba simbiosis seperti rhizobia, catat
tanaman inang (legum) yang tumbuh di lokasi pengambilan contoh dan ambil
contohnya untuk diidentifikasi. 1) Pengambilan contoh tanah non-rizosfir -
Tanah non-rizosfir merupakan bagian tanah tanpa akar dan tanah yang
melekat pada akar. Gambar 3 menyajikan pengambilan contoh tanah komposit
non-rhizosfir.
• Bersihkan permukaan tanah di lokasi/titik pengambilan contoh dari tanaman
dan serasah (litter). Kemudian tetapkan volume penggalian 25 x 25 x25 cm
(panjang, lebar dan kedalaman), ukuran volume pengambilan contoh ini
konsisten di tiap titik pengambilan contoh.
• Gali tanah dengan sendok tanah atau spatula (kape). Gunakan bor tanah
untuk pengambilan contoh tanah pada kedalaman tertentu.
• Bersihkan tanah galian dari sisa tanaman dan potongan akar.
• Dengan sendok tanah, masukkan sejumlah tanah dengan volume atau berat
tertentu (sesuai kebutuhan) ke dalam kantong plastik dan diberi label.
Gunakan botol selai bertutup atau yang sejenis untuk contoh tanah anaerobik.
Untuk contoh komposit, contoh tanah ini dimasukkan ke dalam ember atau
baskom plastik untuk digabung dengan anak contoh tanah lain. Setelah diaduk
rata dengan sendok tanah, sejumlah tanah dengan volume atau berat tertentu
(sesuai kebutuhan) dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi label.
• Masukkan segera contoh tanah ke dalam kotak es agar terhindar dari suhu
tinggi. Pemberian es batu dalam kotak es dilakukan bila perjalanan contoh
tanah ke laborato-rium memerlukan waktu lama.
• Untuk penggambilan contoh tanah di tempat lain, cuci semua peralatan
dengan air dan sterilkan seperti dijelaskan pada bagian Alat dan Bahan di
atas.
Pengambilan contoh tanah rizosfir/rizoplan
• Rizosfir merupakan porsi tanah yang langsung dipengaruhi oleh akar
tanaman, sedangkan rizoplan adalah permukaan akar dengan tanah yang
melekat kuat pada permukaannya. Batas rizosfir dimulai dari permukaan akar
sampai ke batas dimana akar tidak lagi berpengaruh langsung terhadap
kehidupan mikroba (bisa mencapai 5 mm).
• Tetapkan tanaman yang akan digali dan bersihkan permukaan tanah di bawah
tajuk dari daun atau serasah.
• Gali tanah di bawah tajuk di sekitar perakaran secara perlahanlahan dengan
sendok tanah atau spatula. Kemudian pisahkan akar dari bongkahan tanah
besar dan membiarkan sebanyak mungkin tanah yang melekat pada akar.
• Potong bagian tajuk tanaman di dekat pangkal akar (Gambar 4), kemudian
masukkan akar beserta tanah yang melekat ke dalam plastik, beri label, dan
selanjutnya masukkan ke dalam kotak es.
• Pengambilan contoh rizosfir/rizoplan kedua dari jenis tanaman yang berbeda
dilakukan setelah semua peralatan bersih dan steril dengan cara seperti
dijelaskan pada bagian alat dan bahan di atas.

Penyimpanan Contoh Tanah


Pada dasarnya, penyimpanan contoh tanah untuk analisis mikroba tidak
dianjurkan. Namun apabila jumlah contoh terlalu banyak dan tidak memungkinkan
untuk segera memproses dan menganalisisnya, maka sebagian contoh dapat
disimpan pada kondisi yang sesedikit mungkin terjadinya perubahan. Beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa tekstur tanah, kandungan air awal, dan suhu
penyimpanan berpengaruh terhadap parameter biomassa dan aktivitas mikroba
(Foster, 1995). Suhu terbaik penyimpanan contoh tanah adalah 2 - 4oC, yakni untuk
penyimpanan sampai 4 minggu. Suhu -20oC biasanya digunakan untuk
penyimpanan contoh tanah dalam jangka panjang.

DAFTAR PUSTAKA
Foster, J.C. 1995. Soil sampling and storage. p 49-51. In K. Alef & P. Nannipieri
(Eds.) Methods in Applied Soil Microbiology and Biochemistry. Academic
Press. London.

Totsche, K. 1995. Quality – project – design –spatial sampling. p 5-24. In K. Alef & P.
Nannipieri (Eds.) Methods in Applied Soil Microbiology and Biochemistry.
Academic Press. London.

Wagner, G. H. & D.C. Wolf. 1997. Carbon transformation and soil organic matter
formation. p 218-258. In D.M. Silvia, J.J. Fuhrmann, P.G. Hartel, & D.A
Zuberer (Eds.) Principles and Applications of Soil Microbiology. Prentice Hall.
New Jersey.

Wollum, A.G. 1994. Soil sampling for microbial analysis. p 1-14. In R.W. Weaver, S.
Angle, P. Bottomley, D. Bezdicek, S. Smith, A. Tabatabai, & A. Wollum (Eds.)
Methods of Soil Analysis (Microbiological and Biochemical Properties). SSSA.
Wisconsin, USA.
Utomo, D. H. (2016). Morfologi Profil Tanah Vertisol Di Kecamatan Kraton, Kabupaten
Pasuruan. Jurnal Pendidikan Geografi, 21(2), 120–130.
ACARA 2. SOIL FAUNA
PENGAMBILAN CONTOH UNTUK PENELITIAN FAUNA TANAH
Ea Kosman Anwar

Tanah kaya akan berbagai jenis fauna tanah dengan berbagai ukuran dan
bentuk kehidupan. Komponen biotik di dalam tanah memberi sumbangan terhadap
proses aliran energi dari ekosistem tanah. Kelompok biotik ini melakukan penguraian
sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang telah mati (dekomposisi). Adanya perbedaan
keadaan lingkungan biotop (satuan geografi terkecil habitat yang dicirikan oleh
biotanya) mengakibatkan perbedaan struktur maupun sifat fauna tanah dari biotop
tersebut. Fauna tanah merupakan salah satu komponen dalam ekosistem tanah,
berperan dalam memperbaiki struktur tanah melalui penurunan berat jenis (bulk
density), peningkatan ruang pori, aerasi, drainase, kapasitas penyimpanan air,
dekomposisi sisa organik, pencampuran partikel tanah dan penyebaran mikroba
(Anwar et al., 2006; Hanafiah et al., 2003). Fauna tanah dapat dibedakan atas
makrofauna (contoh: cacing tanah), mesofauna (contoh: nematoda) dan mikrofauna
(contoh: protozoa) Kelompok fauna tanah paling penting adalah protozoa, nematoda,
annelida, dan arthropoda. Dalam hubungan timbal balik dengan mikroba, peranan
utama fauna tanah adalah mengoyak, memasukkan, dan melakukan pertukaran
secara kimia hasil proses dekomposisi serasah tanaman. Klasifikasi menurut cara
hidup fauna tanah didasarkan pada morfologi dan fisiologi tergantung pada
kedalaman tanah. Fauna fitotrofik memakan tanaman hidup, fauna zootrofik
memakan materi binatang, fauna mikrotrofik hidup dalam mikroorganisme, dan fauna
saprofitik menggunakan materi organik yang telah mati. Melalui proses mineralisasi
materi yang telah mati akan menghasilkan garam-garam mineral yang akan
digunakan oleh tumbuh-tumbuhan (Thomas & Mitchell, 1951). Secara umum fauna
tanah dapat dipandang sebagai pengatur terjadinya proses dalam tanah. Dengan
perkataan lain fauna tanah berperan dalam menentukan kesuburan tanah bahkan
beberapa jenis fauna tanah dapat digunakan sebagai indikator tingkat kesehatan
tanah di suatu daerah pertanian (Adianto, 1983).

Prinsip
Pengambilan contoh fauna tanah dimulai dengan pengambilan contoh tanah di
lapangan. Pada prinsipnya pengambilan contoh tanah adalah mengambil tanah
dengan suatu alat pada luas areal dan kedalaman tertentu. Pengambilan contoh
tanah dapat dilakukan dengan metode kuadrat (persegi) atau dengan bor tanah.
Pengambilan contoh tanah dengan metode kuadrat dilakukan dengan cara membuat
kuadrat di atas tanah dengan luas tertentu dengan ukuran 25 cm x 25 cm sesuai
dengan jenis fauna tanah yang akan dikoleksi, kemudian tanah tersebut digali
dengan sekop sesuai kedalaman yang diperlukan. Pengambilan contoh tanah
dengan bor tanah prinsipnya sama hanya pengambilan contoh tanah dengan bor
tanah ukuran luas contoh tanah telah disesuaikan dengan diameter bor yang
digunakan. Kedalaman contoh yang diambil sangat tergantung pada hewan yang
akan diteliti (Suin, 2003). Untuk makrofauna yang hidup dalam tanah dan dalam
serasah di permukaan tanah umumnya menggunakan metode standar dari Tropical
Soil Biology and Fertility Program (TSBF), Hand Book Method (Anderson & Ingram,
1993), dengan metode pengambilan contoh tanahnya menggunakan metode kuadrat
(persegi), dengan langkah-langkah sebagai berikut: - Penetapan titik-titik
pengambilan contoh - Pengambilan contoh tanah - Pemisahan fauna tanah dan
pengelompokannya (koleksi)

Penetapan Titik Pengambilan Contoh


Pengambil contoh untuk penelitian fauna tanah perlu menetapkan lebih dahulu
titik-titik pengambilan contoh yang dikehendaki. Banyak pilihan metode penarikan
contoh yang bisa digunakan, namun hanya beberapa yang relatif sering digunakan
(Hidayat & Makarim, 1992), yaitu: 1. Metode transek atau diagonal dimana titik-titik
pengambilan contoh pada suatu areal ditetapkan secara garis lurus dengan jarak
antara titik-titik telah ditetapkan pula. Digunakan pada areal pengamatan yang relatif
luas dan mempunyai agroekosistem relatif homogen. 2. Metode stratified yaitu areal
pengamatan dibagi dalam strata-strata. Tiap strata ditetapkan jumlah titik
pengambilan contoh yang akan diamati. Metode ini digunakan apabila bidang
pengamatan dianggap heterogen, sehingga perlu pembagian strata-strata dengan
pertimbangan setiap strata mewakili kondisi agroekosistem masing-masing. 3.
Metode acak penuh yaitu titik pengambilan contoh ditetapkan secara acak hanya
berdasarkan pertimbangan aksesibilitas, kemudahan pengamatan pada areal yang
relatif homogen, dengan tidak mengabaikan kaidah kaidah penelitian. 4. Metode
zigzag yaitu menempatkan titik-titik pengambilan contoh tanah secara zigzag pada
kondisi areal pengamatan sesuai keadaan lapangan.
Pengambilan Contoh Tanah
Alat dan Bahan
• Meteran kayu ukuran 1 m, meteran gulung ukuran 50 m terbuat dari logam
atau fiber glas, meteran siku dari kayu atau logam.
• Kayu/bambu persegi dengan ukuran 25×25 cm
• Cangkul
• Kantung kain (dari katun) putih
• GPS
• Altimeter
• Mikroskop
• Termometer
• Higrometer
• Munsell Soil Color Book

Prosedur
2. Tetapkan lokasi titik pengambilan sampel tanah (jenis tanah, ketinggian,
koordinat)
3. Tetapkan posisi blok dengan dengan ukuran 25×25 cm
4. Letakkan kayu/bambu yang berbentuk persegi dengan ukuran 25×25 cm ke
posisi blok yang sudah ditentukan
5. Cangkul sisi-sisi blok hingga kedalaman 20-30 cm
6. Ambil tanah blok
7. Letakkan tanah sampel ke kain yang sudah disediakan
8. Amati fauna tanah yang ada di tanah tersebut
9. Setelah selesai mengamati makrofauna, sampel tanah dikembalikan ke
tempat semula.

Pengukuran Faktor Fisik Lingkungan


Pada saat pengumpulan hasil tangkapan, lakukan pengukuran suhu udara, suhu
tanah, dan kelembapan udara relatif serta keadaan cuaca (Lembaga Penelitian
Tanah, 1979; Suin, 2003). Pengukuran suhu udara dilakukan dengan menggunakan
termometer yang digantungkan kira-kira satu meter di atas permukaan tanah,
sedangkan untuk mengukur suhu tanah, masukkan termometer ke dalam tanah
dengan cara membuat lubang menggunakan besi berdiameter sama dengan
termometer yang digunakan, kemudian masukan termometer ke dalam lubang
tersebut sampai kedalaman yang dikehendaki, misal untuk lapisan olah cukup
sampai kedalaman 20 cm. Gunakan higrometer untuk mengukur kelembapan udara
relatif, pengukuran dilakukan antara jam 9.00 sampai jam 11.00.

Pelabelan
Pada saat pekerjaan di lapangan, beri label semua contoh yang diambil dan
simpan pada tempat-tempat khusus sesuai keperluan seperti kantung kain katun
untuk contoh tanah, botol-botol tempat menyimpan contoh sesuai tempat, waktu
pengambilan, kedalaman tanah, dan lain-lain. Setelah seluruh keperluan
pengambilan contoh telah siap, kemudian contoh dibawa ke laboratorium untuk
diidentifikasi. Siapkan buku catatan khusus untuk mencatat keadaan yang tidak
berhubungan langsung dengan pekerjaan pengambilan contoh tanah, namun
mendukung dan mempengaruhi secara langsung keberadaan fauna tanah di
lapangan, seperti suhu udara, cuaca, musim, tipe agrosistem, dll, yang perlu dicatat
secara khusus.

Pemisahan Fauna Tanah dan Pengelompokannya


Pisah-pisakan contoh hewan permukaan tanah dari lapangan dengan metode
sortasi dengan tangan, menurut jenisnya dengan menggunakan stereomikroskop,
setelah dihitung kemudian awetkan dalam larutan formalin 4%. Contoh fauna tanah
yang diambil menurut kedalaman yang telah ditentukan masukkan kedalam kantung
yang dibuat dari kain katun, dan contoh tanah dalam perjalanan ke laboratorium tidak
boleh lebih dari empat jam agar hewan tidak mati di perjalanan (Anderson & Ingram,
1993).

DAFTAR PUSTAKA
Adianto.1983. Biologi Pertanian. Penerbit ALUMNI. Bandung.

Anderson, J.M. & J.S.I. Ingram. 1993. Tropical soil biology and fertility: A Handbook
of Methods, 2nd ed. CAB International. Wallingford. UK.

Anwar, E.K., P. Kabar, & Subowo. 2006. Pemanfaatan cacing tanah Pheretima
hupiensis untuk meningkatkan produksi tanaman jagung. Jurnal Penelitian
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara 25(1): 42-51.

Hanafiah, K.A., I. Anas, A. Napoleon, & N. Ghoffar. 2003. Biologi Tanah. Ekologi dan
Makrobiologi Tanah. Divisi Buku Perguruan Tinggi. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta

Hidayat, A. & A.K. Makarim 1992. Pengambilan dan Persiapan Contoh Tanah dan
Tanaman. Bulletin Teknik No.4. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.
Lembaga Penelitian Tanah. 1979. Penuntun Analisis Fisika Tanah. Departemen
Pertanian.
ACARA 5. RESPIRASI TANAH DAN KAPASITAS LAPANG
Sri Widati

Kapasitas lapang adalah persentase kelembaban yang ditahan oleh tanah


sesudah terjadinya drainase dan kecepatan gerakan air ke bawah menjadi sangat
lambat. Keadaan ini terjadi dua sampai tiga hari sesudah hujan jatuh yaitu bila tanah
cukup mudah ditembus oleh air, tekstur dan struktur tanahnya uniform dan pori-pori
tanah belum semua terisi oleh air dan temperatur yang cukup tinggi. Kelembaban
pada saat ini berada di antara 5 - 40%. Selama air di dalam tanah masih lebih tinggi
dari pada kapasitas lapang maka tanah akan tetap lembab, ini disebabkan air kapiler
selalu dapat mengganti kehilangan air karena proses evaporasi. Bila kelembaban
tanah turun sampai di bawah kapasitas lapang maka air menjadi tidak mobile (dapat
bergerak). Akar-akar akan membentuk cabang-cabang lebih banyak, pemanjangan
lebih cepat untuk mendapatkan suatu air bagi tanaman.
Respirasi tanah merupakan salah satu indikator aktivitas mikroba di dalam
tanah. Pada proses respirasi terjadi penggunaan O2 dan pembebasan CO2, sehingga
tingkat respirasi dapat ditentukan dengan mengukur O2 yang digunakan oleh mikroba
tanah (Alexander, 1971; Anas, 1989). Pengukuran respirasi dapat dilakukan pada
tanah tidak terganggu (undisturbed soil sample) di lapangan maupun dari contoh
tanah yang diambil (disturbed soil sample). Pengukuran respirasi di lapangan
dilakukan dengan memompa udara tanah atau dengan menutup permukaan tanah
dengan bejana yang volumenya diketahui. Selain itu, bisa juga dengan
membenamkan tabung untuk mengambil contoh udara di dalam tanah. Pengukuran
di laboratorium meliputi penetapan CO2 yang dihasilkan dari sejumlah contoh tanah
yang kemudian diinkubasi dalam jangka waktu tertentu. Tingkat respirasi tanah
ditetapkan dari tingkat evolusi CO2. Evolusi CO2 tanah dihasilkan dari dekomposisi
bahan organik. Dengan demikian, tingkat respirasi adalah indikator tingkat
dekomposisi bahan organik yang terjadi pada selang waktu tertentu. Penetapan CO2
yang berlangsung dengan KOH sebagai penangkap CO 2, adalah sebagai berikut:

Prinsip Respirasi tanah


Metode ini didasarkan pada pengukuran CO 2 di dalam tanah pada periode
waktu tertentu. Larutan NaOH atau KOH yang digunakan berfungsi sebagai
penangkap CO2 yang kemudian dititrasi dengan HCl. Jumlah HCl yang diperlukan
untuk titrasi setara dengan jumlah CO2 yang dihasilkan.

Pengukuran CO2 dalam Botol Tertutup


Alat Bahan
• Buret • KOH 0,2 N
• Stoples kedap udara • HCl 0,2 N
• Botol plastik • Indikator fenoptalin dan metil
• Stirer orange 1% (1 g/100 ml alkohol
• Labu Erlenmeyer 96%).
• Corong
• Beker gelas

Prosedur
• Masukkan 100 g contoh tanah pada kapasitas lapang ke dalam stoples, dan 1
botol plastik terbuka berisi 10 ml 0,2 N KOH (untuk mengikat gas CO2 yang
dilepaskan dari respirasi mikroba dalam contoh tanah), lalu stoples ditutup
rapat (kedap udara) selama inkubasi 7 hari. Cara yang sama dilakukan untuk
kontrol, yaitu stoples yang tidak diisi contoh tanah. Setelah 7 hari, ambil botol
plastik yang berisi KOH dan CO2 yang sudah terikat, lalu tambahkan 2 tetes
indikator fenoptalin dan titrasi dengan 0,2 N HCl sampai warna larutan
berubah dari merah muda (pink) menjadi bening.
• Selanjutnya tetesi KOH dengan 2 tetes metil orange sehingga larutan berubah
menjadi kuning. Titrasi kembali dengan HCl 0,2 N sampai warna kuning
berubah menjadi oranye. - Kadar CO2 pada masing-masing perlakuan
diperoleh setelah dikurangi kadar CO2 pada stoples tanpa tanah (blanko).
Kadar air tanah ditentukan setelah pengukuran CO 2 dan hasil dinyatakan
dalam berat kering oven 105˚C.
( )
Perhitungan r=

Keterangan:
r = jumlah CO2 yang dihasilkan
a = ml HCl untuk stoples dengan contoh tanah
b = ml HCl untuk stoples tanpa contoh tanah (blanko)
t = normalitas HCl (lihat perhitungan t di bawah)
n = jumlah hari inkubasi
100 = 100 g contoh tanah
2,4 = dari perhitungan sbb : 1 ml HCl 0,2 N = 1 x 0,2 = 0,2 me HCl 0,2 me
HCl setara 0,2 me CO2 0,2 x 44 mg CO2 = 8,8 mg CO2 (berat molekul CO2 = 44)
C / CO2 = (12 / 44) x 8,8 mg = 2,4 mg CO2-C

Penentuan normalitas :
• Masukkan 16,67 ml HCl 37% (12 N) ke dalam labu ukur 1 l, kemudian
encerkan dengan akuades sampai volume 1.000 ml.
• Masukkan 9,535 g boraks (Na2B4O7.H2O BM = 381,42) ke dalam labu ukur
250 ml dan encerkan dengan akuades sampai volume 250 ml.
• Masukkan 10 ml boraks dan 2 tetes indikator metil orange ke dalam labu
Erlenmeyer, lalu titrasi dengan HCl.

Perhitungan : t =

t = normalitas HCl
Catatan: Karena HCl yang distandarisasi 0,2 N maka larutan yang dipakai boraks
0,2 N

Prosedur kapasitas lapang

1. Mengambil contoh tanah dan pasir kering disekitar dan dimasukkan kedalam
botol/toples lalu ditimbang.
3. Menyirami permukaan tanah dengan cepat hingga kapasitas lapang.
4. Menutup media dengan dengan plastik diatasnya.
5. Membuka tutup plastik tersebut setelah 24 jam kemudian.
6. Mengambil contoh tanah pada empat titik yang mewakili petakan masing-masing
sebanyak satu sendok makan pada kedalaman 2 sampai 5 cm.
7. Meletakkan tanah pada wadah yang telah disediakan. Menimbang berat basah tanah
bersama wadahnya. Kemudian dicatat pada lembar data.
8. Memasukkan contoh tanah kedalam oven 24 jam pada suhu 105°C.
9. Memasukkan contoh tanah yang telah diovenkan kedalam desikator dan diamkan
selama beberapa jam. Timbang berat tanah kering dan catat pada lembar data.
10. Menghitung kadar air dengan rumus yang telah ditentukan
Rumus
b−c
KL ¿ x 100%
c−a
Keterangan
a = berat cawan
b = berat cawan + tanah
c = berat cawan + tanah setelah di oven

Daftar Pustaka
Alef, K. 1995. Estimation of soil respiration. p 464-467. In K. Alef & P. Nannipieri
(Eds.) Methods in Applied soil microbiology and Biochemistry. Academic Press.
London.

Alexander, M. 1971. Introduction to Soil Microbiology. John Wiley and Sons. New
York.

Anas, I. 1989. Petunjuk Laboratorium Biologi Tanah dan Praktek. Pusat Antar Universitas
Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor
ACARA 6. PENETAPAN POPULASI MIKROORGANISME DALAM
TANAH

Pendahuluan

Tanah merupakan suatu ekosistem yang mengandung berbagai jenis mikroba


dengan morfologi dan sifat fisiologi yang berbeda – beda. Jumlah tiap kelompok
mikroba bervariasi, ada yang hanya terdiri atas individu, ada pula yang mencapai
jutaan per g tanah. Banyaknya mikroba berpengaruh terhadap sifat kimia dan fisika
tanah serta pertumbuhan tanaman. Dengan mengetahui jumlah dan aktivitas mikroba
dalam suatu tanah dapat diketahui tanah tersebut subur apa tidak, karena populasi
mikroba yang tinggi menunjukan adanya suplai makanan / energi yang cukup, suhu
yang sesuai, ketersediaan air yang cukup dan kondisi ekologi tanah yang
mendukung perkembangan mikroba.
Mikroba tanah dapat diisolasikan dan ditumbuhkan pada medium buatan.
Pertumbuhan suatu jenis mikroba dapat dikenali pada medium substrat khusus dan
pemakain zat penghambat. Jumlah mikroba yang tumbuh pada medium tertentu
ditunjukkan oleh colony farming units (CFU).
Mikroba bersama – sama fauna tanah melaksanakan berbagai metabolisme
yang secara umum disebut aktivitas biologi tanah. Perannya yang penting dalam
perombakan bahan organik dan siklus menempatkan organisme tanah sebagai faktor
sentral dalam memelihara kesuburan dan produktifitas tanah. Kemampuan mengukur
kapasitas metabolisme berbagai mikroba dan fauna tanah menjadi konsep
perlindungan dan penyehatan tanah.

Prinsip
Teknik yang banyak digunakan untuk menghitung total mikroba tanah adalah metode
agar cawan. Metode agar cawan biasa disebut juga cawan pengenceran (dilution-
plate atau dilution – count ). Prinsip dasar metode cawan pengenceran adalah tiap
sel mikroba yang hidup dalam susupensi tanah aka berkembang dan membentuk
koloni dalam kondisi lingkungan yang sesuai. Asumsi utama dari metode agar cawan
ini adalah penyebaran contoh merata, medium tumbuh cocok dengan mikroba, dan
tidak ada interaksi antara mikroba pada medium. Hitungan total yang diperoleh
menunjukkan jumlah sel yang berkembang pada medium yang dipakai pada inkubasi
tertentu.
Untuk menumbuhkan mikroba hasil pengenceran di dalam cawan petri dapat
dilakukan metode sebar (spread plate count) atau metode tuang (pour plate count).
Metode tuang dilakukan dengan cara menuang 10 – 20 ml medium steril dengan
suhu 45 – 50oc. Diatas 1 ml inokulum yang sudah dimasukkan ke dalam cawan petri
steril. Selanjutnya cawan petri tersebut digoyang berputar dengan tangan diatas
permukaan meja lalu didinginkan biar agar menjadi beku.
Metode sebar dilakukan dengan cara menuang 10 ml – 20 ml medium steril
terlebih dahulu kedalam cawan petri dan dibiarkan dingin. Selanjutnya inokulum
diinokulasikan ditengah cawan petri dan disebar dengan batang penyebar yang
terlebih dahulu disterilkan dengan etanol dan dibakar.
Alat dan bahan :
• Erlenmeyer 250 ml
• Colonoy Counter Number
• Tabung Reaksi
• Media PCA (Plate Count
• Autoclave
Agar)
• Micropippete
• Larutan Fisiologis (8.5 gr/ liter)
• Bunsen
• Alkohol
• Cawan petri
• Spirtus
 Kertas sampul
• Kapas steril

Prosedur :

1) Masing – masing kelompok menyiapkan cawan petri steril dan larutan


fisiologis 9 ml dalam tabung reaksi dan diautoclave.
2) Siapkan contoh tanah timbang 10 gram ke dalam 90 ml larutan fisiologis yang
-1
ditempatkan dalam Erlenmeyer 250 ml, larutan tersebut bernilai 10 .
Lakukan penggojokan selama 15 menit.
-1
3) Buat seri pengenceran dengan cara memipet 10 sejumlah 1 ml ke dalam
larutan fisiologis di tabung reaksi kemudian di vortex agar suspense mikrobia
homogen. Suspensi yang baru dibuat ini adalah pengenceran 100 kali atau 10
-2 -7
. Begitulah seterusnya sampai diperoleh pengenceran 10

-6 -7 -8
4) Pipet 1 ml dari pengenceran10 . 10 dan 10 ke dalam cawan petri steril
dan ulang sampai 3 kali setiap pengencaran tersebut.
5) Siapkan media PCA yang telah didinginkan dengan temperatur 40 – 45 oC,
kemudian tuangkan dalam petri tersebut + 15 ml lewat bunsen, putar 3 kali
agar media rata keseluruh cawan.
6) Setelah media benar – benar padat, inkubasikan pada temperatur yang
diinginkan letakkan cawan terbalik pada incubator agar uap air tidak
menempel pada cawan petri.
7) Inkubasikan 5 – 7 hari kemudian lakukan perhitungan. Jumlah koloni di dua
cawan petri yang berturut – turut pengencerannya dari contoh yang sama
harus merupakan kelipatan 10 yang sama dengan pengenceran.
8) Bila dari pengenceran yang paling tinggi jumlah koloni melebihi 300 koloni
percawan petri berarti bahwa pengenceran terlalu rendah, sebaliknya bila
pengenceran yang paling rendah jumlah koloni kurang dari 30 , ini berarti
bahwa pengenceran terlalu tinggi, jika semua cawan petri menghasilkan koloni
yang memuaskan, pilih cawan petri yang berisi 30 sampai 300 koloni
percawan petri. Untuk memudahkan perhitungan gunakan Colony Counter
Number.
9) Perhitungan dari hasil. Kalikan rata – rata jumlah koloni per cawan petri
dengan faktor pengenceran untuk mendapatkan jumlah mikroorganisme total
per gram contoh (tanah) kering udara. Hasil ini dikonversikan ke jumlah
mikroorganisme didalam 1 gram tanah kering mutlak dengan
memperhitungkan kadar air tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Anas, I. 1989, Biologi Tanah Dalam Praktek. Institut Pertanian Bogor.

Skinner, F.A., P.C.T Jones, & J.E Molison. 1952. A Comparison of a direct and plate
counting technique for quantitative estimation of soil microorganisms. J. Gen.
Microbiol. 6: 261 – 271.
LEMBAR PENGAMBILAN CONTOH
TANAH UNTUK PRAKTIKUM
BIOLOGI TANAH
Laboratorium Biologi Tanah
Universitas Jember
2020

1 Kode Satuan Lahan :


2 Tanggal Pengambilan :
3 Nama Kelompok :
4 Koordinat Lokasi : X:
Y:
5 Ketinggian Tempat :
6 Jenis Tanah :
7 Lokasi : Dusun :
Desa :
Kecamatan :
Kabupaten :
Provinsi :
8 Vegetasi :
9 Irigasi : a. Alami
b. Buatan
10 Perangkat Uji Tanah Kering

Tahapan Hasil
No Jenis Uji
1 2 3 4 5 6 7
1 pH 0,5 4 ml aduk 2tts Tunggu Bdkn
snd pH-1 pH-2 10’ Wrn
2 Fosfor 0,5 3 ml aduk Spat Kck 1’ Tunggu Bdkn
snd P-1 P-2 10’ wrn
3 Kalium 0,5 4ml Kck 2tts Kck 2ml Lht
snd K-1 tngg 5’ K-2 tngg 5’ K-3 endpn
4 C organik 0,5 1ml aduk 3tts aduk Tngg tnggi
snd C-1 C-2 10’ busa

Jember, November 2020


Observer

(………………………..)
LEMBAR PENGAMBILAN CONTOH
TANAH UNTUK PRAKTIKUM
BIOLOGI TANAH
Laboratorium Biologi Tanah
Universitas Jember
2020

1 Kode Satuan Lahan :


2 Tanggal Pengambilan :
3 Nama Kelompok :
4 Koordinat Lokasi : X:
Y:
5 Ketinggian Tempat :
6 Jenis Tanah :
7 Lokasi : Dusun :
Desa :
Kecamatan :
Kabupaten :
Provinsi :
8 Vegetasi :
9 Irigasi : a. Alami
b. Buatan
10 Perangkat Uji Tanah Sawah

Tahapan 8
No Jenis Uji
1 2 3 4 5 6 7
1 pH 0,5 4 ml aduk 2tts Tunggu Bdkn
snd pH-1 pH-2 10’ Wrn
2 Nitrogen 0,5 2 ml Aduk 2ml Kck 3tts Kck Sdkt N-4
snd N-1 hmgn N-2 smp N-3 smp diamkan
rata rata 10’
3 Fosfor 0,5 3ml Aduk Sdkt Kck 1’ Tnggu Bdkn
snd P-1 P-2 10’ wrna
4 Kalium 0,5 2ml Aduk 1tts Kck 1tts Kck Diamkan
snd K-1 smp K-2 tggu K-3 smp 10’
rata 1’ rata
Jember, November 2020
Observer

(………………………..)
HASIL UJI PUTS PRAKTIKUM BIOLOGI TANAH

Status dan Rekomendasi pH, N, P, K Hasil


No Lokasi
pH N P K
TABEL PENGAMATAN SOIL FAUNA
TANAH

Laboratorium Biologi Tanah


Universitas Jember
2020

Nama :
NIM :
Tanggal :
Kelompok :
Lokasi :
Vegetasi :

a. Makro Fauna
No Gambar Jumlah Keterangan
.
b. Meso Fauna
No Gambar Jumlah Keterangan
.

Anda mungkin juga menyukai