Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH EL NINO DAN LA NINA

TERHADAP CURAH HUJAN

MATA KULIAH
ANALISIS PERMASALAHAN LINGKUNGAN TROPIS

WARDIMAN DG. SIPATO


(P033231044)

PROGRAM DOKTOR ILMU LINGKUNGAN


SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS
HASANUDDIN
2023
Pengaruh El-Nino dan La Nina Terhadap Curah Hujan di Indonesia

Oleh : Wardiman Dg. Sipato

Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang sangat penting, namun
keberadaannya secara spasial dan temporal masih sulit diprediksi. Selain sifatnya yang
dinamis, proses fisis yang terlibat juga sangat kompleks. Ketidakpastian hujan ini semakin
besar ketika terjadi anomali iklim berupa El Nino dan La Nina. Menurut Boer, R, Sutardi dan D.
Hilman (2007), berbagai kejadian bencana di Indonesia menunjukkan bahwa sebagian besar
bencana terkait dengan fenomena El Nino Southern Oscilation (ENSO).

ENSO merupakan pola berulang dari variabilitas iklim di bagian timur samudera Pasifik
yang ditandai dengan anomali temperatur permukaan laut (penghangatan permukaan laut
menggambarkan kejadian El Nino sedangkan pendinginan permukaan laut menggambarkan
kejadian La Nina) dan anomali Sea level pressure (Southern Oscillation) (Naylor, dkk, 2001
dalam Asyakur A,R.2010). Nilai ENSO dapat ditunjukkan dengan Oceanic Nino Index (ONI)
serta perubahan suhu permukaan laut yang memberikan dampak terhadap intensitas curah
hujan. Sehingga kejadian El Nino dan La Nina menyebabkan terjadinya penurunan dan
peningkatan curah hujan di Indonesia.

Fenomena super El Nino terjadi pada tahun 2015, menyebabkan beberapa daerah di Indonesia
mengalami kekeringan. Menurut Deputi Meteorologi BMKG Yunus Subagyo Swarinoto, hasil
monitoring perkembangan El Nino sampai dengan awal Juni 2015 menunjukkan kondisi El Nino 5 dan
perpeluang untuk menguat (Tribunnews,2017). Sedangkan untuk fenomena super La Nina terjadi pada
tahun 2016 yang menyebabkan musim hujan lebih lama daripada musim kemarau. Sehingga
menyebabkan bencana banjir dibeberapa daerah di Indonesia.

Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, kenaikan
curah hujan diperkirakan akan naik 200 persen. Selain Sumatera dan Jawa, daerah Sulawesi bagian
timur, Papua bagian tengah dan Kalimantan juga terkena imbas fenomena ini (Wartakota,2017).
Indonesia terletak pada belahan bumi dengan iklim Monsoon tropis yang sangat sensitif terhadap
anomali iklim ENSO.
Selain menyebabkan terjadinya fenomena El Nino, ENSO juga menyabkan terjadinya fenomena
La Nina. Fenomena El Nino dan La Nina juga mempengaruhi wilayah Indonesia, salah satunya Provinsi
Jawa Barat yang terkena dampak La Nina kering selama tahun 2016 dibeberapa daerah. Akibat lebih
lanjut adalah terjadinya musim kemarau yang semakin panjang dan musim hujan. La Nina ditandai
dengan intensitas curah hujan yang tinggi pada suatu wilayah yang sedang memasuki masa musim
penghujan, mengingat pada masa tersebut potensi untuk terjadinya hujan memang cukup besar.

A. Fenomena El Nino

El Nino diartikan sebagai fenomena adanya perbedaan positif antara suhu muka laut yang
teramati dibandingkan keadaan normalnya di wilayah Samudera Pasifik ekuatorial. El Nino merupakan
fenomena lautan-atmosfer skala global (Philander, 1990 dalam Septicorini, E. P. 2009). Kondisi
demikian terjadi secara berulang dalam setiap periode 3-8 tahun dan biasanya berkaitan dengan
indeks osilasi selatan yang bernilai negatif.

El-Nino berasal dari Istilah bahasa Spanyol yang berarti anak Tuhan. Mulanya digunakan oleh para
nelayan di sepanjang pantai Ekuador dan Peru untuk menunjukkan adanya aliran/arus panas samudra
yang khusus muncul pada sekitar waktu Natal dan beberapa bulan berikutnya. El-Nino atau ENSO
merupakan fenomena laut dan atmosfer yang terjadi bersama-sama di Pasifik tropis. Dalam kondisi
normal, Pasifik Barat tropis lebih hangat dari pada Pasifik Timur. Akibatnya angin equatorial berhembus
ke arah barat membantu konveksi di Pasifik barat dan subsidensi di Pasifik Timur.

