Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

El Nino dan La Nina merupakan dua isu kontemporer yang mempengaruhi cuaca
global. Tidak hanya itu, kedua fenomena ini dapat mempengaruhi ekosistem, pertanian, dan
kehidupan kita sehari-hari. Seiring dengan perubahan iklim yang semakin nyata,
pemahaman terhadap fenomena ini menjadi semakin penting. Dalam makalah ini, kami akan
menyelidiki kedua fenomena ini secara mendalam, menjelaskan apa yang
menyebabkannya, bagaimana mereka berinteraksi dengan iklim global, perbedaan
keduanya, serta dampaknya terhadap lingkungan dan ekosistem makhluk hidup.
El Nino adalah salah satu fase dari osilasi iklim alami yang dikenal sebagai El-Nino
Southern Oscillation (ENSO). El Nino dapat terjadi ketika suhu permukaan laut dingin di
Perairan Samudra Pasifik Timur Tengah dan Perairan Amerika Selatan tiba-tiba menjadi
lebih hangat dari biasanya. Hal ini dapat menyebabkan perubahan dramatis dalam pola
cuaca global. Adapun hal yang menyebabkan air laut yang tiba-tiba menghangat dari
biasanya adalah ketika sistem angin pasat di Samudera Pasifik Tengah melemah atau
bahkan berbalik arahnya, angin pasat ini mendorong air hangat ke arah barat Samudera
Pasifik, menjaga permukaan yang lebih hangat di sebelah barat. Ketika angin pasat
melemah, air hangat ini bergerak menuju Amerika Selatan menyebabkan peningkatan suhu
laut di wilayah tersebut. Siklus El Nino biasanya terjadi setiap 2 hingga 7 tahun sekali,
meskipun tidak ada jadwal yang pasti.
El Nino memiliki dampak global yang signifikan. Dampak-dampak global tersebut
diantaranya perubahan pola cuaca, gangguan pada ekosistem laut, dampak sosial dan
ekonomi serta dapat berdampak serius terhadap ekosistem tanaman. Beberapa dampak El
Nino terhadap ekosistem tanaman yaitu kekeringan, peningkatan risiko kebakaran hutan,
perubahan pola penyiraman, serta dapat menyebabkan penyakit dan hama. Beberapa
wilayah yang berbeda letak geografisnya memiliki dampak yang berbeda pula. Oleh karena
itu, petani dan otoritas pertanian sering memantau perkembangan El Nino dan mengambil
tindakan pencegahan seperti perencanaan irigasi yang lebih baik atau pemilihan varietas
tanaman yang lebih tahan kekeringan, untuk mengurangi dampak negatifnya.
La Nina adalah fenomena cuaca yang terjadi ketika suhu permukaan laut di wilayah
Tenggara Samudera Pasifik menjadi lebih dingin dari suhu normal. La Nina disebabkan oleh
peningkatan angin perdana di wilayah tenggara Samudera Pasifik. Angin yang lebih kuat
dari biasanya mendorong air laut hangat ke arah barat laut, menjauh dari Amerika Selatan.
Akibatnya, suhu permukaan laut di wilayah Amerika Selatan dan sekitarnya menjadi lebih
dingin.
La Nina memiliki dampak cuaca yang berlawanan dengan El Nino. Beberapa
dampak La Nina meliputi peningkatan curah hujan di beberapa wilayah yang dapat
menyebabkan banjir, kejadian badai tropis yang lebih aktif di Samudera Atlantik dan Pasifik,
serta musim kering yang lebih panjang dan lebih parah di beberapa wilayah yang dapat
menyebabkan kekeringan. Adapun siklus La Nina biasanya terjadi setelah atau dalam
kontras dengan El Nino yang artinya ketika El Nino terjadi, La Nina dapat mengikuti
setelahnya dan sebaliknya. Namun, tidak ada jadwal yang pasti untuk siklus La Nina.
La Nina dan El Nino adalah bagian dari siklus alam yang kompleks yang dikenal
sebagai El Nino-Southern Oscillation (ENSO). El Nino dan La Nina adalah bagian dari siklus
alamiah yang berkembang selama beberapa tahun dan keduanya memiliki efek yang
berlawanan. Pemahaman mengenai kedua fenomena ini penting untuk meramalkan dan
memahami perubahan cuaca jangka pendek dan panjang di berbagai wilayah di seluruh
dunia.
EL NINO
Pengertian El Nino
El Nino secara ilmiah diartikan sebagai fenomena global dari sistem interaksi laut
dan atmosfer yang ditandai dengan meningkatnya suhu muka laut atau SST (Sea Surface
Temperature) di sekitar Pasifik Tengah dan Timur sepanjang equator dari nilai rata-ratanya.
El-Nino berasal dari bahasa Spanyol yang berarti “anak lelaki (Yesus), karena munculnya El
Nino di sekitar hari natal (Akhir Desember). Kemudian para ahli juga mengemukakan bahwa
selain fenomena menghangatnya suhu permukaan laut, terjadi pula fenomena sebaliknya
yaitu mendinginnya suhu permukaan laut akibat menguatnya upwelling. Kebalikan dari
fenomena ini, selanjutnya diberi nama La Nina (juga bahasa Spanyol) yang berarti “Anak
Perempuan” (Ahrens dan C.Donald, 1982). El Nino adalah salah satu fase dari fenomena
iklim alamiah yang dikenal sebagai El Nino-Southern Oscillation (ENSO) yang terjadi di
Samudera Pasifik Tengah dan Timur yang menyebabkan suhu menjadi lebih hangat dari
biasanya. Hal ini menyebabkan perubahan cuaca global yang dapat berdampak signifikan
pada iklim di berbagai wilayah tidak hanya di Indonesia tapi juga di seluruh dunia. Selama
periode El Nino, terjadi perubahan aliran angin dan distribusi suhu di atmosfer. El Nino
terjadi sekitar 2 sampai 7 tahun sekali (Utami et al., 2011). Pemanasan global dewasa ini
menyebabkan terjadinya anomali iklim El Nino dan La Nina yang makin sering dan panjang
durasinya. Anomali iklim El Nino dan La Nina tidak hanya terjadi di wilayah Indonesia,
namun juga meliputi wilayah yang luas seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Australia.

Karakteristik El Nino
El Nino merupakan salah satu fenomena alam yang terjadi secara periodic di
Samudra Pasifik. Beberapa karakteristik El Nino diantaranya peningkatan suhu permukaan
laut, gangguan pola cuaca, peningkatan suhu udara, peningkatan aktivitas siklon tropis,
perubahan dalam produksi ikan, pengaruh global, dan siklus periodik. Pada peningkatan
suhu permukaan laut yang di mana selama El Nino suhu permukaan laut di bagian Tengah
dan timur Samudra Pasifik meningkat secara signifikan, hal ini berbeda dengan kondisi
normal di mana perairan dingin di bawah permukaan laut muncul ke permukaan. Gangguan
Pola Cuaca: El Nino dapat menyebabkan gangguan besar dalam pola cuaca global. Ini
termasuk kekeringan di beberapa wilayah dan banjir di wilayah lainnya. Pola hujan dan
angin biasanya terpengaruh oleh perubahan ini. Suhu udara di sebagian besar wilayah yang
terkena dampak El Nino cenderung naik. Hal ini dapat menyebabkan suhu yang lebih panas
dan kekeringan. Beberapa wilayah dapat mengalami peningkatan aktivitas siklon tropis
selama musim El Nino. Ini dapat mengakibatkan badai dan cuaca ekstrem lainnya. Kondisi
laut yang berubah selama El Nino dapat mempengaruhi ekosistem laut. Ini dapat
menyebabkan perubahan dalam migrasi ikan dan dapat memengaruhi penangkapan ikan.El
Nino juga memiliki dampak global yang lebih luas, termasuk perubahan dalam pola curah
hujan, suhu, dan cuaca di banyak wilayah di seluruh dunia. El Nino adalah bagian dari siklus
alam yang berlangsung selama beberapa tahun. Saat El Nino terjadi, fenomena berlawanan
yang disebut La Nina juga dapat mengikuti.
Pada tahun-tahun normal, suhu muka laut di sebelah Utara dan Timur Laut Australia
mencapai 28˚C sedangkan suhu muka laut di samudera pasifik mencapai 20˚C (Tongkukut,
2011). Dalam kondisi normal tersebut, angin equatorial berhembus ke arah barat membantu
proses konveksi di Pasifik Barat dan subsidensi di Pasifik Timur. Sel sirkulasi vertikal
tersebut disebut sebagai sirkulasi Walker dimana terjadi gerak naik di bagian barat dan turun
di Timur Samudera Pasifik Tropis dengan pergerakan kea rah Timur di Troposfer atas
(Yananto dan Sibarani, 2016). Perubahan kecil pada pola normal suhu permukaan laut di
Samudera Pasifik Tropis Bagian Barat akan menyebabkan perubahan angin musiman
permukaan laut kea rah timur di sepanjang equator. Perubahan angin biasanya terlihat
sebagai anomali baratan yang menguatkan pertumbuhan anomali suhu permukaan laut,
kemudian angin akan merambat kea rah timur untuk menguatkan kondisi El Nino. Selama
fase dewasa El Nino, anomali sirkulasi Walker muncul berlawanan dengan kondisi
normalnya, konveksi barat ditekan dan konveksi bagian timur menguat. Setelah konveksi
menurun di Samudra Pasifik bagian barat, El Nino akan menyebabkan kondisi yang lebih
kering di wilayah Indonesia pada umumnya (Fadholi, 2013).

Penyebab El Nino
El Nino adalah fenomena cuaca yang terjadi secara alami. Penyebab utama El Nino
adalah perubahan dalam suhu permukaan laut di Samudra Pasifik Tengah dan Timur. Ini
terjadi ketika angin yang biasanya mendorong air hangat ke barat daya Samudra Pasifik
lemah atau berhenti sepenuhnya. Akibatnya, air hangat ini tetap di sekitar Amerika Selatan,
mengubah pola cuaca global. Efek dari El Nino meliputi peningkatan suhu permukaan laut,
perubahan pola angin, dan dampak cuaca ekstrem seperti banjir, kekeringan, dan badai di
berbagai wilayah dunia. Fenomena ini terjadi secara periodik setiap beberapa tahun dan
memiliki dampak yang signifikan pada lingkungan, pertanian, dan ekonomi global. sebagai
dampak dari pemanasan global dan terganggunya keseimbangan iklim. Beberapa faktor
penyebab terjadinya El Nino diantaranya anomali suhu yang mencolok di perairan samudera
pasifik, melemahnya angin passat (trade winds) di selatan pasifik yang menyebabkan
pergerakan angin jauh dari normal, kenaikan daya tampung lapisan atmosfer yang
disebabkan oleh pemanasan dari perairan panas dibawahnya. Hal ini terjadi di Perairan
Peru pada saat musim panas, serta adanya perbedaan arus laut di Perairan Samudra
Pasifik (Tjasyono, 2002).
Biasanya, angin perdagangan yang kuat bertiup dari timur ke barat melintasi
Samudra Pasifik. Angin ini mendorong air hangat ke barat daya, sehingga menyebabkan
penumpukan air hangat di sekitar Indonesia dan Australia. Akibat angin perdagangan yang
menciptakan penumpukan air hangat di wilayah barat Pasifik, suhu permukaan laut di
wilayah ini biasanya lebih tinggi. Namun, selama peristiwa El Nino, angin perdagangan
melemah atau bahkan berbalik arah. Ini memungkinkan air hangat yang terakumulasi di
barat untuk bergerak kembali ke timur, menuju Amerika Selatan. Ketika air hangat ini
mencapai pantai Amerika Selatan, ia mempengaruhi pola cuaca regional dan global. Ini
termasuk peningkatan curah hujan di sebagian besar Amerika Selatan dan kekeringan di
wilayah-wilayah lain seperti Australia dan Indonesia. Selain itu, El Nino dapat menyebabkan
perubahan dalam pola angin di atmosfer, yang memiliki dampak cuaca ekstrem di berbagai
belahan dunia. El Nino adalah bagian normal dari variasi iklim alamiah, dan peristiwa ini
terjadi secara periodik, biasanya setiap beberapa tahun. Dampaknya dapat sangat
signifikan, termasuk banjir, kekeringan, badai tropis yang intens, dan gangguan dalam
pertanian dan perekonomian global.

Proses Terjadinya El Nino


El Nino dan La Nina adalah merupakan dinamika atmosfer dan laut yang
mempengaruhi cuaca di sekitar laut Pasifik. El Nino merupakan salah satu bentuk
penyimpangan iklim di Samudera Pasifik yang ditandai dengan kenaikan suhu
permukaan laut di daerah katulistiwa bagian tengah dan timur. El Nino adalah
peristiwa memanasnya suhu air permukaan laut di pantai barat Peru-Equador
(Amerika Selatan), yang mengakibatkan gangguan iklim secara global. Biasanya
suhu air permuakaan laut di daerah dingin, karena adanya ”up welling” arus dari
dasar laut menuju permukaan.
Proses Terjadinya El Nino,Pada saat-saat tertentu air laut yang panas dari
perairan Indonesia bergerak ke arah timur menyusuri equator, hingga sampai ke
pantai barat Amerika Selatan (Peru-Bolivia). Pada saat yang bersamaan, air laut
yang panas dari pantai Amerika Tengah bergerak ke arah selatan, hingga sampai ke
pantai barat Peru-Equador. Akhirnya akan terjadilah pertemuan antara air laut yang
panas dari Indonesia dengan air laut yang panas dari Amerika Tengah di pantai
barat Peru-Equador, dan berkumpul massa air laut panas dalam jumlah yang besar
dan menempati daerah yang luas.Permukaan air laut yang panas tersebut,
kemudian menularkan panasnya pada udara di atasnya, sehingga udara di daerah
itu memuai ke atas (konveksi), dan terbentuklah daerah bertekanan rendah, di
pantai barat Peru-Equador. Akibatnya angin yang menuju Indonesia hanya
membawa sedikit uap air, sehingga terjadilah musim kemarau yang panjang (Safitri,
2015).

Dampak El Nino
Dampak El Nino dapat sangat bervariasi, tetapi beberapa dampak umumnya
termasuk, perubahan pola cuaca di mana El Nino dapat mengganggu pola cuaca global. Ini
dapat menyebabkan banjir di beberapa daerah dan kekeringan di daerah lain. Misalnya, di
Amerika Latin, El Nino sering kali dikaitkan dengan hujan yang berlebihan. Kekeringan,
beberapa wilayah, seperti California dan Australia, sering mengalami kekeringan yang parah
selama periode El Nino. Suhu yang lebih tinggi dan kurangnya curah hujan dapat
mengakibatkan kekeringan yang merusak tanaman, sumber daya air, dan lingkungan.
Gangguan pada ekosistem laut, perubahan suhu laut yang disebabkan oleh El Nino dapat
memengaruhi ekosistem laut. Ini dapat mengakibatkan perubahan dalam penangkapan ikan
dan kerusakan terumbu karang. El Nino juga dapat mempengaruhi cuaca ekstrem seperti
badai tropis. Beberapa daerah mungkin mengalami peningkatan risiko badai atau banjir.
Kondisi iklim global, El Nino dapat memiliki dampak jangka panjang pada pola iklim global.
Ini dapat memengaruhi suhu rata-rata global dan kejadian cuaca ekstrem di seluruh dunia.
Untuk Indonesia, ketika El Nino berlangsung, musim kemarau menjadi sangat
kering serta permulaan musim hujan yang terlambat. Sedangkan ketika La Nina, musim
penghujan akan tiba lebih awal dari biasanya.Naiknya tekanan udara di pasifik tengah dan
timur saat El Nino, menyebabkan pembentukan awan yang intensif. Hal ini yang menjadikan
curah hujan yang tinggi di kawasan pasifik tengah dan timur. Sedangkan sebaliknya, di
daerah pasifik barat terjadi kekeringan yang jauh dari normal. Turunnya tekanan udara di
pasifik tengah dan timur saat La Nina, menjadi hambatan terbentuknya awan di daerah ini,
sehingga mengalami kekeringan. Sedangkan sebaliknya, di daerah pasifik barat curah hujan
sangat tinggi. Hal ini menimbulkan banjir yang parah di Indonesia.Meningkatnya suhu
permukaan laut yang biasanya dingin di perairan , mengakibatkan perairan yang tadinya
subur akan ikan menjadi sebaliknya. Hal ini menyebabkan nelayan kesulitan mendapatkan
ikan di perairan.Selama El Nino dicatat telah terjadi korban meninggal dunia karena sesak
nafas akibat kebakaran hutan yang menyebabkan kabut asap berkepanjangan bahkan
ancaman kabut asap sampai ke negara tetangga, adanya perjangkitan terbatas penyakit
kolera diseluruh wilayah indonesia akibat pengaruh kekeringan terhadap ketersediaan air
bersih. Fenomena El Nino menyebabkan penurunan jumlah curah hujan jauh di bawah
normal untuk beberapa daerah di Indonesia. Kondisi sebaliknya terjadi musim hujan yang
berkepanjangani pada saat fenomena La Nina berlangsung, yang mengakibatkan terjadinya
ancaman banjir dan longsor. Cuaca dan iklim muncul setelah berlangsung suatu proses fisik
dan dinamis yang kompleks yang terjadi di atmosfer bumi (Safitri, 2015).
Dalam sektor pertanian, El Nino dapat menjadi tantangan besar karena dapat
mengganggu pola cuaca yang berdampak pada produksi pertanian dan kesejahteraan
petani. Oleh karena itu, pemantauan dan pemahaman yang baik tentang El Nino sangat
penting agar dapat mengambil langkah-langkah pencegahan dan penyesuaian yang tepat
untuk mengurangi dampaknya. Berikut adalah beberapa hal penting yang perlu diwaspadai
terkait dengan kejadian El Nino di sektor pertanian:
1. Kekeringan: El Nino sering dikaitkan dengan peningkatan suhu permukaan laut dan
penurunan curah hujan di beberapa wilayah. Hal ini dapat menyebabkan kekeringan
yang berkepanjangan, mengurangi ketersediaan air untuk pertanian. Tanaman
membutuhkan air yang cukup untuk tumbuh dengan baik, dan kekurangan air dapat
menghambat pertumbuhan tanaman dan mengurangi hasil panen.
2. Gangguan Musim Tanam: El Nino dapat mengganggu musim tanam dan mengubah
pola cuaca yang biasanya terjadi. Perubahan ini dapat menyebabkan penundaan
dalam penanaman tanaman, penurunan luas tanam, atau bahkan kegagalan panen.
Petani perlu memperhatikan perubahan cuaca yang terkait dengan El Nino agar
dapat menyesuaikan jadwal tanam mereka.
3. Penyakit dan Hama: El Nino dapat mempengaruhi persebaran penyakit dan hama
tanaman. Perubahan kondisi cuaca dapat menciptakan lingkungan yang lebih
menguntungkan bagi beberapa penyakit dan hama. Ini dapat menyebabkan
penyebaran yang lebih cepat dan lebih luas dari serangan penyakit dan hama, yang
dapat merusak tanaman dan mengurangi hasil panen.
4. Penurunan Kualitas Tanaman: Kondisi cuaca yang ekstrem yang terkait dengan El
Nino, seperti suhu yang tinggi dan kekurangan air, dapat menyebabkan penurunan
kualitas tanaman. Buah-buahan dan sayuran yang tumbuh dalam kondisi yang tidak
ideal cenderung memiliki ukuran yang lebih kecil, rasa yang kurang enak, dan
kualitas yang buruk secara keseluruhan.
5. Ketidakstabilan Pasar: Perubahan dalam produksi pertanian akibat El Nino dapat
menyebabkan ketidakstabilan pasar. Jika panen berkurang atau gagal, pasokan
dapat berkurang, yang dapat menyebabkan kenaikan harga dan ketidakseimbangan
pasokan dan permintaan. Hal ini dapat mempengaruhi petani, pedagang, dan
konsumen secara keseluruhan (Kementrian Pertanian, 2023).
Penanggulangan El Nino
Penanggulangan El Nino melibatkan berbagai tindakan pencegahan dan
respons. Beberapa langkah yang dapat diambil termasuk, monitoring, sistem
pemantauan cuaca dan oseanografi harus aktif untuk mendeteksi perkembangan El Nino
lebih awal. Peringatan dini, dibutuhkan sistem peringatan dini untuk memberi tahu
masyarakat dan pemerintah tentang potensi kejadian El Nino sehingga mereka dapat
bersiap-siap. Penyuluhan, masyarakat perlu diberi informasi tentang dampak El Nino dan
tindakan yang harus diambil untuk mengurangi risiko, seperti penghematan air. Konservasi
air, selama periode El Nino, penting untuk mengelola air dengan bijak, termasuk mengurangi
konsumsi air, melakukan praktik pertanian yang hemat air, dan menjaga sumber air bersih.
Penanggulangan El Nino dalam bidang pertanian merupakan langkah-langkah
penting untuk mengurangi dampak kekeringan dan perubahan pola cuaca yang seringkali
terjadi selama periode El Niño. Berikut adalah beberapa tindakan yang dapat diambil dalam
konteks pertanian:
1. Pengelolaan Air yang Bijak: Pertanian yang hemat air harus menjadi prioritas. Ini bisa
mencakup penggunaan sistem irigasi yang efisien, penangkapan air hujan, dan
pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan.
2. Pemilihan Varietas Tanaman yang Tahan Kekeringan: Petani dapat memilih varietas
tanaman yang lebih tahan terhadap kekeringan. Beberapa varietas memiliki
kemampuan lebih baik untuk bertahan dalam kondisi cuaca yang ekstrem.
3. Rotasi Tanaman: Rotasi tanaman yang tepat dapat membantu dalam menjaga
keseimbangan nutrisi tanah dan mengurangi risiko kerusakan tanah akibat
kekeringan.
4. Praktik Konservasi Tanah: Menggunakan praktik konservasi tanah seperti
penanaman tutupan tanah, penggunaan gulma tahan kekeringan, dan peningkatan
organik dapat membantu mempertahankan kelembaban tanah.
5. Pengelolaan Pupuk: Penggunaan pupuk harus dioptimalkan agar lebih efisien.
Selama periode El Nino, penurunan suplai air dapat mengurangi efektivitas pupuk
jika tidak dikelola dengan baik.
6. Sistem Peringatan Dini: Petani harus memiliki akses ke sistem peringatan dini El
Nino sehingga mereka dapat merencanakan pertanian mereka sesuai dengan
perkiraan cuaca yang buruk.
7. Diversifikasi Usaha Pertanian: Diversifikasi usaha pertanian dapat membantu
mengurangi risiko kehilangan hasil panen jika satu jenis tanaman gagal karena
cuaca yang buruk.
8. Pelatihan dan Edukasi: Petani perlu diberi pelatihan tentang praktik pertanian yang
berkelanjutan dan cara menghadapi kekeringan.
9. Dukungan Pemerintah: Pemerintah dapat memberikan dukungan kepada petani
dalam bentuk bantuan finansial, asuransi pertanian, dan program bantuan khusus
selama periode El Nino (Kementrian Pertanian, 2023).
Penanggulangan El Nino dalam pertanian membutuhkan upaya kolaboratif antara petani,
pemerintah, dan organisasi pertanian untuk mengurangi dampak negatifnya dan
memastikan ketahanan pangan yang berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai