Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENELITIAN MANEJEMEN KONSERVASI PERAIRAN

KONSERVASI PENYU DI PANTAI DESA SULENG WASENG


KECAMATAN SOLOR SELATAN KABUPATEN FLORES TIMUR

OLEH

MAXIMUS PATI WERANG


71118019

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

KUPANG

2022

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyu merupakan salah satu penyusun komunitas bentik di perairan dan
banyak ditemukan di seluruh dunia mulai dari perairan dangkal, berpasir,
terumbu karang, dan laut dalam.
Penyu meliputi keanekaragaman, kelimpahan, dan sebagainya.
Kelimpahan dan keanekaragaman Penyu di alam dipengaruhi oleh faktor
abiotik dan biotik seperti kondisi lingkungan, ketersediaan makanan,
pemangsaan oleh predator, dan kompetisi. Kondisi lingkungan perairan
mempengaruhi keanekaragaman dan kelimpahan Penyu. Pemanfaatan Penyu
sebagai salah satu sumber makanan dan cangkangnya digunakan sebagai
bahan baku pembuatan kerajinan tangan. Penyu memiliki adaptasi khusus
yang memungkingkan dapat bertahan hidup pada daerah yang memperoleh
tekanan fisik dan kimia seperti yang terjadi pada daerah intertidal.
Zona intertidal atau zona pasang surut adalah bagian dari tepi pantai
yang tergenang air pada waktu air pasang (menjadi perairan) namun kering
pada waktu air surut (menjadi daratan). Zona ini luasnya sangat terbatas,
tetapi banyak terdapat variasi faktor lingkungan yang terbesar dibandingkan
dengan daerah lautan lainnya. Karena itu keragaman organismenya sangat
besar. Semakin landai pantainya maka zona intertidalnya semakin luas,
sebaliknya semakin terjal pantainya maka zona intertidalnya akan semakin
sempit.
Luas zona intertidal sangat terbatas, akan tetapi memiliki faktor
lingkungan yang sangat bervariasi, oleh karena itu zona intertidal memiliki
tingkat keanekaragaman organisme yang tinggi Zona intertidal umumnya
dibedakan menjadi tiga tipe pantai, yaitu pantai berkarang, pantai berpasir
dan pantai berlumpur. Banyaknya kegiatan yang dilakukan pada zona ini
merupakan ancaman bagi beberapa biota yang hidup di zona ini khususnya
jenis Penyu. Hasil dari kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam tersebut

2
tentunya dapat merubah ekosistem sebelumnya, diantaranya ialah perubahan
struktur habitat bagi biota perairan salah satunya pada zona intertidal pantai
Desa Sulengwaseng Solor Selatan.
Zona intertidal pantai Desa Sulengwaseng Solor Selatan memiliki
substrat berupa bebatuan dan pasir. Namun belum ada penelitian mengenai
Penyu yang terdapat di zona intertidal Pantai Desa Sulengwaseng tersebut
serta belum teridentifikasi hingga saat ini.
Desa Sulengwaseng terletak di Pulau Solor, Kecamatan Solor Selatan,
Kabupaten Flores Timur. Panjang garis pantai Sulengwaseng ±1,5 km. Secara
geografis Desa Sulengwaseng terletak di pinggir pantai dan memiliki tipe
berpasir dan berbatu. Mayoritas masyarakat Desa Sulengwaseng bermata
pencaharian sebagian nelayaan dan petani. Masyarakat sering mencari hasil
tangkapan dari laut berupa ikan, gurita, cumi-cumi dan lainnya untuk
dikonsumsi. Selain itu pula aktivitas masyarakat ketika air laut surut sepeti
mencari siput, kerang yang dapat dijadikan sebagai bahan makanan. Pantai
Sulengwaseng juga memiliki keanekaragaman hayati yang cukup melimpah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka, umusan masalah dalam
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Jenis Penyu apa saja yang dibudidayakan di zona intertidal pantai
Sulengwaseng Kecamatan Solor Selatan Kabupaten Flores Timur?
2. Bagaimana keanekaragaman Penyu di zona intertidal pantai
Sulengwaseng Kecamatan Solor Selatan Kabupaten Flores Timur?
3. Bagaimana pola penyebaran Penyu di zona intertidal pantai
Sulengwaseng Kecamatan Solor Selatan Kabupaten Flores Timur?

3
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penelittian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui jenis Penyu apa saja yang dibudidayakan pada zona
intertidal pantai Sulengwaseng Kecamatan Solor Selatan Kabupaten
Flores Timur
2. Untuk mengetahui keanekaragaman Penyu di zona intertidal pantai
Sulengwaseng Kecamatan Solor Selatan Kabupaten Flores Timur
3. Untuk mengetahui pola penyebaran Penyu di zona intertidal pantai
Sulengwaseng Kecamatan Solor Selatan Kabupaten Flores Timur

D. Manfaat
Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi terkait keanekaragaman dan pola penyebaran Penyu yang
dibudidayakan di zona intertidal pantai Sulengwaseng Kecamatan Solor
Selatan Kabupaten Flores Timur.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Keanekaragaman adalah gabungan antara kekayaan jenis dan kemerataan


dalam satu nilai tunggal atau sebagai jumlah jenis diantara jumlah total individu
dari seluruh jenis yang ada. Keragaman jenis dapat digunakan untuk menyatakan
stuktur komunitas dan dapat digunakan untuk mengukur stabilitas komunitas,
yaitu kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun
ada gangguan terhadap komponen-komponennya.
Keanekaragaman ditandai oleh banyaknya spesies yang membentuk suatu
komunitas. Keanekaragaman spesies dinyatakan dalam indeks keanekaragaman.
Indeks keanekaragaman menunjukkan hubungan antara jumlah spesies dengan
jumlah individu yang menyusun suatu komunitas, nilai keanekaragaman yang
tinggi menunjukkan lingkungan yang stabil sedangkan nilai keanekaragaman yang
rendah menunjukkan lingkungan yang menyesakkan dan berubah-ubah
Keanekaragaman adalah suatu makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya tidak
memiliki kesamaan, baik dari ciri-ciri, sifat, bentuk, ukuran dan warna.

A. Keanekargaman Penyu
Keanekaragaman adalah gabungan antara jumlah spesies dan jumlah
individu masing-masing spesies dalam satu komunitas. Penyu merupakan
salah satu kelas dari filum Chordata yang ditemukan semua samudra di dunia,
dan sudah ada sejak akhir zaman Jura atau seusia dengan dhinosaurus.

5
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di pantai Desa Sulengwaseng Kecamatan Solor
Selatan, Kabupaten Flores Timur, pada 25 Oktober 2022.

B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Penelitian ini
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan
kualitatif dengan memaparkan dan menganalisis morfologi jenis Penyu yang
dibudidayakan Sedangkan pada pendekatan kuantitatif dengan menghitung
jumlah penyu yang dibudidayakan.

C. Alat Dan Bahan


Penelitian ini menggunakan alat dan bahan sebagai berikut:
1. Buku
2. Balpoin
3. Kamera

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi
Observasi dilaukuan dengan cara mendatangi langsung ke lokasi
penelitian untuk pengambilan data/sampel Penyu. Pengambilan data
dilakukan dengan cara mewawancarai langsung kepada pihak pengelolah
budidaya penyu tersebut atau kepada pihak Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM).

6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Jenis-Jenis Penyu yang ditemukan dan dibudidayakan di pantai Desa
Sulengwaseng, Kecamatan Solor Selatan sebagai berikut:
Tabel 4.1. Jenis-Jenis Penyu
No Jenis Penyu Ciri Morfologi
1. Penyu Hijauh  Memiliki warna kuning kehijauan atau coklat
(Chelonia hitam gelap
mydas)  Cangkannya bulat telur dan kepalanya relative
kecil dan tumpul
 Ukuran panjangnya anatara 80-150 cm dan
beratnya mencapai 132 kg
 Persebarannya di wilayah tropis, pesisir dan
kepulauan
2. Penyu Lekang  Termasuk di antara jenis penyu terkecil dengan
(lepidochelys berat 31-43 kg
olivacea)  Memiliki warna karapasnya abu-abu kehijauan
 Bersifat vegetarian atau pemakan lamun
3. Penyu Pipi  Memiliki panjang 90 cm
(Natator  Bentuk rendah berkubah, tepi yang terbalik
depressus)  Bagian atas merupakan bagian perut berwarna
zaitun abu-abu dan lebih pucat
 Sepasang sisik tunggal terletak di bagian depan
kepala
 Penyu pipih merupakan omnivore
4. Penyu tempayan  Warna kerapasnya coklat kemerahan,
(caretta careta) kepalanya yang besar dan paruh yang
bertumpuk (overlap)
 Memiliki panjang 70-210 cm dengan berat
135-400 kg
5. Penyu  Memiliki karapaksnya yang berbentuk garis-
belimbing gris pada buah belimbing dan berwarna gelap
(Dermochelis  Tidak ditutupi oleh tulang, namun hanya
coriaceae) ditutupi oleh kulit dan daging berminyak
 Berat dapat menycapai 700 kg dengan panjang
dapat mencapai lebih dari 305 cm

7
B. Pembahasan
1. Morfologi Penyu
Penyu merupakan organisme ikonik yang hidup di perairan laut.
Penyu merupakan reptil laut seperti kura-kura yang mampuh menejelajah
dunia dengan ke empat sirip kakinya. Tubuh penyu terbugkus oleh
tempurung atau kerapas keras yang yang berbentuk pipih serta dilapisi
oleh zat tanduk. Kerapas tersebut mempunyai fungsi sebagai pelindung
alami dari predator. Penutup pada bagian dada dan perut disebut dengan
plastron.
Klasifikasi Ilmiah
a. Kelas Reptilia
Reptilia adalah kelas vertebrata ektotermik (berdarah dinginn)
yang meliputi ular, kadal, buaya, dan kura-kura. Reptil memiliki
kuilit bersisk, menghirup udara dengan paru-paru, dan memiliki tiga
bilik jantung. Sebagian besar reptil bertelur, meskipun bebrapa
menghasilkan telur yang menetas secara internal.
b. Ordo Testudines
Ordo ini mencakup semua penyu dan kura-kura. Ini dibagi
menjadi tiga subordo: Pleurodia (kura-kura berleher samping),
Cryptodria (semua spesies hidup lainnya), dan Amphichelydia
(spesies yang punah).
c. Famili
1) Famili Cheloniidae, adalah kura-kura laut dengan cangkang
yang ditutupi dengan sisik (lempeng tanduk).
2) Famili Dermochelydae adalah kura-kura tanpa bulu dengan
tersisa satu spesies modern, penyu belimbing. Penyu belimbing
ditutupi dengan kulit kasar. Mereka adalah satu-satunya kura-
kura laut yang tulang punggungnya tidak melekat pada bagian
dalam cangkang.

8
d. Genus, Spesies
1) Penyu Hijauh (Chelonia mydas)
2) Penyu Lekang (lepidochelys olivacea)
3) Penyu Pipi (Natator depressus)
4) Penyu tempayan (caretta careta)
5) Penyu belimbing (Dermochelis coriaceae)

9
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai
keanekaragaman Penyu di pantai Desa Sulengwaseng Kecamatan Solor
Selatan Kabupaten Flores Timur, maka dapat disimpulakan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ditemukan 5 spesies Penyu yang dibudidayakan yaitu:
Penyu Hijauh (Chelonia mydas), Penyu Lekang (lepidochelys olivacea),
Penyu Pipi (Natator depressus), Penyu tempayan (caretta careta), Penyu
belimbing (Dermochelis coriaceae.
2. Hasil Penelitian mengenai tingkat spesies dan keanekaragaman Penyu di
pantai Sulengwaseng Kecamatan Solor Selatan, Kabupaten Flores Timur
tergolong rendah dan mngelompok.
3. Kondisi faktor abiotik lingkungan di patani Sulengwaseng dan tipe
substrat berupa batu karang, berpasir dan serta dipenuhi berlamun.
Lingkungan tersebut cukup mendukung penyu untuk hidup dan
berekembangbiak.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan,
berikut saran yang dapat peneliti berikan kepada beberapa pihak berikut:
1. Bagi masyarakat sekitar, hasil penelitian ini menjadi informasi tambahan
tentang Penyu di Pantai Desa Sulengwaseng Kecamatan Solor Selatan
Kabupaten Flores Timur sehingga dapat menumbuhkan rasa cinta
terhadap mahluk hidup lain (seperti Penyu) dan lingkungan, serta dapat
menjaga potensinya melalui kegiatan pelestarian.
2. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagi referensi sumber
belajar pada mata kuliah Manajemen Konservasi Perairan, ekologi
hewan, maupun bidang lain yang relevan bagi mahasiswa biologi selain
dari buku yang ada.

10
Lampiran Foto Penangkaran Penyu di Desa Suleng Waseng

11
12
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, K. (2009). Abdul Kahfi Assidiq, Kamus Lengkap Biologi,


(Yogyakart: Panji Pustaka, 2009). 8–32.

Asiah, P. N. (2017). Keanekaragaman Penyu Di Zona Litoral Lhok


Seudu Leupung Aceh Besar Sebagai Referensi Pendukung
Pembelajaran Keanekaragaman Hayati Berbasis Lingkungan
(Vol. 110265).

Bahari, S., & Nasution, S. (2020). Community Structure Of Penyu In


The Mangrove Ecosystem Of Purnama, Dumai City. 3(2),
111–122.

Basahona, F., Tahir, I., & Akbar, N. (2021). Kepadatan,


Keaneragaman Dominansi dan Kesamaan Jenis Biota
Intertidal di Pulau Ternate dan Pulau Woda. 1(2), 1–12.

Fiitriani, N. (2020). Pengembangan Katalog Kenakeragaman Penyu


di pantai Pasir Putih Trenggalek Sebagai Sumber Belajar
Biologi.

13

Anda mungkin juga menyukai