Gambar 1. Skema kondisi normal dan kondisi El-Nino

Sel sirkulasi vertikal disebut sebagai sirkulasi Walker, yang melengkapi gerak naik di barat dan
turun di timur dengan pergerakan ke arah timur di troposfer atas (Gambar 1). Perubahan kecil pada
pola normal suhu permukaan laut di Pasifik barat menyebabkan perubahan dalam musiman angin
permukaan timuran sepanjang ekuator. Perubahan angin biasanya terlihat sebagai anomali baratan
yang menguatkan pertumbuhan anomali suhu permukaan laut dan anomali suhu permukaan laut dan
angin merambat ke arah timur untuk meningkatkan kondisi El-Nino. Selama fase dewasa El-Nino,
anomali sirkulasi Walker muncul berlawanan dengan kondisi normalnya, konveksi di barat ditekan dan
di bagian timur menguat. Setelah konveksi menurun di Pasifik barat, El-Nino menyebabkan kondisi
yang lebih kering di Indonesia (Yulihastin, E, dkk, 2009).

ENSO (El-Nino-Southern Oscilliation) merupakan salah satu bentuk penyimpangan iklim di


Samudra Pasifik yang ditandai dengan kenaikan suhu permukaan laut (SPL) di daerah khatulistiwa
bagian Tengah dan Timur. Fenomena terebut variasi iklim tahunan. Pengaruh ENSO sangat terasa di
beberapa wilayah Indonesia yang ditandai dengan jumlah curah hujan lebih kecil dalam tahun ENSO
dibandingkan dengan pra dan pasca ENSO, sehingga dapat menyebabkan musim kemarau lebih
panjang.

Selain dapat mempengaruhi tingginya curah hujan, kejadian El-Nino juga berpengaruh
terhadap masuknya musim kemarau. Perubahan iklim akan mengakibatkan perubahan pola iklim
tahunan seperti terlambatnya awal musim hujan maupun musim kering. Di samping itu periode musim
hujan juga diperkirakan akan lebih pendek (Kailaku, T.E, 2009)

B. Fenomena La Nina

La Nina merupakan situasi kebalikan dari peristiwa El-Nino, terjadi saat permukaan laut di pasifik
tengah dan timur suhunya lebih rendah dari biasanya pada waktu-waktu tertentu. Tekanan udara
kawasan pasifik barat menurun yang menghambat terbentuknya awan. Sedangkan di bagian pasifik
barat yang tekanan udaranya rendah contohnya Indonesia, mudah terbentuk awan cumulu nimbus,
awan ini menimbulkan turun hujan lebat yang juga disertai petir. Karena sifat dari udara yang bergerak
dari tekanan udara tinggi ke tekanan udara rendah menyebabkan udara dari pasifik tengah dan timur
bergerak ke pasifik barat. Hal ini juga yang menyebabkan awan konvektif di atas pasifik tengah dan
timur bergeser ke pasifik barat (Ferovan, 2018).

Meskipun rata-rata La Nina terjadi setiap tiga hingga tujuh tahun sekali dan dapat berlangsung 12
hingga 36 bulan, La Nina tidak mempunyai periode tetap sehingga sulit diperkirakan kejadiannya pada
enam hingga sembilan bulan sebelumnya (Nabilah, F, dkk, 2017). La Nina adalah sesuatu pristiwa yang
alami terjadi dan telah mempengaruhi wilayah Samudra Pasifik selama ratusan tahun

La Nina tidak dapat dilihat secara pasifik, periodenya pun tidak tetap. Rata-rata La Nina terjadi
secara 3 tahun hingga 7 tahun sekali. Dan dapat berlangsung 12 bulan hingga 36 bulan, La Nina tidak
mempunyai periode yang tetap sehingga semua diperkirakan kejadiannya pada 6 bulan hingga 9 bulan
sebelumya. Pada saat kondisi La Nina, suhu muka laut di Pasifik Ekuator Timur lebih rendah dari pada
kondisi normalnya. Sedangkan suhu muka laut di wilayah Indonesia menjadi lebih hangat. Sehingga
terjadi banyak konveksi dan mengakibatkan massa udara berkumpul di wilayah Indonesia, termasuk
massa udara dari Pasifik Ekuator Timur. Hal tersebut menunjang pembentukan awan dan hujan.
Sehingga fenomena La Nina sering mengakibatkan curah hujan jauh di atas normal yang bisa
menimbulkan banjir dan tanah longsor, bahkan sering diikuti angin kencang (Avia, L. Q. dan Hidayati,
R.,2001).

C. Perulangan Fenomena El-Nino dan La Nina

Kejadian El-Nino terjadi tidak secara tunggal tetapi secara berurutan setelah atau sebelum La-
Nina. Hasil kajian dari tahun 1900 sampai tahun 1998 mengungkapkan bahwa El-Nino telah terjadi
sebanyak 23 kali (rata-rata 4 tahun sekali). La-Nina hanya 15 kali (rata-rata 6 tahun sekali). Dari 15 kali
kejadian LaNina, sekitar 12 kali (80%) terjadi berurutan dengan tahun El-Nino. La-Nina mengikuti El-
Nino hanya terjadi 4 kali dari 15 kali kejadian sedangkan yang mendahului El-Nino 8 kali dari 15 kali
kejadian. Hal ini menunjukkan bahwa peluang terjadinya La-Nina setelah El-Nino tidak begitu besar.
Kejadian El-Nino 1982/83 yang dikategorikan sebagai tahun kejadian El-Nino yang kuat tidak diikuti
oleh La-Nina (Ferovan, 2018).

