Anda di halaman 1dari 3

kNARASI PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK

1. Asfiksia dan BBLR

Dalam upaya penurunan Angka Kematian Ibu, Bayi dan Neonatal merupakan prioritas
utama di Program Kesehatan Ibu dan Anak. Untuk menekan terjadinya kematian bayi baru lahir
perlu dilaksanakan pelayanan kesehatan yang komprehensip bagi petugas bidan didesa, untuk
meningkatkan keterampilan kompetensi bidan dalam penanganan Manajemen Asfiksia dan BBLR,
dengan menggunakan Sungkup Alat Resusitasi yang terjangakau harganya murah, mudah
digunakan, mudah dibawa. Jumlah Bidan di desa 344 orang, yang sudah dilatih Manajemen
Asfiksia dan BBLR 61 orang. Kematian Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia dan BBLR setiap tahun
bertambah, sehingga perlu peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi Bidan di Desa dalam
penanganan Manajemen Asfiksia dan BBLR.

2. Asuhan Persalinan Normal

Dalam upaya penurunan Angka Kematian Ibu, berbagai upaya telah dilakukan. Salah satu
upaya yang perlu mendapat perhatian adalah peningkatan kualitas pelayanan kebidanan. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut perlu Asuhan Persalinan Normal. Angka Kematian Ibu masih tinggi
menurut ” Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia” tahun 2007 adalah 228 / 100.000
Kelahiran Hidup, berarti ada 9.774 ibu meninggal per tahun, dan 1 ibu meninggal setiap 1 jam.
Sedangkan jumlah kematian ibu di Kabupaten Asahan tahun 2010 adalah sebanyak 26 orang yang
disebabkan oleh Perdarahan 6 kasus, Eklamsi 3 kasus, dan Sebab Lain ada 17 kasus kematian ibu
pada saat persalinan yang ditolong oleh tenaga Bidan. Untuk itu sangat perlu peningkatan
kompetensi bidan dalam penanganan persalinan melalui Asuhan Persalinan Normal bagi Bidan.

3. Audit Maternal Perinatal di Kabupaten

Tingginya Angka Kematian Ibu ( AKI ) dan Angka Perinatal ( AKP ) serta lambatnya
penurunan kedua angka tersebut, menunjukkan bahwa pelayanan KIA sangat mendesak untuk
ditingkatkan baik dari segi jangkauan maupun kualitas pelayanannya. Upaya peningkatan pelayanan
KIA tersebut perlu dilakukan secara bersama – sama oleh pelaksana pelayanan KIA baik dari Lintas
Program dan Lintas Sektor juga Rumah Sakit, dan Puskesmas. Untuk itu perlu dilakukan
Pertemuan Tim Audit Maternal Perinatal di Kabupaten untuk membahas masalah – masalah
kesakitan dan kematian maternal dan perinatal, sehingga masalah kesakitan dan kematian dapat di
kurangi dan diatasi.
4. Fasilitasi Patnership Bidan dan Dukun

Upaya Making Pregnancy Safer ( MPS ) merupakan upaya untuk menyelamatkan ibu agar
kehamilan dan persalinannya dapat dilalui dengan sehat dan aman, serta menghasilkan bayi yang
sehat. Melalui MPS diharapkan pihak – pihak yang terlibat dalam upaya penurunan AKI dan AKB
harus bekerja sama guna menjamin pelaksanaan dan pemamfaatan tujuan yang efektif. Untuk
menjamin terfokusnya berbagai upaya Safe Motherhood, maka intervensi harus terfokus pada
“ 3 Pesan Kunci MPS “ yaitu : 1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
2. Setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat. 3. Setiap wanita usia
subur mempunyai akses terhadap upaya pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan
penanganan komplikasi keguguran. Saat ini secara nasional persalinan oleh tenaga kesehatan baru
sekitar 64,06 % berarti sekitar 35 % persalinan masih ditolong oleh dukun bayi. Sedangkan di
Kabupaten Asahan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan pada tahun 2010 adalah 87,8 % . Untuk itu
peran dukun bayi sebagai tenaga penolong persalinan di desa harus diubah. Perubahan peran serta
dukun bayi tersebut tidak dapat serta merta dilakukan, melainkan harus melalui suatu mekanisme
kerjasama yang saling menguntungkan antara Bidan dan Dukun.

5. Pemantapan Manajemen PWS KIA dan Penerapan Buku KIA

Dalam rangka meningkatkan kemampuan pengelola dan pelaksana program Kesehatan Ibu
dan Anak di tingkat Puskesmas, Pengelola program KIA harus mampu mengolah data KIA guna
memperkuat manajemen program, sebagai bahan perencanaan dan monitoring program KIA di
Puskesmas. Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak ( PWS KIA ) merupakan
program nasional yang telah dilaksanakan sejak tahun 1990 –an. Untuk itu diperlukan penguatan
manajemen Program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA yaitu dengan mereformasi buku
Pedoman PWS KIA yang telah ada, dalam rangka meningkatkan dan memantapkan jangkauan dan
mutu pelayanan KIA.

6. Pengadaan Buku KIA dan Stiker Amanat Persalinan

Buku Kesehatan Ibu dan Anak ( BUKU KIA ) berisi catatan KESEHATAN IBU ( hamil,
bersalin dan nifas ) dan ANAK ( bayi baru lahir, bayi dan anak balita ), serta berbagai informasi
cara memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak. Setiap ibu hamil mendapat 1 ( Buku KIA
dan Stiker Amanat Persalinan ). Jika ibu melahirkan bayi kembar, maka ibu memerlukan tambahan
Buku KIA lagi. Dilihat dari sasaran ibu hamil, ibu bersalin dan bayi di Kabupaten Asahan pada
tahun 2010, bila dibandingkan dengan jumlah Buku KIA dan Stiker Amanat Persalinan yang
didapat belum mencukupi sesuai sasaran di Kabupaten Asahan. Untuk itu sangat perlu penambahan
Buku KIA dan Stiker amanat Persalinan di Kabupaten Asahan.

Anda mungkin juga menyukai