Anda di halaman 1dari 9

Glossogobius matanensis

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Perciformes
Famili : Gobiidae
Genus : Glossogobius
Spesies : Glossogobius matanensis
a. Deskripsi
Ikan Glossogobius matanensis merupakan salah satu jenis ikan perairan tawar
yang hidup diperairan danau Matano daerah Malili bersifat endemik di perairan
tersebut dan memiliki arti ekonomis penting karena selain sebagai ikan hias juga
dapat dikonsumsi oleh masyarakat.
Akan tetapi saat ini dengan adanya aktifitas manusia disekitar perairan danau
tersebut baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun instansi pemerintah
sering kali membawa dampak hilangnya species yang tidak hanya merugikan
secara ekologis juga dapat pula berimplikasi ekonomis karena nilai jualnya yang
sangat tinggi sebagai sumber kekayaan yang tidak dijumpai di Negara/Wilayah
lainnya.
Populasi ikan Glossogobius matanensis tetap tinggi dan lestari, perlu adanya
usaha mengetahui ekologinya berupa hubungan interaksi antara aspek
lingkungan perairan danau (aspek abiotik dan biotik) dengan organisme ikan
Glossogobius matanensis yang mempunyai peran penting, karena pengetahuan
dan informasi yang berkaitan dengan kehidupan ikan Glossogobius matanensis
di perairan ini sangat terbatas sekali.
Ikan Butini Glossogobius matanensis mempunyai bentuk tubuh yang
memanjang, dengan bagian depan selindris, bagian belakang pipih, berkepala
picak dan bentuk ekor yang tipis. Pipi tidak bersisik dan tidak memiliki geligir
serta gelambir meninggi yang jelas.
Mulutnya lebar, letaknya superior sedikit terminal dan mempunyai bibir yang
berdaging. Gigi-gigi pada rahang bawah terletak dalam beberapa baris. Lidahnya
bersegi sampai bercabang dua.
Badan bersisik. Sirip-siripnya lebar dan memiliki dua sirip punggung. Sirip perut
tipis, bersatu dan membentuk piringan penghisap. Sirip ekor lebih pendek dari
pada kepala. Celah insang memanjang sampai bagian bawah dekat pinggiran
preoperkulum atau lebih jauh kedepan. Badan berwarna gelap, hampir hitam
pada specimen yang besar.
b. EKOLOGI
Habitat
Ikan Glossogobius matanensis adalah ikan yang hipu pada danau yang terdalam
di Indonesia serta merupakan danau terdalam nomor delapan di dunia, yaitu
dengan kedalaman 590 Meter yaitu danau Matano.

Makanan
Jenis jenis makanan yang dikonsumsi ikan butini terdiri dari sembilan kelompok
makanan yaitu: udang, kepiting, ikan, insekta, gastropoda, cacing, potongan
organisme, organisme tidak teridentifikasi (makanan yang sudah dicerna),
serasah serta ditemukan juga kerikil dan pasir. Berdasarkan apa yang dimakan
maka ikan butini ini digolongkan pada karnivora (Pemakan daging).

c. Pola penyebaran
Daerah penebaran ikan Glossogobius matanensis adalah didanau Matano
terletak dalam tatanan geologi pada jalur atau zona sesar utama yang panjang
dan membentang dari teluk Tolo di Timur hingga Teluk Tomini di Utara pada
bagian tengah dari pulau Sulawesi. Sesar utama itu adalah akibat tumbukan
antar lempeng mikro (microplate) yang membentuk Pulau Sulawesi.
Danau matano merupakan danau tektonik yaitu danau yang terbentuk karena
adanya proses-proses pelipatan dan patahan kerak bumi yang terjadi disekitar
daerah litosfir yang membutuhkan waktu lama untuk terisi oleh air dan
membentuk danau.
d. Manfaat
Manfaat dari ikan Glossogobius matanensis sebagai ikan hias dan sebagai bahan
makanan bagi manusia.

Sclerophages formosus
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordat
Class
: Pisces
Ordo
: Malacopterygii
Famili
: Osteoglossida
Genus
: Sclerophage
Spesies
: Sclerophages formosus
a. Deskripsi
Ikan Sclerophages formosus memiliki ciri-ciri yaitunya Selah mulut lebar
menghadap ke depan dan diujung dagunya terdapat sepasang sungut. Sungut ini
merupakan tonjolan daging ini lebar pada pangkalnya dan meruncing dibagian
ujung. Umumnya sungut ini menghadap kedepan dan dapat tumbuh panjang.
Sirip punggung terletak jauh dibelakang berseberangan dengan sirip bubur dan
mencapai dekat pangkal sirip ekor. Besar sirip punggung sedikit lebih kecil
daripada sirip dubur. Bagian Sirip dada panjang dan mampu mencapai daerah
sirip perut. Sisik-sisik besarnya tersusun rapi, kecuali pada daerah sekitar
pangkal sirip ekor, sirip dubur dan perut.
b. Ekologi
Habitat

Ikan Sclerophages formosus ini hidup di alam liar. Di perairan sekitar wilayah
hutan gambut yang menciptakan lingkungan primitif bagi ikan tersebut.
Makanan
Makanan dari ikan ini yang mengandung mineral, pelet bagi pemeliharaan ikan,
Sayur-sayuran.
c. Asal Dan Pola Penyebaran
Ikan ini hidup di alam liar sekitar perairan Jambi, Riau, Medan. Sclerophages
formosus berasal dari berbagai tempat di Propinsi Kalimantan Barat, seperti dari
Sungai Kapuas dan Danau Sentarum yang dikenal sebagai habitat dari Super
Red.
d. Manfaat
Ikan Scleropages formosus yang mempunyai kilauan warna emas yang
mempersona jadi ikan ini di jadikan sebagai ikan hias.
Mastacembelus erythrotaenia (Ikan Tilan)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Familia : Mastacembelidae
Genus : Mastecembelus
Species : Mastecembelus erythrotaenia
a. Deskripsi
Ikan ini memilki Badan yang panjang dengan ekor pipih datar dan barisan duri
kecil sepanjang punggung di depan jari-jari sirip punggung. Tidak memiliki sirip
perut. Moncongnya memanjang dan lubang hidungnya terletak di samping.
Sirip dorsal dan anal memiliki beberapa jari-jari keras yang terpisah dan diikuti
oleh jari-jari lunak yang memanjang tak terputus. Kedua sirip tersebut
memanjang, tetapi tidak menyatu dengan sirip ekor. Jari-jari keras sirip dorsal
(total): 14 20; jari-jari lemah sirip dorsal (total): 52 56; jari-jari keras sirip anal:
3; jari-jari lemah sirip anal: 50 54. Sirip ekor membundar.
Dapat mencapai panjang total sekitar 38 cm. Ikan ini merupakan jenis ikan
bentopelagis yang hidup di air tawar dan payau dengan pH sekitar 6,5-7,5 dan
suhu perairan antara 23-28C. Habitatnya adalah di sungai besar.
b. Ekologi
Habitat
Ikan ini tidak mempunyai habitat khusus dan bisa tinggal di hampir di semua
sungai. Hanya saja, ikan itu lebih suka tinggal di pinggiran sungai dengan dasar
yang berlumpur. Selain itu, sungai tempat habitat ikan itu dinaungi pohon dan
tidak bisa kena matahari langsung.

Makanan.
Makanan utama ikan sili adalah udang. Jenis makanan yang lainnya adalah ikan
kecil dan cacing.
c. Asal dan Pola Penyebaran
Ikan sili yang di Indonesia tercatat ada 11 species, termasuk di Pulau Jawa ada
tiga species itu, juga terdapat di Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.
d. Manfaat
Manfaatnya adalah dijadikan sebagai sumber makanan atau untuk dikonsumsi,
dan dijadikan sebagai ikan hias.

2.1 Ciri seksual sekunder ikan torsoro


Ikan torsoro merupakan ikan yang termasuk ke dalam phylum
Chordata, kelas Pisces, ordo Cypriniformis, famili Cyprinidae,
genus

Tor,

dan

spesies

Tor

soro

(Valenciennes,

1842

dalam

bentuk

tubuh

Cholik, et al., 2005).

Gambar Ikan Torsoro

Secara

morfologis

ikan

torsoro

mempunyai

fusiform dan kepala yang agak meruncing, serta batang ekor


yang besar sehingga termasuk dalam jenis ikan perenang cepat.
Ikan torsoro memiliki satu pasang linea lateralis yang lengkap

tidak

terputus,

terletak

di

atas

sirip

dada,

sepanjang

23

sisik mulai dari belakang operculum hingga ujung batang ekor.


Bentuk tubuh pipih memanjang, dengan warna tubuh keperakan
pada ikan muda dan berangsur-angsur berubah menjadi kuning
kehijauan pada ikan dewasa.

Perbedaan Induk Torsoro Jantan dan Induk Torsoro Betina


Karakter
Tutup
insang
(operculum)
Genital
papilla

Warna tubuh

Bentuk
Tubuh

Induk Jantan
Jika
diraba
terasa
kasar,
terdapat
bintik
menonjol
sampai
bawah
mata
(tubus).

Induk Betina
Memiliki
jumlah
bintik
relatif
sedikit,
bintik
tidak kasar.
Mempunyai lubang
besar,
dan
bentuknya
tidak
teratur,
jika
matang
gonad
berwarna merah.

Berbentuk
lancip
meruncing
dan
sedikit menonjol,
jika bagian perut
diurut
perlahan
akan
keluar Sirip
dubur
cairan sperma.
berwarna
lebih
hijau
metalik
Warna
tubuh cerah
sampai
keseluruhan lebih kebiruan.
cerah
dibandingkan
Relatif lebar.
betina.
Ramping
memanjang.
Sumber: Subagja (2005)

2.2 Sifat Reproduksi


Induk ikan torsoro yang telah matang gonad memiliki ciriciri dari perubahan tingkah laku dan morfologinya. Induk ikan
torsoro yang matang gonad memiliki tingkah laku yaitu berenang
ke daerah dangkal dengan mengunakan ekor dan mengaduk-aduk

batu atau kerikil membersihkan dasar kolam untuk membentuk


lubang-lubang pada dasar kolam. Ikan torsoro akan memijah di
habitat tersebut dan telur berada di sela-sela batu koral.
Telur menetas 4-5 hari pada suhu air 19 - 21 C. Menurut
(Effendie
menjadi

2002)
tiga,

habitat
yaitu

pemijahan

ikan

phytophils

bias

di

kelompokan

(mempersyaratkan

adanya

vegetasi), lithophilis (mempersyaratkan dasar perairan batuan


dan pasir, dan pelagophils (mempersyaratkan perairan terbuka).
Berdasarkan

kriteria

tersebut

maka

ikan

torsoro

termasuk

kedalam kelompok lithopilis karena memijah pada sungai yang


dasar

perairannya

batuan

dan

bersubstrat

pasir/kerikil.

Sedangkan ciri morfologinya yaitu telah memiliki bobot 800


gram untuk

induk jantan dan 1300 gram untuk induk ikan betina

dengan kisaran fekunditas 11.689-14.433 butir, serta ukuran


perut yang membesar pada induk ikan betina.
Ikan
terrjadi

torsoro

memijah

pada

saat

stimulus

faktor

lingkungan

musim

hujan

diantaranya

karena
suhu,

perubahan kimia air dan aliran air/flooding. Kecerahan air dan


suhu akibat banjir akan merangsang pemijahan pada ikan torsoro
dan kerabatnya.
2.3 Kebiasaan Makan
Pakan alami ikan torsoro ini sangat bervariasi baik dari
hewan maupun tumbuhan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan
dan perkembangbiakannya. Berdasarkan dari jenis pakanya, ikan
bias di kelompokan menjadi pemakan plankton, pemakan tanaman,

pemakan detritus, ikan buas dan pemakan segalanya (Effendie


2002). Hasil pengukuran terhadap panjang usus ikan torsoro
rata-rata 1,5 kali dari panjang tubuhnya, maka dapat dikatakan
tergolong kedalam ikan omnivora atau pemaka segala.
kan tawes (Barbonymus goniono Bleeker, 1850) merupakan salah satu jenis ikan sungai yang
biasa dikonsumsi di daerah Asia Tenggara. Ikan tawes mempunyai ukuran tubuh sedang dan
mudah dibudidayakan di kolam-kolam.

Menurut catatan FAO, ikan ini pernah diintroduksi ke Filipina (1956) dan ke India (1972).
Ikan ini masih berkerabat dengan ikan nilem. Pieter Bleeker telah mengidentifikasi hewan ini
pada abad ke-19 dan memberi nama berbeda untuk yang ditemukan di Indonesia (Barbus
gonionatus, dengan alternatif Puntius gonionatus, Barbonymus gonionatus, serta Barbodes
gonionatus, 1850), dan di Jawa (Barbus javanicus, dengan alternatif Puntius javanicus, 1855).
Garibaldi (1996) merevisi P. gonionatus sebagai Barbus gonionatus], namun Kottelat (1999)
merevisi kembali dengan menggabungkan kedua spesies dengan dua spesies lain sebagai satu
spesies, Barbonymus gonionatus. Nama terakhir ini adalah nama yang dianggap valid.
Nama-nama lainnya, di antaranya lawak, lalawak (melayu); turub hawu (Sunda.); dan tawes,
badir (Jawa.). Ada juga yang menyebutnya lampam jawa. Dalam bahasa Inggris, ikan ini
dinamai Java Barb, Silver Barb, atau juga Tawes. Ikan ini juga masih berkerabat dengan ikan
nilem.

Klasifikasi Ilmiah Ikan Tawes

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Cypriniformes

Famili : Cyprinidae

Genus : Barbonymus

Spesies : Barbonymus gonionotus (Bleeker, 1850); Barbus gonionotus Bleeker, 1850;


Barbus javanicus Bleeker, 1855; Barbus koilometopon Bleeker, 1857; Puntius
jolamarki Smith, 1934; Puntius viehoeveri Fowler, 1943

Bentuk badan agak panjang dan pipih dengan punggung meninggi, kepala kecil, moncung
meruncing, mulut kecil terletak pada ujung hidung, sungut sangat kecil atau rudimenter. Di
bawah garis rusuk terdapat sisik 5 buah dan 3-3 buah diantara garis rusuk dan permulaan
sirip perut. Garis rusuknya sempurna berjumlah antara 29-31 buah. Badan berwarna
keperakan agak gelap di bagian punggung. Pada moncong terdapat tonjolan-tonjolan yang
sangat kecil. Sirip punggung dan sirip ekor berwarna abu-abu atau kekuningan, sirip dada
berwarna kuning dan sirip dubur berwarna oranye terang.
Di alam, tawes ditemukan hidup di jaringan sungai dan anak-anak sungai, dataran banjir,
hingga ke waduk-waduk. Agaknya ikan ini menyukai air yang diam menggenang. Tercatat
pula migrasi ikan ini meski tidak terlampau jauh, yakni dari sungai besar ke anak-anak
sungai, saluran, dan dataran banjir, khususnya di awal musim hujan. Penyebaran alaminya
tercatat di Sungai Mekong, Chao Phraya, Semenanjung Malaya, Sumatera dan Jawa.

Tawes bersifat herbivora, utamanya memakan tumbuh-tumbuhan seperti Hydrilla, aneka


tumbuhan air, dan daun-daunan yang terjatuh ke sungai. Tawes mau juga memangsa aneka
invertebrata. Suhu air yang ideal untuk hidupnya antara 22-28 C.
Sifatnya sebagai herbivora dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan gulma air. Penelitian
yang dilakukan di Danau Maninjau, Sumatera Barat, mendapatkan bahwa ikan tawes dan
nilem yang tidak diberi pakan secara khusus telah memakan aneka fitoplankton yang terdapat
di danau, sehingga jenis-jenis ikan ini berpeluang untuk digunakan sebagai pembersih air
danau
Meski sebenarnya ikan tawes adalah ikan yang termasuk herbivore atau pemakan tumbuhan,
namun ikan tawes yang sudah dikembang biakkan di kolam dapat diberi makan pelet atau
makanan alami berupa daunt talas. Perkembangan ikan di kolam akan jauh lebih cepat karena
pola makan yang cukup dan teratur dan tujuannya adalah sebagai ikan konsumsi
menyebabkan ikan tawes jarang di gunakan sebagai ikan pancingan di kolamkolam pancing.
Ikan ini termasuk satu dari lima jenis ikan air tawar terpenting dari pemeliharaan di Thailand.
Sebagaimana ikan nila, tawes mudah dipelihara tanpa memerlukan teknik yang rumit dan
mahal, menjadikannya ikan kolam yang populer di Bangladesh. Taksiran produksi ikan tawes
dari pemeliharaan di wilayah Asia Tenggara dan Bangladesh adalah lebih dari 50.000 ton di
tahun 1994.

Anda mungkin juga menyukai