Data fenomena terjadinya El-Nino da La Nina sejak tahun 1952 sampai dengan tahun 2020 dapat
diamati dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 1. El-Nino dan La-Nina 1952-2020

Sumber : Ggweather
Menurut Laman Ggweather tabel ini disusun berdasarkan nilai ONI (Oceanic Nino Index). ONI
adalah salah satu parameter yang digunakan dalam memperkirakan fenomena El-Nino dan La-Nina.

Gambar 2. Oceanic Nino Index

Kriteria kuat/lemahnya El-Nino dan La-Nina dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 2. Kuat/lemahnya El-Nino dan La-Nina

sejak tahun 1957 terdapat delapan kejadian El-Nino kuat sangat kuat, yaitu pada tahun 1957-1958,
1965-1966, 1972-1973, 1982-1983, 1987-1988, 1991-1992, 1997-1998, 2015-2016. Jika dikaitkan
dengan fakta kejadian La-Nina sesudah El Nino maka diperoleh hasil sebagai berikut:

a. El-Nino1957-1958 : tidak diikuti La-Nina.


b. El-Nino 1965-1966 : netral kemudian diikuti La-Nina.
c. El-Nino 1972-1973 : diikuti La-Nina kuat.
d. El-Nino 1982-1983 : diikuti La-Nina lemah.
e. El-Nino 1987-1988 : diikuti La-Nina kuat.
f. El-Nino 1991-1992 : tidak diikuti La-Nina.
g. El-Nino 1997-1998 : diikuti La-Nina kuat.
h. El-Nino 2015-2016 : diikuti La-Nina lemah.

D. Dampak El Nino dan La Nina terhadap Curah Hujan di Indonesia

Pengaruh El-Nino terhadap Indonesia pada umumnya adalah membuat suhu permukaan air laut
di sekitar Indonesia menurun yang berakibat pada berkurangnya pembentukan awan yang membuat
curah hujan menurun, Sehingga dapat menyebabkan terjadinya kekeringan di berbagai tempat di
Indonesia.n Sementara Pengaruh La-Nina adalah kebalikan dari pengaruh El-Nino yaitu tingginya curah
hujan yang disebabkan oleh cuaca yang cenderung hangat dan lebih lembab, Sehingga cuaca pada
musim kemarau di Indonesia menjadi lebih basah. La Nina akan sangat terasa dampaknya bagi kota
dan daerah yang tidak mempunyai resapan air yang baik. Di mana hujan yang terjadi selama beberapa
jam sudah cukup untuk membuat daerah tersebut tergenang banjir (Ferovan, 2018).
Daftar Pustaka

As-syakur,A.R. 2010. Pola Spasial Pengaruh Kejadian La Nina Terhadap Curah Hujan di Indonesia Tahun
1998/1999; Observasi Menggunakan Data TRMM Multisatellite Precipitation Analysis
(TMPA) 3B43. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) XVII dan Kongres V Masyarakat
Penginderaan Jauh Indonesia (MAPIN). 9 Agustus 2010, Institut Pertanian Bogor (IPB).
Bogor-Indonesia. pp. 230-234.
Avia, L. Q. dan Hidayati, R. 2001. Dampak Peristiwa Enso Terhadap Anomali CurahHujan di Wilayah
Indonesia Selama Periode 1890- 1989. Majalah Lapan, 3 (2), 62-68.
Boer, R., Sutardi, dan D. Hilman. 2007. Climate Variability and Climate Change and Their Implication on
Sectors. Government of Republic of Indonesia, Jakarta.
Fistandaris, Ferovan. 2018. Pengaruh El Nino dan La Nina Terhadap Data-Data Hujan Kabupaten
Pringsewu Provinsi Lampung. Univeritas Lampung, Indonesia.
Kailaku, Tigia Eloka. 2009. Pengaruh ENSO (El-Nino- Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean
Dipole) terhadap Dinamika Waktu Tanam Padi di Wilayah Tipe Hujan Equatorial dan
Monsunal (Studi Kasus Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat dan Kabupaten Jawa
Barat). 27/08/2023. https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/45802
Nabilah, F., Prasetyo, Y., & Sukmono, A. (2017). Analisis pengaruh fenomena El Nino dan La Nina
terhadap curah hujan tahun 1998-2016 menggunakan indikator ONI (Oceanic Nino
Index)(studi kasus: Provinsi Jawa Barat). Jurnal Geodesi Undip, 6(4), 402-412.
Septicorini, E. P. 2009. Identifikasi Fenomena ENSO (El Nino Southern Ocillation) dan IOD (Indian Ocean
Dipole) Terhadap Dinamika Waktu Tanam Padi di Daerah Jawa Barat (Studi Kasus
Kabupaten Indramayu dan Cianjur). Bogor. Institut Pertanian Bogor
Yulihastin, E., Febrianti, N., Trismidianto, 2009, Impacts of El-Nino and IOD on the Indonesian
Climate, Lapan, Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai