Saat ini dalam setiap menit, setiap harinya, seorang ibu meninggal disebabkan oleh komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Erni (2009), kematian ibu diperkirakan sebanyak 500.000 kematian setiap tahun, 99% diantaranya terjadi di negara berkembang. Menurut Millenium Development Goals (2004) dalam Erni (2009), dari lima juta kelahiran yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya, diperkirakan 20.000 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan atau persalinan. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara- negara anggota ASEAN. Risiko kematian ibu karena melahirkan di Indonesia adalah 1 dari 65, dibandingkan dengan 1 dari 1.100 di Thailand. Menurut Depkes RI (2003) dalam Wayu (2009), kondisi derajat kesehatan di Indonesia ini masih harus ditingkatkan antara lain ditandai dengan tingginya AKI yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup dan kematian bayi baru lahir 35 per 1.000 kelahiran hidup. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003, Angka Kematian Ibu (AKI) adalah 307 per 100.000 (SDKI, 2003) dan turun menjadi 228 per 100.000 pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Menurut Depkes RI (2001) dalam Ari (2009), angka kematian ibu dan bayi merupakan tolok ukur dalam menilai derajat kesehatan suatu bangsa, oleh karena itu pemerintah sangat menekankan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi melalui program-program kesehatan. Menurut Depkes RI (1999) dalam Erni (2009), definisi kematian maternal adalah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. Menurut Sensus (2000) dalam Ari (2009), lima penyebab utama kematian ibu adalah pendarahan, infeksi, eklampsi, partus lama, dan komplikasi abortus.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan penyebab tidak langsung kematian ibu adalah anemia, yaitu sebanyak 51%. Kekurangan Energi Protein (KEP) dan Kekurangan Energi Kalori, yaitu sebanyak 4,8%. Angka kematian maternal di Sumatera Utara pada tahun 2007 tercatat sebesar 349 per 263.837 kelahiran hidup, dan di kota Medan, angka kematian maternal pada tahun 2007 tercatat sebesar 11 per 41.321 kelahiran hidup (Depkes RI, 2007). Komplikasi persalinan sebagian besar dapat dicegah, bila kesehatan ibu selama hamil selalu terjaga melalui pemeriksaan antenatal care yang teratur dan pertolongan persalinan yang bersih dan aman. Hal ini dilakukan untuk mencapai sasaran Millenium Development Goals (MDGs), yaitu Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 102 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000 KH pada tahun 2015 (Depkes RI, 2008). Menurut Saifuddin (2002) dalam Erni (2009), kebijakan Departemen Kesehatan dalam mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) pada dasarnya mengacu pada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Mother Hood” yaitu; 1) Keluarga berencana, 2) Pelayanan antenatal care, 3) Persalinan yang aman, 4) Pelayanan obstetric essensial. Pilar yang kedua yaitu pelayanan antenatal care yang tujuan utamanya mencegah komplikasi obstetri dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) (2005), Antenatal Care adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan serta persalinan yang aman dan memuaskan. Perawatan antenatal (PAN) adalah pemeriksaan yang sistematik dan teliti pada ibu hamil, pada perkembangan/pertumbuhan janin dalam kandungannya serta penanganan ibu hamil dan bayinya saat dilahirkan dalam kondisi yang terbaik (Hanafiah, 2006). Berdasarkan laporan kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2007, cakupan kunjungan ibu hamil K4 sebesar 77.07% (Depkes RI, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Tujuan antenatal care adalah untuk menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan, dan nifas serta mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat, memantau kemungkinan adanya risiko-risiko kehamilan, dan merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan risiko tinggi serta menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal (Prawirohardjo, 2006). Menurut Nursalam (2001) dalam Evin (2009), ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan dipengaruhi oleh beberapa faktor penyebab, antara lain: faktor pengetahuan, faktor pendidikan, faktor usia, dan faktor ekonomi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka diperlukan suatu penelitian deskriptif untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimanakah pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya pengawasan kehamilan (antenatal care) di Poliklinik Ibu Hamil RSU Dr. Pirngadi.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Menilai gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya pengawasan kehamilan (antenatal care).
1.3.2 Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah : a. Memperoleh informasi tentang tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya antenatal care. b. Memperoleh informasi tentang karakteristik (umur, pendidikan, dan pekerjaan) ibu hamil yang berkunjung di Poliklinik Ibu Hamil RSU Dr. Pirngadi. c. Mengetahui kepatuhan kunjungan antenatal care ibu hamil apakah sudah sesuai dengan standar.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi : 1. Pemerintah daerah setempat. Untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya pengawasan kehamilan (antenatal care), Departemen Kesehatan setempat dapat memberikan penyuluhan tentang pentingnya kunjungan antenatal secara efektif. 2. Petugas kesehatan setempat. Diharapkan dapat sebagai masukan bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terutama pada pelayanan antenatal care. 3. Bagi masyarakat. Diharapkan dapat menjadi informasi yang bermanfaat bagi masyarakat khususnya ibu hamil untuk dapat menambah pengetahuan dan agar dapat melakukan antenatal care secara teratur. 4. Peneliti. Peneliti dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam bidang penelitian.